Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASAM DAN BASA

Disusun oleh

Anisa Nurjamilah

Kelas XI-Perawat

SMA SMK IT AL-HIDAYAH


Jl. Pamokolan RT 03/01 Desa Bunijaya Kec. Gununghalu Kab. Bandung Barat
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas kimia ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti
yang sudah diketahui Asam dan Basa dapat terkandung di dalam tubuh, makanan atau minuman,
obat-obatan, bahkan makhluk hidup. Asam dan basa merupakan senyawa yang sering ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran kimia. Mudah-mudahan makalah yang
kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Guru mata pelajaran
Kimia. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i

DAFTAR
ISI ...............................................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ........................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...................................................................................................................1

1.3 Tujuan
masalah........................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASANAN

2.1 Pengertian asam dan basa....................................................................................................2

2.2 Teori asam basa

1. Teori asam basa Arrhenius................................................................................................3

2. Teori asam basa bronsted dan lowry...............................................................................5

3. Teori asam basa lewis............ ............................................................................................7

2.3 Sifat sifat asam dan basa.

1. Sifat senyawa asam.............................................................................................................8

2. Sifat senyawa basa..............................................................................................................9

2.4 Kekuatan asam dan basa.......................................................................................................10

1. Derajat keasaman(pH).......................................................................................................11

2. Asam kuat dan lemah........................................................................................................12

3. Basa kuat dan lemah..........................................................................................................12

BAB III

PENUTUP

2.5 Kesimpulan..............................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Asam dan basa sudah dikenal sejak lama dan disebut dengan istilah pH (pangkat Hidrogen).
Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai
bahan lain). Sedangkan larutan basa terasa lebih pahit dan bersifat kaustik (licin seperti bersabun).
Indikator pH sangat penting keberadaannya untuk menunjukkan sifat asam dan basa pada suatu
larutan. Hingga saat ini sudah banyak ditemui berbagai bentuk indikator pH dari bahan sintetis.
Beberapa jenis indikator pH diantaranya dalam bentuk larutan dan kertas indikator asam basa.
Namun salah satu bentuk yang praktis dan banyak digunakan karena relatif lebih awet adalah kertas
indikator asam basa yang sangat dibutuhkan di tingkat sekolah lanjutan sampai dengan perguruan
tinggi.

1.2 Rumusan masalah

Kami menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini. Ada pula
sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:

• Pengertian Asam dan Basa menurut para ahli

• Sifat-sifat Asam dan Basa

• Kekuatan Asam dan Basa

1.3 Tujuan masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh kami di atas, hingga tujuan dalam
penyusunan makalah ini sebagaikan berikut:

• Untuk mengetahui pengertian Asam dan basa menurut para ahli

• Untuk mengenal sifat-sifat Asam dan basa

1
BAB II

PEMBAHASANAN

2.1 Pengertian Asam Dan Basa

Asam merupakan salah satu penyusun dari berbagai bahan makanan dan minuman, misalnya cuka, keju,
dan buah-buahan. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air akan  melepaskan ion H+. Jadi,
pembawa sifat asam adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus kimia asam selalu mengandung
atom hidrogen. Ion adalah atom atau sekelompok atom yang bermuatan listrik. Kation adalah ion yang
bermuatan listrik positif. Adapun anion adalah ion yang bermuatan listrik negatif.

Sifat khas lain dari asam adalah dapat bereaksi dengan berbagai bahan seperti logam, marmer, dan
keramik. Reaksi antara asam dengan logam bersifat korosif. Contohnya, logam besi dapat bereaksi cepat
dengan asam klorida (HCl) membentuk Besi (II) klorida (FeCl2).

Berdasarkan asalnya, asam dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam organik dan asam


anorganik. Asam organik umumnya bersifat asam lemah, korosif, dan banyak terdapat di alam. Asam
anorganik umumnya bersifat asam kuat dan korosif. Karena sifat-sifatnya itulah, maka asam-asam
anorganik banyak digunakan di berbagai kebutuhan manusia.

Basa dalam keadaan murni, basa umumnya berupa kristal padat dan bersifat kaustik. Beberapa produk
rumah tangga seperti deodoran, obat maag (antacid) dan sabun serta deterjen mengandung basa.

Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat melepaskan ion hidroksida
(OH-). Oleh karena itu, semua rumus kimia basa umumnya mengandung gugus OH.

Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka untuk memberi nama basa, cukup dengan menyebut nama
logam dan diikuti kata hidroksida.

Derajat keasaman (pH) suatu larutan dapat ditentukan menggunakan indikator universal, indikator stick,
larutan indiaktor, dan pH meter.

a. Indikator Universal.

Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan pH


suatu larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator yang berupa
kertas dan larutan.

b. Indikator Kertas (Indikator Stick)


Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta
warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan
diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.

c. Larutan Indikator

Salah satu contoh indikator universal jenis larutan adalah  larutan metil jingga (Metil Orange = MO).
Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH lebih dari 7 warnanya menjadi
kuning.

Contoh indikator cair lainnya adalah indikator fenolftalin (Phenolphtalein = pp). pH di bawah 8,
fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna merah anggur apabila pH larutan di atas 10.

d. pH Meter

Pengujian sifat larutan asam basa dapat juga menggunakan pH meter. Penggunaan alat ini dengan cara
dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala yang menunjukkan pH
larutan.

2.2 Teori asam basa

1. Teori Asam Basa Arrhenius

Teori pertama asam bas aini dicetuskan pertama kali oleh seorang ahli kimia berasal dari Swedia
bernama Svante Arrhenius. Teori ini menghubungkan sifat keasaman dengan ion hidrogen atau H+ dan
pertama kali dicetuskan pada tahun 1884.

Menurut teori Arrhenius, asam Arrhenius merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air, maka air
tersebut akan menghasilkan ion H+ dalam larutan tersebut. Contohnya adalah ketika asam klorida atau
HCI serta asam asetat atau CH3COOH dilarutkan, dengan persamaan reaksi yang terjadi dari asam
klorida serta asam asetat sebagai berikut.

HCl (aq) → H+ (aq) + Cl (aq)

CH3COOH (aq) → Ch3COO– (aq) + H+ (aq)

3
Berdasarkan persamaan reaksi yang terjadi tersebut, maka diperoleh ciri khas yaitu pelarut air zat
tersebut mengion kemudian berubah menjadi hidrogen dengan muatan positif dengan lambing H+ serta
ion yang memiliki muatan negative maka akan disebutkan dengan sisa asam.

Sedangkan menurut teori Arrhenius, basa merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air maka akan
menghasilkan ion OH-. Contohnya adalah ketika natrium hidroksida atau NaOH serta ammonium
hidroksida atau NH4OH, dilarutkan maka akan terjadi persamaan reaksi basa pada larutan tersebut
sebagai berikut.

NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH– (aq)

NH4OH (aq) → Nh4+ (aq) + OH– (aq)

Basa dalam larutan natrium hidroksida serta amonium hidroksida akan menghasilkan banyak ion OH-
dan kemudian dapat disebut sebagai basa kuat. Sedangkan, larutan yang menghasilkan sedikit dari ion
OH- dapat disebut sebagai basa lemah. Tentu tidak semua senyawa dalam rumus kimia tersebut ada
gugus hidroksida dan termasuk dalam golongan basa.

Kesimpulan Teori Arrhenius

Secara singkat, itulah teori Arrhenius yang diperkenalkan oleh Svante August Arrhenius. Teori ini
memiliki kekurangan atau kelemahan, di mana teori ini hanya dapat digunakan pada penggunaan air
sebagai pelarut saja.

Dapat disimpulkan, bahwa teori Arrhenius ini menyatakan bahwa senyawa asam merupakan senyawa
yang dapat melepaskan ion H+ atau ion hydronium H3O+ apabila dilarutkan dalam air. Sedangkan
senyawa basa adalah senyawa yang melepaskan ion OH- jika dilarutkan dalam air.

Teori Arrhenius juga mengatakan bahwa senyawa asam yang menghasilkan satu ion hidrogen per
molekulnya maka disebut sebagai asam monoprotic. Sedangkan senyawa asam yang menghasilkan dua
ion hidrogen per molekulnya maka disebut sebagai asam diprotic. Senyawa asam yang menghasilkan
tiga ion hydrogen per molekulnya maka disebut sebagai asam triprotik serta secara umum menurut teori
Arrhenius, asam menghasilkan lebih dari satu hydrogen maka disebut sebagai asam poliprotik. Sebutan
tersebut berlaku pula pada senyawa basa yang memiliki ion hidroksida per molekul. Jika senyawa asam
memiliki satu ion hidroksida per molekul maka disebut sebagai monoprotic dan seterusnya.

4
Dalam teori ini, asam kuat adalah senyawa asam yang terionisasi secara sempurna dan kemudian
menghasilkan sebuah ion H+ dalam larutannya. Sedangkan untuk asam lemah, adalah senyawa asam
yang tidak mengalami ionisasi secara sempurna dalam larutannya.

Sementara itu basa kuat merupakan senyawa basa yang mengalami ionisasi dengan sempurna, sehingga
menghasilkan ion OH- dalam larutannya. Sedangkan untuk basa lemah adalah senyawa basa yang tidak
mengalami ionisasi dalam larutannya.

2. Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry

Teori asam basa yang kedua merupakan teori asam basa yang muncul untuk dapat menyempurnakan
kekurangan yang ada pada teori Arrhenius. Yaitu dengan keterbatasan pelarut, yaitu hanya senyawa air
saja serta dapat menjelaskan reaksi dari asam basa yang terjadi pada fase cair, gas, serta fase padat
pula. Ketika senyawa asam klorida atau HCl dilarutkan dalam air, maka asam klorida tersebut larut
sempurna serta menghasilkan sebuah ion baru.

Sebelum membahas teori asam basa Bronsted dan Lowry lebih lanjut, teori ini dicetuskan pada tahun
1923 oleh J.N Bronsted yaitu seorang ahli kimia yang berasal dari Denmark bersama dengan T.M Lowry
yaitu adalah ahli kimia yang berasal dari Inggris. Bronsted serta Lowry mendefinisikan asam menjadi
sebuah donor proton atau ion hidrogen sedangkan basa merupakan akseptor dari proton atau ion
hydrogen.

Menurut teori asam basa dari Bronsted dan Lowry, asam merupakan senyawa yang mampu
memberikan proton H+ pada senyawa lain dan disebut sebagai donor proton. Sedangkan basa menurut
teori ini merupakan senyawa yang menjadi penerima dari proton H+ dari senyawa lainnya dan disebut
pula sebagai akseptor proton. Seperti contoh, ketika asam klorida dilarutkan dalam air, maka asam
klorida yang larut dengan sempurna pun akan menghasilkan ion yang baru. Tetapi tentu akan terjadi hal
yang berbeda, apabila senyawa asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena atau C6H6. Maka, jika
senyawa asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena, senyawa asam klorida tersebut tidak akan
bereaksi dan akan mengendap secara sempurna.

Reaksi yang terjadi ketika HCl dilarutkan dalam air pun disebabkan karena adanya molekul air yang
menarik satu proton milik HCl, sehingga HCl memiliki peran sebagai senyawa asam serta air sebagai
senyawa basa sekaligus.

Dalam teori asam basa yang dicetuskan oleh Bronsted dan Lowry, ada istilah berupa asam basa
konjugasi dimana asam konjugasi tersebut adalah senyawa yang ada pada bagian kanan maupun reaksi
yang mendapatkan tambahan dari satu atom hidrogen dari reaktan. Sedangkan yang dimaksud dengan
basa konjugasi merupakan senyawa yang ada pada bagian kanan reaksi dan kehilangan satu atom
hidrogen dari reaktannya.

5
Perlu diingat, bahwa semua asam Arrhenius merupakan asam Bronsted dan Lowry serta semua basa
Bronsted Lowry mengandung OH adalah basa Arrhenius. Tetapi, tidak seluruh basa Bronsted Lowry
adalah basa dari Arrhenius.

Berikut beberapa contoh dari reaksi asam basa dengan pelarut lain selain air pada fase gas. Salah satu
contohnya adalah reaksi yang terjadi antara HCl dan NH3.

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa reaksi asam basa Bronsted Lowry ada dua pasangan asam basa.
Pasangan pertama dalam contoh tersebut adalah pasangan antara asam dengan basa konjugasi
merupakan spesi yang tersisa ketika proton dipindahkan dari senyawa asam. Sedangkan pasangan kedua
merupakan pasangan yang terjadi antar basa dengan asam konjugasi yaitu akibat dari tambahan proton
ke senyawa basa.

Teori asam basa Bronsted Lowry menjelaskan rumus kimia dari pasangan asam basa konjugasi dan
hanya berbeda satu proton H+ saja. Reaksi di bawah HCl merupakan asam karena telah memberikan
proton serta NH3 serta merupakan basa karena menerima proton. Sementara ion Cl- adalah basa
konjugasi dari HCl dan NH4+ adalah asam konjugat dari NH3.

Kesimpulan Teori asam basa Bronsted Lowry:

Menurut teori asam basa Bronsted Lowry, asam merupakan senyawa yang memberikan proton pada
senyawa lainnya atau dapat disebut pula sebagai donor proton. Sedangkan basa menurut teori Bronsted
Lowry merupakan senyawa yang menjadi penerima proton serta senyawa lain dan disebut pula sebagai
akseptor proton.

Perlu diingat, bahwa H2O atau air yang memiliki sifat amfoter merupakan air yang memiliki pula sifat
asam dan basa.

Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori Arrhenius, karena teori Arrhenius memiliki kekurangan
yaitu tidak dapat berlaku untuk pelarut lain selain air.

6
3. Teori Asam Basa Lewis

Teori asam basa ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1923 oleh Gilbert Newton Lewis yaitu
seorang ahli kimia yang berasal dari UC Berkeley dengan mengusulkan teori alternative agar lebih
mudah dalam menggambarkan senyawa asam dan basa. Teori asam basa Lewis ini memiliki pandangan
bahwa asam dan basa merupakan senyawa yang memiliki struktur serta ikatan.

Menurut pandangan Gilbert Newton Lewis, asam merupakan suatu zat yang memiliki kecenderungan
dalam menerima pasangan electron yang berasal dari basa. Contoh dari beberapa asam Lewis adalah 
SO3, BF3, maupun AlF3. Sedangkan basa menurut Newton Lewis merupakan zat yang mampu
memberikan pasangan pada electron. Dalam pandangan teori asam basa Lewis, basa memiliki pasangan
yang elektronnya bebas, contohnya adalah seperti NH3, Cl–, maupuan ROH.

Lebih lanjut, Lewis berpandangan bahwa reaksi dari asam dan basa adalah reaksi dari serah terima
pasangan elektron. Sehingga, terbentuklah suatu ikatan kovalen koordinasi dari reaksi serah terima
terima tersebut.

Agar lebih lanjut, berikut contoh dari reaksi yang terjadi antara BF3 dan N(CH3) 3 :

Berdasarkan teori asam basa Lewis, maka BF3 adalah asam karena BF3 mampu menerima sepasang
electron. Sementara itu, NH3 adalah senyawa basa karena dapat menyumbangkan sepasang elektron.

Berdasarkan pandangan Lewis terhadap reaksi dari asam basa tersebut, maka Lewis pun berpendapat
bahwa asam merupakan sebuah molekul maupun ion yang dapat menerima pasangan elektron,
sedangkan basa merupakan sebuat molekul atau ion yang mampu memberikan pasangan elektronnya.

Teori yang diusung oleh Lewis ini memiliki beberapa keunggulan, berikut penjelasannya.

1. Teori asam basa yang diusung oleh Lewis ini mampu menjelaskan sifat asam serta basa dalam pelarut
lain maupun ketika asam basa tidak memiliki pelarut. Sama halnya dengan teori asam basa yang diusung
oleh Bronsted dan Lowry.

2. Lewis dengan teorinya mampu menjelaskan sifat asam basa molekul maupun ion yang memiliki
pasangan elektron bebas maupun yang mampu menerima pasangan elektron bebas. Contohnya seperti
pada pembentukan yang terjadi pada senyawa kompleks
3. Teori asam basa Lewis mampu menerangkan sifat basa yang berasal dari zat organik contohnya
seperti DNA maupun RNA yang memiliki kandungan atom nitrogen serta memiliki pasangan elektron
bebas.

Kesimpulan Teori Asam Basa Lewis

Dari penjelasan di atas mengenai teori asam basa yang diusung oleh Lewis, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.

Menurut Gilbert Newton Lewis, asam merupakan sebuah molekul atau ion yang dapat menerima
pasangan elektron. Sedangkan basa merupakan sebuah molekul atau ion yang mampu memberikan
pasangan elektronnya. Lewis juga mampu menjelaskan teori asam basa dengan menjelaskan sifat asam,
basa dalam pelarut baik air atau selain air serta bahkan mampu menjelaskan sifat asam dan basa tanpa
pelarut sekalipun.

Dalam teori Lewis tersebut, asam memiliki peran sebagai pasangan elektron H+ saja, melainkan senyawa
asam juga dapat berperan sebagai senyawa dengan orbital pada sebuah kulit valensi kosong contohnya
seperti BF3.

2.3 Sifat Asam dan Basa

1. Sifat senyawa asam

Senyawa asam memiliki beberapa sifat sebagai berikut.

a. Cenderung memiliki rasa yang masam atau asam.

b. Memiliki sifat yang merusak atau korosif.

c. Mampu mengubah warna kertas lakmus biru menjadi berwarna merah.

d. Memiliki sifat elektrolit serta mampu menghantarkan arus listrik.

e. Asam mampu menghasilkan gas hidrogen ketika bereaksi dengan unsur maupun senyawa logam.

f. Senyawa asam dapat menghasilkan ion H+ atau ion hidrogen apabila dilarutkan dalam air.

2. Sifat senyawa basa

Berikut beberapa sifat senyawa basa yang dapat membedakan dari senyawa asam.

a. Cenderung memiliki rasa yang pahit.


b. Memiliki sifat kaustik serta dapat merusak kulit.

c. Basa memiliki tekstur licin serta bersabun.

d. Senyawa basa mampu mengubah warna kertas lakmus merah menjadi warna biru.

e. Senyawa basa memiliki sifat elektrolit atau mampu menghantarkan arus listrik.

f. Basa akan menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil apabila dilarutkan dalam air.

Selain sifat-sifat itu, asam juga mempunyai sifat lain yang dapat diamati ketika dilakukan reaksi antara
asam dengan zat lain. Perhatikan beberapa contoh reaksinya berikut ini.

•Reaksi asam dengan logam

Asam dapat bereaksi dengan logam menghasilkan zat lain dan gas hidrogen. Contohnya: reaksi antara
asam sulfat dengan logam magnesium.

Ketika logam magnesium dimasukkan ke dalam larutan asam sulfat, maka timbul gelembung gas.
Gelembung gas ini merupakan gas hidrogen. Sementara itu, terbentuk juga magnesium sulfat.

•Reaksi asam dengan senyawa karbonat

Asam dapat bereaksi dengan senyawa karbonat menghasilkan zat lain, gas karbon dioksida, dan air.
Sebagai contoh, reaksi antara kalsium karbonat dengan larutan asam klorida. Pada reaksi ini terbentuk
senyawa kalsium klorida.

•Reaksi asam dengan oksida logam

Asam dapat bereaksi dengan oksida logam menghasilkan zat lain dan air. Sebagai contoh, reaksi antara
asam sulfat dengan tembaga oksida.

Pada reaksi di atas, zat biasanya dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Zat lain yang terbentuk adalah
tembaga sulfat. Pembentukan tembaga sulfat ini dapat diamati dari timbulnya warna biru pada larutan.

Rumus dan Besaran dalam Teori Asam Basa

Perlu diketahui bahwa rumus atau besaran yang digunakan dalam teori asam basa adalah derajat dari
keasaman serta dinotasikan sebagai pH yang merupakan konsentrasi dari ion H+ yang ada pada larutan
tersebut.
Huruf p dalam notasi pH berasal dari kata potenz yang berarti pangkat, sedangkan H dalam notasi pH
untuk menyatakan atom hidrogen. Berikut persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai
pH.

pH = – log [H+]

Itulah penjelasan dari teori-teori asam basa yang dicetuskan oleh beberapa ahli terkemuka lengkap
dengan contoh serta rumus untuk menentukan nilai pH.

2.3 Kekuatan Asam dan Basa

Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan.
Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil,
sehingga untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen
mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :

pH = - log [H+]

Analog dengan di atas, maka :

pH = - log [OH-]

10

1. Derajat keasaman

Konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman (pH). Rumus pH dituliskan sebagai berikut :
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :

[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L

Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.

 Jika pH = 7, maka  larutan bersifat netral

Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam

Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa

Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14

11

2. Asam kuat dan lemah

Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan
derajat  keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
Sedangkan

Asam lemah

Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1).
Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya
(seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi
[H+] terlebih dahulu dengan rumus :

di mana, Ca = konsentrasi asam lemah

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

3. Basa kuat dan lemah

Basa kuat

Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan
derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.

Basa lemah

Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,   α  ≠ 1, (0 <  α < 1).
Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya
(seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :

12

di mana, Cb = konsentrasi basa lemah

Kb = tetapan ionisasi basa lemah


BAB III

PENUTUP

2.5 Kesimpulan

Asam dalam pelajaran kimia adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi
proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari
suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam mempunyai rasa asam
dan bersifat korosif.

Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa memiliki pH
lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah.

Basa mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat
menetralkan asam.

Jika pH = 7, maka  larutan bersifat netral. Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam. Jika pH > 7, maka
larutan bersifat basa.

13

Anda mungkin juga menyukai