BUFFER
MATA KULIAH LARUTAN (ABKC 5304)
DOSEN PENGAMPU :
Hendra, M. Pd.
OLEH :
Ahmad Sauki (1810129310007)
Jauhar Habibah (1810129120008)
Sartika Dewi Asrini (1810129220004)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga makalah dengan judul “Asam
basa dan reaksi asam basa dan larutan buffer” untuk memenuhi tugas mata kuliah
larutan dapat berhasil selesai tepat waktu.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa hanya dengan bantuan sejumlah
pihak kami dapat menyelesaikan makalah ini, maka pada kesempatan ini kami
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, bapak
Hendra, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah larutan, teman-teman yang
telah ikut berpartisipasi dalam penyajian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak
kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang
konstruktif dan inspiratif dari semua pihak sehingga dapat menambah wawasan
dan sebagai evaluasi diri dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buahan-
buahan misalnya lemon dan jeruk. Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa
yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan mengenai senyawa asam dan basa,
terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya yaitu teori Arrhenius, teori
Bronsted-Lowry, teori asam basa Lewis, dan teori Lux-Flood.
4
kationnya senama dengan basa lemah akan membentuk larutan penyangga.
Contohnya, NH4OH dan NH4Cl.
Larutan penyangga adalah larutan yang memiliki sifat dapat
mempertahankan atau ralatif tidak mengubah pH dengan adanya penambahan
sedikit asam, basa, atau adanya pengenceran. Larutan penyangga disebut juga
larutan buffer atau dapar. Larutan penyangga terdiri atas asam lemah dengan asam
basa konjungsinya atau basa lemah dengan asam konjungsinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah untuk materi terkait
sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan teori Asam-Basa?
b. Bagaimana perbedaan dari Asam dan Basa?
c. Apa yang dimaksud dengan Larutan Buffer (Larutan Penyangga)?
d. Bagaimana reaksi dari Asam-Basa?
e. Bagaimana cara mengetahui larutan suatu zat kimia dapat
mempertahankan pH-nya?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Asam-Basa
Asam dan basa merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari hari. Asam dapat diartikan dalam istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka
adalah asam asetat.secara umum asam yaitu zat yang berasa masam. Basa dapat
diartikan yaitu basa (alkali) berasal dari ahasa arabyang berarti abu. Secara umum
basa yaitu zat yang berasa pahit bersifat kaustik.
6
NaOH (Natrium Hidroksida) NaOH (aq) (aq) + (aq)
Contoh :
Satu molekul asam ini dapat menghasilkan 2 ion . Karena itu, asam sulfat
digolongkan dalm asam diprotik.
Satu molekul asam ini dapat menghasilkan 3 ion . Karena itu asam fosfat
digolongkan dalam asam Triprotik.
Jika tiap molekul asam hanya dapat memberikan satu ion , maka asam itu
disebut asam monoksida
Contoh :
7
HBr (aq) (aq) + (aq)
Dalam pelarut air, basa dapat menghasilkan ion hidroksida, baik secara
langsung maupun tidak langsung ketika bereaksi dalam air.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam asam basa konjugasi:
a. Molekul atau ion yang membentuk pasangan asam basa harus berbeda
hanya satu ion Dalam suatu apsangan, asam selalu memilki kelebihan satu
ion dari basa.
b. Asam konjugasi dapat dicari dengan cara menambahkan satu ion pada zat
tersebut, sedangkan basa konjugasi dapat dicari dengan menghilangkan
satu ion pada zat tersebut.
8
c. Molekul atau ion yang mengandung atom H serta atom yang memiliki
pasangan elektron bebas dapat bersifat asam (memberikan ion) dan
bersifat basa (menerima ion 0) zat semacam ini disebut amfibrotik atu
amfoter
Ketika asam yang terdapat dalam larutan bereaksi dengan basa, yang
berfungsi sebagai asam sebenarnya adalah ion hidroksonium. Sebagai contoh,
proton ditransferkan dari ion hidroksonium ke ion hidroksida untuk mendapatkan
air.
Ada sesuatu hal yang penting untuk mengatakan bahwa meskipun anda
berbicara tentang ion hidrogen dalam suatu larutan, H+(aq), sebenarnya anda
sedang membicarakan ion hidroksonium.
1. Rasa
9
bahasa Latin yakni acidus yang memiliki arti asam. Senyawa asam, dengan
derajat keasaman tinggi tersebut menyebabkan rasa asam pada senyawa tersebut.
Sedangkan senyawa basa sendiri merupakan zat yang memiliki ion OH-
berkonsentrasi tinggi. Derajat keasaman yang dimiliki basa yakni berkisar pada 8
serta 14. Dengan derajat keasaman sempurna maka senyawa tersebut akan
memberikan rasa pahit. Basa akan dikatakan alkali ketika melepaskan serta
mengandung OH- atau ion hidroksida kuantitatif.
2. Derajat Keasaman
Derajat keasaman yang dimiliki oleh senyawa asam yakni berkisar antara 1
hingga 6 (pH <7). Senyawa asam akan bereaksi pada logam, yakni kalsium serta
basa yakni natrium karbonat. Asam, secara tradisional merupakan senyawa kimia
yang akan memberikan solusi di mana air murni memiliki aktivitas lebih kecil
dibandingkan ion hidrogen, jika dilarutkan ke dalam air.
Pada asam, ada asam lemah terkonsentrasi dan asam kuat yang memiliki sifat
korosif. Asam yang tidak memiliki sifat korosif yakni asam borat serta
carboranes. Asam pekat akan berbahaya bagi kita karena mampu merusak kulit.
Asam pekat yang merupakan basis konsentrat, mampu membuat seseorang
terkena luka bakar cukup serius. Jika terkena mata akan mengakibatkan
kebutaan. Untuk itu, jika Anda terkena asam pekat maka segera cuci
menggunakan air mengalir hingga bersih.
Sedangkan basa memiliki derajat keasaman yakni berkisar pada 8 serta 14 (pH
> 7). Karena tingginya derajat keasaman yang dimiliki oleh senyawa basa, basa
juga bisa menyebabkan terjadinya pelapukan. Basa ada yang memiliki sifat sangat
korosif yakni kalium hidroksida dengan derajat keasaman sebesar 13,5 dan
natrium hidroksida (lye/soda kaustik) dengan derajat keasaman sebesar 13 dari 14.
Basa dikatakan merupakan lawan dari asam. Netralisasi adalah sebutan untuk
reaksi antara basa dan asam.
Basa lemah yakni amonia seringkali dipakai untuk membersihkan. Basa kuat
bisa juga disebut sebagai kostik. Basa yang larut dalam air seperti Arrhenius, saat
10
kondisi standar memiliki derajat keasaman sebesar 7. Contoh dari penggunaan
basa pada kehidupan sehari-hari yakni plester, pelarut desinfektan, deodoran,
antasida dan lain sebagainya.
Asam akan merusak logam, merubah warna lakmus biru menjadi merah serta
jika keasaman akan berkurang jika dicampurkan dengan basa. Sebaliknya juga
begitu, di mana basa akan mengubah lakmus merah menjadi biru dan tingkat
kebasaannya akan berkurang jika dicampur dengan asam. Asam dan basa pun bisa
dikategorikan dalam 2 jenis yakni kuat ataupun lemah.
Karat pada logam bisa dihilangkan menggunakan asam, asam juga bisa
digunakan untuk mengolah mineral, aditif pada minuman dan makanan, elektrolit
pada baterai hingga menghasilkan bensin serta pupuk. Sedangkan basa, biasanya
akan dipakai sebagai bahan untuk pembersih oven, pencuci pakaian dan piring
serta untuk menghilangkan noda.
Pada teori asam basa yakni teori Arrhenius, jika reaksi penetralan terjadi maka
akan terbentuk H2O yang merupakan hasil dari ion OH- dan H+. Kandungan yang
dimiliki basa yakni ion OH-. Ketika basa larut dalam air, ion hidroksida akan
dilepaskan. Ion hidroksida sendiri adalah satu atom oksigen serta hidrogen yang
memiliki muatan negatif di masing-masing zat tersebut. Sedangkan pada senyawa
asam hanya akan melepaskan ion hidrogen saja. Kesimpulannya yakni senyawa
asam jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ sedangkan senyawa
basa akan menghasilkan ion OH-.
11
5. Interaksi Kimia
6. Sifat Senyawa
Baik senyawa asam maupun basa memiliki derajat keasaman atau pH yang
berada pada angka -7 hingga +7. Air murni sendiri memiliki nilai nol dan
merupakan nilai menurun. Hal tersebut disebut juga sebagai asam sedangkan jika
di atas nol maka termasuk dalam alkali (kategori dasar).
Asam sendiri merupakan konduktor listrik karena ion H+ yang ia miliki, tidak
seperti senyawa basa yang tidak memiliki ion H+. Untuk tekstur, basa memiliki
tekstur yang cukup licin. Contoh penggunaan asam sebagai konduktor listrik yang
baik yakni pada baterai mobil. Asam dan basa akan saling menetralisir, satu
dengan yang lainnya. Basa maupun asam dengan kaustik akan bereaksi pada zat
yang lainnya.
12
Larutan penyangga asam adalah suatu campuran larutan yang tersusun dari
asam lemah dengan garamnya. Larutan penyangga basa adalah suatu campuran
larutan yang tersusun dari basa lemah dengan garamnya.
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan
bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen
13
asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi
dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung
NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion
OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini
menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam
yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
Larutan penyangga asam terdiri atas asam lemah dan basa konjungsinya
(garamnya).
14
Contoh :
Perumusan :
pH = - log (H+)
Keterangan :
Contoh soal :
Jawab :
Garam = 0,05
Ditanyakan : pH campuran ?
15
0,1
= 1,8 x 10-5 x 0,05
= 3,6 x 10-5
pH = - log ( H+)
= 5 - log 3,6
Larutan penyangga basa terdiri atas basa lemah dan asam konjungssinya
(garamnya).
Contoh :
Perumusan:
keterangan:
Contoh soal:
16
1. 50 ml NH4OH 0,1 Molar dicampur dengan 100 ml (NH4)2SO4 = 0,2
Molar. Jika Kb NH4OH = 10-5 . Tentukan pH campuran ?
Jawab:
Ditanyakan : pH campuran?
Penyelesaian:
𝟓
= 10-5 x 𝟐 𝒙 𝟐𝟎
= 10-5 x 0,125
= 1,25 x 10-6
= 6 – log 1,25
pH = 14 – ( 6 – log 1,25 )
= 8 + log 1,25
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH tertentu terhadap usaha mengubah pH, seperti penambahan
asam, basa, ataupun pengenceran. Dengan kata lain pH larutan penyangga tidak
akan berubah walaupun pada larutan tersebut ditambahkan sedikit asam kuat, basa
kuat atau larutan tersebut diencerkan.
Ada dua jenis larutan penyangga, yaitu : larutan penyangga dari asam
lemah dan basa konjugasinya serta larutan penyangga basa lemah dan asam
konjugasinya. Larutan penyangga dapat dibuat dengan dua cara. Pertama dengan
cara mencampurkan langsung komponen-komponennya yaitu suatu asam lemah
dengan garamnya atau suatu basa lemah dengan garamnya. Kedua dengan cara
mencampurkan asam lemah dan basa kuat dengan jumlah asam lemah yang
berlebih atau mencampurkan basa lemah dan asam kuat dengan jumlah basa
lemah berlebih.
Pengenceran tidak mempengaruhi pH larutan, karena ketika ke dalam
kedua larutan penyangga tersebut ditambahkan akuades (dilakukan pengenceran)
maka konsentrasi asam lemah dan basa konjugasinya serta basa lemah dan asam
konjugasinya akan menurun dengan faktor yang sama. Akan tetapi perbandingan
konsentrasinya tidak mengalami perubahan sehingga pH larutan penyangga tidak
mengalami perubahan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, I. (2003). Acuan Pelajaran Kimia SMU Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Isi 2006 Mata Pelajaran Kimia
SMA/MA. Jakarta: Pusat Kurikulum.
19