Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SIFAT ASAM DAN BASA

Disusun oleh :
Nama : Elok Yuli Prasetyo
NRP : 202002
Prodi : Permesinan Kapal

SEKOLAH TINGGI MARITIM YOGYAKARTA


Jl. Magelang km 4.4 Pos 42 Tromol, kutu dukuh, sinduadi, kec. Melati, kab. Sleman , DIY
2020

1
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dengan
tujuan untuk memahami ilmu kimia yang khususnya akan membahas tentang “ ASAM DAN
BASA’. Saya bertrimakasih kepada dosen pembimbing yang telah berkenan membantu saya
dalam menyusun makalah ini hingga selesai. Saya mohon maaf apanila ada kekurangan dalam
makalah ini, saya mohon kritik dan sarannya kepada dosen pembimbing agar saya bisa
memperbaiki kesalahan dan untuk mempermudah saya dalam menyusun makalah yang lainnya
dilain waktu. Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terimakasih.

Purworejo, 25 Oktober 2020

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………………4
1.2 Tujuan penulisan………………………………………………………………………………4
1.3 Rumusan masalah……………………………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian asam dan basa……………………………………………………………………..5
2.2 Teori asam dan basa…………………………………………………………………………...5
2.3 Teori Arrhenius………………………………………………………………………………..6
2.4 Teori Bronsted Lowry……………………………………………………………………........6
2.4.1 Larutan asam dan basa………………………………………………………………6
2.4.2 Kuat relative asam dan basa…………………………………………………………7
2.4.3 Reakasi asam dan basa larutan gaeam dan air………………………………………7
2.5 Menamai asam Anorganik...…………………………………………………………………..9
2.5.1 Asam binner dan yang bertalian…………………………………………………….9
2.5.2 asam-oksi terrner……………………………………………………………………9
2.6 Struktur Senyawa hydroksi……………………………………………………………………9
2.7 Penetralan…………………………………………………………………………………….10
2.8 Teori asam dan basa Lewis…………………………………………………………………..10
2.9 Larutan Dapar (buffer) dan indikator………………………………………………………...11
2.10 Asam Poliprotik (berbasa) banyak) lemah…………………………………………………12
2.11 Tetapan keseimbangan semu………………………………………………………………12
2.12 Titrasi……………………………………………………………………………………….13
BAB III PERMASALAHAN (STUDI KASUS)
3.1 Aplikasi dalam Industri………………………………………………………………………14
3.2 Aplikasi dalam Kehidupan sehari-hari………………………………………………………14
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan……………………………………………………………………………...……16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan kita. Makanan yang
kita konsumsi sebagian besar bersifat asam, sedangkan pembersih yang kita gunakan
(sabun,detergen,dll) adalah basa. Enzim-enzim dan protein dalam tubuh kita juga merupakan
asam.
Selain itu, asam dan basa sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Keasaman
tanah akan berpengaruh terhadap kondisi tumbuhan yang ada dibagian atasnya. Kualitas
udara juga dapat ditentukan dengan ukur tingkat keasamannya. Suatu daerah yang dilanda
hujan asam akan mengalami kerusakan lingkungan yang cukup buruk.
Kebanyakan asam dan basa (yang belum bercampur dengan senyawa lain) di alam
berupa cair (larutan). Karena bentuk inilah yang mudah untuk direaksikan dengan senyawa
lainnya. Meskipun asam dan basa yang kita konsumsi sehari-hari berupa padatan seperti
makanan dan sabun, namun pada akhirnya tetap butuh diencerkan juga (direaksikan atau
dicampur dengan air) agar lebih mudah diserap atau digunakan.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis membuat makalah ini yaitu:
1. Supaya kita dapat membedakan antara asam dan basa
2. Mengetahui manfaat asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari
3. Untuk memenuhi nilai tugas mata pelajaran Kimia
1.3 Rumusan Masalah
1. Mengetahui definisi asam dan basa
2. Apa saja teori-teori yang menjelaskan asam dan basa
3. Bagaimana reaksi asam dan basa
4. Mengaplikasikan asam dan basa di bidang industri

4
BAB II
PEMBAHASAN

Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa atau netral. Kita dapat menemukan apakah
zat atau senyawa tersebut asam, basa atau netral dengan menggunakan indikator. Indikator ini
dapat berupa indikator universal atau lakumus biru, lakmus merah yang dimuat dilaboratorium,
atau juga dapat menggunakan indikator asam basa dengan bahan dari alam, seperti bunga
kembang sepatu, bunga bugenvil, bunga mawar, kunyit, dan sebagainya. Zat warna dari bahan-
bahan tersebut member warna yang berbeda dalam larutan asam, basa, maupun netral.
2.1          Pengertian Asam dan Basa
Asam dan basa merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
a.    Asam
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena diketahui
zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Secara umum asam yaitu zat yang berasa masam.
b.   Basa
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat
yang berasa pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang
menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu
ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki  pH lebih dari 7. Kostik merupakan
istilah yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa
lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH
dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.

2.2 Teori Asam dan Basa


Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, misalnya memiliki
rasa asam, dapat merusak permukaan logam juga lantai mamer atau bisa disebut korosi.
Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan menghasilkan gas Hidrogen, sebagai
indikator sederhana terhadap senyawa asam, dapat digunakan kertas lakmus, dimana

5
asam dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah. Asam asetat sebagai asam
penyusun dalam cuka, asam karbonat yang memberikan rasa segar dalam minuman
berkarbonat, dan asam sitrat yang dikandung dalam berbagai jeruk.
Basa merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, seperti lilin. Jika
mengenai kulit akan terasa getir, serta dapat mengubah kertas lakmus merah menjai biru.
Banyak orang mengenal bau rangsang yang kuat ( dari ) basa ammonia, lazim digunakan
dalam bentuk larutan air dan berbagai cairan pembersih sebagai pemati hama.

2.3 Teori Arrhenius


Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang melepaskan ion H+ atau H30+ dalam
air. Sedangkan basa adalah senyawa yang melepaskan OH- dalam air. Bila asam dan basa
direaksikan, maka produk yang akan terbentuk adalah senyawa netral ( disebut garam )
dan air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi pembentukan garam atau reaksi penetralan,
yang akan mengurangi ion h+ dan oh- serta menghilangkan sifat asam dan basa dalam
larutan secara bersamaan. Jika asam yang bereaksi dengan basa adalah asam poliprotik,
maka akan dihasilkan lebih dari satu jenis garam. Misalnya pada reaksi antara NaOh
dengan H2SO4.

2.4 Teori Bronsted Lowry


Teori Bronsted Lowry adalah mengenai asam basa yang digagaskan oleh Johannes
Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 secara terpisah. Dalam
teori ini, asam bronsted didefinisikan sebagai sebuah molekul atau ion yang mampu
melepaskan ( mendonorkan ) kation hydrogen ( proton, h+ ), dan basa bronsted sebagai
spesi kimia yang mampu menarik atau ( menerima ) kation hydrogen ( ptoton ).

2.4.1 Larutan air asam dan basa ( Aqueous Solution of acids and bases )
Asam monoprotik yaitu molekul yang mampu menyumbangkan satu proton ke
sebuah molekul air. Karena penyumbanagan proton adalah suatu reaksi yang
reversible, tiap asam haruslah membentuk basa dengan menyumbangkan protonnya.
Serupa pula, tiap basa harus membentuk suatu asam dengan menerima sebuah
proton, hubungan ini dikatakan sebagai konjugat.

6
Ion atau molekul yang dapat menyumbang atau menerima sebuah proton diikatan
bersifat amfiprotik. Asam poliprotik, asam seperti H2SO4, H3PO4, dan H2CO3 molekul
yang mampu menyumbangkan lebih dari satu proton disebut asam poliprotik.
Karena molekul H2SO4 dan H2CO3 dapat menyumbangkan dua proton, mereka juga
disebut diprotik, asam dengan menyumbangkan tiga proton, seperti H3PO4 juga
disebut triprotik.
Basa, sifat-sifat untuk larutan air dari basa-basa disebabkan oleh ion hidroksida
(OH-), suatu basa Bronsted lowry. Hidroksida ionic dari unsur-unsur IA dan IIA
adalah basa kuat. Karena ion hidroksida telah ada dalam senyawa-senyawa ini, zat-
zat ini melarut dalam air dan memberikan ion-ion hidroksida yang merupakan
karakteristik dari suatu larutan basa. Basa NaOH dan KOH, yang dapat memberikan
1 mol ion hidroksida per-mol senyawa, disebut basa monohidroksi. Karena 2 mol ion
hidroksida diberikan per-mol Ca(OH)2 dan Ba(OH)2, maka senyawa ini disebut basa
dihidroksi.

2.4.2 Kuat relative Asam dan Basa


Kuat suatu asam , Ha, dalam larutan air merupakan suatu ukuran dari
kecenderungannya menyambungkan sebuah proton kepada sebuah molekul air.
HA + H2O H3O+ + A-
Sejauh reaksi ini berlangsung dari kiri kekanan juga merupakan kecenderungan dari
basa konjugat, A-, untuk menerima sebuah proton dari H3O+:
H3O+ + A- HA + H2O
Azas yang mendasar bagi tingkatan ini adalah makin kuat asam iyu, makin lemah
basa konjugatnya.
2.4.3 Reaksi Asam dan Basa Larutan Garam dan Air
Dalam udara murni terdapat ion H+ atau (H3O+) dari ion OH- dalam konsentrasi
yang sama yang sangat kecil. Bila konsentrasi H+ sama dengan konsenrasi OH- maka
larutan disebut netral. Jika konsentrasi H+ lebih tinggi dari pada konsentrasi OH-,
maka larutan itu bersifat asam. Jika konsentrasi OH- lebih tinggi dari konsentrasi H+,
larutan bersifat basa.

7
Larutan air dari garam dapat bersifat asam, basa atau netral, bergantung pada
garamnya. Suatu larutan air dari ammonium klorida, NH4CI, memerahkan lakmus
biru, jadi larutan ini bersifat asam. Suatu larutan air dari natrium asetat, NaC2H3O2,
mempunyai sebaliknya dan membirukan lakmus merah, jadi laruan ini bersifat basa.
Suatu larutan air dari natrium klorida, NaCI, atau ammonium asetat, NH4C2H3O2, tak
mempunyai pengaruh pada lakmus dan bersifat netral.
Untuk membedakan perbedaan ini dikenal sebagai proses hidrolis. Hidrolis adalah
reaksi antara zat apa saja dan air, serta tak terbatas pada larutan garam.
Contoh hidrolis ialah pengionan asam asetat dalam air sebagai beerikut:
HC2H3O2 + H2 H3O+ + C2H3O2-
Sedangkan pengionan ammonia dalam air
NH3 + H2O NH4+ + OH-
Reaksi ion garam dengan air yang mengubah kesamaan melibatkan transfer
proton dan rekasi-reaksi hidrolis. Diperiksa dengan keempat kasus berikut ini bila
garam dilarutakan dengan air.
1. Basa baik kation maupun anion garam itu tidak cukup bersikap sebagai asam
maupun garam yang terdiri dari kation (Li+, Na+, K+, Ba2+, Sr2+) dari basa kuat,
dan anion (CI-, NO3-, SO42-) dari asam kuat membentuk larutan netral.
2. Kation garam itu bertindak sebagai asam, tetapi anionya tidak cukup bersifat
sebagai basa. Garam yang terdiri dari kation dari basa lemah dan anion dari
asam kuat membentuk larutan yang bersifat asam. Contohnya ammonium
klorida, NH4CI, dan ammonium nitrat, NH4NO3.
3. Anion dari garam bertindak sebagai basa, tetapi kationya tidak bertindak
cukup sebagai asaam. Garam yang terdiri dari kation basa kuat dan anion dari
asam lemah, membentuk larutan yang berisat basa. Contohnya natrium asetat,
NaC2H3O2, dan matrium sianida, NaCN. Karena ion natrium adalah kation
dari suatu basa kuat, maka kation ini tidak cukup berfungsi sebagai asam
sedanhkan ion asetat dan sianida berfungsi sebagi basa. Karena ion sianida
lebih kuat dari pada ion asetat, suatu larutan NaCN lebih bersifat basa dari
pada larutan NaC2H3O2 yang ekuimolar.

8
4. Kation garam bertindak sebagai suatau asam, dan anion bertindak sebagai
suatau basa. Dengan garam yang terdiri dari kation basa lemah dan anion
asam lemah, kedua ion itu akan mengalami hidrolis. Larutan yang terdiri
bersifat netral, asam atau basa, bergantung pada kuat relative kation asam dan
anion basa.

2.5 Menamai Asam Anorganik


Kedua kelas asam anorganik adalah asam biner dan yang bertalian dan asam oksitener,
yang mengandung satu atau lebih atom oksigen yang terikat pada suatu unsur selain
hidrogen. Asam-asam yang dekal dengan trivial.
2.5.1 Asam Biner dan yang Bertalian
Kelas ini mencangkup hidrogen halide, hidrogen sulfide dan hidrogen sianida.
Nama ini dari asam menyatakan unsure induknya, misalnya klor- untuk klor. Nama itu
mencangkup akhiran –ida dan kata “asam” sebagai ganti “hidrogen” dalam bahasa
Inggris terdiri dari akar nama dan awalan hydro- dan akhiran –ic.

2.5.2 Asam-oksi terner


Nama sistematik asam-asam dalam kelas ini, tepat sama seperti untuk senyawa biner dan
yang bertalian, yakni, yakni didasarkan pada nama anion yang terbentuk setelah
protonnya diambil. Nama untuk asam-oksi adalah dengan menggunakan kata asam
sebagai ganti “hidrogen”. Dalam bahasa Inggris akhiran –ic yang berpadanan dengan –ate
atau –ous yang berpadanan dengan –ite.

2.6 Struktur Senyawa Hidroksi


Dalam asam-oksi seperti HNO3, H2SO4 dan HCIO. Dalam basa-oksi seperti NaOH
dan Ca(OH)2, tiap atom hidrogen terikat secara kovalen pada sebuah atom oksigen. Jika
unsur yang terkait mempunyai keelektronegatifan yang rendah, maka tarikannya terhadap
sepasang electron tidak kuat, dan senyawa ion bersifat ionic. Semua hidroksida unsure
group IA dan IIA adalah senyawa ion.
Na+, [O-H]- Ca2+, 2[O-H]-
Ion hidroksida dibebaskan bila hidroksiainik ini melarut kedalam air.

9
Jika unsur yang diikat pada gugus OH mempunyai keelektronegatifan yang
tinggi, unsur ini menarik pasangan electron dengan kuat, seperti oksigen. Akibatnya
akan terbentuk ikatan kovalen, ikatan ion dan oksigen. Gaya tarik yang kuat terhadap
electron-elektron oleh unsure itu dan oleh oksigen menyebabkan iktan antara oksigen
dan hidrogen menjadi sangat polar, sehingga inti hidrogen mudah diambil oleh gugus
pencari proton. Secara umum makin banyak atom oksigen yang terkait pada unsure
bukan logam yang lain, dalam suatu senyawa hidroksi makin kuat asam itu.

2.7 Penetralan
Asam kuat dan basa kuat apabila kuantitas ekuimolar dari suatu asam kuat seperti
asam klorida, HCI dan suatu basa kuat seperti natrium hidroksida, NaOH dicampur
dengan suatu larutan air, ion hidronium dari asam dan ion hidroksida dari basa, akan
bersenyawa membentk air, reaksi ini dikenal sebagai penetralan.

2.8 Teori Asam dan Basa Lewis


G.N. Lewis pada tahun 1923 mengemukakan teori asam dan basa dalam buku
Thermodynamics and the Free Energy of Chemical Subtances, menurut Lewis
 Asam: zat atau senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari
zat atau senyawa lain untuk membentuk ikatan baru.
 Basa: zat atau senyawa yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas dari
zat atau senyawa lain untuk membentuk iktan baru.

Produk dari reaksi asam dan basa Lewis merupakan senyawa kompleks. Lewis
mengembangkan reaksi asam dan basa yang menyangkut zat atau senyawa yang tidak
mempunyai atom H dalam senyawanya.
Secara umum, reaksi asam dan basa Lewis terjdi apabila ada basa yang mendonorkan
pasangan elektronnya dan asam yang menerima pasangan elektron tersebut untuk
membenuk ikatan baru, dengan nama produk disebut senyawa kompleks (adduct) an

10
ikatan yang terjadi adalah ikatan kovalen koordinasi. Contoh sederhananya reaksi
pembentukan ion hidronium dan ion ammonium.
2.9 Larutan Dapar (Buffer) dan Indikator
Jika [H+] atau (pH) suatu larutan tidak banyak terpengaruh oleh penambahan asam dan
basa dalam jumlah kecil, larutan itu disebut bersifat dapar (buffer). Larutan akan
mempunyai sifat-sifat berikut jika mengandung asam lemah maupu basa lemah, dalam
jumlah agak besar. Jika asam kuat dalam jumlah kecil ditambakan kepada larutan
demikian, kebanyakan H+ yang akan ditambahkan bergabung dengan basa lemah dari dapar
itu dalam jumlah yang equifalen dan membentuk asam konjugasi dari basa lemah.

 Indikator Asam dan Basa


Indikator merupakan kebalikan dari dapar, Indikator adalah pasangan asam dan
basa konjugasi yang terdapat dalam konsentrasi molar kecil sehingga tidak
mempengaruhi pH larutan keseluruhan.
HIn H+ + In-
Maka, [H+] = Ka x HIn/In-
Indikator dapat membedakan larutan, apakah asam, basa, atau netral. Indikator
asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada larutan, dengan tujuan
mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Senyawa indikator yang tak
terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda dengan indikator terionisasi.
Indikator buatan adalah imdikator yang sudah dibuat di labortorium atau pabrik
alat-alat kimia, kita tinggal menggunakannya. Untuk mengidentifikasi sifat asam,
basa dan garam biasanya menggunakan kertas lakmus, kertas ini terdiri dari lakmus
merah dan lakmus biru. Indikator universal, indikator asam basa seperti fenolptalin
dan metal jingga. Indikator ini selain untuk menentukan sifat asam, basa juga dapat
digunakan untuk menentukan derjat keasaman atau pH larutan.
Cara membuat indikator asam basa alami yaitu:
1. Menumbuk bagian bunga yang berwarna mortar.
2. Menambahkan sedikit aquades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan
ekstrak cair.
3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan diteteskan pada keramik.

11
4. Menguji dengan meneteskan larutan asam dan basa pada ekstrak, sehingga
ekstrak dapat berubah warna.
2.10 Asam Poliprotik (Berbasa Banyak) Lemah
Jika terdapat kemungkinan terjadinya ionisasi rangkap banyak, H2S dan H2CO3, setiap
tahap ionisasi itu mempunyai ketetapan keseimbanan sendiri-sendiri, berbagai tetapan itu
biasanya dibedakan dengan menggunakan subskrips.

Ionisasi primer: H2S H+ + HS- K1 = [H+][HS-] / [H2S]

Ionisasi sekunder: HS- H+ + S2- K2 = [H+][S2-] / [HS-]

Tetapan ionisasi sekunder asam polipotik selalu lebih kecil dari yang primer (K2<K1),
yang ketiga jika ada lebih kecil lagi dari yang kedua demikian seterusnya. Namun harus
jelas bahwa [H+] berarti konsentrasi nyata ion hydrogen didalam larutan.
Dalam hal asam poliprotik K1 biasanya lebih besar dari K2 shingga hanya keseimbangan
K1 saja yang harus diperhatikan dalam menghitung [H+] didalam larutan asam.

2.11 Tetapan Keseimbangan semu


Penyederhanaan system keseimbangan rangkap sering di gunakan dalam reaksi-reaksi
biokimia atau reaksi organic lainnya, yang melibatkan asam dan basa.
Contoh:
CH3CO2PO32- + H2O HPO42- + H+
Di samping reaksi hidrolis fundamental di atas, terdapat keseimbangan-keseimbangan asam
dan basa secara sendiri-sendiri untuk asetil-fosfat, asetat dan ion hydrogen fosfat. Asetil
fosfat atau (AcP) mungkin di gunakan untuk menyatakan jumlah konsentrasi semua bentuk
ion dan bukan ion dari pada asam asetil-fosfat, dan [fosfat] atau [P1] untuk menandai semua
bentuk anorganik asam fosfat dan baa konjugasinya yang berurutan. Penyebaran antara
asetil-fosfat dan hidrolisisnya tentu tergantung pada pH, tidak hanya karena H+ merupakan
hasil hidrolisis tetapi juga karena penyebaran dari ketiga zat lain (kecuali air). Bentuk-bentuk
asam atau konjugasinya bergantung pada pH. Digunakan suatu konveksi untuk membentuk
K1, yaitu ketetapan keseimbangan semu (apparent equilibrium constant) yang sesuai dengan

12
nilai pH tertentu, dimana digunakan konsentrasi stoikiometri dan bukan konsentrasi spesies
dalam tahap ionisasi tertentu.
K1 = [Ac][P1] / [AcP]
Nilai pH yang paling umum untuk menentukan K1 ialah 7, yaitu hamper mendekati nilai
fisiologi. Walaupun keseimbangan sebenarnya, tidak bergantung pada pH, namun
perubahan nilai K1 terdapat nilai pH dapat dihitung atau di tentukan secara empiris, pH
akan di anggap sebagai suatu fariabel (independent), seperti suhu.

2.12 Titrasi
Tritasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumah contoh tertentu
yang akan dianalisis. Prosedur analisi yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang
konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri.

13
BAB III

PERMASALAHAN (STUDI KASUS)

3.1 Aplikasi dalam Industri


Semua aspek kehidupan mengandung asam dan basa.
 Untuk analisi kandungan COD dalam limbah, menggunakan larutan buffer
(penyangga) asam basa dan larutan asam sulfat.
 Larutan buffer lain dalam analisis kandungan zat dalam limbah.
 Untk mengawetkan makanan, sehingga ada makanan yang diasamkan.
 Untuk membantu pelarutan bahan baku industry.
 Untuk membersihkan kotoran yang melekan di mesin (sabun/detergen)
3.2 Aplikasi dalam Kehidupan sehari-hari
Contoh-contoh asam
Asam dapat dengan mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari dalam
makanan maupun minuman, buah-buahan, air hujan dan bahkan di dalam tubuh kita.
Contoh asam organic adalah asam sitrat terdapat di dalam buah jeruk , asam format
terdapatdalam gigitan/sengatan semut dan lebah dan asam asetat yang terdapat dalam
cuka makan.
Asam mineral adalah senyawa asam seperti asam klorida (asam lambung) terdapat dalam
sistem pencernaan manusia dan hewan. Asam mineral banyak juga dimanfaatkan oleh
manusia untuk kebutuhan sehari-hari dan umumnya bersifat asam kuat. Contohnya asam
klorida yang digunakan secara luas dalam industry, asam sulfat untuk aki mobil dan asam
florida digunakan di pabrik kaca. Kekuatan asam dapat ditentukan dari kemampuannya
melepaskan ion hidrogen yang bermuatan positif (ion H+) ketika dilarutkan dalam air.
Semakin banyak ion H+ yang dilepaskan, semakin kuat sifat asamnya.

Contoh-contoh basa
Sitat licin dan berasa pahit merupakan cara mudah untuk mengenali zat basa,
beberapa contoh zat basa yang sering digunakan adalah:

14
 Natrium hidroksida/ soda api/ soda ash dan kalium hidroksida, sebagai
bahan baku pembersih dalam rumah tangga, misalnya sabun mandi, sabun
cuci, detergen, pemutih dan pembersih lantai
 Magnesium hidroksida dan alminium hidroksida, terkandung dalam obat
nyeri lambung (antacid).
 Amoniak, untuk pelarut desinfektan (pencegah terjadinya infeksi) dan
bahan baku pupuk urea.
Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka untuk member nama basa, cukup dengan
menyebut nama logam dan diikuti kata hidroksida.

15
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarukan dalam air akan menghasilkan larutan
dengan pH < 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton
(ion H+) kepada zat lain yang disebut basa, atau dapat menerima pasangan elektron bebas
dari suatu basa. Asam terbagi atas dua macam yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam
mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti halnya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu
basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti
sabun ketekia terkena kulit dan dapat menetralkan asam. Jika pH= 7, maka larutan bersifat
netral, jika pH < 7, maka larutan bersifat asam , jika pH > 7, maka larutan bersifat basa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, kleinfelter, word, (1989), kimia untuk universitas, jilid 1, Erlangga, Jakarta.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/63558769/Laporan_kimia_dasar_II_titrasi_asam_bas
a20200607-54051-jb27gl.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai