KELOMPOK 2 :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS
PADANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan tugas dengan judul
KESETIMBANGAN ASAM BASA. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas kelompok dalam mata kuliahan Farmasi Fisika.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami semua
dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini diharapkan bisa
bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun
makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah yang
sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,
oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga makalah ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA. 16
BAB I
PENDAHULUAN
Asam sering dikenali sebagai zat berbahaya dan korosif. Hal ini benar untuk beberapa jenis
asam yang digunakan di laboratorium, seperti asam sulfat dan asam klorida. Tetapi asam yang
tidak berbahaya juga banyak ditemui dalam kehidupan sehari hari. Misalnya pada cuka dan buah
buahan.
Senyawa asam dan basa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum zat-
zat yang berasa masam mengandung asam, misalnya asam sitrat pada jeruk, asam cuka, asam
tartrat pada anggur, asam laktat ditimbulkan dari air susu yang rusak. Sedangkan basa umumnya
mempunyai sifat yang licin dan berasa pahit, misalnya sabun, para penderita penyakit maag selalu
meminum obat yang mengandung magnesium hidroksida.
Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk
berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak
dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak
abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti
untuk memisahkan emas dan perak.
Kekuatan asam suatu senyawa dapat diukur dengan menggunakan indikator atau pH
meter. Demikian juga dengan basa, kekuatan basa dapat ditentukan dengan indikator dan
pH meter. Hal menyangkut asam basa akan dipelajari dalam pembahasan berikut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Rasa Asam
Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat
mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan. Sifat inilah yang
selanjutnya akan digunakan untuk mengidentifikasikan sifat asam dari
beberapa senyawa asam.
Dengan menggunakan indicator. Indikator yang sering digunakan
adalah kertas lakmus biru menjadi merah, sedangkan kertas lakmus
merah akan tetap berwarna merah.
3. Menghantarkan Arus Listrik
Asam dapat menghantarkan arus listrik. Hal itu dikarenakan asam
dapat melepaskan ion ion dalam larutannya yang mampu
menghantarkan arus listrik. Asam kuat merupakan elektrolit yang baik.
Semakin kuat suatu asam, akan semakin baik pula daya hantar
listriknya. (memiliki sifat elektrolit yang baik). Contohnya adalah asam
sulfat yang terdapat pada aki mobil.
4. Bereaksi dengan Logam Menghasilkan Gas Hidrogen
Reaksi :
Bila kita mereaksikan dua asam yang berbeda pada logam yang
sama, maka kita akan memperoleh hasil yang berbeda. Hal itu
disebabkan perbedaan kekuatan asam yang kita gunakan.
B. Basa
Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang melepaskan ion H+ atau H3O+ dalam
air. Sedangkan basa adalah senyawa yang melepas ion OH- dalam air.
HA + aq H+(aq) + A-(aq)
Di dalam air, ion H+ tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk ion dengan H2O.
Berdasarkan jumlah ion H+ yang dapat dilepaskan, asam dapat terbagi menjadi
Bila asam dan basa direaksikan, maka produk yang akan terbentuk adalah
senyawa netral (yang disebut garam) dan air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi
pembentukan garam atau reaksi penetralan, yang akan mengurangi ion H+ dan OH- serta
menghilangkan sifat asam dan basa dalam larutan secara bersamaan. Jika asam yang
bereaksi dengan basa adalah asam poliprotik, maka akan dihasilkan lebih dari satu jenis
garam. Misalnya pada rekasi antara NaOH dengan H2SO4.
Senyawa NaHSO4 disebut sebagai garam asam, yaitu garam yang tebentuk dari
penetralan parsial asam poliprotik. Garam asam bersifat asam, sehingga dapat bereaksi
dengan basa membentuk produk garam lain yang netral dan air.
Teori Arrhenius ternyata hanya berlaku pada larutan dalam air. Teori ini tidak
dapat menjelaskan fenoena pada reaksi tenpa pelarut atau dengan pelarut bukan air.
Pada tahun 1923, Brnsted Lowry mengungkapkan bahwa sifat asam basa
ditentukan oleh kemempuan senyawa untuk melepas / menerima proton (H+). Menurut
Brnsted Lowry, asam adalah senyawa yang memberi proton (H+) kepada senyawa
lain.
Sedangkan basa adalah senyawa yang menerima proton (H+) dari senyawa lain.
HF + H2O H3O+ + F-
a1 b2
b1 a2
a1 b2
b1 a2
Asam konjugasi : asam yang terbentuk dari basa yang menerima proton
Basa konjugasi : basa yang terbentuk dari asam yang melepas proton
Teori Brnsted Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat bersifat asam
maupun basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya adalah air. Di dalam larutan
basa, air akan bersifat asam dan mengeluarkan ion positif (H3O+). Sedangkan dalam
larutan asam, air akan bersifat basa dan mengeluarkan ion negatif (OH-).
C. Teori Lewis
Kelebihan teori Lewis ini adalah dapat menjelaskan reaksi penetralan yang
dilakukan tanpa air. Misalnya pada reaksi antara Na2O dan SO3. Menurut Arrhenius,
reaksi penetralan ini harus dilakukan dalam air.
Untuk asam-asam yang berasal dari atom yang sama seperti atom S atau Cl yang
mempunyai beberapa bilangan oksidasi, maka kekuatan asamnya bergantung pada
bilangan oksidasi dari atom tersebut. Bolangan oksidasi yang lebih tinggi mempunyai
kekuatan asam yang lebih besar. Contoh antara H2SO4 dan H2SO3.
Atom S pada H2SO4 dan H2SO3 mempunyai bilangan oksidasi masing-masing +6
dan +4 maka atom S pada H2SO4 mempunyai gaya tarik terhadap electron lebih besar
terhadap electron yang dipakai bersama berkaitan antara atom O dan atom H
menyebabkan atom H mudah lepas. Jadi H2SO4 bersifat asam lebih kuat dari pada H2SO3.
Kekuatan asam juga dipengaruhi oleh atom yang terikat keeletronegatifannya besar
menggantikan atom H seperti atom Cl yang bersifat menarik electron sehingga
mempengaruhi mudahnya ion H+ lepas.
2.4 Derajat keasaman (pH) asam/basa
A. Derajat keasaman (pH) Asam / Basa kuat
[ H 3O ].[ A ]
Ka =
[ HA]
Nilai pH asam lemah dinyatakan sebagai:
pH = Ka.M
M adalah nilai konsentrasi larutan yang akan ditentukan derajat keasamannya. Basa lemah
terurai dalam air dengan reaksi
NH3 + H2O = NH4+ + OH-
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :
[ NH 4 ].[OH ]
Kb =
[ NH 3 ]
Nilai pOH basa lemah dinyatakan sebagai :
pOH = Kb.M
2.5 larutan Buffer ( larutan penyangga )
Bila suatu larutan mengandung asam dan basa lemah, larutan tersebut dapat
menyerap penambahan sedikit asam / basa kuat. Penambahan asam kuat akan dinetralkan
oleh basa lemah, sedangkan penambahan basa kuat akan dinetralkan oleh asam lemah.
Larutan seperti ini disebut sebagai larutan penyangga atau larutan buffer. Pada umumnya,
larutan penyangga merupakan pasangan asam basa konjugasi yang dibuat dari asam /
basa lemah dan garamnya. Contohnya asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat
(CH3COONa). Ion asetat (CH3COO-) merupakan basa konjugat dari asam asetat. Untuk
larutan penyangga, nilai pH dan pOH dinyatakan sebagai
[ garam]
pH = pKa + log
[asam]
[ garam]
pOH = pKb + log
[basa ]
contoh soal :
Suatu larutan penyangga dibuat dengan mencampurkan tepat 200mL 0,6M NH3
dan 300mL 0,3M NH4Cl. Jika volume diasumsikan tepat 500mL, berapa pH larutan
tersebut ?
Jawab :
Jumlah mol NH3 dalam campuran = 0,6 mol/L x 0,2 L = 0,12 mol Jumlah mol NH4+
dalam campuran = 0,3 mol/L x 0,3 L = 0,09 mol
Konsentrasi asam dan garam dalam larutan
0,12
[NH3] = M = 0,24 M
0,5
0,09
[NH4+] = M = 0,18 M
0,5
Karena larutan penyangga dibuat dari basa lemah dan garamnya, maka
[ garam]
pOH = pKb + log
[basa ]
NH 3
pOH = 4,74 + log
0,24
0,18
pOH = 4,61
pH = 14 4,61 = 9,39
Larutan penyangga mempunyai peran yang besar dalam kehidupan. Salah satu
contoh larutan penyangga adalah H2CO3 / HCO3- dalam darah, yang bertugas menjaga
agar pH darah tetap netral.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa teori
asam basa, yaitu teori Arrhenius, Bronsted dan Lowry, dan teori Lewis. Kekuatan asam dan basa
tergantung pada kemampuannya berionisasi, makin banyak yang terionisasi berarti makin kuat sifatnya.
Zat selain basa kuat dan asam kuat akan mengalami kesetimbangan air murni, kesetimbangan larutan
asam lemah, kesetimbangan basa lemah, kesetimbangan asam lemah dan garamnya dari basa kuat atau
sebaliknya, serta kesetimbangan garam yang berasal dari asam atau basa lemah.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2013. Kimia Dasar 1. Makassar:
Bagian Kimia UPT Mata Kuliah Umum Universitas Hasanuddin.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga