Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


FISIKA DI ERA ABAD 21

“TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR”

Dosen Pengampu :

Nur Azizah Lubis,S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Dinda Putri Zulfira (210407009)


2. Firda maulina (210407001)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS SAMUDRA

2022
ABSTRAK

Era globalisasi semakin mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi semakin maju. Tuntutan masyarakat untuk “melek IPTEK” menjadi bekal
bertahan di era globalisasi ini. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak
terlepas dari sains. Menurut Toharudin (2011: 26) sebagai sebuah ilmu, sains memiliki
sifat dan karakteristik yang unik yang membedakannya dari ilmu lainnya. Sains adalah
pengetahuan yang kebenarannya sudah diujicobakan secara empiris melalui metode
ilmiah. Perkembangan teknologi yang lebih baik disebabkan karena peran ilmu
pengetahuan yang berkembang secara terus-menerus. Salah satu ilmu pengetahuan yang
berperan penting dalam kemajuan teknologi adalah fisika. Fisika merupakan salah satu
ilmu yang menjelaskan teori berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi di alam yang
dapat diukur dan diamati.
Menurut Fadly (2014: 1) dijelaskan bahwa fisika sangat penting dalam
mendukung sains dan teknologi. Salah satu tujuan mempelajari fisika adalah
dikuasainya kemampuan untuk mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam bidang
keterampilan yang akan ditekuni. Fisika dipandang penting diajarkan dengan maksud
melatihkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam
kehidupan sehari-hari. Kecakapan dalam pembelajaran fisika harus disertai
keterampilan menggunakan teknologi yang semakin canggih, pada abad 21 setiap orang
dituntut mengikuti perkembangan teknologi untuk menunjang pengetahuan dan sebagai
fasilitas pada jaman sekarang. Dalam hal ini dunia pendidikan bisa menjadi salah satu
faktor penunjang untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan
mampu bersaing di era globalisasi.
Fisika yang lebih cocok bagi abad ke 21 ini adalah menyadari bahwa penting
untuk membangkitkan kesadaran pada peserta didik tentang peran dan manfaat fisika
untuk memahami cara kerja alam ini, baik dengan contoh dari ilmu maupun contoh dari
teknologi yang dapat diamati sehari-hari (Rusli, 2013: 1). Perkembangan pendidikan
untuk meningkatkan keterampilan abad 21 bertujuan agar peserta didik mampu bersaing
di era globalisasi, seperti dalam BSPN (2010: 39) di jelaskan bahwa Pendidikan
Nasional pada abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat
bangsa indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan
setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang
terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan
masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu yang mandiri,
berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita banganya.

Kata Kunci: Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi fisika


KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya tanpa hambatan
yang berarti. Tidak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam pada baginda
rasul Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suritauladan serta menghantarkan
kita dari masa jahiliah menuju rasa yang penuh hikmah seperti yang kita rasakan saat
ini.
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat mengetahui mengenai
“Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air”.Penyelesaian karya tulis ini juga
bersumberkan dari beberapa referensi, seperti dari internet yaitu dari google, dan dari
pengetahuan yang kami miliki seputar hal ini .kami menyadari sepenuhnya bahwa karya
tulis ini masih jauh dari yang diharapkan, maka kritik dan saran sangat diharapkan
sebagai penyempurnaan karya tulis ini.

Langsa,05 April 2002.

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Konversi Lahan.....................................................................................................
B. Management..........................................................................................................
C. Usaha Perbaikan....................................................................................................
D. Konsep Kebijakan................................................................................................
E. Teknologi TPSDA................................................................................................
F. Usulan Kebijakan……………………………………….....................................
G. Tokoh dan Teori Fisika Modern……………......................................................

BAB III PENUTUP.........…………………………………………………………............

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di abad 21 sekarang ini, banyak sekali masalah yang berkaitan dengan Fisika,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam ruang lingkup lainnya. Dalam bidang
pendidikan, Fisika mempunyai peran aktif. Salah satu tanda dari berkembangnya
pendidikan fisika adalah kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
Teknologi pendidikan sebagai bagian integral dari kegiatan pendidikan memerlukan
upaya manusia (Guru dan tenaga kependidikan atau sekelompok professional lainnya)
yang sifatnya menyeluruh. Upaya pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan yang
bermutu secara kuantitatif dan bukanlah aktifitas sederhana. Salah satu upaya yang
mungkin dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi pendidikan dalam rangka
efektivitas dan efisiensi manajemen pendidikan (Danim, 2010: 10).
Sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam
pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai
penglaman yang bermakna. Sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi
proses juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Mengingat bahwa
sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, dalam hal ini berarti siswa perlu
untuk diajak dan atau ikut terlibat dalam kegiatan laboratorium. Maka dari itu kegiatan
laboratorium dalam pembelajaran fisika sangat penting, dalam pelaksanaan
pembelajaran seharusnya guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium (Mendiknas. 2007).
Pendidikan bersifat dinamis dan selalu menghendaki adanya perbaikan dari waktu
ke waktu, seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi. Oleh karena
itu pada Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah menjelaskan: mengingat kebhinekaan budaya,
keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu, “proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” (Muzakki, & Madlazim.
2013: 153).
B. Rumusan Masalah

Masalah menjadi dasar dalam sebuah kajian. Agar kajian dapat dilaksanakan dengan
baik, masalah yang begitu kompleks harus dirumuskan agar menjadi lebih
fokus.Terdapat beberapa masalah dalam kajian ini.
1. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi fisika di era abad 21?
2. Bagaimana perkembangan teknologi dalam pengelolaan sumber daya air?
3. Siapa saja ilmuwan dalam perkembangan fisika di era abad 21?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi fisika di era
abad 21.
2. Untuk mengetahui perkembangan teknologi dalam pengelolaan sumber daya air.
3. Untuk mengetahui ilmuwan yang berperan dalam perkembangan fisika di era abad
21.
BAB II
PEMBAHASAN

Pada tahun 1995, Ismail Seralgeldin,wakil presiden Bank Dunia, mencatat


semacamprediksi mengenai masa depan perang: “ Jika perang abad ini banyak
diakibatkan olehpersengketaan minyak, perang masa depan akandipicu oleh air.”1
Cerita kekurangan air tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi juga diIsrael, India,
Bolivia, Cina, Kanada, Meksiko,Ghana, dan Amerika Serikat. New York Times (16
April 2001), mengangkat feature tentang kelangkaan air di Texas, sebagaimana
Seralgeldin, bahwa Texas kini bukan minyak yang menjadi cairan emas, melainkan air.
Potensi dan ketersediaan air di Indonesia saat ini diperkirakan sebesar 15.000 meter
kubik perkapita pertahun. Jauh lebih tinggi dari ratarata pasokan dunia yang hanya8.000
m3/kapita/tahun. Pulau Jawa pada tahun 1930 masih mampu memasok
4.700m3/kapita/tahun, saat ini total potensinya sudah tinggal sepertiganya (1500
m3/kapita/tahun). Pada tahun 2020 total potensinya diperkirakan tinggal 1200
m3/kapita/tahun. Dari potensi alami ini, yang layak dikelola secara ekonomi hanya
35%, sehingga potensi nyata dari tinggal 400 m3/kapita/tahun, jauh dibawah angka
minimum PBB, yaitu sebesar 1.000 m3/kapita/tahun. Padahal dari jumlah 35% tersebut,
sebesar 6% diperlukan untuk penyelamatan saluran dan sungai-sungai, sebagai
maintenance low. Oleh karena itu pada tahun 2025, Internasional Water Institute,
menyebut Jawa dan beberapa pulau lainnya termasuk dalam wilayah krisis air.2
Menurut Water Resources Development (1990), tahun 1990 Pulau Jawa sudah
mengalami defisit air, dari kebutuhan 66.336 juta m3/tahun hanya bisa tersedia 43.952
juta m3/tahun. Joko Pitono (2003) juga mengkaji bahwa pada musim kemarau tahun
1993, 75% Pulau Jawa sudah mengalami kekeringan akibat defisit air dan defisit air
meningkat pada tahun 2000 menjadi 56%, suatu angka yang menghawatirkan dan perlu
diwaspadai secermat mungkin. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1997,
dalam neraca airnya menyatakan bahwa secara nasional belum terjadi defisit air, tetapi
khusus untuk Jawa, Bali sudah terjadi defisit sejak tahun 2000 dan tahun 2015
bertambah dengan wilayah Sulawesi dan NTT.3 (Lihat Tabel 1).

A.Konversi Lahan

Sudah menjadi alasan klasik bahwa meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia


menyebab-kan tekanan sosial ekonomi terhadap lahan pertanian, indikasinya antara lain;
a. Rata-rata 50.000 ha lahan pertanian teknis setiap tahun dikonversikan menjadi lahan
non-pertanian. Lahan pertanian kelas satu yang dikonversikan untuk penggunaan
lahan non pertanian tersebut sangat sulit untuk dicari gantinya ditempat lain, karena
lahan-lahan yang tersisa tinggal lahan marginal yang miskin.
b.Untuk mengganti lahan subur 50.000 hal yang hilang diperlukan lahan marginal
250.000 ha agar produksi padi tidak berkurang.
c.Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) semakin meningkat dari tahun ke tahun,
khususnya di Pulau Jawa. Perubahan pola penggunaan lahan dari lahan pertanian ke
lahan non pertanian mengakibatkan berkurangnya area hutan, semakin intensifnya
pemanfaatan lahan dan kurangnya usaha konservasi tanah dan air,serta belum jelasnya
arah dan implementasi pembangunan dalam mengatasi permasalahan sumberdaya air
secara nasional.
d. Adanya fragmentasi pengelolaan antar instansi pemerintah dan sulitnya koordinasi.
e. Pengelolaan sumberdaya air yang masih berorientasi pada sisi penyediaan.
f. Borosnya pemakaian air untuk pertanian,karena rendahnya efisiensi pemakaian air
untuk sektor pertanian. Sebagai pengguna 80–90% dari seluruh pemanfaat air. Sektor
pertanian diperkirakan memakai air dengan efektif untuk pertumbuhan tanaman hanya
50–60% pasok air yang diterimanya, selebihnya hilang pada waktu pengaliran di saluran
dan digunakan tidak optimal di areal sawah. Apabila pada saat ini air yang dialokasikan
untuk irigasi sekitar 4.000 m3/detik, maka peningkatan efisiensi sebesar 10% saja akan
menghemat air 400 m3/detik.
g. Masih tersentraliasasinya organisasipengelolaan sumberdaya air dan kurangnya
pelibatan masyarakat setempat. Kondisi demikian menyebabkan semakin meningkatnya
kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan, seperti banjir, kekeringan, pencemaran,
eutrofikasi, sedimentasi dan sebagainya.

B. Management
Disamping itu dalam isu permasalahan pengelolaan sumber daya air pada RPJMN
2004-2009 adalah :
a. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan air dalam perspektif ruang dan
waktu.
b. Ancaman yang meningkatnya terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya air,
baik air permukaan maupun air air tanah;
c. Kemampuan penyediaan air menurun;
d. Potensi konflik air meningkat;
e. Tingkat layanan irigasi kurang optimal;
f. Abrasi pantai meluas
g. Koordinasi dan ketatalaksanaan lemah; dan kualitas pengelolaan data dan system
informasi yang rendah.
C. USAHA PERBAIKAN

1. Penyelamatan Hutan
Penyelamatan sumberdaya hutan, tanah dan sumberdaya air di Indonesia sudah
dilakukan sejak tahun 1961, dengan gerakan penghijauan secara massal dalam bentuk
pecan penghijauan pertama di Gunung Mas, Puncak,Bogor. Uji coba untuk memperoleh
metode yang tepat dalam rangka rehabilitasi lahan dan konservasi tanah ditinjau dari
aspek fisik dan sosial ekonomis, juga dilakukan pada tahun 1973 sampai tahun 1981 di
hulu DAS Bengawan Solo.Hasil pengujian antara lain diterapkan dalam proyek-proyek
Inpres Penghijauan dan Reboisasi sejak tahun 1976 pada 36 DAS di Indonesia.

2.Pengelolaan DAS Terpadu


Kerusakan DAS terus meningkat dengan cepat. Jika pada tahun 1984 terdapat
kerusakan 22 DAS kritis dan super kritis, tahun 1992 meningkat menjadi 29 DAS, 1994
menjadi 39 DAS, 1998 menjadi 42 DAS, 2000 menjadi 58 DAS dan tahun 2003
menjadi 62 DAS yang rusak super kritis dan kritis. Diperkirakan 13% dari 458 DAS di
Indonesia dalam kondisi kritis saat ini. Berdasarkan citra satelit Landsat tahun 2000,
luas lahan kritis dan kerusakan hutan diIndonesia mencapai 54,65 juta hektar yang
terdiri dari 9,75 juta hektar hutan lindung, 3,9 juta hektar hutan konservasi dan 41 juta
hektar hutan produksi. Sedangkan kerusakan lahan di luar kawasan hutan mencapai
41,69 juta hektar. Laju kerusakan hutan terus meningkat setiap tahunnya. Sebelum
diberlakukannya otonomi daerah, yakni pada periode 1995 – 1997, laju kerusakan hutan
mencapai 1,6 juta hektar per tahun, namun setelah reformasi dan otonomi daerah
kerusakan lebih besar yaitu mencapai 2,3 juta hektar per tahun.
Pengelolaan DAS sudah dilakukan sejak tahun 1969 hingga sekarang, namun
demikian kerusakan DAS terus meningkat. Salah satu faktor penyebab kegagalan adalah
mekanisme yang top-down dan belum terpadunya pengelolaan DAS. Faktor
eksternalitas dalam konservasi DAS selalu menimbulkan masalah karena tidak adanya
azas keadilan. Masyarakat di hulu dituntut untuk mengkonservasi dan dibatasi
pembangunnya, namun yang menikmati justru masyarakat di hilir. Belum adanya
peraturan perundangan yang mengatus mekanisme insentif dari hilir ke hulu
menyebabkan ketidakberhasilan di dalam pengelolaan DAS. Pengelolaan DAS sudah
dilakukan sejak tahun 1969 hingga sekarang, namun demikian kerusakan DAS terus
meningkat. Salah satu faktor penyebab kegagalan adalah mekanisme yang top-down
dan belum terpadunya pengelolaan DAS. Faktor eksternalitas dalamkonservasi DAS
selalu menimbulkan masalah karena tidak adanya azas keadilan. Masyarakat di hulu
dituntut untuk mengkonservasi dan dibatasi pembangunnya, namun yang menikmati
justru masyarakat di hilir. Belum adanya peraturan perundangan yang mengatus
mekanisme insentif dari hilir ke hulu menyebabkan ketidakberhasilan di dalam
pengelolaan DAS.Upaya pengelolaan DAS terpadu pertama dilaksanakan di DAS
Citandui pada tahun 1981, dimana berbagai kegiatan lintas sektoral dan lintas disiplin
dilakukan. Selanjutnya pengelolaan DAS terpadu dilakukan di DAS Brantas dan
Jratunseluna. Kegiatan konservasi tanah untuk mencegah erosi dan banjir seluruhnya
dibiayai oleh pemerintah. Konsep partisipasi mulai diterapkan tahun 1994, dalam
penyelenggaraan Inpres penghijauan dan reboisasi, walaupun masih dalam taraf
perencanaan.
3.Koordinasi
Dalam rangka untuk penanganan DAS prioritas sudah ada keputusan tiga menteri,
yaitu : Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, dan Menteri Pekerjaan Umum,
tertanggal 4 April 1984, yang menyatakan adanya 22 DAS superprioritas5). Dasar
penetapan DAS superprioritas didasarkan pada :
a) Daerah yang hidroorologisnya kritis, ditandai oleh besarnya angka perbandingan
antara debit maksimum (musim hujan) dan minimum (kemarau) serta kandungan
lumpur (sedimenload) yang berlebihan.
b) Daerah yang sedang atau akan dibangun bangunan vital dengan investasi besar,
antara lain bendung atau tanggul.
c) Daerah yang rawan terhadap banjir dan kekeringan.
d) Daerah perladangan berpindah usaha

kepadatan penduduk.Namun demikian usaha itu tidak dapat meminimumnkan


kerusahan DAS, bahkan DAS superprioritas menjadi 39 DAS pada tahun 1998. dan
tahun 2000 meningkat hingga 58 DAS. Bapenas tahun 2000, membuat sembilan agenda
yang tercakup dalam upaya pembaharuan kebijakan, yaitu :
a) Membentuk wadah nasional sumberdaya air (semacam Badan Air Nasional),
b) Merumuskan kebijakan air nasional,
c) Menyesuaikan undang-undang dan peraturan pemerintah,
d) Memperkuat sistem koordinasi kelembagaan sumberdaya air baik pada tingkat
provinsi maupun pada tingkat wilayah sungai,
e) Membentuk kerangka sistem informasi dan jaringan data sumberdaya air,
f) Menyelenggarakan korporitasi pengelolaan wilayah sungai,
g) Mempersiapkan kerangka kerja untuk alokasi air yang adil dan efisien dan
mekanisme hak.guna air untuk air permukaan dan air tanah,
h) Membentuk kerangka peraturan yang efektif dan dapat dijalankan untuk
mengendalikanpencemaran air dan pengelolaan kualitas air.
i) Merevisi kebijakan, kelembagaan, dan peraturan untuk meningkatkan manajemen
irigasi.

4.Kesepakatan Internasional
Dalam kesepakatan Den Haag, mengenai air, maret 2000, telah disepakati oleh
para menteri dari negara peserta tujuh tantangan pokok pengenai pengelolaan air,
sebagai berikut :
a) Mengutamakan penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia akan
air minum yang bersih;
b) Menjamin tersedianya air bagi produksi pangan;
c) Melindungi fungsi air dalam mendukung berlanjutnya kehidupan ekosistem;
d) Mengusakan pembagian sumber air seadil mungkin bagi sebanyak mungkin manusia
yang memerlukan di bumi ini;
e) Mengelola resiko yang berkaitan guna menjamin keberlanjutan air bersih;
f) Memberi nilai kepada air agar dapat secara jelas diketahui biayanya.
g. membangun badan yang mengelola air secara berkelanjutan memenuhi kebutuhan
generasi kini tanpa mengurangi kesempatan bagi generasi masa depan untuk dapat
memanfaatkan air.
Dalam kesepakatan pembangunan yang berkelanjutan di Johanesburg 2002 dan
Agenda 21 ada tiga pilar utama yang harus diperhatikan dalam melakukan
pembangunan, yakni 6 : pembangunan sosial, pertumbuhan ekonomi, dan perlindungan
lingkungan. Tujuan utamanya adalah penghapusan kemiskinan dan pengubahan pola
konsumsi dan produksi untuk melindungi keberlanjutan lingkungan.Dalam era
globalisasi pengaruh dari luar demikian besarnya, oleh karena itu diperlukan suatu
lingkungan ekonomi yang dinamis berdasarkan kerjasama internasional, terutama
menyangkut aspek finansial, alih teknologi, dan partisipasi penuh dari Negara
berkembang dalam pengambilan keputusan global. Keamanan,ketahanan, dan stabilitas
amat diperlukan untuk melaksanakan semua usaha tersebut.
Ada beberapa kesepakatan sasaran dalampenghapusan kemiskinan yang perlu
diketahui, yakni, bahwa pada tahun 2015 jumlah orang miskin dengan pendapatan
kurang dari US$ 1, yang kelaparan dan mendapat akses terhadap air minum yang aman
(bersih), harus direduksi setengahnya.Separuh dari jumlah penduduk miskin sedunia
yang tidak dijangkau oleh fasilitas air minum bersih harus sudah terpenuhi dengan
upaya-upaya:
a. Mengusahakan berbagai sumber pembiayaan,
b. Alih Teknologi untuk memungkinkan tercapainya sasaran ini terutama bagi yang
miskin dan perempuan,
c. Secara aktif melibatkan masyarakat dan khususnya perempuan dalam rangka
penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan, dan pengelolaan sumberdaya air dan
d. Mencegah pencemaran air dalam rangka pengembangan air bersih dengan teknologi
bersih.
Sedangkan sasaran tahun 2005 adalah setiap negara perlu menyepakati langkah
tindakan pengelolaan sumberdaya air secara terintegrasi, efisien, dan mendorong
penggunaan air secara sustainable serta memecahkan masalah kekurangan air di
kawasannya, yang dilaksanakan melalui;
a. Pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi.
b. Pengelolaan air tanah,
c. Menerapkan usaha mengefisienkan penggunaan air.
d. Merangsang pendaur ulangan air,
e. Mengembangkan berbagai instrument kebijakan yang mencakup; pengaturan,
pemantauan, langkah sukarela, informasi, pengelolaan tataguna lahan dan ruang,
perolehan biaya recovery, dan pendekatan daerah aliran sungai,
f. Menggali dan mengusahakan difusi teknologidan pengembangan kapasitas untuk
cara-cara inkonvensional dalam konservasi air,
g. Mengusahakan desalinasi air laut, daur ulang air, dan menuai air dari kabut pantai
perlu diusahakan melalui kerjasama teknologi dan pendanaan antar negara,
h. Mengembangkan kemitraan publik-privat atau bentuk kemitraan lain yang sesuai,
dengan memprioritaskan air untuk penduduk miskin.
i. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya air dan pemahaman daur air melalui;
penelitian penelitian yang diperluas, dan pengkajian teknologi, antara lain remote
sensing dan teknologi satelit
j. Mematok tahun 2003 sebagai Tahun Internasional untuk Air Bersih dan
menggalakkan kerjasama nasional, regional, dan global untuk menyelamatkan dan
mengembangkan sumber daya air.
D. KONSEP KEBIJAKAN

Dalam 2nd Word Water Forum 2000,telah disarankan agar Intergrated Water
Resource Management (IWRM) menjadi prinsip dasar pengembangan dan pengelolaan
Sumberdaya Air. Pengertian dan Prinsip-prinsip dasar IWRM adalah suatu proses yang
mengedepankan pembangunan dan pengengelolaan sumberdaya air, lahan, dan
sumberdaya terkait lainnya secara terkoordinasi dalam rangka memaksimalkan resultan
ekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan
ekosistem yang vital (Global Water Partnership, 2000) adapun prinsip-prinsip dasarnya
keterpaduan dalam IWRM mencakup dua komponen utama, yaitu :
1. keterpaduan pada sistem alam (natural system); dan
2.keterpaduan pada sistem manusia (human system).Keterpaduan sistem alam,
mencakup enam aspek keterpaduan, yakni;
1. Keterpaduan berbagai kepentingan daerah hulu dan daerah hilir,
2. Keterpaduan pengelolaan kualitas dan kuantitas,
3. Keterpaduan pengelolaan air permukaan dan air bawah tanah,
4. Keterpaduan penggunaan lahan dan pengelolaan siklus hidrologis,
5. Keterpaduan pengelolaan green water dan blue water; dan
6. Keterpaduan pengelolaan air tawar dengan daerah pantai.
Keterpaduan sistem manusia mencakup sedikitnyatiga aspek keterpaduan :
1. Keterpaduan kebijakan nasional antar sektor;
2. Keterpaduan seluruh stakeholders dalam perencanaan dan pengambilan keputusan;
3. Keterpaduan antara pengelolaan air dan air limbah.

Adapun Kriteria utama keterpaduan, adalah ;


1. Efisiensi ekonomi berkaitan dengan kelangkaan air, terbatasnya pembiayaan,
dan pencemaran air;
2. Keadilan berkaitan dengan hak setiap orang untuk mempunyai akses dan memenuhi
kebutuhan akan air sebagai kebutuhan dasarnya; dan
3. Keberlanjutan (sustainability) lingkungan dan ekologi, sehingga tidak mengorbankan
kepentingan generasi yang akan datang.Pengelolaan sumber daya air yang hanya demi
pertumbuhan ekonomi menjadikan hukum alam sebagai hukum pinggiran yang bisa
diabaikan. Padahal, hukum alam memiliki kearifan, dan dalam kearifan itu ia berjalan
secara konsisten, tak pernah berhenti impersonal, dan tanpa kompromi. Ia bahkan tidak
kenal keadilan dan tatanan ekonomi-politik buatan manusia. Hukum alam juga
menciptakan sumber daya yang tidak mungkin menjadi hak perorangan. Dengan
hukumnya sendiri bahkan menentukan batas yurisdiksi wilayah, kesatuan perencanaan
dan pemanfaatan wilayah, karena itu kebijakan menguras Sumber Daya Air tanpa
memperhatikan daya dukungnya jelas akan diadili hukum alam itu sendiri7. Jika
ditinjau dari sistem air yang ada, secara hidrolologi (earth system) volume air
yangberputar tidak banyak perubahan, yang berubah adalah perilaku manusianya (man
made system) dan tidak berjalannya sistem hukum yang mengatur lingkungan
sumberdaya air (legal system), sehingga akibat terganggunya daerahresapan, air lebih
banyak mengalir dipermukaan dan menimbulkan banjir di beberapa tempat,sedangkan
akibat perkembangan industri dan peningkatan jumlah penduduk menimbulkan
ekploitasi air yang berlebihan dan pencemaran sumber air akibat limbah yang tidak
dikelola dengan baik (Gambar 1). sistem manusia yang terkait dengan aspek air,
berjalannya system dipengaruhi oleh keterkaitan yang erat antarasistem sosial, sistem
ekonomi, sistem keteknisan (rancang bangun) dan sistem hukum yangmengaturnya.
Kegiatan pada sistem ekonomi yang tidak ditunjang dengan sistem hukum dansosial
yang baik dapat menimbulkan kerusakan pada sumberdaya air yang ada, karena akan
terjadi ekploitasi yang berlebihan.Untuk meningkatkan daya tahan suatu wilayah
terhadap ketersediaan air, ditinjau dari segi sistem, harus ditunjang dengan adanya
bendungan atau reservoir yang berfungsi menampung kelebihan air selama musim hujan
dan sebagai cadangan air ketika musim kemarau, pengolah air yang kapasitasnya sudah
memperhitungkan kebutuhan masa kini dan mendatang, penampungan air bersih,
system perpipaan air bersih ke konsumen, dan system pengolahan air limbah dan
pembuangan air yang baik (Gambar 2).
Semua kegiatan atau aktivitas memerlukan air, oleh karena itu perlu pengaturan
agar tidak terjadi perebutan sumberdaya air akibat perang kepentingan yang pada
akhirnya masyarakat menjadi korban ketidakadilan pembagian sumberdaya air. Dalam
rangka pengelolaan sumberdayaair, maka dibuatlah suatu undang-undang, yaitu
Undang-Undang Sumberdaya Air Nomor 7 Tahun 2004. Undang-Undang Sumberdaya
Air muncul sebagai tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam kehidupan
di masyarakat, sehingga UU No. 11 Tahun 1994 tentang pengairan dianggap sudah
tidak sesuai lagi. Prediksi kelangkaan sumber air di beberapa wilayah di Indonesia pada
tahun-tahun mendatang, adanya musibah banjir pada musim hujan dan kekeringan yang
datang setiap tahun merupakan indikasi perlunya pengaturan sumberdaya air secara
lebih tersistematis baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, budaya, lingkungan maupun
dari aspek legal. Air pada masa yang akan dating cenderung menjadi sesuatu yang
langka. Angkaangka yang ada menunjukkan kecenderungan kelangkaan air, baik dari
kualitas maupun kuantitas. Secara ekonomis kelangkaan merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan nilai barang menjadi lebih berharga, apalagi jika dibutuhkan orang
banyak. Secara perlahan air akan bergeser dari nilainya, terutama pada daerah-daerah
yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi. Undang-Undang Sumberdaya air
diperlukan untuk mengatur pemanfaatan air, agar sumberdaya air yang ada dapat
dimanfaatkan, dipelihara dan dijaga secara berkelanjutan sampai pada generasi yang
akan datang.Adanya harapan dari masyarakat untuk hadirnya undang-undang
sumberdaya air yang berwawasan lingkungan merupakan indikasi berhasilnya
pembangunan di bidang lingkungan.Namun fakta bahwa sumberdaya air tidak merata
untuk semua tempat, oleh karena itu diperlukan pengaturan yang terkadang
bertentangan dengan konsep-konsep daya dukung lingkungan.

E. TEKNOLOGI TPSDA

Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air (TPSDA) diperlukan untuk


meningkatkanefisiensi pengelolaan SDA, melalui peningkatan akurasi dan presisi dalam
inventarisasi potensi SDA, perencanaan alokasi SDA, pengaturan keadilan dalam
penggunaan, kemudahan dan kecepatan dalam pemantauan SDA, penghematan SDA,
Efisiensi Pengolahan Limbah, Efisiensi Proses Daur Ulang, dan Kemudahan dalam
evaluasi SDA.

1. Teknologi Inventarisasi SDA


Berdasarkan neraca air yang ada, perlu diprioritaskan aplikasi teknologi inventarisasi
SDA untuk menjamin keberadaan cadangan air untuk masa kini dan masa mendatang,
teknologi yang umum dipakai antara lain :
a. Teknologi satelit dengan penginderaan jarak jauh (remote sensing) untuk mendeteksi
awan, arah angin, temperatur, kelembaban, dll;
b. Teknologi radar untuk mendeteksi kepadatan awan dalam radius 25 s/d 100 km,
dengan teknologi ini bisa diketahui mana daerah yang akan terjadi hujan dan kapan
kejadian hujannya, sehingga mudah digunakan untukmitigasi dan adaptasi bencana;
c. Teknologi seismik dan geolistrik : untuk mengetahui ketebalan dan penyebaran
reservoir air bawah tanah.
d.Teknologi gravity dan mikrogravity untuk mengetahui tempat-tempat yang
mempunyai ketebalan sedimen dan mengambarkan konfigurasi basement
cekungan.Mengingat luasnya wilayah Indonesia, investasi dibidang teknologi
inventarisasi SDA ini penting dilakukan dan jika dilakukan dengan baik akan dapat
mengkoreksi neraca air yang ada. Indonesia sebagai negara nomer lima terkaya dalam
sumber daya air, tidak akan banyakmanfaatnya jika tidak diketahui dengan pasti dimana
potensi air tersebut berada.

2. Perencanaan SDA
Perencanaan pembangunan membutuhkan informasi yang tepat mengenai potensi
air di suatu wilayah. Ketersediaan data dan informasi menjadi basis dalam perencanaan,
baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam era sekarang ini kecepatan dalam
mendeteksi cuaca sangat diperlukan, karena itu perubahan cuaca dapat terjadi dalam
satu hari, bahkan jam. Penghitungan potensi air wilayah seharusnya tidak
konstantsepanjang tahun, tetapi naik turun sesuai dengan musimnya. Oleh karena itu
perencanaan penggunaan SDA sebaiknya sudah mempertimbangkan perubahan
tersebut. Teknologi diperlukan untuk mempercepat mendeteksi adanya perubahan cuaca
yang terjadi.

3. Penggunaan SDA
Standard penggunaan air untuk berbagai keperluan perlu ditinjau kembali
besarannya. Dengan perkembangan dan perubahan gaya hidup dan kondisi ekonomi,
sedikit banyak akan merubah konsumsi air, oleh karena itu perlu metodologi untuk
menentukan besaran kebutuhan air untuk berbagai keperluan. Penentuan kelas sungai
sesuai yang diamanatkan dalam PP 80 Tahun 2001 perlu segera direalisasikan, agar
pengelolaan sumber air lebih terfokus dan management pengelolaan air sungai lebih
terarah, daya dukung lingkungan lebih terkendali, sehinggadiharapkan dalam
penggunaannya tidak memerlukan banyak investasi untuk peningkatan kualitas.
Teknologi pemanfaatan atau penggunaan SDA sebaiknya mempertimbangkan efisiensi
proses, kemudahan operasional dan biaya dan kualitas proses, sehingga masyarakat
dapat menikmati sumber daya air secara wajar,

4. Pemantauan SDA
Teknologi pemantaua SDA diperlukan, untuk identifikasi kelebihan air dan
kekurangan air. Kelebihan SDA dapat menimbulkan banjir atau luapan atau genangan
pada suatu wilayah. Teknologi pemantauan dapat berupa teknologi radar cuaca atau
menggunakan system monitoring konvensional dengan sistem radio atau satelit.
Pemakaian teknologi monitoring digunakan untuk mitigasi dan adaptasi bencana. Pada
musim kering, teknologi pemantauan radar lebih efektif digunakan karena dapat
mendeteksi keberadaan awan pada suatu wilayah. Informasi ini diperlukan untuk
membantu mengambil keputusan dalam menentukan lokasi hujan buatan pada suatu
wilayah. Teknologi monitoring air tanah yang adasaat ini hanya mengukur penurunan
tinggi permukaan air tanah. Saat ini air tanah masih
banyak digunakan diperkotaan, namun perlindungan sumberdaya air tanah belum
optimal, sehingga terjadi “cone depresion” pada beberapa wilayah yang mempunyai
kecenderungan makin parah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu dikembangkan
system monitoring yang dilengkapi dengan “alert system” dengan mempertimbangkan
tinggi muka air tanah yang aman untuk suatu wilayah.

5. Penghematan SDA
Kelangkaan SDA memerlukan langkah penghematan dalam pemakaian SDA.
Pemilihan teknologi proses produksi harus mempertimbangkan kebutuhan air. Pada
bagian ini agak sulit dilakukan karena pemilihan teknologi sangat tergantung pada
pengguna, kecuali ada insentif dari penggunaannya.

6. Pengolahan Limbah dan Daur Ulang


Dengan meningkatnya jumlah penduduk, pencemaran menjadi persoalan rumit
bagi pelestarian sumber air. Pengembangan dan aplikasi teknologi pengolahan limbah
perlu dilakukan. Aplikasi teknologi pengolahan limbahakan meningkatkan daya dukung
lingkungan.Daur ulang pemakaian air limbah untuk keperluan industri harus
ditingkatkan agar keberadaan SDA suatu wilayah dapat terjaga dan dapat menjangkau
untuk keperluan yang lebih luas. Setiap kegiatan yang menghasilkan limbah diwajibkan
mengolah limbahnya dan daur ulang air minimal 30% untuk setiap pengguna yang
memakai air dalam jumlah besar.

7. Evaluasi Pengunaan SDA


Evaluasi secara berkala perlu dilakukan, secara kuantitas dan kualitas. Evaluasi
penggunaan SDA suatu wilayah perlu mempertimbangkan azas keadilan dan
pemerataan penggunaan sumberdaya air. Perlu ditetapkan lembaga yang berwenang
untuk melalukan evaluasi penggunaan air setiap tahun. Dalam evaluasi perlu ditetapkan
parameter mana yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya. Sistem informasi
dan pengolahan data yang baik perlu dikembangkan agar proses evaluasi dapat cepat
dilaksanakan.

F. USULAN KEBIJAKAN

Berdasarkan kondisi yang ada, perlu dilakukan kebijakan (usulan) agar pengelolaan
sumber daya air dapat berkelanjutan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, antara lain :

1. Jangka Pendek (Darurat)


a. Aplikasi teknologi deteksi keberadaanawan dengan radar cuaca;
b. Aplikasi satelit cuaca untuk mitigasi dan adaptasi bencana banjir;
c. Aplikasi Teknologi Modifikasi Cuaca;
d. Aplikasi Teknologi Online Monitoring (Onlimo) untuk deteksi permukaan air
sungai (untuk deteksi banjir), muka air tanah, dan pencemaran lingkungan.
2. Jangka Menengah dan Panjang
a. Pembangunan dan implementasi sumur resapan dan waduk resapan;
b. Rehabilitasi embung, situ, rawa, dan danau;
c. Pembangunan waduk penampung air dan pengendali banjir;
d. Reboisasi dan penghijauan dengan jenis tanaman yang mempunyai nilai
ekonomis, bukan berorientasi kayu (tidak ditebang), jenis tanaman yang tidak
rakus air (seperti Akasia, Sengon)
e. Prototipe pengelolaan sumberdaya air terpadu (IWRM), antara lain : penataan
ruang berbasis ekosistem, pengembangan teknologi irigasi dan pertanian hemat air,
dan lain-lain yang memenuhi prinsip dasar IWRM
f. Penerapan teknologi input hujan (modifikasi cuaca)
g. Penerapan teknologi sistem informasi iklim dan air.
h. Community Based Development
i. Insentif silang antara hulu – hilirj.
Pengembangan teknologi ecohydraulic
k. Penyusunan peta baku (lahan kritis)
l. Pengelolaan DAS (one river, one plan, one integrated management)
m. Evaluasi dan monitoring pengelolaan DAS yang accountable dan terukur
(teknologi quick map, citra satelit,modeling DAS, evaluasi sistem habitat).

G. Tokoh dan Teori Fisika Modern


Beberapa tokoh yang kami ungkapkan disini adalah tokoh yang banyak
pengaruhnya terhadap fisika modern, diantaranya:

1. Albert Einstein (1879-1955)


Einstein, lahir di Ulm, Jerman. Ia sangat tidak senang pada sekolah-sekolah di
Jerman yang disiplin secara kaku pada waktu itu, karena itu pada usia 16 tahun ia pergi
ke negara Swiss untuk menyelesaikan pelajarannya, kemudian ia memperoleh pekerjaan
yaitu sebagai orang yang memeriksa pemohon paten (hak paten) pada Swiss Patent
Office (Kantor Paten Swiss) di Berne. Kemudian, dalam tahun 1905, gagasannya yang
sudah ada dalam pikirannya bertahun-tahun ketika ia harus memusatkan perhatiannya
untuk pekerjaan lain berbua menjadi tiga makalah pendek. 
Pada waktu itu minat Einstein ialah terutama dalam bidang gravitasi, dan mulai
dari hal yang ditinggalkan Newton lebih dari dua abad yang lalu. Teori Relativitas
Umum Einstein yang diterbitkan dalam tahun 1915, mengaitkan gravitasi dengan
struktur ruang dan waktu. Dalam teori ini, gaya gravitasi dapat dipikirkan sebagai
ruang-waktu yang melengkung di sekitar benda sehingga massa yang berdekatan
cenderung untuk bergerak ke arahnya, sama seperti kelereng yang menggelinding ke
alas lubang yang berbentuk seperti mangkuk. dari teori teori relativitas umum orang
dapat membuat ramalan teoretis, misalnya cahaya harus dipengaruhi oleh gaya gravitasi,
dan ternyata semuanya terbukti secara eksperimental. Penemuan berikutnya yang
menyatakan bahwa semesta ini memuai ternyata cocok dengan teori. Pada tahun 1917,
Einstein mengemukakan penurunan baru mengenai rumus radiasi benda hitam Planck
dengan memperkenalkan gagasan radiasi yang terstimulasi, suatu gagasan yang buahnya
muncul 40 tahun kemudian sebagai penemuan laser.
2.  Max Planck (1858 - 1947)
Max Planck dilahirkan di Kiel dan belajar di Munich dan Berlin. Seperti banyak
ahli fisika, ia seorang pemain musik yang baik, selain itu ia juga senang mendaki
gunung. dalam tahun 1900, setelah 6 tahun ia bekerja di Universitas Berlin, Planck
mendapatkan bahwa kunci pemahaman radiasi benda hitam ialah anggapan bahwa
pemancaran dan penyerapan radiasi terjadi dalam kuantum energi hv. Penemuan yang
menghasilkan hadiah Nobel dalam tahun 1918 ini, sekarang dianggap sebagai tonggak
dari fisika modern. Selama bertahun-tahun Max Planck sendiri menyangsikan kenyataan
fisis dari kuantum energi ini. Setelah perang dunia kedua, Institute itu diberi nama
Planck dan ia kembali menjabat kedudukan presiden sampai akhir hayatnya.

3. Arthur Holly Compton (1892 - 1962)


Ia dilahirkan di Ohio dan mengalami pendidikan di Wooster College dan
Princeton. Ketika ia bekerja di Washington University di St. Louis ia menemukan
bahwa panjang gelombng sinar-x bertambah jika mengalami hamburan, dan pada tahun
1923 ia dapat menerangkan hal itu berdasarkan kuantum cahaya. Pekerjaan ini telah
meyakinkan orang akan kebenaran realitas foton, sebenarnya Compton sendirilah yang
mengajukan kata “foton”. Setelah ia menerima hadiah Nobel pada tahun 1927, Compton
bekerja di University of Chicago untuk mempelajari sinar kosmik dan menolong
menjelaskan bahwa sinar ini sebenarnya terdiri dari partikel yang bergerak cepat
(sekarang ternyata bahwa partikel itu adalah inti atom, dan sebagian besar adalah
proton) yang berputar dalam ruang dan bukan sinar gamma. Ia membuktikan hal ini
dengan memperlihatkan bahwa intensitas sinar kosmik berubah terhadap lintang, dan
hal ini hanya dapat diterima jika partikel itu adalah ion yang lintasannya dipengaruhi
oleh medan magnetik bumi. Selama Perang Dunia II, Compton merupakan salah satu
tokoh pimpinan yang mengembangkan bom atom.

4. Louis de Broglie (1892 - 1987)


Louis-Victor-Pierre-Raymond, duc de Broglie, banyak dikenal sebagai Louis de
Broglie (15 Agustus 1892–19 Maret 1987), ialah fisikawan Perancis dan pemenang
hadiah Nobel. Berasal dari keluarga Prancis yang dikenal memiliki diplomasi dan
kemiliteran yang baik. Pada mulanya ia adalah siswa sejarah, namun akhirnya ia
mengikuti jejak kakaknya Maurice de Broglie untuk membina karir dalam fisika.
Pada 1924, tesis doktoralnya mengemukakan usulan bahwa benda yang bergerak
memiliki sifat gelombang yang melengkapi sifat partikelnya.

5.  Max Born (1882 - 1970)


Max Born dilahirkan pada 11 Desember 1882, di Breslau, Jerman (kini
Wroclaw, Polandia). Born belajar fisika di Universitas Breslau, Heidelberg, dan Zürich.
Pada 1909, ia ditunjuk sebagai dosen di Georg-August-Universitaet Goettingen, di
mana ia bekerja sampai 1912, saat ia pindah ke Universitas Chicago. Pada 1915, ia
kembali ke Jerman namun harus masuk Militer Jerman. Pada 1919, ia menjadi guru
besar di Universitas Frankfurt-am-Main, dan kemudian profesor di Göttingen pada 1921
Born meninggal di Göttingen, Jerman pada 5 Januari 1970.
6. Werner Heisenberg (1901 - 1976)
Werner Karl Heisenberg (5 Desember 1901 - 1 Februari 1976) adalah seorang
ahli teori sub-atom dari Jerman, pemenang Penghargaan Nobel dalam Fisika 1932.
Werner Heisenberg dilahirkan pada tanggal 5 Desember 1901 di Würzburg, Jerman. 

7. Niels Bohr (1885 - 1962)


Niels Bohr (7 Oktober 1885–18 November 1962) adalah seorang ahli fisika dari
Denmark dan pernah meraih hadiah Nobel Fisika pada tahun 1922. Pada tahun 1913
Bohr telah menerapkan konsep mekanika kuantum untuk model atom yang telah
dikembangkan oleh Ernest Rutherford, yang menggambarkan bahwa atom tersusun dari
inti atom (nukleus) yang dikelilingi oleh orbit elektron. Putranya, Aage Niels Bohr, juga
penerima Hadiah Nobel.

8. Erwin Schrodinger (1887 -1961)


Erwin Rudolf Josef Alexander Schrodinger (1887-1961) ialah fisikawan Austria.
Dilahirkan di Wina, Austria-Hongaria. Ibunya berasal dari Inggris dan ayahnya berasal
dari Austria. Ia memperoleh gelar doktor di kota itu di bawah bimbingan mantan murid
Ludwig Boltzmann.
Schrodinger menggantikan Max Planck di Berlin pada 1927, namun pada 1933,
ketika Nazi berkuasa, ia meninggalkan Jerman. Dalam tahun itu ia menerima Hadiah
Nobel Fisika bersama dengan Dirac. Pada 1939 sampai 1956 ia bekerja di Institute for
Advanced Study di Dublin, lalu kembali ke Austria.

9. Richard P. Feynman 
Richard Philips Feynman biasa dipanggil dengan nama kecilnya, Dick. Ia
dilahirkan Far Rockaway, tidak jauh dari kota New York, dan belajar di Massachussetts
Institute of Technology dan Princeton. ia memperoleh Ph.D. dalam tahun 1942 ia
membantu mengembangkan bom atom di Los Alamos, New Mexico bersama dengan
ahli fisika muda lainnya. Ketika perang berakhir, ia pergi ke Cornell dan dalam tahun
1951 pindah ke California Institute of Technology Feynmenn menerima hadiah Nobel
pada tahun 1965 bersama 2 pioner lain dalam bidang elektrodinamika kuantum, yaitu
Julian Schwinger, juga seorang ahli fisika Amerika. Dan Sin-Itiro Tomonaga, seorang
pakar fisika Jepang. 

10. Wolfgang Pauli (1900 - 1958)


Ia dilahirkan di Wina. Pada umur 19 tahun ia telah membahas secara terinci
relativitas khusus dan umum yang menarik perhatian Einstein dan tetap merupakan
karya standar dalam bidang itu selama bertahun-tahun. Pauli menerima gelar doctor dari
universitas Munich pada tahun 1922 dan bekerja untuk jangka waktu pendek di
Gotthingen, Copenhagen dan Hamburg sebelum ia menjadi guru besar fisika di institute
teknologi di Zurich, Swiss pada tahun 1928. pada tahun 1925 ia mengajukan usul bahwa
bilangan kuantum (ketika itu belum diketahui asal hukumnya) diperlukan untuk
mengkarakterisasi masing-masing elektron atomic dan bahwa tidak ada dua elektron
pada atom yang sama mempunyai seperangkat bilangan kuantum yang sama. Selama
perang berlangsung Pauli berada di Amerika Serikat, dan menerima hadiah Nobel pada
tahun 1945.
11. Paul A. M. Dirac (1902 - 1984)
Ia dilahirkan di Bristol, Inggris, dan belajar teknik elektro di sana. Selanjutnya,
ia berganti minat mempelajari matematika dan akhirnya fisika. Ia memperoleh gelar
Ph.D. dari Cambridge pada tahun 1926. setelah ia membaca makalah Heisenberg yang
pertama mengenai mekanika kuantum pada tahun 1925, Dirac segera merancang teori
yang lebih umum dan pada tahun berikutnya ia merumuskan kaidah Eksklusi Pauli
menurut prinsip mekanika kuantum. Ia mempelajari statistic partikel yang memenuhi
prinsip Pauli, seperti elektron.. Dirac memperoleh hadiah Nobel fisika bersama dengan
Schrodinger pada tahun 1933. Dirac tetap tinggal di Cambridge sampai tahun 1971
kemudian pindah ke Florida State University.

12. Enrico Fermi (1901 - 1954)


Di dunia ini sangat sedikit orang yang jago fisika teori dan fisika eksperimen
sekaligus. Diantara yang sedikit itu, yang sangat luar biasa adalah Enrico Fermi.
Kemampuan dan kehebatannya tidak diragukan lagi, sehingga namanya diabadikan
diberbagai hal seperti: nama sebuah laboratorium fisika terkenal di Chicago Amerika
Serikat, Fermilab (Fermi National Accelerator Laboratory) yang telah mencetak banyak
peraih Nobel fisika; nama unsur ke-100, Fermium; nama suatu institut yang melakukan
riset dalam bidang fisika nuklir dan fisika partikel, Enrico Fermi Institute; dan nama
hadiah yang paling bergengsi dari pemerintah Amerika untuk mereka yang melakukan
penemuan hebat dalam bidang energi, atom, molekul, nuklir dan partikel, The Enrico
Fermi Award. Enrico Fermi dilahirkan pada tanggal 29 September 1901 di Roma, Italia,
dari pasangan Ida de Gattis dan Alberto Fermi.

Sebagai suatu hasil sementara dapat dikemukakan, bahwa kurikulum program


studi Fisika, termasuk juga program studi pendidikan fisika, sebaiknya diadaptasi pada
perubahan jaman yang telah terjadi. Pola program studi Fisika yang lebih cocok bagi
abad ke 21 ini adalah yang menyadari bahwa penting untuk membangkitkan kesadaran
pada mahasiswa tentang peran dan manfaat Fisika untuk memahami cara kerja alam ini,
baik dengan contoh dari ilmu maupun contoh dari teknologi yang dapat diamati sehari-
hari. Kesadaran (awareness) ini dapat ditumbuhkan melalui pemberian wawasan tentang
cakupan fisika, serta cara penerapannya (biasa disebut ’cara ilmiah’). Wawasan ini
dapat didukung dengan pendalaman beberapa konsep ataupun topik esensial.
Pendalaman memang memerlukan waktu perenungan dan diskusi antar sesama
mahasiswa. Karena itu tidak banyak konsep esensial dapat disentuh. Akan tetapi dengan
memperoleh pengalaman bagaimana memperdalam suatu topik, mahasiswa akan dapat
mengenali bagaimana cara ilmiah itu digunakan. Pengalaman ini kemudian dapat
dimanfaatkan untuk diterapkan pada topik lain.
Pendalaman itu memampukan seseorang untuk belajar secara makin mandiri.
Akhirnya, etika profesi perlu diberi waktu pula untuk disimak. Hal ini dapat diperluas
sedikit dengan menyentuh ihwal hubungan antara ilmu dan iman. Keduanya dapat
dikatakan bertumpu pada pengamatan dan pengalaman konkret. Pengamatan dan
pengalaman itu lalu dapat dinalarkan secara konsisten, menghasilkan beberapa
kesimpulan. Di sini ada perbedaan antara ilmu dan iman: Ilmu mensyaratkan
kesimpulan yang dapat diukur untuk diuji kekonsistenan antara kenyataan dan
kesimpulan hasil berpikir. Iman lebih menggunakan intuisi dan langkah yang lebih
pribadi, yang sulit atau tidak dapat diuji secara empiris. Kesimpulan intuitif iman ini
lalu menjadi titik tolak (hipotesis-kerja) untuk menalarkan konsekuensi konsekuensi
yang serupa, yaitu non-empiris dan berdasarkan iman akan titik tolak atau hipotesis atau
’wahyu Allah’ itu [16]. Kesimpulan non-empiris ini perlu diperkaya melalui penalaran
dan kesimpulan yang teruji secara empiris sejauh mungkin. Sebaliknya, kesimpulan
ilmiah perlu dihadapkan pada kesimpulan nonempiris itu, untuk direfleksikan sejauh
apa dapat dilakukan pengayaan secara konsisten.
BAB III
PENUTUP
 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tulisan ini antara lain :
1. Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air diperlukan teknologi untuk mempercepat
proses, meningkatkan akurasi dan presisi dalam pengelolaan, mempermudah
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan mitigasi dan adaptasi bencana.
2. Pengelolaan Sumber Daya Air merupakan pekerjaan multi sektor, oleh karena itu
leading sektor sebaiknya ditentukan berdasarkan pengguna terbesar dari air
tersebut, karena didalamnya melekat tanggung jawabnya untuk menjaga
kelestariannya.
3. Pesatnya perkembangan fisika dalam abad ke 20, berdampak terhadap
perkembangan teknologi dan sikap angkatan muda (dan tua), yang berkat
kemajuan kepekaan peralatan, memacu pula perkembangan fisika. Maka
sepatutnya perlu dilakukan adaptasi pola program studi Fisika. Khususnya di
Indonesia, di mana minat lulusan SMA lebih tertuju ke bidang teknologi, bidang
jasa, dan bidang kesehatan yang bersifat terapan dan secara ekonomis lebih
menarik, program studi Fisika menghadapi tantangan yang cukup berat, kalau
ingin tetap berkontribusi pada kemajuan bangsa dan dunia. Dari pengamatan
sejak beberapa tahun, tampaknya kata kunci “kesadaran”, “wawasan”,
“kedalaman”, “etika” dapat memberi arah strategis yang baik. Kesadaran akan
laju dan luasnya perkembangan fisika, dimilikinya wawasan tentang
kemampuan fisika dalam memahami dan merekayasa alam, dimilikinya
kedalaman dalam satu atau beberapa subbidang fisika yang akan memberi
pengalaman dan kepercayaan-diri menangani masalah dan ihwal yang baru dan
perlu diselesaikan, dan dimilikinya wawasan tentang etika profesi yang
mendasar, dapat menjadi pedoman dalam menyusun suatu kurikulum bagi
program studi fisika yang menarik, memotivasi, dan memandirikan
mahasiswanya. Pola kurikulum yang berhaluan seperti itu, diperkirakan dapat
menarik minat, mengokohkan kemampuan memecahkan masalah sains dan
teknologi, dan meluaskan wawasan lulusan fisika, sehingga dapat lebih mampu
memberi kontribusi signifikan dan lebih terpadu pada perkembangan masyarakat
abad ke 21.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/2450
https://www.superprof.co.id/blog/mengenal-tokoh-fisika/
https://sentratugas.blogspot.com/2018/01/fisika-modern-beserta-tokoh-penting.html?
m=1
https://trikusumawatifisika.wordpress.com/2018/05/13/20-ilmuwan-hebat-di-bidang-
fisika-yang-berhasil-mengubah-dunia/
https://www.scribd.com/doc/108541556/Para-Ahli-Fisika-Beserta-Penemuannya
https://media.neliti.com/media/publications/80395-ID-pendidikan-fisika-untuk-abad-ke-
21-kesad.pdf
https://www.researchgate.net/publication/
318721780_PENGEMBANGAN_PERANGKAT_PEMBELAJARAN_FISIKA_MOD
ERN_BERBASIS_MEDIA_LABORATORIUM_VIRTUAL_BERDASARKAN_PAR
ADIGMA_PEMBELAJARAN_ABAD_21_DAN_KURIKULUM_2013
http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2014-1-1-84203-421410035-bab1-
21082014042115.pdf
https://jurnal.uns.ac.id/jmpf/article/download/31612/21184
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPF/article/download/33427/18316
https://osf.io/6vwhd/download/?format=pdf
http://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/FKIP/Muktar_Panjaitan/Bahan
%20Strategi%20Pembelajaran%20Fisika.pdf
http://fmipa.uny.ac.id/id/berita/abad-ke-21-abad-paling-inovatif.html
https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/History_of_physics?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc
https://surakartadaily.com/2019/11/nobel-2019-dan-fisika-abad-ke-21/
https://blog.ub.ac.id/dilazhr/aplikasi-komunikasi-bisnis/sejarah-teknologi/
https://www.kompasiana.com/vina23783/624d885e32c4c61cbf5b6a88/pengembangan-
bahan-ajar-fisika-dengan-mengimplementasikan-metode-ajar-pada-abad-ke-21
http://fmipa.uny.ac.id/id/berita/abad-ke-21-abad-paling-inovatif.html
https://www.scribd.com/document/360113448/Fisika-Abad-Ke-21
http://digilib.uinsgd.ac.id/6566/5/4_bab1.pdf

Anda mungkin juga menyukai