Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR FARMASI FISIKA

PENENTUAN Ka ASAM ASETAT


DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA

DOSEN PEMBIMBING : WILDA WILDANIAH, S.Si


DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3

AULIA RACHMI
BUDI RENALDY
DWI HASANAH
FEBRI HARSONO
FIRLANDI
FIFI HARIYANTI
INDAH
LINDA
NUR ATIKA
NUR ULFAHNI
RIA DWI
RIA REDA

AKADEMI FARMSI YARSI PONTIANAK


TAHUN 2015/2016

PERCOBAAN II
PENENTUAN Ka ASAM ASETAT
DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA
A. Tujuan Percobaan

1) Mahasiswa mampu menentukan titik ekuivalen asam asetat berdasarkan titrasi


asam basa
2) Mahasiswa mampu menentukan Ka dari asam asetat berdasarkan kurva titrasi
B. Dasar Teori
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus
kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C. Larutan CH 3COOH dalam air merupakan asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi:

CH3COOH

H+ + CH3COO

Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industry yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilenaterftalat, selulosa asetat, dan
polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industry makanan asam
asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai
6,5 juta ton/tahun. 1,5 juta ton/tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari
industry petrokimia maupun dari sumber hayati.Penentuan kadar cuka pada makanan dapat
ditentukan dengan menggunakan metode titrasi netralisasi dengan menggunakan indicator
fenolftalein (PP). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titran dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai titer dan biasanya diletakkan didalam buret . Baik titer maupun titran biasanya
berupa larutan.Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas
larutan asam atau basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi oleh larutan yang
molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan disertai
penambahan indikator. Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika
indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya pada titik
akhir titrasi.Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat
penitrasi larutan basa atau penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan

asam. Titik akhir titrasi atau titik ekuivalen (pada saat indikator berubah warna) diharapkan
mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan
larutan

basa.

Pemilihan

indikator

yang

tepat

merupakan

syarat

utama

saat titrasi.Jika indikator yang digunakan berubah warna pada saat titik ekiuvalen,maka titik
akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator
terletak pada pH di mana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan
titik ekuivalen.Indikator yang lebih dianjurkan yaitu fenolftalein (PP) karena memberikan
perubahan warna yang lebih jelas yaitu warna merah muda dari yang tidak berwarna (trayek
pH=8,2-10,0). Pada saat titik ekuivalen proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.Dengan menggunakan data
volume titrasi, volume dan konsentrasi titer maka dapat menghitung kadar titrasi.

C. ALAT DAN BAHAN


1. pH meter/pH universal
2. Erlenmeyer
3. Buret
4. Pengaduk magnetik
5. Hot plate
6. Pipet ukur
7. Asam asetat 0,1M 250 ml
8. NaOH 0,1 M 550ml

D. PROSEDUR KERJA
20 ml CH3COOH 0,1 M

Dimasukan ke dalam gelas

beaker
Cek pH dengan pH meter

pH awal

Dititrasi NaOH 5 ml
cek pH debgan pH
meter

pH Naoh 5ml

Dititrasi ulang dengan menambahkan volume


NaOH sebanyak

10,15,17,19,20,21,22,23,24,25,30 ml
Cek pH dengan pH meter pada setiap
penambahan volume NaOH

pH setiap
penambahan NaOH

E. PERHITUNGAN
a. NaOH 0,1M 50ml
M=

g
1000
x
xvalensi
mr
v

0,1=

g
1000
x
x1
40
50

0,1=

g
=0,05 gram
0,5

b. Asam asetat 0,1M 50ml


M=

x 10 xpxvalensi
mr

98 x 10 x 10,9 x 1
60

1019,12
60

=16.98
M1.V1=M2.V2
16,98.V1=0,1.50

V1=

5
=0,29ml
16,98

G. TABEL PENGAMATAN

10

15

`1
7

19

20

21

22

23

24

25

30

3,
5

5,
5

5,
7

5,
8

6,
2

6,
4

6,
8

6,
9

7,
1

7,
5

12,
5

NaOH(m
l)

PH

F. PEMBAHASAN
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. asam asetat murni (asam
asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.
Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi.
Pada praktikum ini dilakukan metode titrasi asam basa dengan menggunakan asam
asetat sebagai titran dan natrium hidroksida sebagai titrat. terlebih dahulu disiapkan alat ,

pengaduk magnetik dan ph meter. Ukur ph aquadest menggunakan ph meter dan di dapatlah
hasil ph aquadest sebesar 6.9, kemudian ukur ph awal CH3COOH didapat 3,7. setelah itu ph
meter di kalibrasi sebesar 6.9. Ph meter diukur dan dicatat pada saat penambahan NaOH
sebanyak 5 ml, 10 ml, 15 ml, 17 ml, 19 ml, 20 ml, 21 ml, 22 ml, 23 ml, 24 ml, 25 ml, dan 30
ml. Penambahan NaOH dilakukan dengan mengaduk larutan menggunakan pengaduk
magnetik. Pengadukan ini berfungsi agar larutan basa yang ditambahkan dalam larutan asam
asetat ( CHCOOH ) dapat bercampur seluruhnya dengan sempurna sehingga seluruh partikel
zat bereaksi dengan sempurna. Alat ini sangat memudahkan kami karena pengadukan secara
manual sering kali membuat larutan tidak bercampur dengan sempurna, sehingga mengurangi
kecepatan hasil akhirnya. Adapun reaksi ion asetat mula-mula dan setelah penambahan
NaOH adalah sebagai berikut :

Reaksi ion asetat mula-mula


CHCOOH (aq) + HO (i) CHCOO(aq) + HO (aq)

Reaksi ion asetat setelah penambahan NaOH


CHCOOH ( aq) + NaOH (aq) CHCOONa + HO (l)

Pada langkah praktikum titrasi asam basa menggunakan pH meter ini, variasi
penambahan pH tidak bertujuan untuk mengakhiri titik akhir titrasi, tetapi untuk mengetahui
pH yang dihasilkan jika dilakukan penambahan setiap mL NaOH pada larutan CHCOOH.
Hasil pH yang terbaca pada pH meter untuk setiap penambahan NaOH akan dialurkan pada
sebuah kurva yang menunjukkan hubungan antara pH dan volume NaOH yang diperlukan
untuk melakukan pengujian larutan CHCOOH. Kurva dicantumkan pada lampiran.
Dari kurva terlihat bahwa setiap penambahan NaOH akan menaikkan pH karena
meningkatkan konsentrasi OH dan menurunkan konsentrasi H+, dari kurva juga terlihat
bahwa pH awal adalah 3,7. Kemudian pH beranjak naik sesuai dengan bartambahnya volume

NaOH. Perubahan pH yang perlahan sebelum titik ekivalen adalah akibat bekerjanya buffer.
pH yang semula meningkat sedikit demi sedikit, tiba-tiba melonjak tajam pada titik ekivalen.
Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah ini, penambahan sedikit saja NaOH lagi, maka akan
terjadi perubahan yang sangat besar. Hal ini terjadi karena larutan ini merupakan larutan hasil
titrasi dari asam lemah dan basa kuat, sehingga pH titik ekivalen sekitar 7,5. Dari kurva dapat
dilihat bahwa ekivalen terjadi pada volume 12,5 ml.

G. KESIMPULAN
Dari percobaan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa standarisasi larutan NaOH
dilakukan dengan mentitrasi larutan NaOH dengan larutan CHCOOH. pH titik ekivalen
sekitar 7,5 dan volume ekivalen titik akhir NaOH adalah 12,5 ml.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia
Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ditjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.:Jakarta
Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta
Lachman,Leon.1994.Teori Dan Praktek Farmasi Industri.Jakarta:Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai