Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat sertas
kasih-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Kekuatan Asam dan Basa Senyawa Organik”. Tujuan penulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Organik Fisik di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
BAB III..................................................................................................................21
Kesimpulan ...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................v
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
2
biasanya yakni asam lemahs sedangkan asam mineral biasanya yakni
asam berpengaruh di mana dalam keadaan pekat biasanya korosif,
sanggup melukai kulit, dan sanggup melarutkan logam dengan cepat.
Senyawa asam dikenali dari rasanya yang asam, atau bahkan dari
aromanya pun tercium asam. Tapi berhati-hati untuk tidak begitu saja
mengidentifikasinya menurut rasa dan aroma alasannya yakni sanggup
berbahaya. Senyawa asam bersifat korosif artinya sanggup merusak
logam maupun marmer. Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam
senyawa asam maka kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna.
Tetapi kalau kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam senyawa asam maka
kertas lakmus tersebut akan berubah warnanya menjadi merah.
Basa Organik
Basa organik dicirikan dengan adanya atom dengan pasangan elektron
bebas yang dapat mengikat proton. Senyawa-senyawa yang mengandung
atom nitrogen adalah salah satu contoh basa organik, tetapi senyawa yang
mengandung oksigen dapat pula bertindak sebagai basa ketika direaksikan
dengan asam yang cukup kuat. Perlu dicatat bahwa senyawa yang
mengandung atom oksigen dapat bertindak sebagai asam maupun basa,
tergantung lingkungannya. Misalnya aseton dan metil alkohol dapat
bertindak sebagai asam ketika menyumbangkan proton, tetapi sebagai basa
ketika atom oksigennya menerima proton. (Prasojo, 2012)
Dibawah ini beberapa contoh senyawa basa organik:
3
II. Asam Organik
Tabel 1. Mascam-macam pKa asam
4
Tabel ini memuat tetapan keasaman untuk beberapa asam karboksilat
dan asam lainnya. Dalam membandingkan data pada tabel ini, ingatlah
bahwa semakin besar nilai Ka atau semakin kecil nilai pKa, semakin kuat
sifat asamnya
1. Asam Karboksilat
Asam karboksilat disebut juga golongan asam alkanoat. Asam karboksilat
adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil
-COOH dan mempunyai rumus umun CnH2nO2.
5
b. Sifat Kimia Asam Karboksilat
1) Asam karboksilat mempunyai ikatan hidrogen sesamanya dan
dapat berikatan secara ikatan hidrogen dengan molekul air.
2) Asam karboksilat mempunyai gugus hidroksil yang bersifat polar
sehingga asam karboksilat bersifat polar.
3) Kereaktifan asam karboksilat merupakan asam lemah dan makin
lemah untuk suku yang lebih tinggi.
6
memahami reaksi esterifikasi, perhatikan gambar dan contoh di
bawah ini!
Rumus reaksi esterifikasi adalah:
R—COOH + R’—OH —> R—COO—R’ + H2O (R dan R’
tidak sejenis)
Contoh antara butil etanoat dengan etanol menghasilkan etil
pentanoat dan air:
C4H9—COOH + C2H5—OH —> C4H9—COO—C2H5 +
H2O
4) Reaksi oksidasi
Reaksi oksidasi asam karboksilat menghasilkan gas karbondioksida
dan uap air. Reaksi ini sama dengan reaksi pembakaran.
Contohnya:
CH3—COOH + 2O2 —> 2CO2 + 2H2O
7
Dari tabel diatas terdapat harga pKb untuk beberapa senyawa amina.
Kalau diperhatikan persamaan reaksi dibawah ini maka RNH2 bersifat
basa karena dapat mengikat H+, sehingga persamaan reaksi sbb:
R-NH2 + H – OH → R – NH3+ + OH–
pKb = -logKb
K adalah tetapan kesetimbangan basa. Dari persamaan tersebut secara
matematik dapat disimpulkan bahwa makin besar harga Kb, berarti
makin banyak amina yang bereaksi, [RNH2] makin kecil. Hal ini
menunjukan makin besar harga Kb, kekuatan basa makin tinggi.
8
senyawa karbon. Kebasaan amoniak dan metil amonia dapat berbeda
karena adanya efek induksi dari gugus –CH3.
Amonia
Metil amonia
3. Pengaruh resonansi
Untuk amina aromatik, ternyata sifat kebasaannya lebih lemah jika
dibandingkan dengan amina siklik.
Misalnya : sikloheksilamina lebih basa 1 juta kali dari aniline
9
Perbedaan sifat kebasaan ini dapat dipahami dari keterangan berikut.
Anilin adalah senyawa yang mampu membentuk ikatan delaokala Dan
struktur resonansi hibrid yang mungkin adalah :
Analog dengan keterangan di atas, amida juga mempunyai sifat basa yang
jauh lebih lemah dari amina.
10
Pada amida terdapat juga orbital delokal yang meliputi atom N.
Akibatnya elektron pada atom N akan tersebar. Hal ini terlihat pada
hibrida resonasi II yang menunjukan bahwa N tidak mempunyai orbital
isi. Selain itu dampak induksi negatif dari gugus C=O terhadap N juga
dapat melemahkan basisitas dari N. Dua faktor ini mengakibatkan
basisitas atom N pada amida menjadi lebih lemah . beberapa pKb dari
amina dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Dari tabel diatas , terlihat bahwa ke basaan amina sekunder lebih tinggi
daripada amina primer apabila mengikat gugus alkil yang sama. Tetapi
amina primer kebasaan nnya lebih tinggi daripada amina tersier. Semakin
turunnya kekuatan basa pada trimetilamina karena adanya beda ntropi
11
kondisi final dengan kondisi inifial. Yang dimaksud dengan kondisi final
adalah kondisi dimana sistem sudah mengandung kation dan anion .
4. Efek Sterik
Efek yang disebabkan keadaan ruang (keruahan) disebut efek
ruang/efek sterik
SENYAWA ORGANIK
1. Basa alifatik
Salah satu yang senyawa merupakan basa alifatik adalah golongan Amina
yang berbentuk alifatik. Dalam amina alifatik, Nitrogen secara langsung
terikat hanya pada gugus alkil dan atom Hidrogen. Jumlah gugus alkil
bervariasi dari satu hingga tiga. Tergantung pada jumlah gugus alkil yang
melekat, mereka disebut "amina primer" (hanya satu gugus alkil -1o),
"amina sekunder" (dua gugus alkil - 2o), dan "amina tersier" (tiga gugus
alkil - 3o).
Semua amina alifatik adalah basa lemah. Kebasaan meningkat ketika
gugus hidrogen pada atom Nitrogen digantikan oleh gugus alkil. Amina
tersier lebih mendasar daripada amina primer dan sekunder.
12
2. Basa aromatik
Syarat-syarat Aromatisitas
1. Molekul harus berbentuk siklik.
2. Molekul haruslah planar (hampir datar) dengan hybrid yang umum
adalah sp2
3. Memenuhi kaedah Huckel dengan sistem (4n + 2)eπ, dengan n =
0,1,2,3,...., dengan elektron π yang terkonjugasi. Elektron π adalah
elektron pada ikatan π atau orbital p (non bonding electron = n).
3. Basa heterosiklik
13
IV. Hubungan pH larutan dan kekuatan asam basa serta hubungan Ka
dan Kb terhadap kekuatan asam basa
14
KEKUATAN BASA
a. Asam Kuat
Menurut Arrhenius, asam merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air
menghasilkan ion H+. Asam kuat merupakan asam yang dianggap
terionisasi sempurna dalam larutannya. Jika di dalam air terlarut asam
kuat, misalnya HCl 0,1 M; kesetimbangan air akan terganggu.
H2O(l) → H+(aq) + OH-(aq) ………………………………………….(1)
10-7 M 10-7 M
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)......................................................................
(2)
0,1 M 0,1 M 0,1 M
15
[H+] = ( n x a ) mol/L
dengan : a = kemolaran asam
n = jumlah ion H+ yang dihasilkan dari ionisasi asam.
b. Basa Kuat
Basa kuat seperti halnya dengan asam kuat, yaitu basa yang di dalam
larutannya dianggap terionisasi sempurna. Basa kuat di dalam larutan akan
mengganggu kesetimbangan air. Misalnya, di dalam air terlarut NaOH 0,1
M; maka terdapat reaksi kesetimbangan:
H2O(l) → H+(aq) + OH-(aq) ………………………………………….(1)
10-7 M 10-7 M
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq).............................................................(2)
0,1 M 0,1 M 0,1 M
Adanya ion OH- dari NaOH akan menggeser kesetimbangan air (reaksi 1)
ke kiri. Konsentrasi H+ dan OH- dari air menjadi berkurang. Konsentrasi
ion-ion ini sangat sedikit dibandingkan dengan konsentrasi OH- yang
berasal dari NaOH. Oleh karena itu, [OH-] yang berasal dari air dapat
diabaikan.
Secara umum, jika di dalam air terdapat basa kuat L(OH)n dengan
konsentrasi b mol/liter, konsentrasi ion OH- dalam basa tersebut dapat
dihitung dengan cara:
L(OH)n(aq) Ln+(aq) + nOH-(aq)
b mol/L (n x b) ml/L
[OH-] = (n x b) mol/L
dengan : b = kemolaran basa
n = jumlah ion OH- yang dihasilkan dari ionisasi basa.
16
dengan analogi yang sama, untuk menentukan nilai konsentrasi OH- dalam
larutan dapat digunakan rumus nilai pOH.
pOH = − log [OH-]
Dalam kesetimbangan air terdapat tetapan kesetimbangan:
Kw = [H+][OH-]
Jadi, dengan menggunakan konsep – log = p, maka:
−log Kw = − log([H+][OH-])
−log Kw = − log[H+] + {− log [OH-]}
pKw = pH + pOH
pH + pOH = pKw
Pada suhu 25oC nilai Kw = 10-14, maka didapat:
pH + pOH = 14
d. Asam Lemah
Asam lemah adalah asam yang di dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi atau mempunyai derajat ionisasi yang kecil. Reaksi ionisasi
pada asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan ionisasi, misalnya
untuk asam lemah HA:
HA(aq) → H+(aq) + A-(aq)
Tetapan ionisasi untuk asam lemah diberi lambang Ka : 𝐾𝑎=[𝐻+][𝐴−]
[𝐻𝐴]
Dari persamaan ionisasi asam:
HA(aq) H+(aq) + A-(aq)
setiap satu molekul HA yang terionisasi akan menghasilkan sebuah ion H+
dan sebuah ion A-. Oleh karena itu, konsentrasi ion H+ yang berasal dari
HA akan selalu sama dengan konsentrasi ion A- atau [H+] = [A-] sehingga
konsentrasi ion A- dapat disubstitusikan ke dalam persamaan: 𝐾𝑎=[𝐻+]
[𝐴−][𝐻𝐴]
Oleh karena [H+] = [A-], maka: 𝐾𝑎=[𝐻+][𝐻+][𝐻𝐴]
[H+]2 = Ka[HA]
[H+] = √𝐾𝑎[𝐻𝐴]
17
dengan : Ka = tetapan ionisasi asam
[HA] = konsentrasi asam
Berdasarkan rumus:
[H+] = √𝐾𝑎[𝐻𝐴]
a ɑ = √𝐾𝑎𝑥 𝑎
maka: 𝑎2ɑ2= 𝐾𝑎 𝑥 𝑎 ɑ2=𝐾𝑎 𝑥 𝑎𝑎2 ɑ2=𝐾𝑎𝑎
Oleh karena HA yang terionisasi sangat sedikit, [HA] dianggap tetap,
sehingga didapatkan: ɑ=√𝐾𝑎[𝐻𝐴]
rumus tersebut menunjukkan bahwa jika larutan semakin encer, derajat
ionisasinya semakin besar. Demikian juga jika larutan semakin pekat,
derajat ionisasinya semakin kecil. Asam sangat pekat bahkan mempunyai
derajat ionisasi mendekati nol.
e. Basa Lemah
Seperti halnya asam lemah, basa lemah hanya sedikit mengalami ionisasi
sehingga reaksi ionisasi basa lemah merupakan reaksi kesetimbangan:
BOH(aq) B+(aq) + OH-(aq)
Dengan cara penurunan yang sama, didapatkan rumus untuk menghitung
konsentrasi ion OH- dalam larutan adalah sebagai berikut.
[OH-] = √𝐾𝑏[𝐵𝑂𝐻]
18
dan derajat ionisasinya dapat ditentukan dengan rumus: ɑ=√𝐾𝑏[𝐵𝑂𝐻]
Kb dan ɑ dapat digunakan sebagai ukuran kekuatan basa. Semakin besar
nilai Kb, semakin kuat basanya dan semakin besar nilai derajat
ionisasinya.
19
biasa dinamakan dengan efek resonansi. Pergeseran pasangan elektron bebas
oksigen yang diikuti dengan pergeseran elektron ikatan-phi ke oksigen yang
lain dalam struktur resonansi 1 menghasilkan struktur resonansi 2.
2. Pengaruh efek medan (M). Perbedaan keasaman antara asam asetat (8)
dengan asam nitroasetat (9) dijelaskan sebagai berikut :
Kedua struktur molekul di atas hanya berbeda pada substitusi -NO 2 dan -H.
Oleh karena gugus -NO2 adalah gugus penarik elektron yang kuat (-M) maka
gugus ini menarik kerapatan elektron dari gugus bermuatan negatif (COO-)
dalam anion asam nitroasetat. Hal ini teramati pada nilai pKɑ asam nitroasetat
yang kira-kira 1000 lebih kuat daripada asam asetat. Sehingga nitroasetat
bersifat lebih asam daripada asam asetat (yang memiliki gugus -H). Pada
umumnya gugus yang menarik elektron (-M) melalui efek medan akan
meningkatkan keasaman, sedangkan gugus pendorong elektron akan
meningkatkan kebasaan. Efek medan memiliki keterkaitan dengan efek
induksi.
20
konjugasinya) (10) menghasilkan kestabilan spesies tersebut sehingga isomer
orto mengalami peningkatkan keasaman.
Posisi para memiliki resonansi yang lebih mudah sehingga gugus pendorong
elektron akan lebih cepat mendorong elektron yang menyebabkan gugus -H
akan semakin tertahan (bersifat basa). Diikuti oleh isomernya; meta dan orto.
21
Tabel 4. gugus fungsi yang mempenaruhi efek induksi :
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante
August Arrhenius. Menurut Arrhenius, definisi dari asam dan basa, yaitu:
Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam
Arrhenius, sebagaimana HCl dapat terurai menjadi ion H+dan Cl− di
dalam air. Berbeda halnya dengan metana (CH4) yang bukan asam
Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion H+ dalam air meskipun
memiliki atom H. Natrium hidroksida (NaOH) termasuk basa Arrhenius,
sebagaimana NaOH merupakan senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi
ion Na+ dan OH− ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa
Arrhenius ini terbatas pada kondisi air sebagai pelarut.
22
Suatu senyawa asam seperti asam klorida (HCl) akan dinetralkan
oleh natrium hidroksida (NaOH) dalam larutan amonia. Dalam kasus
tersebut, akan diperoleh larutan jernih yang dapat dikristalkan untuk
memisahkan senyawa natrium klorida (NaCl) maupun amonium klorida
(NH4Cl) sebagai produk reaksi tersebut. Dalam kasus tersebut HCl
bereaksi dengan NaOH membentuk garam NaCl dan air, dan dengan
amonia (NH4OH) HCl bereaksi membentuk NH4Cl dan air. Prinsip reaksi
pada keduanya adalah sama, yaitu reaksi netralisasi.
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam disebut
valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah
melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam.
Basa Arrhenius adalah senyawa hidroksida logam M(OH)x yang dalam air
terurai menjadi :
M(OH)x -----> Mx+ + xOH-
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh molekul basa disebut valensi
basa. Contoh beberapa senyawa basa adalah:
1. NaOH (natrium hidroksida)
2. KOH (kalium hidroksida.
23
- asam adalah donor proton.
- basa adalah akseptor proton.
24
NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang
elektron bebas pada atom N untuk berikatan dengan H+ sehingga
terbentuk ion ammonium (NH4+). H2O berubah menjadi ion OH− setelah
memberikan proton (H+) kepada NH3.
25
gas, padat, cair, larutan dengan pelarut selain air, ataupun campuran
heterogen. Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan gas HCl
(asam) membentuk asap NH4Cl.
26
Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-
reaksi asam–basa lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air
yang tidak melibatkan transfer proton. Misalnya, reaksi-reaksi antara
oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida basa (misalnya MgO
dan CaO), reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3−,
[Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam kimia
organik.
VII. Katalis
Katalis ditemukan oleh J.J. Berzelius pada tahun 1836 sebagai komponen
yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia, namun tidak ikut bereaksi.
Definisi katalisator adalah suatu substansi yang dapat meningkatkan
kecepatan, sehingga reaksi kimia dapat mencapai kesetimbangan tanpa
terlibat di dalam reaksi secara permanen. Namun pada akhir reaksi katalis
tidak tergabung dengan senyawa produk reaksi. Entalpi reaksi dan faktor-
faktor termodinamika lainnya merupakan fungsi sifat dasar dari reaktan dan
produk, sehingga tidak dapat diubah dengan katalis. Adanya katalis dapat
mempengaruhi faktor-faktor kinetika suatu reaksi seperti laju reaksi, energi
aktivasi, sifat dasar keadaan transisi dan lain-lain (Widyawati, 2007).
Katalis merupakan zat yang ditambahkan dalam sistem reaksi untuk
mempercepat reaksi. Katalis dapat menyediakan situs aktif yang befungsi
untuk mempertemukan reaktan dan menyumbangkan energi dalam bentuk
panas sehingga molekul pereaktan mampu melewati energi aktivasi secara
lebih mudah. Oleh karena fungsinya yang sangat penting, maka penggunaan
27
katalis menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam berbagai industri.
Kebutuhan akan katalis dalam berbagai proses industri cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini terjadi karena proses kimia yang menggunakan katalis
cenderung lebih ekonomis.
Kemampuan suatu katalis dalam mempercepat laju reaksi dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja katalis antara lain
adalah sifat fisika dan kimia katalis; kondisi operasi seperti temperatur,
tekanan, laju alir, waktu kontak; jenis umpan yang digunakan; jenis padatan
pendukung yang digunakan. Katalis yang dipreparasi dengan cara yang
berbeda akan menghasilkan aktivitas dan selektivitas yang berbeda (Rieke
dkk, 1997).
28
2. Katalis Basa (Heterogen)
Terdapat dua jenis katalis basa yang dapat digunakan dalam
pembuatan biodiesel, yaitu katalis basa homogen dan katalis basa
heterogen. Katalis basa homogen seperti NaOH (natrium hidroksida) dan
KOH (kalium hidroksida) merupakan katalis yang paling umum
digunakan dalam proses pembuatan biodiesel karena dapat digunakan
pada temperatur dan tekanan operasi yang relatif rendah serta memiliki
kemampuan katalisator yang tinggi. Akan tetapi, katalis basa homogen
sangat sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga tidak dapat
digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang sebagai limbah
yang dapat mencemarkan lingkungan (Sharma, 2010).
Di sisi lain, katalis basa heterogen seperti CaO, meskipun memiliki
kemampuan katalisator yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
katalis basa homogen, dapat menjadi alternatif yang baik dalam proses
pembuatan biodiesel. Katalis basa heterogen dapat dengan mudah
dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat digunakan kembali,
mengurangi biaya pengadaan dan pengoperasian peralatan pemisahan
yang mahal serta meminimasi persoalan limbah yang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan.
Meskipun katalis basa memiliki kemampuan katalisator yang
tinggi serta harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan
katalis asam, untuk mendapatkan kinerja proses yang baik, penggunaan
katalis basa dalam reaksi transesterifikasi memiliki beberapa persyaratan
penting, diantaranya alkohol yang digunakan harus dalam keadaan
anhidrous dengan kandungan air < 0.1 - 0.5 %-berat serta minyak yang
digunakan harus memiliki kandungan asam lemak bebas < 0.5% (Lotero,
dkk, 2005).
Keberadaan air dalam reaksi transesterifikasi sangat penting untuk
diperhatikan karena dengan adanya air, alkil ester yang terbentuk akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas. Lebih lanjut, kehadiran asam
29
lemak bebas dalam sistem reaksi dapat menyebabkan reaksi penyabunan
yang sangat mengganggu dalam proses pembuatan biodiesel.
R-COOH + KOH → R-COOK + H2O
(Asam Lemak Bebas) (Alkali) (Sabun) (Air)
Akibat reaksi samping ini, katalis basa harus terus ditambahkan
karena sebagian katalis basa akan habis bereaksi membentuk produk
samping berupa sabun. Kehadiran sabun dapat menyebabkan
meningkatnya pembentukkan gel dan viskositas pada produk biodiesel
serta menjadi penghambat dalam pemisahan produk biodisel dari
campuran reaksi karena menyebabkan terjadinya pembentukan emulsi.
Hal ini secara signifikan akan menurunkan nilai ekonomis dari proses
pembuatan biodiesel dengan menggunakan katalis basa. Katalis heterogen
dalam proses produksi biodiesel merujuk pada katalis berwujud padat.
Penggunaan katalis heterogen didasarkan adanya kelemahan katalis
homogen yang memerlukan proses pemurnian lebih lanjut. Terlebih
sifatnya yang tidak ramah lingkungan. Melalui penggunaan katalis
heterogen diharapkan diperoleh produk biodiesel murni. Keunggulan
katalis heterogen dibandingkasn katalis homogen (Budiman dkk, 2014) di
antaranya:
a. Tidak sensitif terhadap adanya FFA (asam lemak bebas).
b. Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi dapat terjadi secara
bersamaan. 10
c. Tidak memerlukan tahap pencucian katalis.
d. Katalis mudah dipisahkan dari produk utama maupun produk samping
sehingga kontaminasi katalis terhadap produk rendah.
e. Katalis dapat didaur ulang.
f. Mengurangi adanya masalah korosi
Katalasi Asam
30
Lowry , asam adalah donor proton ( ion hidrogen , H + ) dan basa adalah akseptor
proton. Reaksi khas yang dikatalisis oleh transfer proton
adalah reaksi esterfikasi dan aldol . Dalam reaksi ini, asam konjugat dari gugus
karbonil adalah elektrofil yang lebih baik daripada gugus karbonil netral itu
sendiri. Tergantung pada spesi kimia yang bertindak sebagai asam atau basa,
mekanisme katalitik dapat diklasifikasikan sebagai katalisis spesifik dan katalisis
umum . Banyak enzim bekerja dengan katalisis spesifik.
1. Asam Bronsted
Katalisis asam terutama digunakan untuk reaksi
kimia organik . Banyak asam dapat berfungsi sebagai sumber
proton. Asam yang digunakan untuk katalisis asam antaralain asam
hidrofluorat (dalam proses alkilasi ), asam
fosfat , asamtoluenesulfonat , polistiren sulfonat , asam
heteropoli , zeolit .
Asam kuat mengkatalisis hidrolisis dan transesterifikasi ester , misalnya
untuk memproses lemak menjadi biodiesel . Secara mekanisme, oksigen
karbonil peka terhadap protonasi, yang meningkatkan elektrofilisitas pada
karbon karbonil.
HA +H2O → H3O+ +A–
A– +H2O → HA +OH–
Maka laju reaksi katalitik adalah :
r=kkat[S]
di mana Kkat = ko + kH[H3O] + kOH[OH] + kHA[HA] + kA[A] dan k0 adalah
laju tanpa katalis sedang yang lain adalah laju dengan katalis sesuai
dengan zatnya masing – masingKatalis asam basa, percepatan reaksi
kimia dengan penambahan asam atau basa, asam atau basa itu sendiri
tidak ikut bereaksi dalam reaksi. Contoh reaksi katalitik dengan katalis
asam, seperti dalam kasus dekomposisi dari sukrosa gula menjadi glukosa
dan fruktosa dalam asam sulfat, atau untuk katalis basa, seperti dalam
penambahan hidrogen sianida untuk aldehida dan keton dengan adanya
natrium hidroksida. Banyak contoh reaksi yang dikatalisasi oleh asam dan
basa.
31
Mekanisme reaksi asam-basa dan katalis dijelaskan dalam hal
konsep Brønsted-Lowry asam dan basa sebagai salah satu di mana ada
transfer awal proton Dari katalis asam untuk reaktan atau dari reaktan
dengan katalis dasar.
Asam Bronsted Lowry = Donor Proton (H+)
Basa Bronsted Lowry = Akseptor Proton (H+)
NH4+(aq) +H2O(l) → NH3(aq) +H3O+(aq)
Asam basa
H2O(l)+NH3 (aq) →NH4+(aq) +OH–(aq)
Asam basa
32
bermakna.
Pada laju reaksinya:
V:kH+ [H+][S]
kH+ :tetapan laju reaksi yang dikatalisis ion hydrogen.Orde
keseluruhan reaksi terhadap konsentrasi = 2, tetapi terhadap waktu = 1,
karena konsentrasi ion hidrogen tetap.
a. Laju reaksi orde satu.
V: Kobs [S]
Dimana Kobs : KH+ [H+]
Untuk reaksi yang dikatalisis ion hidroksil : Kobs = KOH- [OH]
Jika reaksi dikatalis ion-ion hidrogen dan ion hidroksil serempak
dan reaksi berlangsung spontan tanpa katalis, laju reaksi adalah : v= Ko
[S] + KH+ [H+][S] + KOH- [OH-][S] k = maka K(tetapan laju orde 1) : k : ko
+ kH+ [H+] + kOH- [OH-]
ko = Tetapan laju reaksi spontan tanpa katalis
kH+ dan kOH- tetapan laju reaksi yang masing masing dikatalisis oleh H +
dan OH-
kW = [H+][OH-]
k = ko + kH+ [H+] + kOH-
k = ko + kH+ + kOH- [OH-]
Reaksi hanya dikatalisis oleh asam (ion hidrogen) : kobs = kH+[H+]
Log kobs = log [H+] + kH+ [H+]
Log kobs = -(-log [H+]) + log kH+
Log kobs = -pH + log kH+
Katalis asam basa secara umum adalahPada larutan dapar yang digunakan
untuk mempertahankan larutan pada pH tertentu. Reaksi katalisis terjadi
karena salah satu komponen dapar yang dapat mempengaruhi laju reaksi,
reaksi ini disebut katalisis asam basa umum yang bergantung pada komponen
katalitik asam basa.Profil laju pH reaksi yang dipengaruhi katalisis asam basa
umum memperlihatkan penyimpangan dari profil katalisisasam basa
spesifik.Contoh hidrolisis streptozosin, laju reaksi dapar fosfat > laju reaksi
dalam katalisis basa spesifik, karena adanya katalisis oleh anion fosfat.
33
Kekuatan ion atau perbedaan pKa substrat dapat juga memperlihatkan
penyimpangan profil laju –pH. Pembuktian katalisis asam basa umum dapat
dibuktikan dengan menentukan laju degradasi obat dalam suatu rangkaian
dapar dengan pH asam (perbandingan asam dengan basa tetap), yang dibuat
dengan konsentrasi komponen dapar yang menaik.Tetapan laju orde satu
keseluruhan adalah
K = ko + ki ci
Ko = tetapan laju spesifik dalam air
Ci = konsentrasi katalitik I
Ki = koefisien katalitik
Dalam reaksi yang hanya terjadi katalisis asam basa spesifik saja, persamaan
menjadi:
K : ko + kH+ [H+] + kOH- [OH-]
34
adalah bahwa katalisator asam spesifik menggunakan ion hidronium
sedangkan reaksi katalisis asam umum menggunakan sembarang asam
Bronsted sebagai donor proton. Untuk katalisis asam umum,
pembentukan kation SH+ merupakan tahap lambat. Reaksi kondensasi
aidol adalah merupakan contohreaksiyang bergantung kepada mekanisme.
BAB III
KESIMPULAN
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2013. Modul Pembelajaran Matakuliah Kimia Organik Fisik II. Makassar
: Universitas Hasanuddin Press
v
Lotero, E., Liu, Y., Lopez, D.E., Suwannakarn, K., Bruce, D.A., & Goodwin,
J.G., Jr., 2005, Synthesis of Biodiesel via Acid Catalysis, Journal
Industrial & Engineering Chemistry Research, 44(14), 5353-5363.
Prasojo, Stefanus Layli S.,Farm. 2012. Kimia Organik I Jilid 1. Buku Pegangan
Kuliah Untuk Mahasiswa Farmasi,, Apt.
Ashadisasongko.Staff.Ipb.Ac.Id/Files/2012/02/Kimia-Organik-I.Pdf
Diakses tanggal 20 September 2020
Ridhwan, A dan Yuli. 2017. Bahan Ajar Asam Basa Berbasis STEAM (Science
Technology Engineering Art Mathematics). Jakarta: LPPM Universitas
Negeri Jakarta
Rieke, R.D., Thakur, D., Roberts, B., and White, T., 1997, Fatty Methyl Ester
Hydrogenation to Fatty Alcohol Part I: Correlation Between Catalyst
Properties and Activity/Selectivity, JAOCS, vol. 74, No.4, 333-339
Sharma, Y.C., Singh, B., and Korstad, J., 2010, Application of an Efficient
Nonconventional Heterogeneous Catalyst for Biodiesel Synthesis from
Pongamiapinnata Oil, Journal Energy Fuels, 24(5), 3223-3231.
vi