Oleh
Kelompok I
PRODI KIMIA
2018
A. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Sound Level Meter
No Noise No Noise No Noise No Noise No Noise
1 85.5 25 71.7 49 73.6 73 67.7 97 66.9
2 84.6 26 71.3 50 79.7 74 7.48 98 78.7
3 74.8 27 66.9 51 70.3 75 7.95 99 116.4
4 81.6 28 72.6 52 80.8 76 78.5 100 110.3
5 66.0 29 72.1 53 72.7 77 77.7 101 84.0
6 67,6 30 73.1 54 75.6 78 67.5 102 93.6
7 68.9 31 70.7 55 63.8 79 77.2 103 94.3
8 74.4 32 69.2 56 64.7 80 74.5 104 87.1
9 70.3 33 73.8 57 70.2 81 75.9 105 117.2
10 77.2 34 66.6 58 79.1 82 76.9 106 107.4
11 80.1 35 86.7 59 77.0 83 68.1 107 82.4
12 71.6 36 86.5 60 74.1 84 63.6 108 83.7
13 71.8 37 79.1 61 83.2 85 69.5 109 92.5
14 76.5 38 88.2 62 74.4 86 73.9 110 72.5
15 75.4 39 82.0 63 67.3 87 77.6 111 79.2
16 76.4 40 76.9 64 78.7 88 77.9 112 68.1
17 89.0 41 81.9 65 71.2 89 65.5 113 106.4
18 77.7 42 84.1 66 72.7 90 75.1 114 82.8
19 74.8 43 81.2 67 87.5 91 69.0 115 81.3
20 76.8 44 78.3 68 78.4 92 79.5 116 67.3
21 74.6 45 78.4 69 82.1 93 95.0 117 77.2
22 66.8 46 63.9 70 75.6 94 79.1 118 77.1
23 70.2 47 67.3 71 74.0 95 79.9 119 97.0
24 69.8 48 62.7 72 71.4 96 101.2 120 111.4
2. Nilai pH meter
a. pH 4 : 4,00
b. pH 7 :7,02
c. pH 10 :9,98
d. Sampel:7,25
2. Hasil Anemometer
a. Angka pada Pointer : 69
b. Lama Pengukuran : 5 menit
c. Nilai Kecepatan Angin: 0,23 m/s
3. Hasil WQC
a. pH : 2,80
b. Suhu : 24,70 ° C
c. TDS : 186 mg/L
d. Kekeruhan :0,00 NTU
e. DO : 9,89 mg/L
f. DHL :0,286 ms/cm
g. Salinitas : 0,01 %
h. Kedalaman :-
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kimia lingkungan kali ini adalah mengenai alat alat apa
saja yang digunakan dalam praktikum lingkungan baik dalam analisa kualitas
lingkungan dalam sampel air, udara maupun tanah. Alat-alat yang digunakan
dalam praktikum kali ini meliputi pH meter dan WQC (untuk kualitas air) dan
Anemometer serta Sound level meter (untuk kualitas udara)
4. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat mengurangi kualitas air karena air yang keruh
akan mempunyai warna yang tidak jernih dan apabila dienapkan akan
ada endapan di bawah wadah tersebut. Kekeruhan ditentukan dengan
satuan NTU (Nefelometrik Turbidity Unit ). Nilai kekeruhan dapat pula
ditentukan dengan alat turbidimeter. Nilai kekeruhan pada air ini adalah
0,00 NTU sehingga di nyatakan air sampel yang digunakan tidak keruh.
(Suriawiria, 2005)
5. DO (Dissolve Oxygen)
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air
yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen
terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Umtuk mengetahui kualitas air
dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah
DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik.jika kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO
dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Suriawiria, 2005).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam
keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya,
kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % .
KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) menetapkan bahwa kandungan
oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan
biota laut (Siti Muniffah, 2013). Oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan
dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain
itu, oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh organisme
aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil
akhirnya adalah nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan
kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik oksigen yang dihasilkan
akan mereduksi senyawa – senyawa kimia menjadi lebih sederhana
dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah
maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun
secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air
buangan industri dan rumah tangga. Dalam praktikum kali ini,
didapatkan nilai DO sebesar 9,89 ppm sehingga dapat dinyatakan
kandungan DO nya tinggi berarrti kandungan oksigennya juga banyak
dan baik untuk kualitas air tersebut.
6. Salinitas.
B. pH Meter
a. pH 4 : 4,00
b. pH 7 :7,02
c. pH 10 :9,98
d. Sampel:7,25
Dimana hasil yang didapat saat pengujian sample air pada saat
praktikum dilaksanakan. Dari hasil analisis tersebut pada pengukuran
pH meter analisis sample air memenuhi syarat mutu yang
diperbolehkan oleh SNI 06-2413 tahun 1991. Air minum sebaiknya
netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka
dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen
kimia yang dilaluinya. Berdasarkan SNI AMDK dan EC rules air yang
baik ph-nya antara 6 sampai 8, air mineral 6,5 sampai 8,5 dan air
demineral 5,0 sampai 7,5. Jika dibandingkan dengan sampel, maka
sampel ini dikatakan layan untuk dijadikan air minum dengan
pengukuran ph menggunakan pH meter sebesar 7,25.
Keasaman Air
Kebasaan/Alkalinitas Air
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditemukan air senyawa
karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium dan natrium
dalam air. Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan
kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit
air berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang
mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam konsentrasi
tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada Binding dalam ketel maupun
pipa-pipa pendingin. Kandungan magnesium, natrium dan kalium harus
diturunkan serendah-rendahnya agar kesadahan menjadi minim. Oleh
sebab itu untuk menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air.
Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan ion Ca
CO3 ion Mg bikarbonat dan lain-lain.
Sampel kawasan yang kami ukur yaitu halaman fakultas Sains dan
Teknologi. Disana kami mengukur intensitas bunyi, saat cuaca panas
pukul 10.10 wib. Seperti data hasil yang kami peroleh diatas.
Setelah kita melakukan percobaan ini diketahui bahwa, ada
beberapa hal yang dappat mempengaruhi tinggi dan rendahnya suatu
intensitas bunyi,
antara lain dari percoban yang telah dilakukan ada 3 hal yaitu
B. Anemometer
Didapatkan :
69
Kecepatan angin = 300
Kemudian dari data yang kita dapatkan dalam percobaan dapat kita
bandingkan dengan data yang terdapat pada skala Beaufort dari
BMKG dengan table di berikut,
Skala Beaufort (BMKG,2000)
1. Dengan alat WQC didapatkan nilai pH air sebesar 2,8, hal ini dapat
disimpulkan bahwa pH air terlalu asam sehingga kualitas airnya
tidak baik
2. Pada alat WQC didapatkan sampel air yang digunakan mempunyai
suhu 24,5°C. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa air tersebut
memenuhi syarat air baku air minum sesuai kriteria mutu air kelas
1 berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001.
3. Pada praktikum kali ini denan WQC didapatkan nilai TDS sebesar
186 mg/L sehingga dinyatakan bahwa air tersebut memiliki sedikit
kandungan zat terlarutnya.
4. Dalam praktikum kali ini dengan alat WQC didapatkan nilai DO
sebesar 9,89 ppm sehingga dapat dinyatakan kandungan DO nya
tinggi berarrti kandungan oksigennya juga banyak dan baik untuk
kualitas air tersebut.
5. Dalam Praktikum kali ini dengan alat WQC didapatkan nilai
salinitas sebesar 0,01 % sehingga disimpulkan air yang dianalisa
tidak mengandung kadar garam yang tinggi.
6. Pengukuran menggunakan pH meter didapatkan jika pH pada
sampel adalah 7,25. Ini berarti sampel dikatakan sebagai sampel
yang layak minum berdasarkan tingkatan keasamannya.
7. Berdasarkan keputusan Meteri Tenaga Kerja ini jika dibandingkan
dengan data pengamatan yang dilakukan pada praktikum maka
lokasi pengujian dapat digolongkan sebagai zona aman tanpa
pelindung yaitu dengan rata-rata nilai kebisingannya 76.8894 dB.
8. Dengan kecepatan angin pada percobaan 0,23 m/s didapatkan
bahwa memiliki skala beaufort 0 dengan kategori tenang. Pada
kondisis seperti ini, asap yang berada di udara bergerak secara
vertical tanpa tertiup angina kea rah horizontal.
Daftar Pustaka
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah
Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar. Tesis
Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang
Huda, Moch. Maftuchul, Intan Novita AP. 2016. Stress Masyarakat terjadi
akibat suara bising mesin diesel penggilingan pakan ternak sapi : studi
masyarakat Pandontoyo Kediri. Nurseline Journal ISSN 2540-7937 Vol 1 No1
Hartas H. 2008. Pendeteksian Keasaman dan Kebasaan pada Pembuburan
Kertas dengan Menggunakan pH Meter pada Proses Bleaching (Pemutihan).
Medan : Universitas Sumatera Utara Press
Siti Munifah, dkk. Physical and Chemical Water Quality of Dug and Bore
Well in the Working Area of Public Health Center II Guntur Demak Regency.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 2 / Oktober 2013.
Tuwaidan, Yongly. 2015. Rancang bangun alat ukur decibel (dB) meter
berbasismikrokontroler arduino uno R3. E-journal Teknik Elektro dan
Komputer ISSN 2301-8402