Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

“Pengenalan Alat Sampling Air dan Udara Serta Alat Laboratorium”

Dosen Pengampu : Tahta Muslim Karim, Msi

Oleh

Kelompok I

Bilal Adji Zaelani (11160960000064)

Fadhilah Restu Pratiwi (11160960000066)

Putri Anggaraeni P (11160960000082)

Sindia Permata Zahra (11160960000068)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PRODI KIMIA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018
A. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Sound Level Meter
No Noise No Noise No Noise No Noise No Noise
1 85.5 25 71.7 49 73.6 73 67.7 97 66.9
2 84.6 26 71.3 50 79.7 74 7.48 98 78.7
3 74.8 27 66.9 51 70.3 75 7.95 99 116.4
4 81.6 28 72.6 52 80.8 76 78.5 100 110.3
5 66.0 29 72.1 53 72.7 77 77.7 101 84.0
6 67,6 30 73.1 54 75.6 78 67.5 102 93.6
7 68.9 31 70.7 55 63.8 79 77.2 103 94.3
8 74.4 32 69.2 56 64.7 80 74.5 104 87.1
9 70.3 33 73.8 57 70.2 81 75.9 105 117.2
10 77.2 34 66.6 58 79.1 82 76.9 106 107.4
11 80.1 35 86.7 59 77.0 83 68.1 107 82.4
12 71.6 36 86.5 60 74.1 84 63.6 108 83.7
13 71.8 37 79.1 61 83.2 85 69.5 109 92.5
14 76.5 38 88.2 62 74.4 86 73.9 110 72.5
15 75.4 39 82.0 63 67.3 87 77.6 111 79.2
16 76.4 40 76.9 64 78.7 88 77.9 112 68.1
17 89.0 41 81.9 65 71.2 89 65.5 113 106.4
18 77.7 42 84.1 66 72.7 90 75.1 114 82.8
19 74.8 43 81.2 67 87.5 91 69.0 115 81.3
20 76.8 44 78.3 68 78.4 92 79.5 116 67.3
21 74.6 45 78.4 69 82.1 93 95.0 117 77.2
22 66.8 46 63.9 70 75.6 94 79.1 118 77.1
23 70.2 47 67.3 71 74.0 95 79.9 119 97.0
24 69.8 48 62.7 72 71.4 96 101.2 120 111.4

Nilai Rata-Rata = 76.8894 dB

Nilai Maksimal = 117.2 dB


Nilai Minimal = 7.48 dB

2. Nilai pH meter
a. pH 4 : 4,00
b. pH 7 :7,02
c. pH 10 :9,98
d. Sampel:7,25

2. Hasil Anemometer
a. Angka pada Pointer : 69
b. Lama Pengukuran : 5 menit
c. Nilai Kecepatan Angin: 0,23 m/s

3. Hasil WQC
a. pH : 2,80
b. Suhu : 24,70 ° C
c. TDS : 186 mg/L
d. Kekeruhan :0,00 NTU
e. DO : 9,89 mg/L
f. DHL :0,286 ms/cm
g. Salinitas : 0,01 %
h. Kedalaman :-
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kimia lingkungan kali ini adalah mengenai alat alat apa
saja yang digunakan dalam praktikum lingkungan baik dalam analisa kualitas
lingkungan dalam sampel air, udara maupun tanah. Alat-alat yang digunakan
dalam praktikum kali ini meliputi pH meter dan WQC (untuk kualitas air) dan
Anemometer serta Sound level meter (untuk kualitas udara)

1) Pengujian Kualitas Air


A. Pengujian Kualitas Air dengan WQC (Water Quality Checker)

Alat di atas adalah alat yang digunakan untuk menguji


kualitas air dengan menguji beberapa parameter antara lain pH, suhu,
TDS, Kekeruhan, DO, DHL, Salinitas, Kedalaman. Merk yang
digunakan adalah U-50 Multi-parameter Water Quality Checker
Horiba yang paling umum digunakan. Pengujian yang dilakukan
adalah pengujian skala laboratorium pendidikan sehingga untuk
parameter kedalaman air tidak dapat ditentukan. Untuk menetapkan
nilai DO (Dissolve Oxygen) selain menggunakan alat tersebut diatas
juga dapat digunakan alat Oxygen Meter yang khusus mengukur
parameter tersebut. Gambar untuk alat Oxygen Meter adalah sebagai
berikut:

Parameter pengujian diatas dapat dibahas sebagai berikut:

1. pH (Tingkat Keasaman Air)

Selain menggunakan WQC, penentuan pH meter air juga dapat


menggunakan alat pH meter yang akan dibahas selanjutnya dibawah
ini. pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar
asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling
penting dan paling sering digunakan pada kimia air. pH digunakan
pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam
basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter
dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen.
Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan
warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan
pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme
partikulat terlibat. Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari
rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan pada indikator. Reaksi
netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan air. Ion H+ dan
OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan
H2O berdasarkan reaksi

pH = 7 menunjukkan keadaan netral


0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam
7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah


terjadinya pelarutan logam berat dan korosi. Air adalah bahan pelarut
yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat
melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya. Berdasarkan SNI
AMDK dan EC rules air yang baik ph-nya antara 6 sampai 8, air
mineral 6,5 sampai 8,5 dan air demineral 5,0 sampai 7,5. Pengukuran
pH penting untuk mengetahui keadaan larutan sehingga dapat diketahui
kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang
menyangkut reaksi asam basa. Kandungan bahan-bahan kimia yang ada
di dalam air berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara
umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan
anion terlarut dan kesadahan . pH menyatakan intensitas kemasaman
atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi
hidrogen ionnya. pH merupakan parameter penting dalam analisis
kualitas air karena pengaruhnya terhadap proses-proses biologis dan
kimia di dalamnya. Air yang diperuntukkan sebagai air minum
sebaiknya memiliki pH netral (+7) karena nilai pH berhubungan dengan
efektifitas klorinasi. pH pada prinsipnya dapat mengontrol
keseimbangan proporsi kandungan antara karbon dioksida, karbonat
dan bikarbonat (Chapman, 2000). Pada praktikum kali ini didapatkan
nilai pH air sebesar 2,8, hal ini dapat disimpulkan bahwa pH air terlalu
asam sehingga kualitas airnya tidak baik.
2. Suhu Air
Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan
temperatur udara (20-30ºC). Air yang sudah tercemar mempunyai
temperature di atas atau dibawah temperatur udara. Sampel air yang
digunakan mempunyai suhu 24,5°C. Hasil pengujian ini menunjukkan
bahwa air tersebut memenuhi syarat air baku air minum sesuai kriteria
mutu air kelas 1 berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
(Effendi, H. 2003)

3. TDS (Total Disolve Solid)


TDS (Total Disolve Solid) adalah jumlah zat padat terlarut
merupakan indikator yang merupakan jumlah partikel atau zat tersebut
baik merupakan senyawa organik maupun senyawa non organik.
Partikel padat terlarut mengarah pada partikel dengan ukuran kurang
dari 1 nm yang satuannya dinyatakan dalam ppm yang menyatakan
banyak nya zat terlarut (mg) dalam 1 liter cairan. Zat terlarut dapat
berupa ,agnesium, karbonat, kalsium dan lain sebagainnya (Kusnaedi,
2010)
Menurut WHO (World Health Organization) kandungan mineral
dalam air tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan selama air tidak
akan berpengaruh terhadap kesehatan. WHO menetapkan kadar TDS
sebagai berikut:
Kandungan TDS Penilaian TDS
Kurang dari 300 Bagus Sekali
300-600 Baik
600-900 Bisa diminum
900-1200 Buruk
1200-1400 Berbahaya
Pada praktikum kali ini didapatkan nilai TDS sebesar 186 mg/L
sehingga dinyatakan bahwa air tersebut memiliki sedikit kandungan zat
terlarutnya. Sehingga air tersebut tidak akan menimbulkan endapan
pada peralatan dapur dan tidak menimbulkan kesadahan pada proses
mencuci. Namun, rendahnya nilai TDS masih menjadi perdebatan
apakah baik untuk kesehatan ( air minum) atau pun tidak karena
mineral dalam air minum pula dibutuhkan oleh tubuh.

4. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat mengurangi kualitas air karena air yang keruh
akan mempunyai warna yang tidak jernih dan apabila dienapkan akan
ada endapan di bawah wadah tersebut. Kekeruhan ditentukan dengan
satuan NTU (Nefelometrik Turbidity Unit ). Nilai kekeruhan dapat pula
ditentukan dengan alat turbidimeter. Nilai kekeruhan pada air ini adalah
0,00 NTU sehingga di nyatakan air sampel yang digunakan tidak keruh.
(Suriawiria, 2005)

5. DO (Dissolve Oxygen)
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air
yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen
terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Umtuk mengetahui kualitas air
dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah
DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik.jika kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO
dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Suriawiria, 2005).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam
keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya,
kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % .
KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) menetapkan bahwa kandungan
oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan
biota laut (Siti Muniffah, 2013). Oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan
dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain
itu, oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh organisme
aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil
akhirnya adalah nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan
kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik oksigen yang dihasilkan
akan mereduksi senyawa – senyawa kimia menjadi lebih sederhana
dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah
maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun
secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air
buangan industri dan rumah tangga. Dalam praktikum kali ini,
didapatkan nilai DO sebesar 9,89 ppm sehingga dapat dinyatakan
kandungan DO nya tinggi berarrti kandungan oksigennya juga banyak
dan baik untuk kualitas air tersebut.

6. Salinitas.

Salinitas merupakan salah satu parameter dalam menentukan


kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah. Salinitas merupakan
tingkat keasinan atau kadar garam terlarut yang terdapat dalam air
dalam gram per liter air laut. Menurut Siti Muniffah dkk (2013),
penggolongan atau klasifikasi tingkat keasinan air tanah untuk
parameter salinitas terbagi atas air tawar dengan nilai salinitas 40%.
Dalam Praktikum kali ini didapatkan nilai salinitas sebesar 0,01 %
sehingga disimpulkan air yang dianalisa tidak mengandung kadar
garam yang tinggi.

B. pH Meter

Dalam praktikum pengenalan alat sampling air yang dilakukan


dengan menggunakan alat ph meter. Ph Meter sendiri adalah sebuah
alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (kadar keasaman
atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan (meskipun probe
khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi padat). PH
meter yang biasa terdiri dari pengukuran probe pH (elektroda gelas)
yang terhubung ke pengukuran pembacaan yang mengukur dan
menampilkan pH yang terukur. Prinsip kerja dari alat ini yaitu semakin
banyak elektron pada sampel maka akan semakin bernilai asam begitu
pun sebaliknya, karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit
lemah. Alat ini ada yang digital dan juga analog. pH meter banyak
digunakan dalam analisis kimia kuantitatif ( anonim )
Pada praktikum kali digunakan nya alat ph meter ( Drajat keasamaan )
yang mempunyai cara kerja nya sebagai berikut :
1. Larutan yang akan diukur pHnya dimasukkan ke dalam beaker glass
secukupnya. Sebaiknya dengan beaker glass supaya magnetic stic bar
mempunyai jarak dengan elektroda pH meter sehingga tidak
bersentuhan. (Usahakan agar volume larutan tidak terlalu sedikit agar
magneticstir bar yang akan digunakan tidak bersentuhan dengan ujung
elektroda pH meter.)
2. Masukkan magnetic stir bar ke dalam beaker glass yang telah berisi
larutan tadi.
3. Pada alat pH meter, masukkan probe temperatur ke dalam beaker
glass yang telah berisi larutan tadi.
4. Letakkan beaker glass tersebut di atas otomatik stirrer dan hidupkan
otomatik stirrer dengan kecepatan pelan tetapi cukup agar larutan yang
akan diukur pHnya tersebut tetap teraduk merata.
5. Semprotkan akuades ke arah bagian elektroda pH meter utuk
membersihkan KCl agar hasil pengukuran pH larutan tidak terpengaruh
oleh KCl.
6. Jepitlah bagian plastik dari pH meter menggunakan statif dan klem.
7. Posisikan bagian ujung elektroda dari pH meter terendam dalam
larutan yang berada dalam beaker glass. (Hati-hati melakukannya agar
elektroda pH meter tidak bersentuhan dengan dinding beaker glass
maupun dengan magnetic stir bar karena elektroda pH meter dapat
pecah8. Hidupkan pH meter dengan menekan tombol ON, lalu lihat
hasil pengukuran di layar pH meter. Tunggu sampai angka terakhir
yang ditunjukkan di layar tidak berubah lagi, setelah itu baca hasil nya

Dalam penggunaan pH meter ini, Tingkat


keasaman/kebasaan dari suatu zat, ditentukan berdasarkan keberadaan
jumlah ion hidrogen dan ion hodroksida dalam larutan. Yang dapat
dinyatakan dengan persamaan:
pH = - log [H+]
pOH = - log [OH-]
pH = 14 – pOH

Keuntungan dari penggunaan pH meter dalam menentukan tingkat


keasaman suatu senyawa adalah:
 Pemakaiannya bisa berulang-ulang
 Nilai pH terukur relatif cukup akurat

Instrumen yang digunakan dalam pHmeter dapat bersifat analog


maupun digital. Sebagaimana alat yang lain, untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang baik, maka diperlukan perawatan dan kalibrasi pH
meter. Pada penggunaan pH meter, kalibrasi alat harus diperhatikan
sebelum dilakukan pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama pH
meter adalah pengukuran arsu listrik yang tercatat pada sensor pH
akibat suasana ionik di larutan. Stabilitas sensor harus selalu dijaga dan
caranya adalah dengan kalibrasi alat. Kalibrasi terhadap pHmeter
dilakukan dengan: Larutan buffer standar : pH = 4,01 ; 7,00 ; 10,01
(Anonim. 2012)
Berdasarkan hasil yang didapat Nilai pH air digunakan untuk
mengekpresikan kondisi keasaman (kosentrasi ion hidrogen) sampel air.
Skala pH berkisarantara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7 termasuk kondisi
asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral
(Azwir, 2006). dimana hasil yang didapat saat dilakukannya
pengukuran adalah:

a. pH 4 : 4,00
b. pH 7 :7,02
c. pH 10 :9,98
d. Sampel:7,25
Dimana hasil yang didapat saat pengujian sample air pada saat
praktikum dilaksanakan. Dari hasil analisis tersebut pada pengukuran
pH meter analisis sample air memenuhi syarat mutu yang
diperbolehkan oleh SNI 06-2413 tahun 1991. Air minum sebaiknya
netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka
dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen
kimia yang dilaluinya. Berdasarkan SNI AMDK dan EC rules air yang
baik ph-nya antara 6 sampai 8, air mineral 6,5 sampai 8,5 dan air
demineral 5,0 sampai 7,5. Jika dibandingkan dengan sampel, maka
sampel ini dikatakan layan untuk dijadikan air minum dengan
pengukuran ph menggunakan pH meter sebesar 7,25.

Keasaman Air

Keasaman di tetapkan berdasarkan tinggi rendahnya


konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH
tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya
membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota
tertentu. Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup seperti
ikan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif
terhadap bahan-bahan konstruksi besi yang kontak dengan air. Limbah
air dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung
asam seperti air pembilas pada pabrik pembuatan kawat atau seng. Air
limbah pabrik ini sebelum dibuang keperairan pada umumnya
dinetralisasi dahulu. Buangan air bersifat alkalis (biasa) bersumber dari
buangan mengandung bahan-bahan organik seperti senyawa karbonat,
bikarbonat dan hidroksida. Demikian juga buangan asam ini berasal
dari bahan-bahan kimia yang bersifat asam atau adakalanya pada air
yang bersifat alami.

Kebasaan/Alkalinitas Air
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditemukan air senyawa
karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium dan natrium
dalam air. Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan
kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit
air berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang
mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam konsentrasi
tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada Binding dalam ketel maupun
pipa-pipa pendingin. Kandungan magnesium, natrium dan kalium harus
diturunkan serendah-rendahnya agar kesadahan menjadi minim. Oleh
sebab itu untuk menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air.
Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan ion Ca
CO3 ion Mg bikarbonat dan lain-lain.

Derajat keasaman atau pH ini tidak hanya terdapat pada


lingkungan perairan, tetapi juga pada lingkungan padat seperti tanah.
Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan pertanian, budidaya
perikanan dan kegiatan lainnya yang berhubungan langsung dengan
tanah, terlebih dahulu harus diukur derajat keasamannya apakah masih
toleran bagi makhluk hidup yang akan dibudidayakan tersebut. Tidak
semua makhluk hidup dapat bertahan terhadap perubahan nilai pH, baik
karena pengaruh pencemaran atau keadaan alam. Untuk itu, alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi secara
drastis atau terjadi dengan cara perlahan. pH sangat penting sebagai
parameter kualitas air karena derajat keasaman mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan yang terdapat dalam air.
2) Pengujian Kualitas Udara
A. Pengujian Kualitas Udara dengan SLM (Sound Level Meter)

Sound Level Meter merupakan alat ukur intensitas kebisingan yang


digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30 – 130 dBA
dan dari frekuensi antara 20 – 20000 Hz. Di rumah sakit, alat ini
digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan suatu ruangan yang
mempunyai standart tertentu, peletakan genset maupun kompresor. Alat
ini didasarkan pada getaran yang terjadi, apabila ada objek atau benda
yang bergetar, maka akan menimbulkan terjadinya sebuah perubahan
pada tekanan udara yang kemudian akan ditangkap oleh sistem
peralatan, selanjutnya akan menunjukkan angka jumlah dari tingkat
kebisingan yang dinyatakan dengan nilai dB, dengan cara mengarahkan
microphone ke arah sumber suara yang di ukur dan amati angka yang
ada atau tertera pada layar Sound Level Meter (Putra, 2014).

Kebisingan suara merupakan suara yang didengar oleh seseorang


tetapi tidak dikehendaki. Proses terpapar kebisingan sampai ketelinga
ini melalui mekanisme pendengaran yaitu suara bising dikumpulkan
oleh daun telinga (auriculla) untuk disalurkan kelubang telinga
kemudian menuju membrane tympani. Kebisingan dapat menyebabkan
berbagai pengaruh antara lain kerusakan indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunann daya dengar yang bersifat permanen atau
ketulian, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, resiko
serangan jantung dan gangguan pencernaan serta stress yang dapat
menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi (Huda,
2016 : 19-21).

Decibel adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan


kuantitas elektrik dari perubahan kuat-lemahnya amplitude gelombang
sinyal suara yang didengar oleh telinga manusia. Jangkauan kuantitas
yang ada pada ilmu akustik. Microphone adalah suatu jenis transduser
yang mengubah energy akustik (gelombang suara) menjadi sinyal
listrik. Mikropon merupakan salah satu alat untuk membantu
komunikasi manusia. Karena sangat peka dalam menerima getaran
suara, peletakan microphone memerlukan pengaturan yang khusus
(Tuwaidan, 2015 : 38 ).

Sound Level Meter saat ini memiliki standarisasi international


dengan standar EC 61672:2003. Ada beberapa faktor yang menjadi
pengaruh dalam pengukuran menggunakan sound level meter ini hal
tersebut membuat gelombang suara yang terukur bisa jadi tidak sama
dengan nilai intensitas gelombang suara sebenarnya.

yang kita lakukan adalah mengukur intensitas bunyi yang


dikelurkan oleh suatu sampel kawasan. Dan setelah itu dihitung tingkat
kebisingan oleh kawasan percobaan selama 15 menit dengan jeda 1
menit sesuai tabel yang diberikan.

Sampel kawasan yang kami ukur yaitu halaman fakultas Sains dan
Teknologi. Disana kami mengukur intensitas bunyi, saat cuaca panas
pukul 10.10 wib. Seperti data hasil yang kami peroleh diatas.
Setelah kita melakukan percobaan ini diketahui bahwa, ada
beberapa hal yang dappat mempengaruhi tinggi dan rendahnya suatu
intensitas bunyi,

antara lain dari percoban yang telah dilakukan ada 3 hal yaitu

1. cuaca ( kelembapan ), perubahan tekanan serta sumber bunyi yang


ada. Kelembapan yang tinggi berpengaruh terhadap tingkat rambat
gelombang bunyi pada slm ( sound level meter ). Semakin besar
nilai kelembapan maka semakin lama rambat gelombang mencapai
detector sound level meter, begitu juga sebaliknya jika suhu panas ,
maka cepat rambat bunyi diudara merenggang dan mengalami
pemuaian sehingga daya rambat udara pada bunyi menjadi kecil.
Namun, besar nilai kebisingan tidak hanya ditentukan oleh
kelembapan saja, tetap ditentukan pula oleh,

2. banyak atau besar sumber bunyi yang mempengaruhi. Sumber


bunyi yang berpengaruh pada percobaan dilaboratorium adalah
suara handphone sedangkan di halaman fakultas sains dan teknologi
adalah suara orang disekitar kawasan tersebut. Maka dari itu
terdapat perbedaan intensitas bunyinya. Ketika sumber bunyi itu
terdengar keras maka intensitas bunyinya akan menaik sedangkan
jika sumber bunyi itu terdengar rendah maka intensitas bunyinya
akan menurun. Kebisingan yang sebenarnya dipengaruhi oleh arah
angin, namun pada percobaan praktikum kali ini kami tidak
melakukan prediksi arah angin. Dapat kita simpulkan bahawa
intensitas bunyi pada suatu kawasan bergantung pada keadaan suatu
kawasan tersebut dan cuaca saat melakukakan percobaan jika saat
melakukan percobaan cuaca hujan maka intensitas suatu kawasan
akan bertambah.
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/51/MEN/1999
zona kebisingan dibedakan atas tiga bagian, yaitu:

a. Zona aman tanpa pelindung : < 85 dBA


b. Zona dengan pelindung ear plug : 85 - 95 dBA
c. Zona dengan pelindung ear muff : > 95 dBA

Berdasarkan keputusan Meteri Tenaga Kerja ini jika dibandingkan


dengan data pengamatan yang dilakukan pada praktikum maka lokasi
pengujian dapat digolongkan sebagai zona aman tanpa pelindung yaitu
dengan rata-rata nilai kebisingannya 76.8894 dB atau di bawah 85 dBA.

B. Anemometer

Dalam praktikum pengenalan alat sampling dan udara juga di


lakukan pengujian kecepatan angina dengan menggunakan alat
anemometer. Angin sendiri adalah udara yang bergerak dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu
udara yang tinggi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal
ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima
oleh permukaan bumi. Kecepatan angin dapat diketahui dengan
menggunakan alat-alat pengukur angin. Alat pengukur kecepatan
angin yang umum digunakan adalah anemometer (Lakitan, 1994).
Sangatlah penting untuk diingat bahwa kecepatan angin merupakan
suatu kuantitas vektor yang mempunyai besaran (Trewartha, 1995).

Kecepatan angin adalah perpindahan udara tiap satu satuan waktu


dengan satuan meter/detik atau meter/menit. Kecepatan angin pada
dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal
dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong) dan resistensi medan yang
dilaluinya (Lakitan, 1994). Kecepatan angin berbanding lurus dengan
tekanan udara. Sebagian besar anemometer ini umumnya tidak dapat
merekam kecepatan angin dibawah 1 sampai 2 mil/jam karena ada
faktor gesekan pada awal putaran (Shafiyyah, 2009).

Pada praktikum kali ini digunakan anemometer jenis analog


dimana cara kerjanya dengan memanfaatkan rotasi yang terjadi saat
angin menggerakkan perangkat ini lalu dibaca data yang ditunjukan
pada jarum di anemometer.

Dari pengukuran selama 5 menit atau 300 detik didapatkan angka


pointer menunjukaan angka 69. Ini artinya kecepatan angina dapat kita
hitung dengan menggunakan rumus :

Angka pada pointer (m/s) : lama pengukuran (s)

Didapatkan :

69
Kecepatan angin = 300

Kecepatan angin = 0,23 m/s

Kemudian dari data yang kita dapatkan dalam percobaan dapat kita
bandingkan dengan data yang terdapat pada skala Beaufort dari
BMKG dengan table di berikut,
Skala Beaufort (BMKG,2000)

Skala kategori Skala satuan Keadaan di Keadaan di lautan


beaeufort Km/jam m/ms knots daratan

0 Tenang <1 <0,27 0 Asap bergerak Permukaan laut


secara vertikal seperti kaca
1-3 Lemah <19 <5,27 <10 Angina terasa Riuk kecil
diwajah, daun terbentuk namun
berdesir, kincir tak pecah,
angina bergerak permukaan
tetapseperti kaca
4 Sedang 20-29 5,55- 11-16 Mengangkat debu Ombak kecil
8.05 menerbangkan mulai
kertas, cabang memanjang,
pohon kecil garis-garis buih
bergerak seperti sering
terbentuk
5 Angin sejuk 30-39 8,33- 17-21 Pohon kecil Ombak ukuran
10,83 berayun, siulan sedang, buih
terdengar pada berarak-arak
kabel telepon,
payung sulit
digunakan
6 Angin kuat 40-50 11,11- 22-27 Pohon bergerak, Ombak besar
13,88 terasa sulit mulai terbentuk,
berjalan melawan buih tipis melebar
arah angin dari puncaknya,
kadang-kadang
timbul percikan
7 Mendekati 51-56 14,16- 28-33 Ranting-ranting Laut mulai
kencang 17,22 patah, semakin bergolak, buih
sulik bergerak putih mulai
maju terbawa angina
dan membentuk
alur-alur sesuai
arah angin
8 Kencang 63-75 17,5- 34-40 Kerusakan Gelombang agak
20,83 bangunan mulai tinggi dan lebih
muncul, atap panjang, puncak
rumah lepas, gelombang yang
cabang yang lebih pecah mulai
besar patah bergulung, buih
yang terbesar
anginnya makin
jelas alurnya
9 Kencang 76-87 21,11- 41-47 Jarang terjadi Gelombang tinggi
sekali 24,16 didaratan, pohon terbentuk buih
tercabut, tebal berlajur-
kerusakan lajur, puncak
bangunan cukup gelombang roboh
parah bergulung-gulung
10 Badai 88-102 24,44- 48-55 Pohon tercabut, Gelombang
28,33 kerusakan sangat tinggi,
bangunan cukup seluruh
parah permukaan laut
memutih,
pernglihatan
terganggu
11 Badai 103-117 28,61- 56-61 Jarang terjadi, Gelombang amat
dahsyat 32,5 kerusakan tinggi, kapal kecil
menyebar luas dan besar
terganggu
pandangan,
permukaan laut
tertutup buih,
penglihatan
terganggu
12 Badai topan >118 32,77 >64 Udara tertutup
buih dan percik
air, penglihatan
amat sangat
terganggu

Berdasarkan table, dengan kecepatan angin pada percobaan 0,23


m/s didapatkan bahwa memiliki skala beaufort 0 dengan kategori
tenang. Pada kondisis seperti ini, asap yang berada di udara bergerak
secara vertical tanpa tertiup angina kea rah horizontal. Pada kondisi di
laut di tunjukan dengan kondisi air laut yang nampak tenang dan diam
seperti kaca.
C. KESIMPULAN

1. Dengan alat WQC didapatkan nilai pH air sebesar 2,8, hal ini dapat
disimpulkan bahwa pH air terlalu asam sehingga kualitas airnya
tidak baik
2. Pada alat WQC didapatkan sampel air yang digunakan mempunyai
suhu 24,5°C. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa air tersebut
memenuhi syarat air baku air minum sesuai kriteria mutu air kelas
1 berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001.
3. Pada praktikum kali ini denan WQC didapatkan nilai TDS sebesar
186 mg/L sehingga dinyatakan bahwa air tersebut memiliki sedikit
kandungan zat terlarutnya.
4. Dalam praktikum kali ini dengan alat WQC didapatkan nilai DO
sebesar 9,89 ppm sehingga dapat dinyatakan kandungan DO nya
tinggi berarrti kandungan oksigennya juga banyak dan baik untuk
kualitas air tersebut.
5. Dalam Praktikum kali ini dengan alat WQC didapatkan nilai
salinitas sebesar 0,01 % sehingga disimpulkan air yang dianalisa
tidak mengandung kadar garam yang tinggi.
6. Pengukuran menggunakan pH meter didapatkan jika pH pada
sampel adalah 7,25. Ini berarti sampel dikatakan sebagai sampel
yang layak minum berdasarkan tingkatan keasamannya.
7. Berdasarkan keputusan Meteri Tenaga Kerja ini jika dibandingkan
dengan data pengamatan yang dilakukan pada praktikum maka
lokasi pengujian dapat digolongkan sebagai zona aman tanpa
pelindung yaitu dengan rata-rata nilai kebisingannya 76.8894 dB.
8. Dengan kecepatan angin pada percobaan 0,23 m/s didapatkan
bahwa memiliki skala beaufort 0 dengan kategori tenang. Pada
kondisis seperti ini, asap yang berada di udara bergerak secara
vertical tanpa tertiup angina kea rah horizontal.
Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Menggunakan ph


meter.https://anggiwilianandini.wordpres.com/kimia-kelas- xi/larutan-asam-
basa/ph-larutan-asam-basa/pengukuran-ph/.(diakses pada hari kamis, 17
september 2015 pukul 17:00 WIB )

Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah
Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar. Tesis
Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang

Chapman. D. Water quality assesment- A guide to use of biota, sediments


and water in environmental monitoring-second edition. : Cambridge University
Press : Inggris, 2000.

Effendi, H. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta, 2003.

Huda, Moch. Maftuchul, Intan Novita AP. 2016. Stress Masyarakat terjadi
akibat suara bising mesin diesel penggilingan pakan ternak sapi : studi
masyarakat Pandontoyo Kediri. Nurseline Journal ISSN 2540-7937 Vol 1 No1
Hartas H. 2008. Pendeteksian Keasaman dan Kebasaan pada Pembuburan
Kertas dengan Menggunakan pH Meter pada Proses Bleaching (Pemutihan).
Medan : Universitas Sumatera Utara Press

Kusnaedi. Mengelolah Air Kotor untuk Air Minum. Penebar Swadaya:


Jakarta, 2010.

Lakitan, B. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

McQuarrie, D.A. &amp; John D.S. 1997. Physical Chemistry: A


Molecular Approach.USA: University Science Books.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990


Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Rachmat Party. 2011. Analysis Kebisingan Terminal Penumpang / Bis


Banda Aceh.Aceh.http://rachmatstenggineering.blogspot.co.id/2011/02/analsis-
kebisinganterminal-penumpang.html?m=1/. (diakses pada 5 September 2015)

Shafiyyah. 2009. Jenis fungsi dan kalibrasi beberapa alat ukur di


laboratorium konversi energi teknik mesin. http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/2009
/06/09/jenis-fungsi-dan-kalibrasibeberapa-alat-ukur-di-laboratoriumkonversi-
energi-teknik-mesinuns/comment-page-1/. [9 Juni 2009].

Siti Munifah, dkk. Physical and Chemical Water Quality of Dug and Bore
Well in the Working Area of Public Health Center II Guntur Demak Regency.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 2 / Oktober 2013.

Suriawiria, U. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit


PT. Alumni: Bandung, 2005.

Shafiyyah. 2009. Jenis fungsi dan kalibrasi beberapa alat ukur di


laboratorium konversi energi teknik mesin. http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/2009
/06/09/jenis-fungsi-dan-kalibrasibeberapa-alat-ukur-di-laboratoriumkonversi-
energi-teknik-mesinuns/comment-page-1/. [9 Juni 2009].

Trewartha, G.T. 1995. Pengantar Iklim Edisi 5. Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

Tuwaidan, Yongly. 2015. Rancang bangun alat ukur decibel (dB) meter
berbasismikrokontroler arduino uno R3. E-journal Teknik Elektro dan
Komputer ISSN 2301-8402

Anda mungkin juga menyukai