Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KIMIA DASAR

ASAM DAN BASA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

Muliadi (170140128)
Safrina melya (170140130)
Arif setiawan dika (170140131)
Novi ta dewi (170140132)
Muammar khadafi (170140133)
Lisa andriani (170140136)
M. firman maulana (170140137)
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Suryati, ST, MT

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2017/2018
KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan karunia dan hidayahnya
sehingga kami masih diberikan kesadaran dan kemauan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah teknik kimia dengan judul “ASAM DAN BASA” sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan. Laporan ini kami susun berdasarkan berbagai referensi yang kami ambil serta ilmu yang
kami peroleh selama pembelajaran yang kami ikuti.
Makalah kimia dasar yang telah kami susun ini di buat dalam rangka memenuhi tugas dari
dosen pembimbing dan merupakan tanggung jawab kami sebagai mahasiswa untuk
menyelesaikan materi presentasi.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini kami mengucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing maupun kepada kawan kawan kelompok dua yang senantiasa bekerja sama dalam
membantu penyusunan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini, kami dapat
mempresentasikan hasil kerja kami dengan maksimal.

Kami sangat menyadari keterbatasan dan kelemahan juga masih banyaknya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami mohon maaf jika adanya kekeliruan dalam
penyampaian materi ini. Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosenpembimbing
maupun dari kawan kawan sekalian, agar kami dapat menyusun makalah yeng lebih baik lagi
kedepannya.

Lhokseumawe, 16 November 2017

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 1
1.3 Rumusan masalah ..................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian asam basa ............................................................................................... 2
2.2 Teori asam basa ........................................................................................................ 6
2.3 Konsep pH .................................................................................................................. 9
2.4 Larutan penyangga (buffer) ........................................................................................ 10
2.5 Hidrolisa...................................................................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kumpulan soal ............................................................................................................. 12
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 18
4.2 Saran ......................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 19


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam kehidupan sehari-
hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buahan-buahan misalnya lemon dan jeruk.
Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan
mengenai senyawa asam dan basa, terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya yaitu teori
Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, dan teori asam basa Lewis

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa asam
dan basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus. Senyawa asam dapat mengubah
lakmus biru menjadi berwarna merah, sebaliknya senyawa basa dapat mengubah lakmus merah
menjadi berwarna biru. Selain itu, untuk membedakan apakah suatu senyawa bersifat asam atau
basa dapat juga menggunakan indikator phenolphthalein. Jika setelah penambahan
phenolphthalein warna larutan berubah menjadi merah muda atau pink, maka larutan tersebut
bersifat basa. Senyawa asam dan basa masing-masing memiliki sifat spesifik yang dapat
membedakannya satu sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa asam cenderung memiliki
rasa masam, sedangkan senyawa basa memiliki rasa agak pahit. Perbedaan lain yang dapat
membedakan kedua senyawa ini yaitu kemampuannya melarutkan zat lain. Senyawa asam
bersifat korosif sehingga dapat melarutkan beberapa logam aktif, sedangkan senyawa basa dapat
melarutkan lemak. Oleh karena itu, abu gosok yang bersifat basa dapat digunakan untuk mencuci
sisa lemak yang ada di piring.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Kimia Anorganik II.
2. Untuk mengetahui berbagai teori asam basa.
3. Mengetahui dan memahami materi mengenai asam dan basa.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari asam dan basa?
2. Bagaimana sifat-sifat dari asam dan basa?
3. Apa sajakah jenis-jenis asam dan basa?
4. Apa sajakah teori- teori yang menjelaskan tentang asam dan basa?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Asam dan Basa
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai
zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-
asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI,
HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin,
bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan oleh
Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan.
Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam
mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante
August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian
merumuskan pengertian asam. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam
dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa
dihilangkan.
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena diketahui zat
utama dalam cuka adalah asam asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat yang berasa
pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion
hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk
unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan
untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat
tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi
larutan basa tersebut.
2.1.1 Sifat- Sifat Asam dan Basa
Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau senyawa berupa asam atau
basa yaitu:

 Sifat Asam
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih tanda plus (+) disebelah atas
belakang H). Secara umum, Asam memiliki sifat sebagai berikut:
 Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah)
 Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit (terutama jika asam
pekat)
 Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula merusak jaringan
kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari kain, kayu atau kertas jika
konsentrasinya tinggi.
 Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu ionik (dapat
menghantarkan listrik walau tidak selalu berbentuk ion)
 Derajat keasaman (pH) lebih kecil dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah

 Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya dikasih tanda minus (-) disebelah
atas belakang OH). Basa adalah lawan dari asam. Secara umum, Basa memiliki sifat sebagai
berikut:
 Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
 Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa lemah)
 Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
 Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan elektrolit)
 Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
 Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
 Dapat mengemulsi minyak

2.1.2 Jenis- Jenis Asam dan Basa

 Jenis- Jenis Asam


Asam terbagi dua jenis yaitu Asam Kuat dan Asam Lemah.
a. Asam Kuat yaitu Asam yang dapat terionisasi 100% dalam larutan
Contoh asam Kuat:
o Asam sulfat (H2SO4)
o Asam klorida (HCl)
o Asam nitrat (HNO3)
o Asam bromida (HBr)
o Asam iodida (HI)
o Asam klorat (HClO4)

b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan dalam air.
Contoh asam lemah:
o Asam askorbat (C6H8O6)
o Asam karbonat (H2CO3)
o Asam sitrat (C6H8O7)
o Asam asetat / asam etanoat (CH3COOH)
o Asam laktat (C3H6O3)
o Asam fosfat

 Jenis- Jenis Basa


Seperti halnya asam, basa juga terbagi menjadi 2 jenis yaitu Basa Kuat dan Basa Lemah
a. Basa Kuat yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure pembentuk basa
tersebut.
Contoh basa kuat:
o Litium hidroksida (LiOH)
o Natrium hidroksida (NaOH)
o Kalium hidroksida (KOH)
o Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
o Stronsium hidroksida (Sr(OH)2)
o Rubidium hidroksida (RbOH)
o Barium hidroksida (Ba(OH)2)
o Magnesium hidroksida (Mg(OH)2)

b. Basa Lemah yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan.
Amonia adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas ammonia tidak mengandung
ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan ion
hidroksida.
Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap
ada sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida. Disebut basa
lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1).
Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa
lemahnya (seperti halnya basa kuat).
Berikut ini contoh basa lemah :
o gas amoniak (NH3)
o besi hidroksida (Fe(OH)2)
o Hydroksilamine (NH2OH)
o Aluminium hidroksida (Al(OH)3)
o Ammonia hydroksida (NH4OH)
o Metilamin hydroxide (CH3NH3OH
o Etilamin hydroxide (C2H5NH3OH)
2.1.3 Indikator Asam Basa

Indikator asam – basa adalah zat kimia yang mempunyai warna yang berbeda dalam
larutan asam dan basa. Sifat itulah yang menyebabkan indikator asam – basa dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa. Ada beberapa jenis indikator asam – basa
diantaranya fenolftalein, metil orange, bromotimul biru, metil ungu, bromokresol ungu, fenol merah,
timolftalein dan metil orange. Jika kita meneteskan larutan asam – basa kedalam larutan tersebut,
kita akan melihat perubahan warna larutan indikator. Perhatikan tabel berikut:

Indikator asam - basa Warna yang dihasilkan


Larutan asam Larutan basa
Fenolftalein Bening Merah muda
Metil oranye Merah Kuning
Bromotimol biru Kuning Biru
Metil ungu Ungu Hijau
Bromokresol ungu Kuning Ungu
Fenol merah Kuning Merah
Timolftalien Bening Biru
Metil oranye Merah Kuning

2.2. Teori Asam Basa

2.2.1 Teori Asam Basa Arrhenius (Svante August Arrhenius)

Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang melepaskan ion H + atau H3O+ dalam air.
Sedangkan basa adalah senyawa yang melepas ion OH- dalam air.

HA + aq  H+(aq) + A-(aq)

BOH + aq  B+(aq) + OH-(aq)

Di dalam air, ion H+ tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk ion dengan H2O.

H+ + H2O  H3O+ (ion hidronium)

Berdasarkan jumlah ion H+ yang dapat dilepaskan, asam dapat terbagi menjadi

1. Asam monoprotik  melepaskan 1 ion H+


Contoh : asam klorida (HCl)

HCl  H+(aq) + Cl-(aq)


2. Asam diprotik  melepaskan 2 ion H+
Contoh : asam sulfat (H2SO4)

H2SO4  H+(aq) + HSO4-(aq)

HSO4-  H+(aq) + SO42-(aq)

3. Asam triprotik  melepaskan 3 ion H+


Contoh : asam fosfat (H3PO4)

H3PO4  H+(aq) + H2PO4-(aq)

H2PO4-  H+(aq) + HPO42-(aq)

HPO42-  H+(aq) + PO43-(aq)

Bila asam dan basa direaksikan, maka produk yang akan terbentuk adalah senyawa netral
(yang disebut garam) dan air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi pembentukan garam atau reaksi
penetralan, yang akan mengurangi ion H+ dan OH- serta menghilangkan sifat asam dan basa
dalam larutan secara bersamaan. Jika asam yang bereaksi dengan basa adalah asam poliprotik,
maka akan dihasilkan lebih dari satu jenis garam. Misalnya pada rekasi antara NaOH dengan
H2SO4.

NaOH + H2SO4  NaHSO4 + H2O

NaHSO4 + NaOH  Na2SO4 + H2O

Senyawa NaHSO4 disebut sebagai garam asam, yaitu garam yang tebentuk dari penetralan
parsial asam poliprotik. Garam asam bersifat asam, sehingga dapat bereaksi dengan basa
membentuk produk garam lain yang netral dan air.

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan
pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.

Keunggulan atau kelebihan dari teori asam basa Arrhenius yaitu mampu menyempurnakan teori
asam yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig. Liebig menyatakan bahwa setiap asam memiliki
hidrogen (asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, sebab basa juga memiliki hidrogen.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu:
 Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat menjelaskan
reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
 Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada molekul, belum
mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan anion.
 Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung hidrogen dengan
bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam,
sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
 Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-, seperti Na2CO3
memiliki karakteristik seperti basa.

Pasangan asam-basa konjugasi secara singkat yaitu asam makin lemah, basa konjugasinya
makin kuat.
Ka x Kb = Kw

2.2.2 Teori Asam Basa Bronsted-Lowry


Teori Arrhenius ternyata hanya berlaku pada larutan dalam air. Teori ini tidak dapat
menjelaskan fenomena pada reaksi tanpa pelarut atau dengan pelarut bukan air. Pada tahun
1923, Brönsted – Lowry mengungkapkan bahwa sifat asam – basa ditentukan oleh kemempuan
senyawa untuk melepas / menerima proton (H+). Menurut Brönsted – Lowry, asam adalah
senyawa yang memberi proton (H+) kepada senyawa lain.

Contoh : HCl + H2O  H3O+ + Cl-

Sedangkan basa adalah senyawa yang menerima proton (H+) dari senyawa lain.

Contoh : NH3 + H2O  NH4+ + OH-

Dalam larutan, asam / basa lemah akan membentuk kesetimbangan dengan pelarutnya. Misalnya
HF dalam pelarut air dan NH3 dalam air.

HF + H2O  H3O+ + F-

a1 b2
b1 a2

NH3 + H2O  NH4+ + OH-

Pasangan a1 – b2 dan a2 – b1 merupakan pasangan asam – basa konjugasi.

 Asam konjugasi : asam yang terbentuk dari basa yang menerima proton
 Basa konjugasi : basa yang terbentuk dari asam yang melepas proton
Teori Brönsted – Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat bersifat asam maupun
basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya adalah air. Di dalam larutan basa, air akan
bersifat asam dan mengeluarkan ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air akan
bersifat basa dan mengeluarkan ion negatif (OH-).
Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep yang telah
disampaikan Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak terbatas hanya pada pelarut
air saja, namun konsepnya dapat dengan jelas menjelaskan dan menerjemahkan mengenai reaksi
asam dan basa dalam pelarut air, bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan menggunakan pelarut
benzena. Reaksinya seperti ini :

HCl (benzena) + NH3 (benzena) -> NH4Cl(s)

Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry yaitu teori Bronsted-Lowry
memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam dengan basa dapat
terjadi tanpa adanya transfer proton dari yang bersifat asam ke yang bersifat basa.

2.2.3 Teori Asam Basa Lewis (Lewis)


Lewis mengelompokkan senyawa sebagai asam dan basa menurut kemampuannya
melepaskan / menerima elektron. Menurut Lewis :

 Asam : - senyawa yang menerima pasangan elektron


- senyawa dengan elektron valensi < 8

 Basa : - senyawa yang mendonorkan pasangan elektron


- mempunyai pasangan elektron bebas

Contoh : Reaksi antara NH3 dan BF3

H3N : + BF3  H3NBF3

Nitrogen mendonorkan pasangan elektron bebas kepada boron. Pasangan elektron bebas
yang didonorkan ditandai dengan tanda panah antara atom nitrogen dan boron.

Kelebihan teori Lewis ini adalah dapat menjelaskan reaksi penetralan yang dilakukan tanpa
air. Misalnya pada reaksi antara Na2O dan SO3. Menurut Arrhenius, reaksi penetralan ini harus
dilakukan dalam air.

Na2O + H2O  2 NaOH

SO3 + H2O  H2SO4

2 NaOH + H2SO4  2 H2O + Na2SO4

Teori Lewis memberikan penjelasan lain untuk menjelaskan reaksi ini.

Na2O(s) + SO3(g)  Na2SO4(s)


2 Na+ + O2-  2 Na+ + [ OSO3 ]2-

Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki kelemahan yaitu
hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau oktet.

2.3 Konsep pH

Air memiliki sedikit sifat elektrolit. Bila terurai, air akan membentuk ion H + dan OH-.
Kehadiran asam atau basa dalam air akan mengubah konsentrasi ion – ion tersebut. Untuk suatu
larutan dalam air, didefinisikan pH dan pOH larutan untuk menunjukkan tingkat keasaman.

Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Kuat


Penentuan pH asam / basa kuat dihitung dengan persamaan
pH = - log [H+]
pOH = - log [OH-]
Dalam satu liter air murni, terdapat ion H+ dan OH- dengan konsentrasi masing – masing 10-7 M.
Sehingga, pH air murni adalah
pH = - log [10-7]
pH = 7
Hasil kali ion [H+] dan [OH-] dalam air selalu konstan, dan disebut tetapan air (Kw).
Kw = [H+] [OH-] = 10-14
pH + pOH = 14

Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Lemah


Asam dan basa lemah hanya terurai sebagian dalam air.
Bila asam lemah terurai dalam air :
HA + H2O = H3O+ + A-
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :
[ H 3O  ].[ A ]
Ka =
[ HA]
Nilai pH asam lemah dinyatakan sebagai:
pH = Ka.M
M adalah nilai konsentrasi larutan yang akan ditentukan derajat keasamannya.
Basa lemah terurai dalam air dengan reaksi
NH3 + H2O = NH4+ + OH-
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :

[ NH 4 ].[OH  ]
Kb =
[ NH 3 ]
Nilai pOH basa lemah dinyatakan sebagai :
pOH = Kb.M

2.4 Larutan Penyangga (Buffer)


Bila suatu larutan mengandung asam dan basa lemah, larutan tersebut dapat menyerap
penambahan sedikit asam / basa kuat. Penambahan asam kuat akan dinetralkan oleh basa
lemah, sedangkan penambahan basa kuat akan dinetralkan oleh asam lemah. Larutan seperti ini
disebut sebagai larutan penyangga atau larutan buffer. Pada umumnya, larutan penyangga
merupakan pasangan asam – basa konjugasi yang dibuat dari asam / basa lemah dan garamnya.
Contohnya asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa). Ion asetat (CH3COO-)
merupakan basa konjugat dari asam asetat. Untuk larutan penyangga, nilai pH dan pOH
dinyatakan sebagai
[ garam]
pH = pKa + log
[asam]
[ garam]
pOH = pKb + log
[basa ]
2.5 Hidrolisa

Bila garam bereaksi dengan air, maka akan terurai dan melepaskan asam atau basa bebas.
BA + H2O = BOH + HA
Proses ini disebut sebagai hidrolisa. Salah satu produk reaksi ini (HA atau BOH) akan
terurai kembali bila asam atau basa tersebut merupakan elektrolit kuat. Tetapan kesetimbangan
reaksi hidrolisa (Kh) dinyatakan sebagai
Kw
Kh = ( bila garam terbentuk dari basa kuat dan asam lemah )
Ka
Kw
atau Kh = ( bila garam terbentuk dari asam kuat dan basa lemah )
Kb
Perbandingan antara bagian yang terhidrolisa dengan kadar garam semula disebut derajat
hidrolisa ().
2.6 Aplikasi Asam Basa Dalam Kehidupan

Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting
dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat (H 2SO4)
merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan
pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk
pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen.
Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-
danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam
nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit
manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap
HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh
manusia.

Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah tangga
yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan secara
luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang
berupa tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan
adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat
menyengat, sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup.
Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Tentukan pH dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H+ sebesar 10− 4 M.
Pembahasan:
Menghitung pH larutan atau pOH larutan.
Dik:
[H+] = 10−4, dengan rumus yang pertama untuk mencari pH

2. Tentukan pH dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H+ sebesar 2 × 10−4M. Gunakan
nilai log 2 = 0,3
Pembahasan :
[H+ ] = 2 × 10−4, dengan rumus yang sama,

Ingat sifat log berikut :

3. Suatu larutan diketahui memiliki nilai pH sebesar 3. Tentukan besar konsentrasi ion H+ dalam
larutan tersebut!
Pembahasan :
pH = 3
[H+] = .....
4. Suatu larutan diketahui memiliki nilai pH sebesar 2,7. Tentukan besar konsentrasi ion H + dalam
larutan tersebut dengan tanpa kalkulator, diberikan log 2 = 0,3!
Pembahasan :
Dik:
pH = 2,7
[H+] = .....

4. Suatu larutan diketahui memiliki pH sebesar 4,5. Tentukan pOH dari larutan tersebut!

Pembahasan :
Dik:
pH = 4,5
pOH =...

pH + pOH = 14
4,5 + pOH = 14
pOH = 14 − 4,5 = 9,5

5. Suatu larutan diketahui memiliki pOH sebesar 11,2. Tentukan pH dari larutan tersebut!

Pembahasan :
Dik :
pOH = 11,2
pH =...

pH + pOH = 14
pH + 11,2 = 14
pH = 14 − 11,2 = 2,8

6. Jika tetapan suatu asam HA 10−5, pH larutan HA 0,1 M adalah....

Pembahasan :
Menentukan pH melalui tetapan asam yang diketahui:

dimana:
Ka = tetapan ionisasi asam
M = konsentrasi asam
Sehingga
7. Tentukan pH dari larutan H2SO4 0,005 M

Pembahasan :
H2SO4 termasuk asam kuat dan diasumsikan mengion dengan sempurna sebagai berikut:

H2SO4 → 2H+ + SO42−


0,005 M 0,01 M 0,005 M

[H+] = 0,01 M = 10−2 M


pH = − log (10−2) = 2

8. Tentukan nilai pH larutan NH3 0,1 M diketahui Kb = 10−5!

Pembahasan :

Menentukan pOH dari basa lemah terlebih dahulu melalui tetapan ionisasi basa yang diketahui:

Sehingga

9. Jika harga Kb NH3 = 2 ⋅ 10−5 maka pH larutan NH3 0,2 M adalah....

Pembahasan :
Menentukan pOH dari basa lemah terlebih dahulu melalui tetapan ionisasi basa yang diketahui:
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asam dalam pelajaran kimia adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat
yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam
lemah. Asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa
memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu basa
kuat dan basa lemah.Basa mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila
terkena kulit. Dan dapat menetralkan asam. Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral. Jika pH < 7,
maka larutan bersifat asam. Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun. Bagi para pembaca makalah ini, sebaiknya tidak
merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu yang didapat dari berbagai sumber. Sebaiknya
mencari sumber lain untuk lebih memperdalam materi mengenai bangun atom dan hubungan
berkala. Alangkah baiknya jika mempelajari unsur-unsur kimia yang lain dalam tabel periodik.
Daftar Pustaka
Keenan, Kleinfelter. Wood (1989). Kimia Untuk Universitas Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Goldberg, David E. (2004). Kimia Untuk Pemula Edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
www.upi.ed:www.kimlemoet.wordpress.com/2013/03/08/perkembangan-teori-atom/. ;
www.slideshare.net/marnitukah/makalah-struktur-atom-2 ;

Anda mungkin juga menyukai