Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INDIKATOR ASAM
BASA

Dibuat oleh:
Kelompok 2 IPA
Nama Anggota : 1. Michael Geraldin Wijaya
2. Nadia Azzahra
3. Maulidia Elfira
4. Jasmine Fardianti
5. Salsabila Nurul Janah
6. M. Suci Romadhon
7. Mohammad Iqbal Alfarizi
8. M. Saif Khairan
Kelas : XI IPA 1
Guru Pembimbing : Ibu Juwarsih

SMA UNGGULAN NEGERI 4 PALEMBANG


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“INDIKATOR ASAM BASA”.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Teater merupakan salah satu seni yang sering kita jumpai. Didalam memainkan seni
teater tentu diperlukan keterampilan untuk memainkannya supaya dapat menghasilkan
teater yang lebih baik. Selain dapat memainkan teater, tentunya kita juga perlu tahu
sejarah perkembangan teater, dari sejak pertama sampai dengan saat ini. Didalam
makalah ini membahas tentang sejarah perkembangan teater, mengunkap apa itu
teater…?. Teater juga berkemabang di Indonesia. Perkembangan teater di Indonesia itu
perlu kita pelajari lebih dalam. Penyusun telah menyertakan sejarah perkembangan
teater dalam makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah pepatah berkata. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun penulis.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Untuk kedepannya penyusun akan berusaha sebaik mungkin untuk lebih baik.
Semoga makalah ini bisa berguna bagi pembaca.

Palembang, Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................3
D. Manfaat Penulisan.........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asam dan basa sudah dikenal sejak dulu. Istilah asam berasal dari bahasa
Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa berasal dari bahasa Arab yang berarti
abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa
asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan,
misalnya asam nitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk member rasa limun yang
tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan
untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebuh kuat telah dibuat sejak abad
pertengahan. Salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh
para peneliiti untuk memisahkan emas dan perak. Suatu larutan dapat diketahui
sifat asam atau basanya dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat yang
mempunyai warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa. Salah satu
contohnya adalah kertas lakmus.

Sedangkan untuk menentukan besarnya derajat keasaman/pH larutan asam


basa dapat digunakan pH meter atau dapat juga dengan indikator asam-basa yang
lain seperti larutan indikator contohnya metil jingga, metil merah, bromtimol biru,
dan fenolptalein serta dapat juga menggunakan indikator universal. Perubahan
warna indikator pada pH tertentu disebut trayek pH atau jarak pH. Namun
indikator tersebut hanya dapat dipergunakan di laboratorium saja bahkan seperti
pH meter sangat jarang digunakan karena harganya yang tidak terjangkau, oleh
karena itu dapat digunakan indikator alami yang dibuat dari bahan-bahan alami
untuk menentukan apakah sifat suatu larutan asam ataupun basa.

B. Rumusan Masalah

iii
1. Bagaimana menentukan sifat suatu larutan dengan indikator alami?
2. Bagaimana menentukan sifat suatu larutan dengan indikator buatan?
3. Bagaimana menentukan pH suatu larutan dengan indikator buatan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sifat suatu larutan dengan indikator alami.


2. Untuk mengetahui sifat suatu larutan dengan indikator buatan.
3. Untuk mengetahui pH suatu larutan dengan indikator buatan.

D. Manfaat Penulisan

Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada siswa kelas XI
MIPA dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya mengetahui membedakan suatu sifat
larutan maupun pH suatu larutan baik dengan menggunakan indikator alami maupun
indikator buatan. Hasil praktikum ini juga diharapkan agar siswa dapat
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

iii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam

Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Selain itu, Asam merupakan suatu zat
yang jika di larutkan dalam air akan mengasilkan ion H + (Arrhenius: 1884). Asam juga
adalah zat yang dapat memberi proton kepada zat lain dalam hal ini zat yang bersifat basa
(Bronsted-Lowry: 1923). Spesi yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron
merupakan asam (Lewis: 1983).

Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

1. Masam jika dilarutkan dalam air.


2. Asam terasa menyengat bia disentuh, dan dapat merusak kulit.
3. Asam bereaksi dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
4. Walaupun tidak selalu ionik tetapi merupakan cairan elektrolit.
5. Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.

B. Basa

Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam dengan melalui reaksi penetralan
dengan membentuk garam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut
dalam air disebut alkali. Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+), maka dalam hal ini
basa mempunyai arti bahwa senyawa basa dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion
hidroksida (OH–) (Arrhenius: 1884). Selain itu, basa merupakan zat yang dapat menerima
proton (Bronsted-Lowry:1923). Basa juga merupakan spesi yang bertindak sebagai pemberi
pasangan elektron (Lewis:1938).

Secara umum, basa memiliki sifat sebagai berikut:


iii
1. Kaustik
2. Rasanya pahit
3. Licin seperti sabun
4. Nilai pH lebih rendah dari air suling
5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru

6. Dapat menghantarkan arus listrik

C. Perbedaan Larutan Asam, Basa dan Netral

Tabel 1 - Perbedaan Larutan Asam, Basa, dan Netral

No. Larutan Asam Larutan Basa Larutan Netral


1 Rasanya asam Rasanya pahit Rasanya bervariasi
Merubah lakmus biru Merubah lakmus merah Tidak merubah warna
2
menjadi merah. menjadi biru. kertas lakmus.
3 [H+] > [OH–] [H+] < [OH–] [H+] = [OH–]
Terurai menjadi ion Terurai menjadi ion Terurai menjadi [H+]
4 H+dan ion negatif sisa positif logam dan ion dan [OH–].
asam. OH–.
Bersifat korosif. Bersifat melarutkan kulit Tidak bersifat korosif.
5 Contoh: cuka, air aki (kaustik). Contoh: air Contoh: NaCl, alkohol,
(H2SO4), HCl, HNO3. sabun, air kapur, air abu. urea.

D. Teori Asam Basa

 Pada tahun 1884 Svante Arrhenius mengemukakan teori tentang asam dan basa yaitu
teori asam basa arrhenius. Menurutnya, asam adalah suatu zat yang apabila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion H+ dimana ion tersebut merupakan satu-satunya ion
yang ada dalam larutan. Basa merupakan zat yang apabila di larutkan dalam air akan
terionisasi menghasilkan ion OH-, dan ion tersebut merupakan ion satu-satunya yang
ada di dalam larutan.

 Pada tahun 1923 ahli kima Denmark bernama J.N Bronsted dan ahli kimia inggris
bernama T.N Lowry mengemukakan teori yang bernama teori asam basa broansted-
lowry, yang berbunyi suatu zat pemberi proton (proton donor) disebutasam dan suatu zat
penerima proton (proton aseptor) di sebut basa. Dari definisi tersebut maka suatu asam
setelah melepas proton akan membentuk basa konjugasi dari asam tersebut. Demikian
pula dengan basa, setelah menerima proton akan membentuk asam konjugasi dari basa
iii
tersebut.

 Pada tahun 1932 G.N Lewis menyatakan teori yang berbunyi basa adalah zat yang
memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas yang dapat di berikan kepada zat lain
sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinasi, sedangkan asam adalah zat yang dapat
menerima pasangan elektron tersebut.

E. Indikator Asam Basa

Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa digunakan adalah indikator
buatan dan indikator alami.

1. Indikator buatan

Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik  alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri
dari lakmus erah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia
sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan
maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan
warna yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya
orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus.

Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lamus yang berwarna biru ke
dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkan
dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada
larutan yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein merupakan anion, sehingga
tidak akan bereaksi dengan anion (OH-).

Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas
lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya
menjadi merah.

Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi.
Apabila kertas lakmus merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam, warnanya
akan tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana

iii
asam. Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa,
maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk.

2. Indikator alami

Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya


dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam
pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan,
umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.

Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya


kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan
basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah
keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.

Tabel 2 - Contoh Perubahan Warna Indikator Alami

No. Indikator Warna Pada Asam Warna Pada Basa


1 Bunga Kembang Sepatu Merah Hijau
2 Kunyit Kuning Jingga

iii
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam praktikum ini penulis menggunakan metode eksperimental. Tujuannya untuk


memperoleh gambaran atas sesuatu gejala setelah mendapatkan perlakuan khususnya penentuan
sifat dan pH larutan dengan mengamati perubahan warna pada larutan setelah diberikan
indikator baik indikator buatan maupun indikator alami. Praktikum ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif karena ingin menyajikan tingkat kekuatan asam basa suatu
larutan dengan pH serta menyajikan data berupa hasil visualisasi berupa perubahan warna.
Metode eksperimen ini menggunakan petunjuk atau cara kerja agar hasil dari praktikum sesuai
dengan yang diharapkan. Adapun petunjuk kegiatan yaitu : Alat dan Bahan yang digunakan.

 Alat – Alat

1. Pipet Tetes 6. Saringan


2. Gelas Ukur 7. Cup Plastik Kecil
3. Lumpang Porselein 8. Buku
4. Gelas Ukur 9. Pulpen
5. Kertas Saring

 Bahan – Bahan

1. Bunga Kembang Sepatu 4. Daun Tumbuhan Paku


2. Bunga Bogenvilla 5. Bunga Terompet
3. Bunga Mawar 6. Kunyit
iii
7. Alkohol 12. Aquades
8. Cuka 13. Garam
9. Deterjen (Air Sabun) 14. Lakmus Merah
10. Jeruk Nipis 15. Lakmus Biru
11. Kapur Sirih

 Cara Kerja

Kegiatan 1

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Ambilah beberapa helai mahkota kembang sepatu yang telah dicuci sampai bersih
3. Masukkan mahkota kembang sepatu tersebut ke dalam lumpang, kemudian tumbuk
menggunakan alu. Saat menumbuk tambahkan alkohol ± 5 ml dan air secukupnya.
4. Setelah ditumbuk sampai halus, diamkan ekstrak tersebut semalaman.
5. Setelah didiamkan semalam catat warna ekstrak tersebut.
6. Larutkanlah garam, kapur sirih, dan deteren (air sabun) dengan menggunakan air ke
dalam cup plastik kecil.
7. Peraslah jeruk nipis hingga air jeruknya keluar.
8. Masukkan larutan cuka dan aquades ke dalam cup plastik kecil.
9. Uji ekstrak kembang sepatu tersebut dengan cara meneteskan ke dalam larutan cuka, air
jeruk, kapur sirih, deterjen (air sabun), garam, dan aquades. Amati dan catat perubahan
yang terjadi.
10. Ulangi langkah 2 - 5 dengan bahan - bahan alam lain, yaitu mahkota bunga mawar,
bougenvilla, terompet, daun paku, dan kunyit.

Kegiatan 2

1. Siapkan alat dan bahan.

iii
2. Larutkanlah garam, kapur sirih, dan deteren (air sabun) dengan menggunakan air ke
dalam cup plastik kecil.
3. Peraslah jeruk nipis hingga air jeruknya keluar.
4. Masukkan larutan cuka dan aquades ke dalam cup plastik kecil.
5. Taruhlah  kertas lakmus ke setiap  larutan di plat tetes.
6. Kemudian, amatilah perubahan warna pada kertas lakmus yang terjadi kemudian
catatlah hasilnya (Jika kertas lakmus merah tetap merah dan lakmus biru menjadi merah
maka larutan tersebut bersifat asam (pH <7), jika kertas lakmus merah menjadi biru dan
lakmus biru tetap biru maka larutan tersebut bersifat basa (pH >7),, jika kertas lakmus
merah tetap- merah dan lakmus biru tetap- biru maka larutan tersebut bersifat netral (pH
=7)).

iii
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Kegiatan 1

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Ambilah beberapa helai mahkota kembang sepatu yang telah dicuci sampai bersih.
3. Masukkan mahkota kembang sepatu tersebut ke dalam lumpang, kemudian tumbuk
menggunakan alu. Saat menumbuk tambahkan alkohol ± 5 ml dan air secukupnya.
4. Setelah ditumbuk sampai halus, diamkan ekstrak tersebut semalaman.
5. Setelah didiamkan semalam catat warna ekstrak tersebut.
6. Larutkanlah garam, kapur sirih, dan deterjen (air sabun) dengan menggunakan air ke
dalam cup plastik kecil.
7. Peraslah jeruk nipis hingga air jeruknya keluar.
8. Masukkan larutan cuka dan aquades ke dalam cup plastik kecil.
9. Uji ekstrak kembang sepatu tersebut dengan cara meneteskan ke dalam larutan cuka, air
jeruk, kapur sirih, deterjen (air sabun), garam, dan aquades. Amati dan catat perubahan
yang terjadi.
10. Ulangi langkah 2 - 5 dengan bahan - bahan alam lain, yaitu mahkota bunga mawar,
bougenvilla, terompet, daun paku, dan kunyit.

Hasil Kegiatan 1

Tabelnyo

iii
Kegiatan 2

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Larutkanlah garam, kapur sirih, dan deteren (air sabun) dengan menggunakan air ke
dalam cup plastik kecil.

3. Peraslahh jeruk nipis hingga air jeruknya keluar.

iii
4. Masukkan larutan cuka dan aquades ke dalam cup plastik kecil

5. Taruhlah  kertas lakmus ke setiap  larutan di plat tetes.

6. Kemudian, amatilah perubahan warna pada kertas lakmus yang terjadi kemudian
catatlah hasilnya (Jika kertas lakmus merah tetap merah dan lakmus biru menjadi merah
maka larutan tersebut bersifat asam (pH <7), jika kertas lakmus merah menjadi biru dan

iii
lakmus biru tetap biru maka larutan tersebut bersifat basa (pH >7),, jika kertas lakmus
merah tetap- merah dan lakmus biru tetap- biru maka larutan tersebut bersifat netral (pH
=7)).

Hasil Kegiatan 2

Tabel yang pas nyelopi kerta lakmus ke larutan buatan

B. Pembahasan

iii
BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI/SARAN

A. Kesimpulan

1. Bunga kembang sepatu, bogenville, mawar, terompet, kunyit layak menjadi indikator
alami karena mengalami perubahan warna yang jelas dan berbeda pada larutan asam dan
basa, sementara daun tumbuhan tidak layak menjadi indikator alami karena tidak terjadi
perubahan warna.

2. Selain indikator alami kita juga dapat menentukan sifat suatu larutan dengan
menggunakan kertas lakmus (indikator buatan), dimana apabila kertas lakmus merah
berubah warna biru larutan tersebut bersifat basa sedangkan  apabila kertas lakmus biru
berubah warna menjadi merah larutan tersebut bersifat asam.

B. Saran

iii
DAFTAR PUSTAKA

https://captaineunoia.wordpress.com/2020/08/11/laporan-praktikum-indikator-alami-dan-
indikator-buatan-asam-dan-basa/

https://www.academia.edu/22540685/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_mengenai_indikator
_alami_dan_penetralan_asambasa

iii
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Foto – Foto
Saat

Terima Kasih

iii

Anda mungkin juga menyukai