Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KIMIA FARMASI DASAR

LARUTAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

SITI DEWI NURYEMI (O1A114046)

SUCI RAHMAWATI PUTRI (O1A114055)

WA ODE ISTIQAMAH (O1A114062)

MUHAMMAD ULIL AMRI (O1A114076)

SUCI RIZKI DUMIARSIH (O1A114082)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat

dan karunianya sehingga makalah Kimia Dasar mengenai reaksi dalam larutan

berair ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai

tugas mata kuliah Kimia Dasar.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa syukur

dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh

karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat memperbaiki, membangun,

dan mengembangkan makalah ini sangat penulis harapkan.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk para pembaca. Amin.

Banda, Oktober 2019

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan

BAB II ISI

1. Sifat Dasar Larutan

2. Komposisi Larutan

3. Jenis-jenis Larutan

4. Macam-macam Larutan

5. Konsentrasi Larutan

6. Sifat Koligatif Larutan

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak, kita sangat

berkaitan dengan zat kimia yang memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya

yaitu dalam bentuk larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.

Misalnya larutan asam sulfat encer (H2SO4) yang digunakan pada accumulator

timbal yang biasa digunakan sebagai aki pada mobil sehingga dapat

menghantarkan listrik dan menggerakkan mobil.

Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling,

larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida,

natrium hidroksida, dan masih banyak lagi. Secara garis besar larutan dibagi

menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit

dibagi lagi menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektroit lemah. Dan untuk

selengkapnya akan dibahas pada bab selanjutnya.

2. Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud larutan?

b) Apa saja sifat-sifat dasar dari suatu larutan?

c) Apa saja macam-macam serta jeni-jenis dari larutan?

d) Bagaimana sifat koligatif dari larutan?

3. Tujuan
Untuk menambah wawasan mengenai larutan, mulai dari sifat dasar,

jenis-jenis serta macamnya larutan dan apa saja sifat koligatif dari larutan

tersebut.
BAB II

ISI

1. Sifat Dasar Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang

membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang

membentuk larutan tidak berubah. Disebut campuran karena susunannya atau

komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam

sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan

dengan mikroskop optis sekalipun. Homogen juga dapat diartikan suatu kondisi

dimana tidak ada kecenderungan zat-zat dalam larutan terkonsentrasi pada

bagian-bagian tertentu, melainkan menyebar secara merata di seluruh campuran.

Sifat-sifat fisika zat yang dicampurkan dapat berubah atau tidak, tetapi sifat-sifat

kimianya tidak berubah.

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya

udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain.

Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain

Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).

Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi

kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau

penguapan. Dan uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.

Sedangkan zat terlarut adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih

sedikit dalam sistem larutan. Selain ditentukan oleh kuantitas zat, istilah pelarut

dan terlarut juga ditentukan oleh sifat fisikanya (struktur). Pelarut memiliki
struktur tidak berubah, sedangkan zat terlarut dapat berubah. Contohnya yaitu

dapat kita lihat pada larutan garam. Di dalam larutan garam, air yang digunakan

lebih banyak daripada garam, sehingga air merupakan pelarutnya. Kemudian air

sendiri bentuknya tidak berubah (tetap cair) walaupun telah dicampur dengan

garam yang berbentuk kristal. Sebaliknya pada garam terjadi perubahan bentuk

dimana sebelumnya berbentuk kristal menjadi bentuk cair atau melarut dalam air,

sehingga disebut zat terlarut. Larutan sendiri dapat terjadi karena adanya gaya

tarik-menarik antara molekul-molekul solven dan solute. Pada bagian ini yang

dibahas adalah larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang

lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol.


2. Komposisi Larutan

Sebelumnya telah disebutkan bahwa komposisi larutan mempengaruhi

pengendapan dan penguapan suatu zat terlarut. Komposisi larutan adalah

perbandingan zat-zat di dalam campuran. Untuk menentukan komposisi larutan

digunakan istilah kadar dan konsentrasi. Kedua istilah ini menyatakan kuantitas

zat terlarut dengan satuan tertentu. Satuan yang digunakan untuk menyatakan

kadar larutan adalah persen berat (%b/b), persen volume (%V/V), dan bagian per

sejuta (bpj) atau ppm (part per million). Sedangkan satuan yang digunakan untuk

konsentrasi adalah molaritas, molalitas, dan fraksi mol yang akan dibahas pada

poin konsentrasi larutan.

2.1. Kadar Larutan

2.1.1. Persen Berat

Persen berat menyatakan fraksi berat zat terlarut terhadap berat

larutan dalam satuan persen. Persen berat biasa diterapkan dalam

campuran padat-cair atau padat-padat. Secara matematika, persen berat

suatu zat dirumuskan sebagai berikut.

2.1.2. Persen Volume

Persen volume menyatakan fraksi volume zat terlarut terhadap

volume larutan dalam satuan persen. Persen volume biasa diterapkan

untuk campuran cair-cair atau gas-cair. Secara matematik, persen volume

suatu zat dirumuskan sebagai berikut.


2.1.3. Bagian Per Sejuta (Bpj)

Untuk menyatakan kadar suatu zat yang kuantitasnya sangat

sedikit, biasanya diungkapkan dalam satuan bagian per sejuta (bpj) atau

dalam bahasa inggrisnya part per million (ppm). Ungkapan bpj suatu zat

dinyatakan dengan rumus:


3. Jenis-jenis Larutan

Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan

pelarutnya. Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase

komponen-komponennya.

Zat terlarut
Contoh larutan
Gas Cairan Padatan

Bau suatu zat

Udara (oksigen padat yang timbul


Uap air di udara
Gas dan gas-gas lain dari larutnya
(kelembapan)
dalam nitrogen) molekul padatan

tersebut di udara

Sukrosa (gula)

Etanol dalam air; dalam air;

Pelarut Air terkarbonasi campuran natrium klorida

Cairan (karbon dioksida berbagai (garam dapur)

dalam air) hidrokarbon dalam air;

(minyak bumi) amalgam emas

dalam raksa

Hidrogen larut Air dalam arang Aloi logam

Padatan dalam logam, aktif; uap air seperti baja dan

misalnya platina dalam kayu duralumin

4. Macam-macam Larutan
4.1. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

4.1.1. Larutan Pekat

Larutan pekat yaitu larutan yang relatif mengandung lebih banyak

solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki

konsentrasi yang lebih tinggi.

4.1.2. Larutan Encer

Larutan encer yaitu larutan yang relatif mengandung lebih sedikit

solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki

konsentrasi yang lebih rendah.

4.2. Berdasarkan daya hantarnya, larutan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

4.2.1. Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus

listrik jika larutan tersebut mengandung partikel-partikel yang bermuatan

listrik (ion-ion) dan bergerak bebas di dalam larutannya.

Larutan elektrolit dapat dibagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit

kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat yaitu larutan

yang terbentuk dari zat elektrolit yang terurai atau terionisasi sempurna

(elektrolit kuat). Sedangkan larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang

terbentuk dari zat elektrolit yang tidak terurai atau terionisasi secara

sempurna (elektrolit lemah).

4.2.1.1. Elektrolit kuat


Elektrolit kuat memiliki ciri-ciri antara lain; dapat

terionisasi sempurna, dapat menghantarkan arus listrik, lampu

menyala terang, serta memiliki gelembung gas.

Pada asam-asam kuat seperti HCl, HNO3, dan H2SO4,

gugus sisa asamnya memiliki daya tarik relatif kuat terhadap

pasangan elektron ikatan sehingga hampir semua molekul asam

dalam air terionisasi. Dapat dikatakan bahwa asam-asam tersebut

terionisasi sempurna.

HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)

Larutan elektrolit kuat tidak hanya berupa asam-asam kuat

(H2SO4, HCl). Namun dapat juga berupa basa-basa kuat (NaOH,

Ba(OH)2), serta garam (NaCl, KCl).

4.2.1.2. Elektrolit Lemah

Elektrolit lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

terionisasi sebagian, dapat menghantarkan arus listrik, lampu

menyala redup, dan terdapat gelembung gas namun tidak sebanyak

pada elektrolit kuat.

Pada asam-asam lemah seperti CH3COOH, H2S, HCN, dan

H2SO3, gugus sisa asamnya memiliki daya tarik kurang kuat

sehingga tidak semua molekul-molekul asam ini dalam air

terionisasi, tetapi hanya sebagian kecil. Sisanya tetap dalam

bentuk molekulnya.
Tanda panah dua arah menunjukkan hanya sebagian kecil

dari asam asetat terurai menjadi ion-ionnya. Umumnya tetap

sebagai molekul.

Larutan elektrolit lemah biasanya berupa senyawa-

senyawa dari asam lemah (HCN, CH3COOH) serta basa lemah

(NH4OH, Al(OH)3 ).

4.2.2. Larutan Non Eletrolit

Larutan non elektrolit yaitu larutan yang molekul-

molekulnya tidak terionisasi sehingga tidak ada ion-ion yang dapat

menghantarkan arus listrik.

Contohnya seperti larutan gula, larutan urea, larutan

alkohol. Zat non elektrolit dalam larutan, tidak terurai menjadi

ion-ion tetapi tetap berupa molekul.

Berikut tabel penjelasan mengenai larutan elektrolit dan larutan non

elektrolit:

Jenis Larutan Sifat dan Pengamatan Lain Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi

Elektrolit terionisasi sempurna NaCl, HCl, NaCl Na+ + Cl-

Kuat menghantarkan arus listrik NaOH, NaOH Na+ + OH-

lampu menyala terang H2SO4,KCl H2SO4 2 H+ + SO42-

terdapat gelembung gas KCl K+ + Cl-


Elektrolit terionisasi sebagian NH4OH, NH4OH NH4+ + OH-

Lemah menghantarkan arus listrik HCN, Al(OH)3 HCN H+ + CN-

lampu menyala redup Al(OH)3 Al3+ + 3OH-

terdapat gelembung gas

Non tidak terionisasi C6H12O6, C6H12O6,C12H22O11,

Elektrolit C12H22O11,

tidak menghantarkan listrik CO(NH2)2 C2H5OH CO(NH2)2

lampu tidak menyala

tidak terdapat gelembung


C2H5OH
gas

4.3. Berdasarkan kejenuhannya, larutan dapat dibedakan menjadi:

4.3.1. Larutan Sangat Jenuh

Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih

banyak solute (zat terlarut) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh.

Larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.

Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp

sehingga menyebabkan pengendapan (kelewat jenuh).

4.3.2. Larutan Jenuh

Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang partikel- partikelnya tepat

habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal).

Larutan jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi ion = Ksp maka larutan

tersebut tepat jenuh.


4.3.3. Larutan Tak Jenuh

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat

terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.

Larutan ini partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan

pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila

bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp ( masih dapat larut).

4.4. Larutan Asam-Basa

4.4.1. Asam Basa Menurut Arhenius

Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam

air meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Asam Arrhenius dirumuskan

sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut:

HxZ ⎯⎯→ x H+ + Zx-

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut

valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah

melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam.

Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:

 Asam bervalensi satu, misalnya: HCl, HCN, HNO3, CH3COOH,

dan lain-lain.

 Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4, H2CrO4, H2CO3, dan lain-

lain.

 Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4, H3AsO4, dan lain-lain.


Sifat-sifat asam diantaranya, yaitu di dalam air menghasilkan ion

H+ , dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutannya

dalam air dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan dapat

menyebabkan perkaratan pada logam (korosif).

Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat

meningkatkan konsentrasi ion OH-(aq). Jadi, pembawa sifat basa adalah

ion OH-.

Jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh satu molekul basa

disebut valensi atau martabat basa. Berdasarkan valensinya basa

dibedakan atas:

 Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH, KOH, AgOH, NH4OH,

dan lain-lain.

 Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2, Mg(OH)2,Fe(OH)2, dan

lain-lain.

 Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3, Cr(OH)3, dan lain-lain.

Sifat yang dimiliki oleh basa, yaitu jika di dalam air dapat

menghasilkan ion OH-, dapat mengubah warna kertas lakmus merah

menjadi biru, larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik

(larutan elektrolit), dan jika mengenai kulit, maka dapat menyebabkan

kulit melepuh (kaustik).

Walaupun teori Arrhenius berhasil mengungkapkan beberapa

kasus, tetapi memiliki keterbatasan. Selain hanya memandang aspek

reaksi asam-basa di dalam pelarut air, juga pembentukan ion H+ atau ion
OH- merupakan kekhasan teori asam-basa Arrhenius. Artinya jika suatu

reaksi tidak membentuk ion H+ atau ion OH- tidak dapat dikatakan

sebagai asam atau basa.

4.4.2 Teori Asam Basa Brønsted–Lowry

Menurut Brønsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer

proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton. Contoh

pada reaksi asam ini dapat dilihat sebagai berikut:

HCl + H2O --> H3O+ + Cl-

Sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor

proton. Contoh dari reaksi basa ini dapat dilihat pada:

NH3 + H2O --> NH4+ + OH-

Proton (ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat

pada molekul air karena atom O pada molekul H2O memiliki pasangan

elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi

dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan reaksinya:

H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq)

Dalam larutan, asam atau basa lemah akan membentuk

kesetimbangan dengan pelarutnya. Misalnya HF dalam pelarut air dan

NH3 dalam air.


Pasangan a1 – b2 dan a2 – b1 merupakan pasangan asam – basa

konjugasi. Asam konjugasi yaitu asam yang terbentuk dari basa yang

menerima proton. Basa konjugasi yaitu basa yang terbentuk dari asam

yang melepas proton

Teori Brönsted – Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat

bersifat asam maupun basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya

adalah air. Di dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan

mengeluarkan ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air

akan bersifat basa dan mengeluarkan ion negatif (OH-).

4.4.3. Asam-Basa Lewis

Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan

oleh Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang

diajukan Lewis muncul definisi asam dan basa baru. Asam Lewis

didefinisikan sebagai spesi yang menerima pasangan electron dan

merupakan senyawa dengan elektron valensi < 8. Basa Lewis


didefinisikan sebagai spesi yang memberikan pasangan electron dan

mempunyai pasangan elektron bebas.

Reaksi antara boron trifluorida dengan amonia menurut teori ini

merupakan reaksi asam-basa; dalam hal ini boron trifluorida berindak

sebagai asam dan amonia sebagai basa. Dengan menggunakan diagram

dot-elektron, persamaan reaksi kedua spesies ini dapat dituliskan sebagai

berikut:

Di dalam kulit valensi atom pusat N dalam molekul NH3, terdapat

tiga pasang elektron ikatan (N-H) dan satu pasang elektron menyendiri,

sedangkan untuk atom pusat B alam molekul BF3 terdapat tiga pasang

elektron ikatan (B-F). Sepasang elektron menyendiri atom elektron non

bonding ini dapat disumbangkan kepada atom pusat B untuk kemudian

dimiliki bersama-sama, Dengan demikian terjadi ikatan kovalen koordinat

B-N dan struktur yang terjadi berupa dua bangun tetrahedron bersekutu

pada salah satu sudutnya.

4.4.3.1. Kekuatan Asam- Basa

Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam

lemah, begitu pula basa. Reaksi ionisasi asam kuat, secara umum

dapat ditulis

 Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini

mengion seluruhnya (α = 1 Untuk menyatakan

derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari

konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.

 Asam lemah

Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini

tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan

besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung

dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam

kuat).

 Basa kuat

Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini

mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat

keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai

pOH dari konsentrasi basanya.

 Basa lemah

Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini

tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan

besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung

dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).

4.4.4. Larutan Penyangga (Buffer)


Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat

mempertahankan pH tertentu terhadap usaha mengubah pH, seperti

penambahan asam, basa, ataupun Pengenceran. Dengan kata lain pH

larutan penyangga tidak akan berubah walaupun pada larutan tersebut

ditambahkan sedikit asam kuat, basa kuat atau larutan tersebut

diencerkan.

Jadi, ada 2 jenis larutan penyangga yaitu:

 Larutan penyangga asam yang terdiri dari campuran asam lemah dan

basa konjugasinya.

 Larutan penyangga basa yang terdiri dari campuran basa lemah dan

asam konjugasinya.

Larutan penyangga dapat dibuat secara langsung dan secara

tidak langsung. Hal ini tergantung dari sumber asam konjugasi/basa

konjugasi dari asam lemah/ basa lemahnya.

Perhatikan peta konsep berikut!


Sistem penyangga asam dan basa konjugasinya

Larutan penyangga ini dibuat secara langsung dari campuran asam

lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan

garamnya.

Contoh :

Mereaksikan :

CH3COOH dari CH3COONa :

CH3COOH : asam lemah

CH3COONa : basa konjugasi

H3PO4 dan NaH2PO4 :

H3PO4 : asam lemah

NaH2PO4 : basa konjugasi


Selain dibuat secara langsung, juga dapat dibuat secara tidak

langsung, yakni dengan mereaksikan asam lemah berlebihan dengan basa

kuat.

Contoh :

Mereaksikan 100 mL larutan CH3COOH 0,1M dengan 50 mL

NaOH 0,1M sehingga secara stokiometri dalam 150 mL campuran yang

dihasilkan terdapat 0,005 mol CH3COOH (sisa reaksi) dan CH3COO-

(hasil reaksi)

Sistem penyangga basa dan asam konjugasinya

Larutan penyangga ini dibuat secara langsung dari campuran basa

lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan

garamnya.

Contoh :

Mereaksikan larutan NH3 atau NH4OH dengan larutan NH4Cl

sehingga terdapat NH4OHdan NH4+ yang berasal dari ionisasi NH4Cl.

Selain dibuat secara langsung juga dapat dibuat secara tidak

langsung, yakni dengan mereaksikan basa lemah berlebihan dengan asam

kuat.

Contoh :
Mereaksikan 100 mL larutan NH4OH 0,1M dengan 50 mL larutan

HCl 0,1M sehingga secara stokiometri dalam 150 mL campuran yang

dihasilkan terdapat 0,005 mol NH4OH (sisa reaksi) dan NH4+ (hasil

reaksi)
5. Konsentrasi Larutan

Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif

antara zat terlarut dan pelarut.

Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:

5.1. Fraksi Mol (X)

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen

dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol dilambangkan dengan X. Contoh:

Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.

maka:

XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3

XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7

* XA + XB = 1

5.2. Molalitas (m)

Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat

yang terdapat didalam 1000 gram (1 kilogram) pelarut. Rumus:

m=
dengan :

g = massa zat terlarut (gram)

p = massa zat pelarut (gram)

Mr = massa rumus zat terlarut

Contoh:

Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !

- m NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air =

0,2 m

5.3. Molaritas

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Rumus:

M = n × 1.000

mL

atau

M= g x 1.000

Mr mL

dengan:

M = molaritas (mol/liter)
n = mol zat terlarut (mol)

V = volume larutan (liter)

g = massa zat terlarut (gram)

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

Contoh:

Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan

- M H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M

5.4. Normalitas

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter

larutan.

Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.

Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.

Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :

N = M x valensi

6. Sifat Koligatif Larutan


6.1.Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit

6.1.1. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :


Adanya zat terlarut pada suatu larutan menyebabkan penurunan

tekanan uap yang mengakibatkan terjadinya penurunan garis

kesetimbangan antarfase sehingga terjadi kenaikan titik didih dan

penurunan titik beku.

6.1.1.1. Kenaikan Titik Didih (∆Tb)

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih

dimana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan uap udara disekitarnya

yaitu 1 atm. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut

murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel-partikel zat terlarut dalam

suatu larutan yang menghalangi peristiwa penguapan partikel-partikel

pelarut. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni

disebut kenaikan titik didih yang dinyatakan sebagai ∆Tb ( b berasal dari

kata boil yang artinya mendidih, bukan beku).

Titik didih suatu larutan lebih tinggi atau rendah daripada titik

didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap

dibandingkan dengan pelarutnya. Jika zat terlarut tersebut tidak mudah

menguap, misalnya larutan gula, larutan tersebut mendidih pada suhu

yang lebih tinggi daripada titik didih pelarut air. Sebaliknya, jika zat

terlarut itu mudah menguap misalnya etanol, larutan akan mendidih pada

suhu di bawah titik didih air.


Hukum sifat koligatif dapt diterapkan dalam meramalkan titik

didih larutan yang zat terlarutnya bukan elektrolit dan tidak mudah

menguap.

Dengan :

Kb : tetapan kenaikan titik molal dari pelarut (oC/m)

∆Tb : kenaikan titik didih

Tb : titik didih larutan

: titik didih pelarut murni

Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut

Contoh :

1. Hitunglah titik didih larutan yang mengandung 18 gr

glukosa C6H12O6. (Ar C = 12 gr/mol; H = 1 gr/mol; O = 16

gr/mol) dalam 250 gr air. (Kb air adalah 0,52 oC/m)


Jawab :

2. Titik didih larutan yang mengandung 1,5 gr gliserin

dalam 30 gr air adalah 100,28 oC. Tentukan massa molekul relatif

gliserin. (Kb air = 0,52 oC/m)

Jawab :

6.1.1.2.Penurunan Titik Beku (∆Tf)

Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik

beku larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Penurunan


titik beku, ∆Tf (f berasal dari kata freeze) yang berbanding lurus

dengan molaritas.

∆Tf = Penurunan titik beku

Kf = tetapan penuruan titik beku molal pelarut (oC/m)

Tof = titik beku pelarut murni

Tf = titik beku larutan

Tetapan Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut

Contoh :

1. Berapakan titik beku larutan yang terbuat dari 10 gr

urea CO(NH2) dalam 100 gr air? ( Mr urea = 60 gr/mol; Kf air

= 1,86 oC/m)

Jawab :
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

http://denipermanadenchoen.blogspot.com/2013/04/larutan-elektrolit-dan-

non-elektrolit_16.html

http://setiyanisetiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-dasar-

larutan_27.html

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/pengertian-larutan.html

http://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/

http://ngeblogbarengjae.blogspot.com/2011/03/sifat-dasar-larutan.html

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/komposisi-larutan.html

http://www.academia.edu/4901511/MAKALAH_KIMIA_FISIKA

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/elektrolit-kuat-dan-

lemah.html

http://lischer.wordpress.com/2009/08/29/larutan-non-elektrolit/

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Abdullah%20Fauz

i%20Gofur/arrhenius.html

http://aditmandela.blogspot.com/2012/10/kimia-larutan.html

http://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/larutan-asam-basa/a-pengertian-

asam-basa/

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/11/asam-basa-brownsted-

lowry.html
http://noivafelizal.blogspot.com/2013/07/kimia-asam-basa-teori-bronsted-

lowry.html

http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester-ii/5-larutan-asam-

dan-basa/teori-asam-basa-lewis/

http://www.ilmukimia.org/2013/01/asam-basa-lewis.html

http://noivafelizal.blogspot.com/2013/07/kimia-teori-lewis-asam-

basa_16.html

http://tisna-dj.blogspot.com/2012/01/larutan-penyangga.html

http://eldesfiari.wordpress.com/kimia-kelas-xi/semester-ii-2/2-larutan-

penyangga/

http://pelajaran-myb.blogspot.com/2011/11/molaritas-pengertian-

molaritas.html

http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-

Pendamping/Praweda/Kimia/0184%20Kim%202-1b.htm

http://bisakimia.com/2014/02/16/larutan-penyangga-part-1/

Anda mungkin juga menyukai