Anda di halaman 1dari 53

Farmasetika Dasar

FARMAKOPE,
RESEP DAN
SALINAN RESEP
apt. SITI SUTIYAH, S.Si.
FARMAKOPE Farmakope (berasal dari kata ”Pharmacon” yang berarti obat
atau racun, dan “pole” yang berarti membuat), adalah buku
resmi yang memuat persyaratan kemurniaan, sifat kimia dan
fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang
berhubungan dengan obat-obatan.

Hampir setiap Negara memiliki farmakope, seperti :


• Farmakope Indonesia (FI) milik Indonesia
• United States Pharmacopoeia (USP) milik Amerika Serikat
• British Pharmacopoeia (BP) milik Inggris
• Netherlands Pharmacopea (NF) milik Belanda

Pada beberapa farmakope tersebut terdapat perbedaan dalam ketentuan sehingga


menimbulkan kesulitan jika suatu resep dari Negara A harus dibuat di Negara B.
Oleh karena itu, WHO (World Health Organization), menerbitkan buku Farmakope
Internasional yang dapat disetujui oleh semua anggotanya, tetapi sampai sekarang
masing-masing Negara memegang teguh farmakopenya.
FARMAKOPE

Sebelum Indonesia memiliki farmakope sendiri yang


berlaku adalah Farmakope Belanda. Tetapi sejak
Pemerintah RI menerbitkan buku farmakope yang
pertama, Farmakope Belanda hanya dipakai sebagai
referensi.

Macam-macam Farmakope Indonesia (FI) :


 Farmakope Indonesia edisi I jilid I, terbit tanggal 20 Mei 1962
 Farmakope Indonesia edisi I jilid II, terbit tanggal 20 Mei 1965
 Farmakope Indonesia edisi II, terbit tanggal 1 April 1972
 Farmakope Indonesia edisi III, terbit tanggal 9 Oktober 1979
 Farmakope Indonesia edisi IV, terbit tanggal 5 Desember 1995
 Farmakope Indonesia edisi V, terbit tanggal 7 April 2015
 Farmakope Indonesia edisi VI, terbit tanggal 1 September 2020
FARMAKOPE
Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia telah diterbitkan pula
sebuah buku persyaratan mutu obat resmi yang mencakup zat,
bahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di
Indonesia, tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia.
Buku tersebut diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia, yang
terbit 1 April 1974, sebagai buku persyaratan mutu obat resmi
disamping Farmakope Indonesia.

Di samping kedua jenis buku tersebut, pada tanggal 20 Mei


1966 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia
(FOI), yang memuat komposisi bermacam-macam sediaan
farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga
mengalami revisi, dan pada tanggal 12 November 1978
diterbitkan buku Formularium Nasional (Fornas).
KETENTUAN UMUM FARMAKOPE INDONESIA

JUDUL
Judul lengkap buku ini termasuk suplemennya, adalah
Farmakope Indonesia edisi Enam. Judul tersebut dapat
disingkat menjadi Farmakope Indonesia edisi VI atau FI
VI. Farmakope Indonesia edisi VI menggantikan edisi
sebelumnya.
Jika digunakan istilah FI tanpa keterangan lain, selama
periode berlakunya Farmakope Indonesia ini, maka yang
dimaksudkan adalah FI VI dan semua suplemennya.
BAHAN RESMI DAN SEDIAAN RESMI
Monografi resmi meliputi bahan resmi dan sediaan resmi.
Judul yang tercantum dalam monografi dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris adalah nama resmi dari monografi tersebut.

Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan tambahan farmasi,


komponen lain, atau komponen produk jadi yang judul
monografinya tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk produk
jadi tersebut.

Sediaan resmi adalah produk jadi, produk setengah jadi (misalnya


suatu padatan steril yang harus dibuat menjadi larutan jika
hendak digunakan) atau produk dari satu atau lebih bahan resmi
atau produk yang diformulasikan untuk digunakan pasien.
MONOGRAFI
Monografi mencantumkan nama bahan, definisi, spesifikasi, dan
persyaratan lain yang berkaitan dengan kemasan, penyimpanan
dan penandaan.
Spesifikasi dalam monografi meliputi jenis pengujian, prosedur
pengujian, dan kriteria penerimaan untuk memastikan identitas,
kekuatan, kualitas, dan kemurnian bahan.
Untuk ketentuan umum yang spesifik berkaitan dengan bagian
monografi, lihat Komponen monografi.
BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambahan yang dianggap tidak sesuai untuk sediaan resmi, tidak boleh
digunakan jika:
1) Melebihi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menyebabkan efek yang
diharapkan;
2) Keberadaannya mengganggu ketersediaan hayati, efek terapi atau
keamanan dari yang disebutkan dalam sediaan resmi;
3) Mengganggu penetapan kadar dan uji-uji lain yang dimaksudkan untuk
penentuan kesesuaian dengan Farmakope.
Bahan tambahan dan eksipien dalam bahan resmi
Bahan resmi hanya boleh mengandung bahan tambahan tertentu yang
diperbolehkan seperti tertera pada masing-masing monografi. Nama dan jumlah
bahan tambahan tersebut harus dicantumkan dalam etiket.
Bahan tambahan dan eksipien dalam sediaan resmi
Bahan tambahan dan eksipien yang sesuai seperti bahan antimikroba, bahan
dasar farmasetik, penyalut, perisa, pengawet, penstabil dan pembawa dapat
ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat
atau penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan, kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi.
PEMERIAN DAN KELARUTAN
Monografi dapat mencantumkan informasi pemerian suatu bahan.
Informasi ini secara tidak langsung dapat membantu evaluasi
pendahuluan suatu bahan, tetapi tidak dimaksudkan sebagai standar
atau uji kemurnian.
Kelarutan suatu zat dapat dinyatakan sebagai berikut:
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut lebih dari 10.000
LARUTAN
Kecuali dinyatakan lain, semua larutan dibuat dengan air sebagai
pelarut.
Pernyataan “(1 dalam 10)” mempunyai arti 1 bagian volume
cairan atau 1 bagian bobot zat padat yang harus diencerkan atau
dilarutkan dalam sejumlah pengencer atau pelarut yang sesuai
untuk membuat bagian atau volume akhir 10.
Kecuali dinyatakan lain, pernyataan (20:5:2) berarti campuran
beberapa cairan dengan perbandingan volume seperti yang
disebutkan.
TANGAS UAP DAN TANGAS AIR
Tangas uap.
Apabila dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud
adalah tangas dengan uap panas mengalir. Dapat juga
digunakan pemanas lain yang disertai pengatur suhu, hingga
suhu setara dengan uap panas mengalir.

Tangas Air
Kecuali dinyatakan lain, tangas air adalah tangas air yang
mendidih secara stabil.
PERSEN
Persen jika digunakan tanpa kualifikasi berarti:
• Untuk campuran padat dan semi padat, persen b/b
• Untuk larutan atau suspensi padatan dalam cairan, persen b/v
• Untuk larutan cairan dalam cairan, persen v/v
• Untuk larutan gas dalam cairan, persen b/v
Contoh: 1 persen larutan dibuat dengan melarutkan 1 g zat padat atau
semipadat, atau 1 mL cairan, dalam pelarut sampai volume 100 mL larutan.

PERSENTASE KADAR
Persentase kadar dinyatakan sebagai berikut:
• Persen bobot dalam bobot (b/b) adalah jumlah g zat terlarut dalam
100 g larutan
• Persen bobot dalam volume (b/v) adalah jumlah g zat terlarut dalam
100 mL larutan
• Persen volume dalam volume (v/v) adalah jumlah ml zat terlarut dalam
100 mL larutan.
BOBOT JENIS
Bobot jenis Adalah bobot suatu zat di udara pada suhu 25º
dibagi dengan bobot volume air yang setara pada suhu sama.

SUHU
Kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam Farmakope
dinyatakan dalam derajat Celsius dan semua pengukuran
dilakukan pada suhu 25º. Jika dinyatakan “suhu ruang terkendali”
yang dimaksud adalah suhu antara 15º dan 30º. Jika digunakan
“panas sedang” menunjukkan suhu tidak lebih dari 45º.

WAKTU REAKSI
Kecuali dinyatakan lain, waktu reaksi adalah 5 menit.
AIR
Air sebagai bahan dalam produk resmi
Sebagai bahan dalam produk resmi, harus memenuhi persyaratan
air yang sesuai dengan monografi.
Air dalam prosedur Farmakope
Kecuali dinyatakan lain, harus digunakan “Air Murni”. Definisi
untuk air yang lainnya tercantum dalam Pereaksi.
BOBOT DAN UKURAN
Molalitas
Molalitas diberi simbol m, adalah jumlah gram molekul zat yang
dilarutkan dalam 1 kg pelarut.

Molaritas
Molaritas diberi simbol M, adalah jumlah gram molekul zat yang
dilarutkan dalam pelarut hingga volume 1 L.

Normalitas
Normalitas diberi simbol N, adalah jumlah gram ekuivalen zat
yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume 1 L.
WADAH DAN PENYIMPANAN
Penyimpanan pada kondisi yang tidak ditentukan
Jika tidak ada petunjuk dan pembatasan yang khusus pada
Wadah dan penyimpanan monografi atau pada etiketnya, kondisi
penyimpanan harus pada ruang dengan suhu terkendali,
terlindung dari lembab, dan jika perlu terlindung dari cahaya.
Tanpa memperhatikan jumlah, zat tersebut harus terlindung dari
lembab, pembekuan, dan suhu berlebih, dan jika perlu
terlindung dari cahaya selama pengangkutan atau distribusi.
WADAH DAN PENYIMPANAN
Wadah
Suatu tempat penyimpanan bahan yang berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan bahan. Wadah langsung adalah
wadah yang langsung berhubungan dengan bahan sepanjang
waktu. Tutup adalah bagian dari wadah.

Wadah dan tutup tidak boleh mempengaruhi bahan yang


disimpan di dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika,
yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.

Kecuali dinyatakan lain, persyaratan wadah yang tertera di


Farmakope juga berlaku untuk wadah yang digunakan dalam
penyerahan obat oleh Apoteker.
Kemasan tahan dirusak
Wadah suatu bahan steril yang dimaksudkan untuk pengobatan
mata atau telinga, kecuali yang disiapkan segera sebelum
diserahkan atas dasar resep, harus disegel sedemikian rupa
hingga isinya tidak dapat digunakan tanpa merusak segel.

Wadah tidak tembus cahaya


Harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat dari
bahan khusus yang mempunyai sifat menahan cahaya atau
dengan melapisi wadah tersebut. Wadah yang bening dan tidak
berwarna atau wadah yang tembus cahaya dapat dibuat tidak
tembus cahaya dengan cara memberi pembungkus yang buram.
Jika dalam monografi dinyatakan “terlindung cahaya”,
dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan dalam wadah tidak
tembus cahaya.
Wadah tertutup baik
Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan
mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan distribusi.

Wadah tertutup rapat


Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat
atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau
menguapnya bahan selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan distribusi, harus dapat ditutup rapat kembali.
Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup
kedap untuk bahan dosis tunggal.

Wadah tertutup kedap


Harus dapat mencegah menembusnya udara atau gas lain
selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Wadah satuan tunggal
Digunakan untuk produk obat yang dimaksudkan untuk
digunakan sebagai dosis tunggal yang harus digunakan segera
setelah dibuka. Wadah atau pembungkusnya sebaiknya
dirancang sedemikian rupa hingga dapat diketahui apabila
wadah tersebut pernah dibuka.
Tiap wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang menyebutkan
identitas, kadar atau kekuatan, nama produsen, nomor bets dan
tanggal kedaluwarsa.

Wadah dosis tunggal


Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang hanya
digunakan secara parenteral. Tiap wadah dosis tunggal harus
diberi etiket seperti pada wadah satuan tunggal.
Wadah dosis satuan
Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang digunakan bukan
secara parenteral dalam dosis tunggal, langsung dari wadah.

Wadah satuan ganda


Adalah wadah yang memungkinkan dapat diambil isinya beberapa
kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut.

Wadah dosis ganda


Adalah Wadah satuan ganda untuk bahan yang digunakan hanya
secara parenteral
SUHU DAN KELEMBABAN PENYIMPANAN
Lemari pembeku
Menunjukkan ruangan dengan suhu dipertahankan secara
termostatik antara -25º dan -10º.

Dingin
Adalah kondisi suhu tidak lebih dari 8º, lemari pendingin
mempunyai suhu antara 2ºdan 8º.

Sejuk
Adalah kondisi suhu antara 8º dan 15º. Kecuali dinyatakan lain,
bahan yang harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan di
dalam lemari pendingin.
Suhu ruang dingin terkendali
Adalah suhu yang dipertahankan secara termostatik antara 2º dan 8º.

Suhu Ruang
Adalah suhu pada ruang kerja tidak lebih dari 30º.

Suhu Ruang Terkendali


Adalah suhu yang dipertahankan secara termostatik antara 20º dan 25º

Hangat
Adalah kondisi suhu antara 30º dan 40º.

Panas Berlebih
Adalah kondisi suhu di atas 40º.
PENANDAAN
Ditujukan kepada seluruh etiket dan tulisan, cetakan, atau grafik yang
terdapat pada wadah langsung bahan atau pada kemasan atau
bungkus lainnya kecuali wadah pemindahan lainnya. Etiket diartikan
sebagai bagian dari penandaan pada wadah langsung.

Penggunaan desimal nol pada penandaan


Untuk meminimalkan kesalahan dalam peracikan dan penggunaan
obat, jumlah zat aktif dinyatakan dalam angka tanpa nilai desimal
yang diikuti dengan angka nol [contoh: 4 mg (bukan 4,0 mg)].

Penandaan obat dalam bentuk garamnya


Untuk menyingkat penulisan dalam etiket, penulisan berikut
diperbolehkan dalam penandaan bahan resmi, yaitu: HCl untuk
hidroklorida, HBr untuk hidrobromida, Na untuk Natrium, dan K untuk
kalium. Contoh: Fenobarbital Na
Penandaan etanol
Kandungan etanol dalam cairan harus dinyatakan pada etiket dalam persen
(v/v) C2H5OH.

Tablet dan kapsul khusus


Etiket sediaan kapsul atau tablet tidak ditujukan untuk ditelan utuh harus
menyatakan cara penggunaan secara jelas.

Waktu Kedaluwarsa
Waktu kedaluwarsa harus dapat dibaca, mudah dimengerti dan ditunjukkan
secara jelas dengan latar belakang yang kontras atau dicetak timbul
(contoh: “EXP 6/08”, “Exp.Juni 08”, atau Expires 6/08”).
Waktu kedaluwarsa menunjukkan jangka waktu bahan tersebut diharapkan
memenuhi persyaratan monografi pada kondisi penyimpanan yang
ditetapkan. Waktu kedaluwarsa membatasi waktu zat dapat diracik atau
digunakan. Jika waktu kedaluwarsa hanya dinyatakan dalam bulan dan
tahun, maka waktu kedaluwarsa adalah hari terakhir bulan yang dinyatakan.
RESEP
DEFINISI RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter,
dokter gigi atau dokter hewan yang diberi ijin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada apoteker pengelola apotek (APA)
untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan
bagi penderita.

(Berdasarkan Permenkes No. 9 Tahun 2017 tentang


Apotek)
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam
bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan
dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan bagi pasien.
RESEP
RESEP

Yang berhak menulis resep adalah :


 Dokter
 Dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan mulut)
Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala
macam obat untuk pemakaian melalui mulut, injeksi
(parenteral), atau cara pemakaian lainnya, khusus untuk
mengobati penyakit gigi dan mulut saja, sedangkan
pembiusan secara umum tetap dilarang bagi dokter
gigi.
 Dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan)
RESEP

Menurut sumber resep dibagi menjadi :


• Formulae Officinalis
Yaitu resep yang tercantum dalam buku
Farmakope atau buku lainnya dan merupakan
standar (resep standar).

• Formulae Magistralis
Yaitu resep yang ditulis oleh dokter menurut
pendapatnya sendiri, kadang-kadang merupakan
gabungan formula officinalis dengan penambahan/
pengurangan
RESEP

Resep yang lengkap memuat :


 Nama, alamat dan nomor izin praktek (SIP) dokter
 Tanggal dan tempat penulisan resep
 Tanda “R/” (Recipe = ambillah!)
 Nama/komposisi obat dan jumlahnya
 Perintah membuat obat (m.f. ......)
 Aturan pakai (S = signa = tandai)
 Tanda tangan/paraf dokter
 Nama pasien, umur dan alamat.
RESEP
Pembagian suatu resep yang
lengkap :
 Tanggal dan tempat ditulisnya
resep (inscriptio)
 Tanda buka penulisan resep
dengan R/ (invocatio)
 Nama obat, jumlah dan cara
membuatnya (praescriptio /
ordinatio)
 Aturan pakai dari obat yang
tertulis (signatura)
 Paraf / tanda tangan dokter
yang menulis resep
(subcriptio)
RESEP

Komponen resep menurut fungsi bahan obatnya terbagi atas :


1. Remidium Cardinale, adalah obat yang berkhasiat utama
2. Remidium Ajuvans, adalah obat yang berfungsi menunjang/membantu kerja
bahan obat utama
3. Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna,
rasa dan bau dari obat utama.
Corrigens dapat berupa :
Corrigens Actionis, digunakan untuk memperbaiki kerja zat utama
Contoh : Pulvis Doveri terdiri dari Kalii Sulfas, Ipacacuanhae radix, dan Opii
Pulvis. Opii Pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan
orang sukar buang air besar, karena itu diberi Kalii Sulfas sebagai
pencahar sekaligus memperbaiki kerja Opii Pulvis tersebut.
Corrigens Odoris, digunakan untuk memperbaiki bau dari obat
Contoh : Oleum Cinnamomi dalam emulsi minyak ikan
RESEP
Corrigens Saporis, digunakan untuk memperbaiki
rasa obat
Contoh : Saccharosa atau Sirupus simplex untuk
obat-obatan yang pahit rasanya
Corrigens Coloris, digunakan untuk memperbaiki
warna obat
Contoh : Obat untuk anak diberi warna merah agar
menarik untuk diminum
Corrigens Solubilis, digunakan untuk memperbaiki
kelarutan dari obat utama
Contoh : Iodium dapat mudah larut dalam larutan
pekat KI atau NaI
4. Constituens/Vehiculum/Exipiens, adalah bahan
obat/zat tambahan yang dipakai sebagai bahan
pengisi & pemberi bentuk, umumnya bersifat netral
(inert).
Contoh : Laktosum pada serbuk, Amylum, Talcum
pada bedak tabur
RESEP

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan


resep :
 Kepmenkes RI No. 280 Tahun 1981 Tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pengelolaan Apotek
 Permenkes RI No. 26 Tahun 1981 Tentang Pengelolaan
dan Perizinan Apotek
 Kepmenkes RI No. 1332 Tahun 2002 Tentang Perubahan
Atas Permenkes RI No. 922 Tahun 1993 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik
 Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 Permenkes RI No. 35 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek
RESEP
TANDA-TANDA PADA RESEP

Tanda Segera Tanda resep dapat diulang


Bila dokter ingin resepnya dibuat dan Bila dokter menginginkan agar
dilayani segera, tanda segera atau resepnya dapat diulang, dapat ditulis
peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas dalam resep di sebelah kanan atas
atau bawah blanko resep, yaitu: dengan tulisan iter (Iteratie) dan
• Cito! = segera berapa kali boleh diulang.
• Urgent = penting Misal;
• Statim = penting sekali iter 1 x, artinya resep dapat dilayani
• PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila 2 x.
ditunda Bila iter 2 x, artinya resep dapat
Urutan yang didahulukan adalah PIM, dilayani 1+ 2 = 3 x.
Statim, dan Cito! Hal ini tidak berlaku untuk resep
narkotika, harus resep baru.
RESEP
TANDA-TANDA PADA RESEP

Tanda Ne iteratie (N.I) = tidak dapat Tanda dosis sengaja dilampaui


diulangBila dokter menghendaki agar Tanda seru diberi di belakang nama
resepnya tidak diulang, maka tanda N.I ditulis obatnya jika dokter sengaja
di sebelah atas blanko resep (ps. 48 WG ayat memberi obat dengan dosis
(3); SK Menkes No. 280/Menkes/SK/V/1981). maksimum dilampaui.
Resep yang tidak boleh diulang adalah resep
yang mengandung obat-obatan narkotik,
psikotropik dan obat keras yang telah
ditetapkan oleh pemerintah/ Menkes Republik
Indonesia.
RESEP
TANDA-TANDA PADA RESEP

Resep yang mengandung narkotik


• tidak boleh ada iterasi yang artinya dapat diulang
• tidak boleh ada m.i. (mihipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri
• tidak boleh ada u.c. (usus cognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui
Resep dengan obat narkotik harus disimpan terpisah dengan resep obat
lainnya (Jas, 2009).
RESEP
KETENTUAN PENULISAN RESEP
1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop format
resep resmi, tidak ada keraguan dalam pelayanannya dan
pemberian obat kepada pasien
2. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang
berlaku, bersifat pelayanan medik dan informatif
3. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien
4. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/
5. Nama obat, bentuk sediaan, dosis, dan jumlah obat ditulis
dalam angka Romawi dan harus ditulis dengan jelas.
a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat
yang diminta ditulis dalam satuan mg, g, IU atau ml.
b.Penulisan sediaan obat paten atau merek dagang, cukup
dengan nama dagang saja dan jumlah sesuai dengan
kemasannya
RESEP
KETENTUAN PENULISAN RESEP
6. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak
boleh berubah, misalnya:
 Codein, tidak boleh menjadi Kodein.
 Chlorpheniramine maleate, tidak boleh menjadi
Klorfeniramine maleate
 Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F
7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang
besar, tulis volume sediaan sesudah bentuk sedíaan
8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga
konsentrasi, sebaiknya tulis dengan jelas, misalnya:
pediatric, adult, dan forte.
9. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap,
walaupun kita butuh satu setengah botol, harus digenapkan
menjadi Fls. II saja.
10. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
RESEP
KETENTUAN PENULISAN RESEP
11. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas,
jumlah takaran sendok dengan signa bila genap ditulis
angka romawi, tetapi angka pecahan ditulis arabik
12. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh
dokter bersangkutan, menunjukkan keabsahan atau
legalitas dari resep tersebut terjamin
13. Nama pasien dan umur harus jelas.,
misalnya Tn. Narawi (49 tahun), An. Nisa (4 tahun 2 bulan)
14. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus
ditandatangani oleh dokter bersangkutan dan
dicantumkan alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi
tanpa resep dokter
15. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak
umum (singkatan sendiri)
16. Hindari tulisan yang sulit dibaca karena dapat mempersulit
pelayanan
RESEP
PENGGUNAAN BAHASA LATIN DALAM RESEP
RESEP
RESEP
RESEP
RESEP
RESEP
RESEP
RESEP
RESEP
SALINAN RESEP
SALINAN RESEP
SALINAN RESEP

Keterangan:
Jika Tamofen sudah diambil
sebanyak 30 tablet, dan
Theragran M belum diambil
oleh pasien.
SALINAN RESEP

Anda mungkin juga menyukai