Anda di halaman 1dari 24

PETUNJUK PRAKTIKUM

Farmasetika Dasar

Disusun Oleh: Dina Amalia ulfa,S.Farm.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI SI FARMASI
Tahun2021/2022
TATA TERTIB PRAKTIKUM RESEP

1. Praktikan harus hadir paling lambat 10 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Praktikan yang terlambat hanya boleh mengikuti praktikum atas izin
pengawas praktikum.
3. Praktikan harus menggunakan seragam laboratorium (jas laboratorium)
selama praktikum berlangsung.
4. Praktikan harus siap dengan peralatan dasar untuk praktikum (gunting, tali,
lem, wadah, serbet, dan lain-lain).
5. Sebelum praktikum dimulai, praktikan wajib mengecek dahulu inventaris
peralatan praktikum masing-masing. Jika ternyata ada ketidakcocokan dengan
daftar inventaris atau ada peralatan yang rusak atau pecah, segera laporkan
kepada pengawas praktikum.
6. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum bila tidak atau belum
mengikuti responsi.
7. Wajib memelihara ketenangan selama praktikum berlangsung.
8. Keluar masuk ruangan/laboratorium harus seizin pengawas praktikum.
9. Dilarang makan atau minum atau membawa makanan atau minuman ke
dalam laboratorium.
10. Praktikan hanya boleh menggunakan meja praktikum sesuai dengan tempat
yang telah ditentukan untuk setiap praktikan.
11. Dilarang memindahkan peralatan praktikum dari tempat semula. Dilarang
mengambil atau membawa ke rumah peralatan praktikum, seperti anak
timbangan gram, pinset, dll.
12. Setelah selesai digunakan, semua bahan praktikum harus dikembalikan pada
tempatnya semula dalam keadaan rapih dan bersih.
13. Semua bahan dan peralatan praktikum harus digunakan dan diperlakukan
dengan baik dan penuh tanggungjawab.
14. Dalam menggunakan bahan/zat, praktikan wajib menggunakannya dengan
hemat.
15. Dalam menggunakan peralatan praktikum, praktikan wajib menggunakannya
dengan tertib dan cermat, hati-hati dan bertanggung jawab. Jika ada peralatan
yang rusak atau pecah diwajibkan untuk menggantinya dengan kualitas yang
sama.
16. Praktikan hanya boleh meninggalkan laboratorium dengan seizin pengawas
setelah semua bahan dan peralatan praktikum dibersihkan dan dibereskan
sebagaimana mestinya.
17. Setiap kelompok praktikan secara bergiliran harus melaksanakan kurve/piket
untuk memelihara kebersihan laboratorium.
18. Pelanggaran tata tertib akan mengakibatkan sangsi tidak boleh mengikuti
praktikum.
CARA KERJA YANG BAIK DI LABORATORIUM

1. Praktikan yang akan mengikuti praktikum harus dalam keadaan sehat fisik
dan mental.
2. Mematuhi tata tertib praktikum dan berdisiplin dalam keseluruhan kegiatan
praktikum.
3. Menjaga kebersihan baik ruangan maupun alat-alat selama praktikum.
4. Meneliti jumlah dan keadaan alat-alat praktikum sebelum dan sesudah
praktikum.
5. Dalam penimbangan, pengerjaan dan penulisan laporan/jurnal harus
dikerjakan secara sistematik, cermat dan teliti.
6. Jujur dalam semua tindakan, mulai dari pembuatan sampai penyerahan hasil
praktikum.
7. Kreatif, misalnya sebelum memulai praktikum telah mempersiapkan
komponen-komponen pelengkap seperti menyiapkan wadah, tutup botol, dan
lain-lain.
8. Selama praktikum bicara seperlunya supaya suasana tenang.
9. Tunjukkan sikap dan penampilan percaya diri, tidak bingung dan tidak ragu-
ragu sehingga mampu bekerja dengan tenang.
10. Tidak ceroboh dalam menempatkan alat-alat laboratorium, sehingga
menimbulkan kecelakaan seperti ketumpahan air panas, memecahkan alat
laboratorium, dll.
11. Pada penyerahan hasil praktikum perhatikan hal-hal dibawah ini :
a. Wadah
Bersih dan sesuai penggunaannya, misalnya sirup dalam botol, salep
dalam pot, dll.
b. Etiket
Harus lengkap dan benar, warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk
obat luar, dll.
c. Signa dan penandaan
Harus lengkap dan benar.
d. Label
Sesuai dengan sediaan yang dibuat, misalnya tidak boleh diulang tanpa
resep dokter (untuk obat narkotika, psikotropika dan obat keras), kocok
dahulu, obat luar, dan lain-lain.

PERLENGKAPAN PRIBADI YANG HARUS DIBAWA

1. Jas laboratorium
2. Jurnal praktikum
3. Anak timbangan miligram (mg)
4. Penyetara timbangan : peluru senapan angin/mimis, kelereng, potongan bekas
pasta gigi
5. Sudip dari mika/plastik/film bekas rontgen ; yang besar dan kecil
6. Lap/serbet (2 buah)
7. Gunting kecil
8. Lem/perekat kertas/double tip
9. Kalkulator
10. Tissu gulung
11. Sabun
12. Klip plastik berbagai ukuran
13. Pot plastik/gelas berbagai ukuran ; 10 g, 15 g, 20 g, 30 g
14. Botol plastik/gelas berbagai ukuran ; 30 ml, 60 ml, 100 ml, 150 ml, 200 ml
15. Botol tetes/bekas drops
16. Wadah serbuk tabur/bekas bedak marcks
17. Sendok obat
18. Spatel/spatula logam dan sendok plastik
19. Etiket : Etiket putih (untuk obat dalam) dan etiket biru (untuk obat luar)
Contoh etiket :
APOTEK STIKes YPIB APOTEK STIKes YPIB
JL. Gerakan Koperasi 003 Telp. 284034 Majalengka JL. Gerakan Koperasi 003 Telp. 284034 Majalengka
Apoteker : Dina Amalia Ulfa,s.Farm., Apt Apoteker : Dina Amalia Ulfa,s.Farm., Apt
STRA : 19800101/STRA-UNPAD/2005/205205 STRA : 19800101/STRA-UNPAD/2005/205205
SIPA : 512.08/009/Dinkes/II/2012 SIPA : 512.08/009/Dinkes/II/2012

No. : Tgl : No. : Tgl :

OBAT LUAR

etiket putih (obat dalam) etiket biru (obat luar)


20. Label NI/Ne Iteratur (tidak boleh diulang), label KD/kocok dahulu dan label
obat kumur
Obat ini tidak boleh diulang Hanya untuk kumur,
KOCOK DAHULU
tanpa resep baru dari dokter tidak boleh ditelan

Label NI/ne iteratur Label kocok dahulu Label obat


kumur
FORMAT JURNAL PRAKTIKUM

 BENTUK JURNAL
RESEP KONSENTRASI KELENGKAPAN RESEP
DM

GOLONGAN OBAT TEORI/USUL/KEISTIMEWAAN


O/N :
P/OKT :
G/OK :
W/OBT :
B/OB :
RESEP STANDAR PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMAL (DM)

MONOGRAFI

PERBAIKAN PERHITUNGAN DM
PERHITUNGAN BAHAN

PENIMBANGAN BAHAN

TEKNIK PEMBUATAN

KEMASAN
Wadah :
Etiket :
Label :

KHASIAT
 PENJELASAN JURNAL
1. Resep
Tempel resep yang diberikan/yang akan dipraktikumkan. Satu jurnal berisi
satu resep.
2. Kelengkapan Resep
Tulis bagian kelengkapan resep yang belum terdapat dalam resep.
Kelengkapan resep memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Nama dokter
b. Alamat dokter
c. Surat Izin Praktek Dokter (SIPD)
d. Nomor dan tanggal resep
e. Tulisan “R/” pada sebelah kiri setiap penulisan resep
f. Nama/komposisi obat
g. Jumlah Obat
h. Perintah membuat obat (m.f. ................)
i. Signatura (aturan pemakaian)
j. Paraf dokter
k. Nama pasien
l. Umur/berat badan pasien (terutama untuk obat yang memiliki DM)
m. Alamat pasien (terutama untuk obat golongan narkotika)

3. Resep Standar
Diisi jika dalam resep diperlukan untuk melihat komposisi dari resep tersebut
dalam buku kumpulan resep standar.
- Obat dengan nama generik : lihat di Formularium Nasional (Fornas),
Formularium Indonesia (Formin), dsb.
- Obat dengan nama paten/merk dagang : lihat di ISO, MIMS, dsb.

4. Konsentrasi Dosis Maksimal (DM)


Untuk zat/obat yang memiliki DM, lihat di daftar DM dalam Farmakope
Indonesia.

5. Golongan Obat
Zat-zat atau obat dalam resep termasuk ke dalam golongan obat apa.
Golongan obat meliputi : Obat Bebas (B), Obat Bebas Terbatas (W), Obat
Keras (G), Obat Keras Tertentu/Psikotropika (OKT/P), dan Narkotika (O/N).

6. Teori/Usul/Keistimewaan
Diisi dengan :
- Teori yang berhubungan dengan resep yang akan dibuat, contoh untuk
serbuk tabur talk yang digunakan harus bebas dari bakteri Clostridium
Tetanii, Clostridium Welchi dan Bacillus Anthracis.
- Usul ; jika ada hal yang akan diusulkan berkaitan dengan pembuatan
resep tersebut, contoh dalam pembuatan salep cortison diganti
Hidrocortison sama banyak, mengganti satuan berat dengan volume (gram
menjadi ml), dsb.
- Keistimewaan ; Hal-hal khusus yang berkaitan dengan resep tersebut,
contoh dalam pembuatan serbuk tabur penimbangan dilebihkan 10%
karena ada pengayakan.

7. Monografi
Berisi pemerian atau karakteristik zat-zat dalam resep tersebut secara
organoleptis 9bentuk, warna, bau, dll). Untuk sediaan larutan (potio/sirup,
emulsi, suspensi, lotion, obat tetes, dll) ditulis kelarutannya. Monografi dapat
dilihat di Farmakope Indonesia.

8. Perhitungan Dosis Maksimal (DM)


Untuk menghitung Dosis Maksimal obat yang memiliki DM, berlaku untuk
pemakaian sekali dan sehari. Jika DM-nya over dosis (lebih dari 100%), maka
harus usul dosis diturunkan atau minta tanda seru/paraf dokter. Jika dosisnya
diturunkan maka DM harus dihitung lagi dalam kolom Perbaikan Perhitungan
DM.

9. Perhitungan Bahan
Menghitung jumlah total masing-masing zat yang dibutuhkan untuk membuat
sediaan tersebut.

10. Penimbangan Bahan


Untuk menulis hasil akhir dari perhitungan bahan.

11. Teknik Pembuatan


Untuk menulis tahap-tahap pembuatan obat berdasarkan resep, mulai dari
menyiapkan/menimbang bahan sampai dengan menjadi bentuk sediaan obat
jadi, beserta kemasan obatnya.

12. Kemasan
a. Wadah
Disesuaikan dengan bentuk sediaan yang dibuat, beserta
ukuran/volumenya :
- Serbuk terbagi : Klip plastik
- Serbuk tabur : Pot bedak/wadah serbuk tabur
- Salep/krim : Pot gelas/plastik
- Sirup/potio : Botol gelas/plastik
- Dsb.
b. Etiket
- Etiket putih : untuk sediaan obat dalam/oral (puyer, kapsul,
larutan oral, dsb.)
- Etiket biru : untuk sediaan obat luar (sediaan topikal,
parenteral, rektal, tetes hidung, tetes telinga, dsb.)
c. Label
- Label Ne Iteratur : untuk golongan obat keras,
psikotropika, narkotika
- Label Kocok Dahulu : untuk larutan, kecuali yang
mengandung H2O2, potio
effervescent/saturasi
- Label “Tidak boleh ditelan” : untuk gargarisma/obat kumur

13. Khasiat
Untuk menulis khasiat/kegunaan zat-zat yang digunakan, terutama zat
berkhasiat/zat aktif.

ALAT-ALAT PERACIKAN

 ALAT-ALAT UKUR VOLUME


1. Gelas ukur
Untuk mengukur cairan yang akan dibuat atau cairan yang diambil
misalnya air 100 ml.
2. Gelas piala/beaker glass
Untuk melarutkan bahan dengan cara diaduk menggunakan batang
pengaduk dari kaca.
3. Erlenmeyer
Untuk melarutkan bahan dengan cara digoyang atau dikocok perlahan dan
digunakan juga untuk alat pengukur (tingkat ketelitian kurang).

 ALAT-ALAT PERACIKAN
1. Lumpang & alu atau mortir & stamper
Untuk menghaluskan dan mencampur bahan-bahan.
2. Sendok/spatel
Untuk mengambil bahan/zat. Spatel ada tiga macam, yaitu :
- Spatel logam : Untuk mengambil bahan padat dari dalam botol
- Spatel tanduk : Untuk mengambil bahan semisolid (setengah
padat)
- Spatel porselein : Untuk mengambil bahan yang bersifat oksidator
(Kalii Permanganas, Iodium, Argentii Nitras)
3. Pipet tetes
Untuk mengambil bahan cair.
4. Sudip dari film plastik/mika
Untuk menyatukan, membersihkan serbuk atau salep dan memasukkan ke
dalam wadah.
5. Cawan penguap (dari porselein)
Untuk wadah menimbang, untuk menguapkan atau mengeringkan cairan,
melebur atau mencampur lebih dari satu bahan.
6. Kaca arloji
Untuk menimbang cairan yang tidak boleh ditimbang dengan kertas
perkamen, juga untuk menimbang bahan yang bersifat oksidator dan
higroskopis.
7. Pengayak
Untuk mengayak bahan sesuai dengan derajat kehalusan serbuk.
8. Corong
Untuk menyaring dengan meletakkan kertas saring di atas corong dan
juga untuk memasukkan sediaan cair ke botol kemasan.
9. Batang pengaduk
Untuk mengaduk zat pada pembuatan sediaan cair yang dilarutkan.
10. Krustang
Untuk mengambil alat yang panas.
CARA PENIMBANGAN

 JENIS TIMBANGAN OBAT


a. Timbangan gram kasar : Beban 250 – 1000 gram, kepekaan 200 mg
b. Timbangan gram halus : Beban 100 – 200 gram, kepekaan 50 mg
c. Timbangan milligram : Beban 10 – 50 gram, kepekaan 5
mg
Untuk menimbang zat yang beratnya di atas 1 gram menggunakan timbangan
gram halus
Untuk menimbang zat yang beratnya di bawah 1 gram menggunakan
timbangan milligram
Untuk menimbang zat yang beratnya di bawah 30 mg harus dilakukan
pengenceran
Gambar :

Timbangan gram Timbangan miligram

Anak timbangan gram


 BAGIAN-BAGIAN TIMBANGAN
Keterangan gambar :
1. Papan landasan timbangan
2. Tombol pengatur tegak berdirinya timbangan
3. a. Anting penunjuk tegak berdirinya timbangan
b. Alas anting penunjuk tegaknya timbangan (waterpass)
4. Jarum timbangan
5. Skala
6. Tuas penyangga timbangan
7. Pisau tengah atau pisau pusat
8. Pisau tangan
9. Tangan timbangan
10. Tombol/mur pengatur keseimbangan
11. Piring timbangan

 CARA MENIMBANG
1. Periksa apakah semua komponen timbangan sudah sesuai pada tempatnya,
dengan mencocokkan nomor yang terdapat pada komponen-komponen
tersebut (lihat gambar).
2. Periksa kedudukan timbangan apakah sudah sejajar/rata belum, dapat
dilihat dari posisi anting (3.1) dengan alas anting (3.2) harus tepat. Bila
belum tepat putar tombol (2).
3. Periksa sekali lagi apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada tempatnya.
Bila sudah maka angkat atau putar tuas (6), maka timbangan akan
terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat
sebelah. Bila tidak seimbang maka putar mur (10) kiri atau kanan sesuai
dengan keseimbangannya, sehingga timbangan seimbang.
4. Setelah itu, letakkan kertas perkamen di atas kedua piring timbangan,
angkat tuas (6) untuk memeriksa apakah timbangan sudah seimbang. Bila
sudah seimbang, maka penimbangan bahan-bahan sudah bisa dimulai.
5. Cara penimbangan bahan-bahan :
a. Bahan padat seperti serbuk, lilin ditimbang di atas kertas perkamen
b. Bahan setengah padat seperti vaselin, adeps lanae ditimbang di atas
kertas perkamen atau menggunakan cawan penguap
c. Bahan cair dapat ditimbang di atas kaca arloji, cawan penguap atau
langsung dalam botol/wadah
d. Bahan cairan kental seperti ekstrak belladon dan ekstrak hyoscyami
langsung ditimbang, sedangkan untuk ichtyol ditimbang di kertas
perkamen yang sebelumnya diolesi dengan paraffin cair
e. Bahan oksidator (Kalii permanganas, Iodium, Argentii nitras)
ditimbang pada kaca arloji yang ditutup

DOSIS MAKSIMUM (DM)

Dosis maksimum (DM) adalah dosis maksimum untuk dewasa, untuk


pemakaian melalui mulut (oral), injeksi (parenteral), subkutan (topikal) dan rektal.
Urutan pustaka/buku untuk mencari DM :
1. Farmakope Indonesia edisi III
2. Extra Farmakope
3. Farmakope Indonesia edisi II
4. Farmakope Indonesia edisi I
Pengertian dewasa (menurut FI) :
a. Usia 20 – 60 tahun
b. Berat badan 58 – 60 kg
c. Tn, Ny, Bpk, Ibu, Gelar

Berikut ini Cara-cara menghitung dosis maksimum, yaitu :


 Berdasarkan Umur
1. Rumus YOUNG : untuk usia 8 tahun ke bawah

n
DM anak  x DM dewasa ; n = umur (tahun)
n  12

2. Rumus DILLING : untuk usia di atas 8 tahun s/d 20 tahun

n
DM anak  x DM dewasa ; n = umur (tahun)
20
3. Rumus FRIED : untuk bayi

m
DM anak  x DM dewasa ; m = umur (bulan)
150

 Berdasarkan Berat Badan (BB)


Rumus THERMICH (Jerman)

BB (kg)
DM anak  x DM dewasa
70 kg

 Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh


(Diambil dari kumpulan kuliah Farmakologi UI tahun 1968)

Luas permukaan tubuh anak


DM anak  x DM dewasa
1,75
Catatan :
Jika DM > 80% : untuk serbuk terbagi (pulveres), harus ditimbang satu
persatu
(boleh minta dispensasi : yang ditimbang 2 bungkus, yg
lain dianggap sama)
Jika DM ≥ 100% : minta penurunan dosis atau tanda seru/paraf dokter

Contoh Perhitungan DM :

R/ Asetosal 200 mg
SL q.s
m.f. Pulv. dtd. No. X
S t d d 1 Pulv.

Pro : Aditya (8 tahun)

Perhitungan DM-nya :
a. Umur : 8 tahun (memakai rumus Dilling)
(konsentrasi DM Asetosal di FI edisi III, DM 1X = 1 gram, 1 hari = 8 gram)
DM 1X = 8/20 x 1 gram = 0,4 gram
DM 1 hari = 8/20 x 8 gram = 3,2 gram
b. Zat dalam resep
1 X = 200 mg = 0,2 gram
1 hari = 3 x 0,2 = 0,6 gram
c. Prosentase
% 1X = 0,2/0,4 x 100 % = 50 %
% 1 hari = 0,6/3,2 x 100 % = 18,75 %

Asetosal pada resep tersebut (Aditya, 8 tahun) tidak melebihi dosis maksimum
(< 100%), maka resep tersebut aman untuk dikonsumsi sehingga dapat segera
dibuatkan obatnya.

 Dosis Maksimum Gabungan


Bila dalam resep terdapat lebih dari satu macam obat yang mempunyai kerja
searah/sinergis, maka harus dihitung dosis maksimum gabungan.
Dosis maksimum gabungan dinyatakan tidak lampau/tidak overdosis bila :

Pemakaian 1 kali zat A + Pemakaian 1 kali zat B, hasilnya kurang dari 100%
Pemakaian
Contoh 1 harimemiliki
obat yang zat A + Pemakaian 1 hari
DM gabungan : zat B, hasilnya kurang dari 100%
- Atropin Sulfas dengan Ekstrak Belladonnae
- Opii Pulvis dengan Pulvis Doveri
- Coffein dengan Aminophyllin atau Theophyllin

 Dosis Dengan Pemakaian Berdasarkan Jam


Signa o .... h (setiap .... jam)
Untuk menghitung pemakaian sehari .... kali :
a. Untuk Antibiotika dan golongan Sulfonamida
 24 
Pemakaian sehari   X ; n = jam
 n 

b. Untuk bukan Antibiotika dan golongan Sulfonamida

 16 
Pemakaian sehari    1 X
 n 

SIGNA/ATURAN PAKAI

 ac (ante cibum/ante coenam) : sebelum makan


 dc (durante coenam : sewaktu makan
 pc (post cibum/post coenam) : sesudah makan
 m et v (mane et vespere) : pagi dan sore
 b (bis) : dua
 t (ter) : tiga
 q (quarte/quanque) : empat atau lima (tanyakan yang diminta
apa)
 o h (omni hours) : tiap jam
 S 1 – 1 – 1 cth : pagi satu sendok teh, siang satu sendok teh,
malam satu
sendok teh
 S1–0–1C : pagi satu sendok makan, malam satu
sendok makan
 C (cochlear) : sendok makan (15 ml)
 cp (cochlear pultis) : sendok bubur (8 ml)
 cth (cochlear thea) : sendok teh (5 ml)
 da ½ part : Berikan/buat setengah bagiannya, buat
copy R/ nya
 Applic. (applicandum) : digunakan
 u. n (usus notus) : pemakaian diketahui
 u. c (usus cognitus) : pemakaian diketahui
 u. e (usus externus) : untuk pemakaian luar
 sos (si opus sit) : Bila perlu (tanya maksimal pemakaiannya)
 sns (si necesse sit) : Bila perlu (tanya maksimal pemakaiannya)
 prn (pro re nata) : Bila perlu (tanya maksimal pemakaiannya)

CARA PENGENCERAN

Pengenceran dilakukan jika zat yang akan ditimbang kurang dari 30 mg.

1. Pada Pulveres
Menggunakan Saccharum Lactis/Laktosa sebagai zat pembawa. Misalkan
ingin menimbang Atropin Sulfat seberat 20 mg (< 30 mg), maka :
- Timbang Atropin Sulfat 30 mg (jumlah batas minimal yang dapat
ditimbang)
- Timbang SL dengan perbandingan 1 : 10
- Timbang carmin secukupnya (sebagai zat warna untuk melihat
kehomogenan)
Atropin Sulfat = 30 mg
SL + carmin = 270 mg Campurkan semua bahan ad
homogen
Total campuran = 300 mg (terlihat dari zat warna carmin yang
merata)
Dari campuran tersebut ambil hasil pengenceran (HP) dengan perhitungan
sbb. :
20 mg/30 mg x 300 mg = 200 mg campuran
Sisa pengenceran : 300 mg – 200 mg = 100 mg (dibungkus, serahkan pada
pengawas)

2. Pada Larutan
Menggunakan aquadest atau pelarut lain sebagai bahan pembawanya.
Misalkan ingin menimbang CTM 24 mg (< 30 mg) pada sediaan larutan,
maka :
- Timbang CTM 30 mg ( jumlah batas minimal yang dapat ditimbang)
- Tambahkan aquadest ad 10 ml
- Campurkan ad larut
Dari larutan tersebut ambil hasil pengenceran (HP) dengan perhitungan
sbb. :
24 mg/ 30 mg x 10 ml = 8 ml larutan
Sisa pengenceran : 10 ml – 8 ml = 2 ml (serahkan pada pengawas)

3. Pada Unguentum
Menggunakan bahan dasar salep/basis salep yang sesuai, misal Vaselin
album. Cara perhitungannya sama dengan di atas (pada pulveres).

4. Menggunakan Tablet
Bila jumlah tablet yang diinginkan dalam bentuk pecahan, maka dibuat
pengenceran dulu yang mudah dibagi, baru ditimbang dalam perbandingan.
Contoh :
- Tablet CTM diminta ¼ tablet
- Ambil 1 tablet CTM, tambahkan SL sampai berat 400 mg
- Kemudian gerus sampai halus dan homogen
- Lalu ambil ¼ bagian yang diperlukan, yaitu : ¼ x 400 mg = 100 mg
- Sisa pengenceran : 400 mg – 100 mg = 300 mg (serahkan pada pengawas)

PENGGANTIAN ZAT

1. Chloramphenicol
Chloramphenicol atau Chloramphenicol base rasanya pahit : untuk sediaan
salep, krim, bedak tabur, kapsul (karena terbungkus cangkang kapsul)
Chloramphenicol palmitat rasanya manis : untuk sediaan pulveres/serbuk
bagi, potio
Perhitungan penggantian :
Chloramphenicol palmitat diganti Chloramphenicol base X 1/1,74
Chloramphenicol base diganti Chloramphenicol palmitat X 1,74

2. Cortison asetat dalam salep kurang bekerja karena sulit diabsorpsi oleh kulit,
maka diganti Hidrocortison asetat sama banyak. Demikian juga Cortison
diganti Hidrocortison sama banyak

3. Gentamycin diganti Gentamycin sulfat X 1,7

4. Neomycin diganti Neomycin sulfat X 1,43

5. Prednison untuk obat dalam, untuk obat luar digunakan Prednisolon sama
banyak

6. Mebhidrolin diganti Mebhidrolin napadisilat X 1,52

7. Anaesthesin + Sulfonamida merupakan antagonisme kompetitif, jadi


Anesthesin diganti Orthoform neo sama banyak.

8. Penicillin V hanya untuk peroral, untuk salep digunakan Penicillin G, Na/K


sama banyak

POTENSI UNIT BAKU

Perhitungan unit baku berlaku untuk golongan antibiotika, sebagaimana tercantum


dalam Farmakope Indonesia edisi III hal 903 – 904.
 Jika di resep berat zat menggunakan satuan unit baku (UI atau SI), maka
langsung dibagi UI yang tercantum di botol.
Contoh :
R/ Neomycin sulfat 48.000 UI  Unit baku di botol diketahui = 600 UI/mg
Maka Neomycin sulfat yang ditimbang :
48.000 UI = 80 mg
600 UI/mg

R/ Neomycin 40.000 UI  Diganti Neomycin sulfat : 40.000 UI X 1,43 =


57.200 UI
Unit baku di botol diketahui = 600 UI/mg
Maka Neomycin sulfat yang ditimbang :
57.200 UI = 95 mg
600 UI/mg

 Jika di resep berat zat menggunakan satuan gram atau mg, maka unit baku di
FI III (lihat hal 903 – 904) dibagi unit baku di botol dikali berat zat di resep.
Contoh :
R/ Neomycin sulfat 2%  Timbang Neomycin sulfat : 2/100 x 20 = 0,4
m. d. s. Ungt 20 Diketahui unit baku Neomycin Sulfat di FI
III = 680 UI/mg
Unit baku Neomycin Sulfat di botol = 600 UI/mg
Jadi Neomycin Sulfat yang ditimbang :
680/600 x 0,4 = 0,45

R/ Neomycin 2%  Neomycin diganti Neomycin sulfat : 2/100 x 20 x


1,43 = 0,572
m. d. s. Ungt 20 Diketahui unit baku Neomycin Sulfat di FI
III = 680 UI/mg
Unit baku Neomycin Sulfat di botol = 600 UI/mg
Jadi Neomycin Sulfat yang ditimbang :
680/600 x 0,572 = 0,65

Anda mungkin juga menyukai