Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

OBAT PREKURSOR

Disusun Oleh :

Muhammad Faisal Najib, S.Farm


3351201574

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada kita semua, Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
pada waktunya dengan baik.
Sholawat beriringan salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar
kita yakni Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa kita dari zaman tak
berilmu ke zaman berilmu pengetahuan pada saat sekarang ini.
Harapan yang tulus dan ikhlas, Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulisan makalah ini telah
diusahakan semaksimal mungkin namun penulis meminta kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis, Amiin.

Bandung, 19 Agustus 2021

Penyusun

ii
ii
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Prekursor....................................................................................3
2.2 Ruang lingkup..........................................................................................3
2.3 Contoh Prekursor.....................................................................................4
2.4 Pengelolaan Obat Mengandung Prekursor Farmasi Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.............................................................................................5
2.5 Pengelolaan Obat Mengandung Prekursor Farmasi Di Apotek.............10
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika saat ini
telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan. Pengaruh arus globalisasi
dibidang informasi, transportasi dan modernisasi merupakan faktor pendorong
terhadap maraknya peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika. Berbagai upaya
pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran Narkotika dan Psikotropika
telah dilakukan antara lain dengan pengawasan yang ketat sejak pengadaan
bahan baku sampai dengan penggunaannya. Namun demikian peredaran gelap
yang berkembang saat ini tidak hanya narkotika dan psikotropika, tetapi
sudah merambah kepada bahan yang digunakan untuk membuat Narkotika
dan Psikotropika yang lazimnya disebut prekursor. Sebagian dari kita mungkin
banyak yang belum mengetahui dan mengenal apa yang dimaksud dengan
prekursor, baik dalam artiannya dan kegunaannya.
Secara umum yang dimaksud dengan prekursor adalah zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika
dan psikotropika. Pada dasarnya prekursor digunakan secara resmi di industri
farmasi sebagai bahan baku obat, bahan untuk pembuatan bahan baku obat,
industri makanan, industri kimia dan industri lainnya. Tetapi ada sebagian
oknum yang diduga sering menyalahgunakan dan menyimpang ke jalur yang
tidak resmi untuk dijadikan pembuatan Narkotika dan Psikotropika. Sesuai
dengan ketentuan Internasional menurut Konvensi PBB pada tahun 1988,
tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika jenis
prekursor yang diawasi secara internasional ada 23 jenis. Contoh prekursor yang
sering disalahgunakan seperti efedrin, ergometrin dan lain-lain. Sedangkan dalam
lingkup nasional sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI tentang pemantauan dan Pengawasan Prekursor ditetapkan 15
jenis prekursor yang diwajibkan menggunakan SPI/SPE untuk mengimpor/
mengekspor perkursor. Prekursor biasa digunakan untuk pembuatan bahan-

1
bahan yang diawasi dan merupakan elemen yang penting untuk terciptanya
produk.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi prekursor farmasi?
2. Apa saja contoh dari prekursor farmasi?
3. Bagaimana cara pengelolaan prekursor farmasi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi prekursor farmasi?
2. Mengetahui contoh dari prekursor farmasi?
3. Mengetahui cara pengelolaan prekursor farmasi ?
BAB II
ISI

2.1 Definisi Prekursor


Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi Industri
Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang mengandung
efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau
potassium permanganat.
2.2 Ruang Lingkup
Pengaturan Prekursor Farmasi dan/atau Obat mengandung Prekursor Farmasi
dalam Peraturan ini meliputi:
a. Prekursor Farmasi yang terdiri atas Ephedrine, Ergometrine, Ergotamine,
Norephedrine, Potassium Permanganat, dan Pseudoephedrine sebagaimana
dimaksud dalam Tabel 1 Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor;
b. Produk Antara, Produk Ruahan, dan Obat mengandung Prekursor Farmasi
yang mengandung Ephedrine, Ergometrine, Ergotamine, Norephedrine,
Potassium Permanganat dan Pseudoephedrine;
c. Prekursor Farmasi dan/atau Obat mengandung Prekursor Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b adalah yang digunakan
untuk kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan.
Prekursor adalah zat atau bahan pemula yang dapat digunakan untuk pembuatan
narkotika dan psikotropika, prekursor tersebut berguna untuk Industri farmasi,
pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan.prekursor
tersebut kalau di Indonesia peredarannya diawasi oleh pemerintah untuk
terjadinya penyimpangan .prekursor tersebut hanya boleh di ekspor oleh ekportir
tertentu dan diimpor oleh importir tertentu setelah diberikan rekomendasi oleh
POLRI dan BNN.sedangkan untuk industri dapat dilakukan ekspor-impor setelah
mendapatkan rekomendasi dari Industri agro dan kimia (IAK).
Peredaran prekursor tersebut kalau di Indonesia di awasi oleh beberapa
instansi antara lain: POLRI , BNN , Bea cukai, Badan pengawas obat dan
makanan, Departemen perindustrian dan perdagangan dan Departemen kesehatan.
Pemerintah Indonesia melakukan pengawasan peredaran prekursor tersebut diatur
dalam :
 Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
 Peraturan menteri perdagangan nomor 647 tahun 2004 tentang import
prekursor
 Peraturan menteri kesehatan nomor 168 tahun 2005 tentang prekursor
untuk industri farmasi.
 Peraturan kepala badan pengawasan obat dan makanan RI nomor 40 tahun
2003

2.3 Contoh Prekursor


Prekursor yang diawasi oleh pemerintah antara lain:
Tabel I :
 Potassium permanganate
 1-Phenyl 2-propanone
 Acetate anhydride
 N-acetylanthranilic acid
 Isosafrole
 3,4-methylenedioxyphenyl -2-propanone
 Piperonal
 Safrole
 Ephedrine
 Pseudo ephedrine
 Norephedine(Phenylpropanol amine/PPA)HCL ,
 Ergometrine
 Lysergic acid

Tabel II :

 Hydrochloric acid
 Sulphuric acid
 Toluene
 Ethyl ether ( Diethyl ether)
 Acetone
 Methyl ethyl ketone
 Phenylacetic acid
 Anthranillic acid
 Piperidine

2.4 Pengelolaan Obat Mengandung Prekursor Farmasi Di Instalasi Farmasi


Rumah Sakit
2.4.1 Pengadaan
Pengadaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus berdasarkan Surat
Pesanan (SP). Surat Pesanan (SP) harus :
a. Asli dan dibuat tindasannya sebagai arsip
b. Ditandatangani oleh Apoteker Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit disertai
nama jelas dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, nomor dan tanggal SP sesuai;
c. Mencantumkan nama dan alamat Industri Farmasi/PBF/Rumah Sakit tujuan
pemesanan; Dalam keadaan mendesak Rumah Sakit diperbolehkan memesan
ke Apotek misalnya pemesanan sejumlah obat yang dibutuhkan untuk
memenuhi kekurangan jumlah obat yang diresepkan;
d. Mencantumkan nama obat mengandung Prekursor Farmasi, bentuk dan
kekuatan sediaan, jenis dan isi kemasan;
e. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang jelas atau cara
lain yang dapat tertelusur, dan
f. Khusus untuk pesanan obat mengandung Prekursor Farmasi dibuat terpisah
dari surat pesanan obat lainnya dan jumlah pesanan ditulis dalam bentuk
angka dan huruf.
g. Apabila pemesanan dilakukan melalui telepon (harus menyebutkan nama
penelpon yang berwenang), faksimili, email maka surat pesanan asli harus
diberikan pada saat serah terima barang, kecuali untuk daerah-daerah tertentu
dengan kondisi geografis yang sulit transportasi dimana pengiriman
menggunakan jasa ekspedisi, maka surat pesanan asli dikirimkan tersendiri.

Rumah sakit yang tergabung di dalam satu grup, masing-masing Rumah


sakit harus membuat SP sesuai kebutuhan kepada Industri Farmasi/PBF. Apabila
karena suatu hal SP tidak dapat digunakan, maka SP yang tidak digunakan
tersebut harus tetap diarsipkan dengan diberi tanda pembatalan yang jelas.
Apabila SP Rumah Sakit tidak bisa dilayani, Rumah Sakit harus meminta surat
penolakan pesanan dari Industri Farmasi /PBF/Rumah Sakit pengirim.
Pada saat penerimaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus
dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik obat dengan faktur penjualan
dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) antara lain:
a. Kebenaran nama produsen, nama obat mengandung Prekursor Farmasi,
jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, jenis dan isi kemasan;
b. Nomor bets dan tanggal daluwarsa dan;
c. Apabila butir a, b dan/atau kondisi kemasan termasuk segel dan penandaan
rusak, terlepas, terbuka dan tidak sesuai dengan SP, maka obat tersebut harus
dikembalikan kepada pengirim disertai dengan bukti retur/surat pengembalian
dan salinan faktur penjualan dan meminta nota kredit dari Industri
Farmasi/PBF/Rumah Sakit pengirim.
Setelah dilakukan pemeriksaan, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau
tenaga teknis kefarmasian wajib menandatangani Surat Pengiriman Barang (SPB)
dan/atau faktur penjualan dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIPA/SITTK,
dan stempel Rumah Sakit. SP obat mengandung Prekursor Farmasi dalam
pengadaan tender dibuat terpisah dan menjadi dokumen pendukung Surat
Perjanjian Kontrak (SPK). Berita acara penerimaan barang dibuat setelah obat
mengandung Prekursor Farmasi diterima oleh Panitia Penerima Barang.

2.4.2 Penyimpanan
Obat mengandung Prekursor Farmasi disimpan di tempat yang aman
berdasarkan analisis risiko masing-masing Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Apabila memiliki obat mengandung Prekursor Farmasi yang disimpan tidak
dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi dengan identitas obat meliputi
nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, jenis dan isi kemasan, nomor bets,
tanggal daluwarsa, dan nama produsen.
Memisahkan dan menyimpan dengan aman obat mengandung Prekursor Farmasi
yang:
a. Rusak;
b. Kadaluwarsa; dan
c. Izin edar dibatalkan. sebelum dimusnahkan atau dikembalikan kepada
Industri Farmasi /PBF pengirim.
Melakukan stock opname secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sekali dan mendokumentasikannya. Melakukan investigasi adanya selisih stok
dengan fisik saat stock opname dan mendokumentasikan hasil investigasi.

2.4.3 Penyerahan
Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi harus dilakukan oleh
tenaga kefarmasian yang berwenang di instalasi farmasi rumah sakit setelah
dilakukan skrinning terhadap resep (obat keras). Penyerahan obat mengandung
Prekursor Farmasi ke depo/unit antara lain rawat inap, rawat jalan, kamar operasi,
instalasi gawat darurat harus disertai bukti serah terima obat dari instalasi farmasi
kepada depo/unit. Penyerahan Obat Mengandung Prekursor Farmasi harus
memperhatikan kewajaran jumlah yang diserahkan sesuai kebutuhan terapi.
Penyerahan Obat Mengandung Prekursor Farmasi diluar kewajaran harus
dilakukan oleh Apoteker setelah dilakukan screening terhadap permintaan obat.
Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pembelian Obat
Mengandung Prekursor Farmasi:
a. Pembelian dalam jumlah besar;
b. Pembelian secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tidak wajar

2.4.4 Penarikan Kembali Obat (Recall)


Instalasi Farmasi Rumah Sakit wajib melakukan penarikan kembali obat
(recall) sesuai pemberitahuan dari pemilik izin edar.

2.4.5 Pemusnahan
Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat mengandung Prekursor Farmasi
yang rusak dan tanggal daluwarsa. Harus tersedia daftar inventaris Obat
Mengandung Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan mencakup nama
produsen, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, jumlah, nomor
bets, dan tanggal daluwarsa. Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan
memperhatikan pencegahan diversi dan pencemaran lingkungan. Kegiatan
pemusnahan ini dilakukan oleh penanggung jawab instalasi farmasi Rumah Sakit
dan disaksikan oleh petugas Balai Besar/Balai POM dan/atau Dinas Kesehatan
Kab/Kota setempat. Kegiatan ini didokumentasikan dalam Berita Acara
Pemusnahan yang ditandatangani oleh pelaku dan saksi sesuai ketentuan. Berita
Acara Pemusnahan yang menggunakan pihak ketiga harus ditandatangani juga
oleh saksi dari pihak ketiga

2.4.6 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai dari
pengadaan, penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali obat (recall), dan
pemusnahan secara tertib dan akurat serta disahkan oleh Apoteker Kepala
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pencatatan sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, jenis dan isi kemasan, nomor
bets, tanggal daluwarsa, dan nama produsen;
b. Jumlah yang diterima, diserahkan, dan sisa persediaan dan
c. Tujuan penyerahan.

Dokumentasi meliputi:
a. Pengadaan;
b. Penyimpanan;
c. Penyerahan;
d. Penanganan obat kembalian;
e. Pemusnahan; dan
f. Pencatatan dan Pelaporan.
Apoteker Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit wajib membuat dan
menyimpan catatan serta mengirimkan laporan pemasukan dan pengeluaran Obat
Mengandung Prekursor Farmasi Efedrin dan Pseudoefedrin dalam bentuk sediaan
tablet/kapsul/kaplet/injeksi. Dokumen pengadaan meliputi SP, faktur pembelian,
SPB, bukti retur, nota kredit dari Industri Farmasi/PBF pengirim, wajib diarsipkan
menjadi satu berdasarkan nomor urut atau tanggal penerimaan barang dan terpisah
dari dokumen obat lain. Dokumentasi selain berbentuk manual dapat juga
dilakukan secara sistem elektronik yang tervalidasi harus mudah ditampilkan dan
ditelusuri pada saat diperlukan. Apabila memiliki dokumentasi dalam bentuk
manual dan elektronik, data manual harus sesuai dengan data elektronik. Apabila
dokumentasi hanya dilakukan secara sistem elektronik, harus tersedia Standar
Prosedur Operasional terkait penanganan sistem tersebut jika tidak berfungsi.
Laporan pemasukan dan pengeluaran Obat Mengandung Prekursor
Farmasi Efedrin dan Pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet/ kapsul/ kaplet/
injeksi adalah:
a. Laporan pengadaan dan penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi
Efedrin dan Pseudoefedrin dalam bentuk sediaan
tablet/kapsul/kaplet/injeksi
b. Laporan kehilangan dan
c. Laporan pemusnahan obat mengandung Prekursor Farmasi
Pelaporan dikirimkan kepada Badan POM cq. Direktorat Pengawasan
Napza dengan tembusan ke Balai Besar/Balai POM. Setiap instalasi farmasi
rumah sakit wajib menyimpan dokumen dan informasi seluruh kegiatan terkait
pengelolaan obat mengandung Prekursor Farmasi dengan tertib, akurat dan
tertelusur.

2.4.7 Inspeksi diri


Setiap Instalasi Farmasi Rumah Sakit pengelola Obat Mengandung
Prekursor Farmasi harus melakukan inspeksi diri untuk mengevaluasi semua
tahap pengelolaan Obat Mengandung Prekursor Farmasi sekaligus mendeteksi
secara dini terjadinya diversi dan kebocoran. Inspeksi diri dilaksanakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. Inspeksi diri harus dilakukan oleh personel
yang kompeten dalam menguasai bidang pengelolaan Obat Mengandung
Prekursor Farmasi. Hendaklah dibuat daftar periksa (check list) yang berisi
pertanyaan terkait ketentuan pengelolaan obat mengandung Prekursor Farmasi

2.5 Pengelolaan Obat Mengandung Prekursor Farmasi Di Apotek


2.5.1 Pengadaan
1. Pengadaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus berdasarkan Surat
Pesanan (SP). SP harus:
 Asli dan dibuat tindasan sebagai arsip
 Ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek/Apoteker
Pendamping dengan mencantumkan nama lengkap dan nomor SIPA,
nomor dan tanggal SP, dan kejelasan identitas pemesan (antara lain nama
dan alamat jelas, nomor telepon/faksimili, nomor ijin, dan stempel)
 Mencantumkan nama dan alamat Industri Farmasi/Pedagang Besar
Farmasi (PBF) tujuan pemesanan; Pemesanan antar apotek diperbolehkan
dalam keadaan mendesak misalnya pemesanan sejumlah obat yang
dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan jumlah obat yang diresepkan;
 Mencantumkan nama obat mengandung Prekursor Farmasi, jumlah,
bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan
 Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang jelas atau
cara lain yang dapat tertelusur, dan
 Khusus untuk pesanan obat mengandung Prekursor Farmasi dibuat
terpisah dari surat pesanan obat lainnya dan jumlah pesanan ditulis dalam
bentuk angka dan huruf.
 Apabila pemesanan dilakukan melalui telepon (harus menyebutkan nama
penelpon yang berwenang), faksimili, email maka surat pesanan asli harus
diberikan pada saat serah terima barang, kecuali untuk daerah-daerah
tertentu dengan kondisi geografis yang sulit transportasi dimana
pengiriman menggunakan jasa ekspedisi, maka surat pesanan asli
dikirimkan tersendiri.
2. Apotek yang tergabung di dalam satu grup, masing-masing Apotek harus
membuat SP sesuai kebutuhan kepada Industri Farmasi/PBF.
3. Apabila SP tidak dapat digunakan, maka SP yang tidak digunakan tersebut
harus tetap diarsipkan dengan diberi tanda pembatalan yang jelas.
4. Apabila SP Apotek tidak bisa dilayani, Apotek harus meminta
suratpenolakan pesanan dari Industri Farmasi/PBF.
5. Pada saat penerimaan obat mengandung Prekursor Farmasi, harus
dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik obat dengan faktur
penjualan dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:
 Kebenaran nama produsen, nama Prekursor Farmasi/obat
mengandung Prekursor Farmasi, jumlah, bentuk dan kekuatan
sediaan, isi dan jenis kemasan;
 Nomor bets dan tanggal daluwarsa;
 Apabila butir a, b dan/atau kondisi kemasan termasuk segel dan
penandaan rusak, terlepas, terbuka dan tidak sesuai dengan SP,
maka obat tersebut harus dikembalikan kepada pengirim disertai
dengan bukti retur/surat pengembalian (Anak Lampiran 2) dan
salinan faktur penjualan serta dilengkapi nota kredit dari Industri
Farmasi/PBF pengirim.
6. Setelah dilakukan pemeriksan pada butir A6 di atas, Apoteker Penanggung
Jawab atau tenaga teknis kefarmasian wajib menandatangani faktur
penjualan dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) dengan
mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA / SIKTTK dan stempel
Apotek.
2.5.2 Penyimpanan
Dalam penyimpanan obat mengandung Prekursor Farmasi ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan :
 Obat mengandung Prekursor Farmasi disimpan di tempat yang aman
berdasarkan analisis risiko masing-masing Apotek.
 Apabila memiliki obat mengandung Prekursor Farmasi yang disimpan
tidak dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi dengan identitas
obat meliputi nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis
kemasan, nomor bets, tanggal daluwarsa, dan nama produsen
 Memisahkan dan menyimpan dengan aman obat mengandung Prekursor
Farmasi yang Rusak, Kadaluwarsa dan Izin edar dibatalkan

Sebelum dimusnahkan atau dikembalikan kepada Industri Farmasi /PBF.


 Melakukan stock opname secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam)
bulan sekali.
 Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stock opname
dan mendokumentasikan hasil investigasi.

2.5.3 Penyerahan
Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi harus memperhatikan
kewajaran jumlah yang diserahkan sesuai kebutuhan terapi. Penyerahan obat
mengandung Prekursor Farmasi diluar kewajaran harus dilakukan oleh Apoteker
Penanggung Jawab Apotek/Apoteker Pendamping setelah dilakukan screening
terhadap permintaan obat.
Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pembelian obat
mengandung Prekursor Farmasi:
 Pembelian dalam jumlah besar, misalnya oleh Medical
Representative/Sales dari Industri Farmasi atau PBF;
 Pembelian secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tidak wajar;

2.5.4 Penarikan Kembali Obat (Recall)


Apotek wajib melakukan penarikan kembali obat (recall) sesuai
pemberitahuan dari pemilik izin edar.

2.5.5 Pemusnahan
Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat mengandung Prekursor Farmasi
yang rusak dan kadaluwarsa. Harus tersedia daftar inventaris Obat Mengandung
Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan mencakup nama produsen, bentuk dan
kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, jumlah, nomor bets, dan tanggal
daluwarsa.
Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan memperhatikan pencegahan
diversi dan pencemaran lingkungan. Kegiatan pemusnahan ini dilakukan oleh
penanggung jawab apotek dan disaksikan oleh petugas Balai Besar/Balai POM
dan/atau Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat. Kegiatan ini didokumentasikan
dalam Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh pelaku dan saksi.
Berita Acara Pemusnahan yang menggunakan pihak ketiga harus
ditandatangani juga oleh saksi dari pihak ketiga.

2.5.6 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai dari
pengadaan, penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali obat (recall), dan
pemusnahan secara tertib dan akurat serta disahkan oleh Apoteker Penanggung
Jawab.sekurang-kurangnya memuat.
Setiap apotek wajib menyimpan dokumen dan informasi seluruh kegiatan
terkait pengelolaan obat mengandung Prekursor Farmasi dengan tertib, akurat
dan tertelusuri.
Dokumentasi meliputi:
 Pengadaan;
 Penyimpanan;
 Penyerahan;
 Penanganan obat kembalian;
 Pemusnahan dan
 Pencatatan dan Pelaporan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi Industri Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan produk
jadi yang mengandung efedrin, pseudoefedrin, norefedrin /fenil
propanolamin, ergotamin, ergometrin, atau potassium permanganat.
2. Pengelolaan obat mengandung prekusor farmasi di instalasi farmasi
rumah sakit dan apotek meliputi pengadaan, penyimpanan, penyerahan,
penarikan kembali obat (recall), pemusnahan, pencatatan dan pelaporan
serta inspeksi diri, namun pada apotek tidak melibatkan inspeksi diri.

3.2 Saran
Demikianlah hasil pembahasan dalam makalah mengenai prekursor
farmasi. Diharapkan kepada pembaca sekalian, yang menjadikan makalah
ini sebagai panduan dalam membuat makalah selanjutnya, maka diharapkan
dapat melengkapi referensi yang berkaitan dengan pembahasan yang
berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI.2013. Peraturan Kepala Badan


Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.BPOM : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai