Anda di halaman 1dari 21

Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..

… 108

Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein

Study of Recombinant DNA in DNA Vaccines and Protein Subunit Vaccines

Tri Panjiasih Susmiarsih


Department of Biology, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta
Jalan Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telephone 021-4206674, 4206675, 4206676
Corresponding author: tri.panjiasih@yarsi.ac.id

Abstrak

Vaksin telah dikenal sebagai substansi yang digunakan untuk menstimulasi sistem imun.
Saat ini, perkembangan vaksin sudah mencapai generasi vaksin DNA dan vaksin subunit
protein.Teknologi perancangan vaksin digunakan dalam mengembangkan berbagai jenis vaksin
dengan pendekatan biologi molekular yaitu menggunakan teknik DNA rekombinan yang memerlukan
sarana vektor, DNA target, enzim restriksi dan ligasi serta sel inang. Studi ini bertujuan mengkaji
teknik DNA rekombinan dalam pembuatan vaksin DNA dan vaksin subunit protein.

Kata Kunci: DNA rekombinan, vaksin, subunit protein

Abstract
Vaccines have been known as substances that are used to stimulate the immune system.
At present, the development of vaccines has reached the generation of DNA and protein subunit
vaccines. Vaccine design technology is used for developing various types of vaccines through the
molecular biology approaches. The recombinant DNA techniques require vector, target DNA,
restriction enzymes and ligase and host cells. This study aims to know the recombinant DNA
techniques for making DNA vaccines and protein subunit vaccines.

Key words: recombinant DNA, vaccine, protein subunit

Pendahuluan kesehatan. Vaksin generasi pertama


Vaksin telah lama dikenal sebagai suatu menggunakan mikroba patogen yang
substansi yang digunakan untuk memperoleh dilemahkan telah banyak digunakan, namun
respon imun terhadap mikroorganisme patogen. alasan pertimbangan keamanan maka
Berbagai jenis vaksin kini telah banyak dikembangkanlah vaksin generasi kedua, vaksin
dikembangkan melalui pendekatan teknologi generasi pertama seringkali bermutasi kembali
perancangan vaksin yang mengalami menjadi virulen yang menimbulkan efek tidak
perkembangan cukup pesat untuk mengatasi diinginkan pada sel inang (Nascimente & Leite,
masalah-masalah yang berhubungan dengan 2012). Vaksin generasi kedua adalah vaksin

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 109

yang mengandung mikroorganisme yang a. Vaksin konvensional : vaksin hidup (live


dimatikan dengan zat kimia tertentu, biasanya attenuated vaccine) dan vaksin inaktif (killed
menggunakan formalin atau fenol, dalam vaccine)
penggunaannya vaksin ini sering mengalami b. Vaksin rekombinan : vaksin subunit (protein
kegagalan tidak menimbulkan respon imun rekombinan), yang berupa protein total atau
tubuh. bagian polipeptida yang imunogenik, dan
Untuk mengatasi berbagai kelemahan vaksin DNA.
yang terjadi pada penggunaan vaksin generasi c. Vaksin antigen termurnikan : vaksin
pertama dan kedua, dikembangkan vaksin polisakarida
generasi ketiga, yaitu vaksin rekombinan subunit Vaksin yang telah dibuat secara komersial belum
protein. Vaksin subunit protein dibuat melalui sepenuhnya digunakan pada manusia, sebagian
teknik DNA rekombinan untuk memproduksi digunakan pada hewan. Beberapa vaksin yang
fragmen antigenik dari mikroorganisme. Seiring telah disetujui penggunaannya pada manusia
dengan kemajuan teknologi DNA rekombinan, yang berasal dari organisme virus dan bakteri
maka dikembangkan vaksin generasi keempat dapat dilihat pada Tabel 1.
yaitu vaksin DNA. Makalah ini secara khusus Vaksin rekombinan dibuat melalui
akan membahas DNA rekombinan dalam teknologi DNA rekombinan yang pada dasarnya
pembuatan vaksin DNA dan subunit protein. merupakan tehnologi pengklonaan gen yang
direkayasa lebih lanjut untuk menghasilkan
1. DNA Rekombinan produk protein yang diinginkan. Pengklonaan
Vaksinasi merupakan cara pencegahan gen adalah suatu proses memasukan DNA atau
penyakit infeksi yang terbukti paling efektif, baik gen asing ke dalam suatu sel inang dengan
ditinjau dari segi biaya atau pun intervensinya bantuan vektor (Wong, 1997). Tujuan
terhadap masyarakat. Vaksin didefinisikan pengklonaan gen ini adalah untuk
sebagai bahan biologi, antara lain dapat berupa memperbanyak gen yang identik. Pengklonaan
peptida, protein, polisakarida, polinukleotida, gen dilakukan dengan cara menyisipkan gen
virus atau organisme utuh lainnya, yang dapat yang ingin diperbanyak ke dalam vektor untuk
mempengaruhi terbentuknya imunitas terhadap membentuk suatu DNA rekombinan yang
penyakit tertentu. Vaksin telah terbukti dapat mampu bereplikasi di dalam sel inang (Griffiths
menurunkan laju mortalitas penyakit infeksi et. al. 1999).
seperti mealase, polio dan difteri (Kumar et al. Secara rinci, pengklonaan gen meliputi
2013). empat tahap utama, yaitu konstruksi DNA
Penelitian dan pengembangan teknologi (Deoxyribonucleic acid) rekombinan, tranformasi,
vaksin sudah memasuki era teknologi modern seleksi sel klona, dan pengisolasian klona DNA
dengan pendekatan molekular. Jenis vaksin rekombinan yang membawa gen yang diinginkan
yang berbeda yang telah dibuat dan digunakan (Strachan & Read, 1999). Sumber DNA, vektor
secara komersial saat ini, antara lain : dan sel inang merupakan komponen penting
dalam pengklonaan gen (Gambar 1).

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 110

Tabel 1. Vaksin dari virus dan bakteri yang sudah disetujui penggunaannya pada manusia
(Nascimento & Leite, 2012)

Gambar 1. Proses Pengklonaan Gen. Pengklonaan gen melibatkan DNA target sebagai donor dan vektor
sebagai perangkat pembawa gen terget untuk membentuk DNA rekombinan. Selanjutnya vektor
rekombinan ini ditransformasi ke sel inang untuk direplikasikan membentuk klona .

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 111

Konstruksi DNA rekombinan meliputi target disisipkan dan diligasi ke dalam plasmid
beberapa tahap antara lain isolasi fragmen DNA (Gambar 2).
sebagai target yang akan disisipi, restriksi dan Setiap enzim endonuklease restriksi
ligasi DNA target dan vektor, transformasi vektor memiliki situs pengenalan pemotongan yang
ke sel inang dan analisis DNA rekombinan dalam berbeda dan sangat spesifik. Enzim
sel inang. Fragmen DNA target yang ingin endonuklease restriksi yang berbeda, memiliki
diperbanyak dapat diperoleh dengan cara situs pemotongan yang berbeda, namun ada
mengisolasi genom atau mengisolasi mRNA beberapa jenis enzim endonuklease restriksi
sebagai substrat untuk transkrip balik yang diisolasi dari sumber yang berbeda
membentuk DNA komplementer (cDNA, memiliki situs pemotongan yang sama. Enzim-
complementary deoxyribonucleat acid). Isolasi enzim endonuklease restriksi yang memiliki situs
DNA genom dilakukan dengan teknik PCR pemotongan yang sama disebut isochizomer
(polymerase chain reaction) standar dan cDNA (Radji, 2011). Sikuens basa DNA pada situs
diperoleh dengan teknik RT PCR (real time pemotongan memiliki urutan basa yang sama
polymerase chain reaction). Setelah fragmen pada untai DNA heliks ganda, yang dikenal
DNA diperoleh, vektor kloning dipersiapkan dengan sekuens palindromik. Hasil pemotongan
untuk dapat disisipi DNA target. Vektor kloning enzim endonuklease restriksi ada dua macam
yang umum digunakan adalah plasmid. Dalam yaitu menghasilkan ujung tumpul (blunt) dan
konstruksi DNA rekombinan, plasmid yang ujung lengket (overhang, sticky) atau kohesif
berbentuk sirkuler dipotong (restriksi) dengan (gambar 3).
enzim endonuklease restriksi, selanjutnya DNA

Gambar 2. Kontruksi DNA rekombinan. (a) Enzim restriksi endonuklease EcoRI memotong plasmid dan DNA
target di situs pemotongan spesifik. (b) DNA ligase menggabungkan plasmid dengan DNA target
membentuk plasmid chimera.

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 112

Gambar 3. Beberapa Contoh Enzim retriksi. Hasil pemotongan enzim retriksi menghasilkan pola
5’ overhang, 3’ overhang (ujung lengket) dan blunt end (ujung tumpul).

Berdasarkan jumlah basa nukleotida terutama digunakan untuk menyisipkan sepotong


yang terlibat pemotongan, enzim restriksi DNA ke dalam vektor kloning.
endonuklease dibagi menjadi 3 golongan yaitu: Enzim DNA Topoisomerase I berfungsi
(1) 6-cutters memiliki situs pemotongan yang sebagai enzim restriksi dan enzim ligase.
spesifik pada 6 nukleotida, (2) 8-cutters,situs Topoisomerase I dari Vaccinia virus secara
pemotongan spesifik pada 8 nukleotida dan (3) spesifik mengenali situs spesifik dan memotong
4-cutters, situs pemotongan spesifik pada 4 gugus fosfodiester setelah sekuens pentamer 5’-
nukleotida (Metzenberg, 2002). CCCTT pada satu untai. Energi dari pemutusan
DNA ligase adalah enzim yang gugus fosfodiester tersimpan oleh formasi ikatan
digunakan untuk menggabungkan (ligasi) dua kovalen antara fosfat 3’ dari untai yang terbelah
potong DNA (DNA target dan DNA plasmid) dan residu tirosil dari topoisomerase I. Ikatan
secara kovalen. Salah satu enzim yang paling fosfo-tirosil antara DNA dan enzim dapat rusak
banyak digunakan adalah T4 DNA ligase. Reaksi oleh hidroksil pada ujung 5’ GTGG, yang dapat
ligasi terjadi antara gugus 3’OH dari salah satu diinvasi oleh dsDNA, perusakan ini melepaskan
untai DNA dengan gugus fosfat dari untai DNA enzim topoisomerase. Vektor TOPO melakukan
partner. Reaksi ini menggunakan ATP sebagai modifikasi dari ide tersebut dengan penambahan
energi. Ligasi DNA hanya dapat terjadi secara 4 nukleotida sekuens overhang (GTGG) dan
efisien antar dua ujung fragmen DNA yang memerlukan penambahan basa nukleotida
bersesuaian (kompatibel). Cara ligasi ini (CACC) di posisi ujung 3’ untai tunggal pada

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 113

DNA target untuk proses ligasi (Invitrogen, lactamase. Protein β lactamase akan
2010). disekresikan bakteri dalam medium dan akan
Transfer plasmid chimera yang menghidrolisis ampisilin, menonaktifkan
mengandung DNA rekombinan ke dalam sel antibiotik tersebut sehingga dapatdigunakan
inang merupakan tahap yang penting pada untuk seleksi klona (Invitrogen, 2010). Plasmid
teknologi DNA rekombinan. Beberapa spesies puC8 mengandung gen LacZ yang menyandi
bakteri yang sering digunakan sebagai sel inang enzim β-galaktosidase, enzim ini memecah X-gal
dalam industri bioteknologi antara lain adalah menjadi galaktosa dan 5-bromo-4-chloroindigo
Bacillus subtilis, Eschericia coli, Saccharomyces (biru). Koloni Escherichia coli yang membawa
cerevisiae (Radji, 2011). Tipe sel inang yang puC8 akan berwarna biru bila ditumbuhkan pada
digunakan disesuaikan dengan tujuan dari media yang mengandung X-gal.
pengklonaan. Escherichia coli merupakan salah
satu sel inang prokariot yang umum digunakan 2. Vaksin DNA
dalam proses pengklonaan. Escherichia coli Transfer DNA plasmid secara langsung
banyak digunakan karena mudah dalam ke dalam jaringan mencit tanpa sistem
penanganan dan mudah diperbanyak, memiliki penghantaran khusus telah berhasil dilakukan
banyak strain, dan dapat menerima banyak jenis pertama kali pada tahun 1990 (Wolff et al.,
vektor (Nicholl, 2002). Beberapa cara transfer 1990). DNA plamid yang disuntikkan secara intra
DNA ke dalam sel inang antara lain (1) muskular ke dalam tubuh mencit tersebut
transformasi, dengan tehnik kejutan panas, ternyata dapat memproduksi protein yang
elektroporasi dan konjugasi; (2) transfeksi; (3) disandi oleh sekuen DNA yang terdapat dalam
mikroinjeksi dan (4) mikroprojektil. DNA plamid tersebut di dalam jaringan mencit.
Seleksi klona pembawa gen target Penelitian berikutnya telah membuktikan bahwa
bertujuan membedakan koloni sel yang DNA dapat dimasukkan langsung secara in vivo
mengandung gen yang diinginkan dengan koloni untuk menghasilkan protein yang dikehendaki
sel yang tidak mengandung gen yang diinginkan. sesuai dengan sekuen DNA yang menyandi
Salah satu cara seleksi klona pembawa gen ekspresi protein tersebut (Wolff et al., 1990).
target adalah dengan uji resistansi terhadap Sejak saat itu diyakini bahwa metode transfer
antibiotik. Vektor yang mengandung gen resisten DNA secara in vivo dapat diaplikasikan baik
terhadap antibiotik, setelah ditransformasi ke untuk terapi gen maupun untuk vaksinasi.
dalam sel inang, maka sel inang juga akan
mengekspresikan sifat resisten tersebut, 2.1. Konstruksi Plasmid DNA Vaksin
sehingga hanya koloni sel inang yang DNA plasmid merupakan produk
mengandung vektor tersebut dapat tumbuh pada bioteknologi generasi baru yang sudah masuk di
medium agar berisi antibiotik (Brooker, 2005; pasaran untuk tujuan terapi maupun tindakan
Melcher, 2001). preventif. Produksi dan aplikasi DNA plasmid
Ampilisin merupakan salah satu contoh meliputi 4 tahapan yaitu: (1) plasmid yang
antibiotik yang digunakan untuk seleksi klona menyandi gen target ditransformasi ke dalam sel
pembawa gen target. Gen resisten ampisilin bakteri, umumnya Escherichia coli, bakteri ini
pada plasmid TOPO mengkode protein β- berpropagasi memproduksi sel yang

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 114

mengandung plasmid dengan jumlah tinggi; (2) dari DNA bakteri dan komponen bakteri lainnya.
pemurnian atau purifikasi DNA plasmid; (3) DNA Plasmid vaksin DNA hasil purifikasi ini dipakai
plasmid ditranfer ke sel eukariotik dan (4) vektor sebagai vaksin (Mateen dan Irshad, 2011).
DNA plasmid menstimulasi respon imun. Vaksin DNA atau disebut juga vaksin
Tahapan 2 dan 3 merupakan tahapan yang genetik dibuat dari plasmid bakteri. Desain
biasa dilakukan dengan tingkat kegagalan yang plasmid DNA vaksin melibatkan faktor biologi
minimal karena proses purifikasi, formulasi dan dan molekular yang penting untuk menentukan
pengantaran (delivery) plasmid dilakukan tanpa efikasi, keamanan dan produksi ekspresi dari
modifikasi dan metodenya sudah banyak vaksin DNA tersebut. Plasmid DNA vaksin pada
dikuasai para ahli. Lain halnya dengan tahap 1 umumnya mempunyai elemen fungsional untuk
dan 4 yang sangat sensitif untuk terjadinya propagasi (replication origin), seleksi (misal
perubahan vektor karena vektor plasmid DNA resistensi antibiotik) pada sel inang bakteri,
harus dirancang secara hati-hati dengan perangkat ekspresi (enhancer, promoter,
penambahan elemen fungsional yang penting terminator/sinyal poli adenil) dan kemampuan
untuk propagasi (replication origin) dan penanda mengaktivasi imunitas melalui sintesis protein
seleksi (resisten antibiotik) dalam inang bakteri asing yang disandi gen target (Gambar 4).
dan elemen yang penting untuk ekspresi tingkat Variasi elemen dalam rancang vektor ini dapat
tinggi dalam inang eukariotik (enhancer, mempengaruhi tingkat ekspresi, merubah
promoter, terminator/sinyal poliadenilasi) dan lokalisasi intraseluler protein target (Ramanathan
mengaktivasi sistim imun (Williams et al., 2009). et al. 2001) dan memodifikasi respon imun
Konstruksi plasmid sebagai bahan (Zinckgraf & Silbart, 2001). Menurut Williams et
vaksin dilakukan melalui teknologi DNA. DNA al. (2009) ekspresi antigen oleh plasmid DNA
target yang diisolasi dari bakteri, virus atau gen vaksin dipengaruhi oleh beberapa komponen
imunogenik disisipkan dalam plasmid. Untuk antara lain promoter, mRNA leader, sekuen DNA
tujuan propagasi plasmid vaksin DNA, promoter, yang disisipkan, terminator/poli adenilasi dan
elemen replication origin/ORI, terminator dan sekuen yang menyebabkan bentuk DNA helikal
gen penanda seleksi ditambahkan pula dalam tidak stabil. Selain konstruksi vektor plasmid,
konstruksi plasmid. Elemen lain yang harus kemampuan vaksin DNA dalam mengaktivasi
dipersiapkan dalam konstruksi plasmid adalah respon imun jugaditentukan oleh transfeksi
enzim restriksi nuklease untuk memutus ikatan plasmid DNA dan penggunaan adjuvan
fosfodiesterase, enzim ligase, enzim yang akan (Abdulhaqq dan Weiner, 2008).
memodifikasi sekuen 3’ atau 5’ terminus DNA Replication origin/ORI yang dipakai
dan enzim topoisomerase yang mampu dalam konstruksi DNA rekombinan untuk
mengubah konformasi ikatan kovalen DNA menghasilkan kopi replikon dengan jumlah yang
plasmid sirkuler menjadi super koil (Kumar et al., tinggi antara lain Co1E1, pMB 1, R6K dan R1.
2013). Setelah konstruksi, plasmid vaksin DNA ORI yang dipakai untuk menghasilkan kopi
ditransformasi ke dalam bakteri untuk replikon merupakan derivat dari
ditumbuhkan dan menghasilkan sejumlah kopi pMB1(contohnya pBR3, pUC 19) dan Co1E1
plasmid vaksin. Plasmid vaksin DNA ini (contohnya pMM1, pMM7), berukuran sekitar 1
kemudian dipurifikasi dari bakteri, dipisahkan kb dan berinteraksi dengan RNAI/RNAII pada

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 115

temperatur 30-42ºC (Lin-Chao et al. 1992; Wong ini dirancang dengan penambahan regio HTLV-
et al. 1982; Williams et al. 2009). 1R-U5 downstream yang terbukti meningkatkan
Vaksin DNA biasanya dirancang dengan ekspresi dan perbaikan respon imun seluler
promoter-promoter yang menginisiasi ekspresi terhadap vaksin DNA HIV pada mencit dan
antara lain promoter human cytomegalovirus primata bukan manusia (CMV/R promoter)
(CMV)-β actin (CAGG), promoter viral (SV40), (Barouch et al., 2005) dan respon imun humoral
promoter seluler human ubiquitin C (UbC) atau terhadap vaksin DNA influensa H5 hemaglutinin
human elongation factor 1 α (EF-1α). Vektor (Luke et al., 2009; Williams, 2008). Contoh
yang mengandung promoter CMV atau CAGG plasmid vaksin DNA yang didesain dengan 2
dilaporkan dapat memperbaiki imunogenisitas promoter khimera SV40 dan CMV dapat dilihat
manusia (Williams et al. 2009). Promoter CMV pada Gambar 4.

Gambar 4. A. Gambaran umum plasmid vaksin DNA. Plasmid vaksin DNA mengandung enhancer/promoter,
sebagai tempat melekatnya faktor transkripsi dan RNA polimerase; ORI untuk propagasi
plasmid; gen resisten antibiotik, sebagai penanda seleksi dan gen target yang akan disisipi untuk
menyandi protein (Rangarajan, 2002). B. Peta vektor pNTCUltra 1. Plasmid vaksin DNA
pNTCUltra 1 dirancang dengan promoter khimera SV40-CMV, gen kanR, domain-domain PAS-
BL, RNAII promoter, situs pemotongan RNase H. Vektor ini membawa antigen fusi (antigen 1
dan 2) dengan C terminus ubiquitin untuk degradasi proteosomal (Williams et al. 2009).

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 116

Vaksin DNA pNTCUltra mempunyai menstimulasi respon imun T-lymphocyte (Th1)


perbaikan ekspresi dan imunogenisitas. melalui toll like receptor 9 (TLR9) karena adanya
Peningkatan ekspresi antigen dapat gugus flanking dinucleotide, respon imun akan
meningkatkan dosis dari antigen, peningkatan ini semakin meningkat dengan meningkatnya CpG
diharapkan dapat meningkatkan imunogenisitas dalam plasmid. Gen dcm menyandi DNA
dari produk antigen (Abdulhaqq & Weiner, 2008). metilase yang memetilasi residu sitosin internal
Selain desain promoter khimera, ekspresi dengan sekuen pengenal 5′-CC*AGG-3′ atau 5′-
antigen lebih meningkat jika plasmid vaksin DNA CC*TGG-3′menjadi 5-methyl-cytosine (5mC).
dirancang dengan adanya intron. Plasmid Gen dam menyandi dam metilase yang
vaksin DNA pNTCUltra 1 mempunyai mRNA memetilasi adenosin internal dengan sequen
leader yang terletak pada intron antara ekson 1 pengenal 5′-GA*TC-3′ menjadi N6-
dan 2. mRNA leader ini juga merupakan daerah methyladenosine (Williams et al. 2009). Metilasi
untranslated region (UTR) yang pada daerah DNA plasmid pada situs dcm dan dam merubah
hilirnya mempunyai kodon inisiasi ATG sebelum pola ekspresi dalam promoter. Ekspresi dari
ekson 2. promoter CMV lebih rendah pada DNA plasmid
Sinyal poliadenilasi atau terminator dengan gen unmetylated dibanding plasmid yang
+ +
transkripsi biasanya merupakan derivat yang mempunyai dam dcm metylated pada daerah
diambil dari gen hormon pertumbuhan sapi, downstreamnya (Lai et al. 2008). DNA plasmid
6
SV40 atau gen β globin kelinci. Tujuan yang mempunyai N –metyladenosine
penambahan terminator atau poliadenilasi meningkatkan induksi sitokin IL-12 pada mencit
adalah mengurangi kemungkinan ekspresi dibanding DNA kontrol unmetylated (Tsuchiya et
peptida kripta dan menghindari perubahan al. 2005). Aktivasi ligan 5’ triphosphate dsRNA
ekspresi yang dimediasi oleh tertranskripnya (ligan untuk retinoic acid-inducible gene I/RIG-I)
mikro RNA yang tidak diinginkan (Williams et al., dan double-stranded RNA-dependent protein
2009). kinase (PKR) dapat mempengaruhi efek
imunostimulasi DNA plasmid (Williams et al.,
2.2. Imunogenisitas Vaksin DNA 2009).
Imunogenisitas vaksin DNA ditentukan
oleh komponen-komponen antara lain produk 2.3. Mekanisme aksi vaksin DNA
antigen, unmetylated CpG, metilasi dam dan Hal penting dari vaksin dan vaksinasi
dcm serta RNA imunostimulator (Williams et al., adalah reaksi (respon) dari pemakaian vaksin itu
2009). Respon imun adaptif dapat diubah oleh sendiri. Banyak faktor yang terlibat setelah virus,
antigen yang berperan pada kehadiran major bakteri, peptida spesifik (vaksin = Antigen, Ag)
histocompatibility complex (MHC) I dan MHC II. masuk ke dalam tubuh. Ag yang masuk akan
Penggunaan sikuen sinyal tissue plasminogen dikenal oleh reseptor sel B dan sel T, yang
activator (TPA), endosomal targeting promoter mekanismenya melibatkan berbagai sel (antigen
dan beragam leader protein tag terbukti presenting cells/APC, MHC, CD4, CD8) dan
memperbaiki respon antibodi. begitu kompleks. Pemakaian kombinasi virus
Sikuen imunostimulator seperti dalam vaksin (bivalent, polivalent) harus
unmetylated CpG dari DNA bakteri atau plasmid memperhatikan sifat virus sehingga dapat

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 117

dihindari kompetisi Ag untuk menginduksi bersifat sebagai sel penyaji antigen (APC).
kekebalan terhadap virus vaksin tersebut. Melalui jalur-jalur tertentu, baik jalur MHC I pada
Respon kekebalan terjadi secara humoral dan sel CD8+ sel T atau jalur MHC II pada sel CD4+
seluler. Sel B dan T yang aktif mensekresi Ab sel T, APC ini merangsang sistem imunitas
terhadap Ag yang masuk akan berbiak terus tubuh (Gambar 5). Protein asing juga dapat
(sel-sel memori) dan akan tetap aktif bila diberi langsung masuk ke dalam sel penyaji lainnya
suntikan booster. misalnya sel dendritik untuk menstimulasi respon
Mekanisme vaksin DNA dalam imun.
merangsang sistem imun dapat diterangkan Pengamatan studi berangkai untuk
sebagai berikut. Plasmid yang disisipi DNA asing mengetahui kinerja vaksin DNA dalam
disuntikkan ke dalam jaringan, plasmid DNA ini menstimulasi sistem imun dimulai dengan cara
akan bereplikasi secara otonom memproduksi mengimunisasi gen ke dalam sel otot secara
protein asing atau antigen yang disandi oleh gen intra muskular. Studi berangkai ini dapat
asing. Antigen dapat menstimulasi sel B untuk mempelajari mekanisme aksi plasmid DNA
memproduksi antibodi terhadap antigen atau dalam memproduksi antigen, perangkat
protein asing yang disandi oleh plasmid DNA. imunologi yang terlibat dan peran sitokin dalam
Sel yang mengandung antigen asing tersebut menstimulasi respon imun (Gambar 6).

Gambar 5. Mekanisme aksi virus DNA. A. Vaksin DNA mempengaruhi respon imun yang dimediasi sel. Vektor
plasmid DNA, sebagai vaksin, membawa informasi genetik yang menyandi antigen tumor atau
patogen untuk menstimulasi respon imun melalui jalur MHC I. (1) vektor plasmid ditransformasi ke
dalam inti sel, (2) plasmid mentranskripsi mRNA untai tunggal, (3) translasi mRNA menjadi antigen
protein dan dilepas ke sitoplasma, (4) degradasi protein oleh proteosom menjadi peptida intraseluler,
(5) peptida berikatan dengan molekul MHC kelas I, (6) komplek antigen peptida-MHC I ditransportasi
ke permukaan sel dan komplek ini berikatan dengan sel T sitotoksik CD8+ untuk menginduksi
respon imun (Mateen dan Irshad, 2011). B. Protein viral yang diekspresi DNA plasmid juga dapat
berikatan dengan MHC kelas II APC untuk mengaktifasi CD4+ sel T. Aktifasi sel CD4+ ini
menyebabkan sel B aktif memproduksi antibodi (Kumar et al. 2013).

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 118

Gambar 6. Imunisasi dengan DNA Virus. Gen virus disisipkan pada plasmid bakteri. Plasmid DNA ini diberikan
secara intra muskular pada kulit atau lapisan mukosa. Gen yang sama disisipkan pula ke dalam
vektor (virus atau bakteri) yang digunakan sebagai vaksin DNA. Plasmid masuk ke inti sel,
menginisiasi transkripsi dan translasi protein. Sekret protein yang dihasilkan ini menginduksi T
helper untuk menghasilkan peptida, yang digunakan untuk mengaktivasi sel B untuk menghasilkan
antibodi yang melawan virus. APC juga terstimulasi mengeluarkan MHC untuk mengaktivasi sel NK
melisis virus. Dalam terapi HIV, sel NK, walaupun hanya sedikit, mampu melisiskan protein asing
HIV. Antigen dapat digunakan untuk menstimulasi respon imun baru atau sebagai boster untuk
respon memori (Donnelly et al., 2005).

2.4. Kelemahan dan keuntungan vaksin DNA cara untuk membatasi resiko ini adalah
Faktor utama yang dipikirkan untuk segi mengembangkan dan menggunakan plasmid
keamanan vaksin DNA adalah integrasinya atau molekul DNA yang tidak mempunyai gen
sebagian atau seluruh genom plasmid ke dalam untuk resistensi antibiotik dan elemen yang
sel inang yang dapat memicu mutagenesis diperlukan untuk replikasi di dalam bakteri
insersional atau mengaktivasi onkogen atau (Faurez et al., 2010). Food drug administration
menginaktivasi gen supresor tumor. Salah satu (FDA) merekomendasikan uji studi produk DNA

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 119

baru atau kombinasi DNA dengan adjuvan pada dalam jumlah yang besar secara lebih ekonomis,
hewan untuk megetahui laju mutasi (Mateen dan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan
Irshad, 2011). Beberapa uji pra klinik pada dengan vaksin konvensional; (2) DNA sangat
binatang percobaan, integrasi vaksin DNA ke stabil, tahan terhadap perubahan suhu sehingga
dalam kromosom hospes masih jauh lebih lebih mudah untuk disimpan dan didistribusikan;
rendah dari pada mutasi spontan yang terjadi di (3) sekuen DNA dapat diubah dengan mudah
alam (Glenting & Wessel, 2005). Selain integrasi dalam laboratorium, sehingga vaksin DNA dapat
genom, vaksin DNA dapat menginduksi disesuaikan dengan perubahan mikroorganisme
automunitas, toleransi imunologis dan reaksi patogen; (4) dapat direkayasa gabungan
alergi terhadap protein yang dihasilkan. Untuk beberapa plasmid DNA yang mempunyai
membatasi resiko ini diperlukan pengetahuan spektrum luas untuk beberapa epitop antigen
dalam sistem pengantaran vaksin DNA dan dan (5) vaksin DNA terbukti dapat meningkatkan
ekspresinya di dalam sel (Mateen & Irshad, imunitas tubuh terhadap virus dan bakteri dalam
2011). Studi perkembangan autoimunitas pada waktu yang sangat lama (Radji, 2009).
mencit menunjukan bahwa autoimunitas sistemik
bukan akibat vaksinisasi DNA dan studi awal 3. Vaksin Subunit Protein
pada manusia menunjukan setelah vaksinasi Epitop, bagian yang dikenali oleh
DNA tidak ditemukan peningkatan antinuklear antibodi, biasanya ditemukan pada salah satu
dan antibodi anti DNA (MacGregor et al., 1998). atau beberapa protein yang berada di
Vaksin DNA lebih aman dibanding live permukaan organisme patogen. Isolasi gen yang
attenuated karena tidak menyebabkan infeksi menyandi epitop (bagian imunogen dari protein)
patogenik secara in vivo. Studi lebih lanjut dan mengekspresikannya di dalam sel inang
menunjukan bahwa pemberian vaksin DNA yang merupakan dasar dikembangkannya vaksin
berkali kali tidak menghasilkan terbentuknya subunit rekombinan. Manfaat utama penggunaan
antibodi anti DNA. Kemampuan vaksin DNA epitop dari protein tunggal sebagai vaksin
untuk menstimulir respon imun yang kuat dari sel memungkinkan penginduksian imunitas yang
Th 1 CD4+ dan sel T sitotoksis CD8+, merupa- tidak berefek samping dan menghindari respon
kan gambaran unik vaksin DNA yang dapat imun yang diinduksi oleh bagian-bagian lain dari
menginduksi respon imun seluler dan humoral. organisme patogen. Selain itu, vaksin subunit
Vaksin DNA selain dapat merangsang tidak bereplikasi dalam inang sehingga tidak
respon imun humoral melalui pembentukan patogen dan lebih aman namun demikian
antibodi, juga dapat merangsang imun selular penggunaan vaksin ini masih memerlukan kajian
melalui aktivasi sel T (cell-mediated response dosis dan penggunaan adjuvan (Hansson et al.
immune), sehingga dapat memberikan kekebal- 2000).
an terhadap mikroba patogen intraselular, Strategi rekombinan yang dikerjakan
misalnya terhadap Mycobacterium tuberculosis, untuk memproduksi vaksin subunit protein antara
virus, parasit, atau sel kanker melalui sel T lain (1) sintesis fragmen gen yang akan
pembunuh (killer T cells) atau melalui efek diekspresikan, (2) pemilihan sub fragmen gen
sitotoksik. Keuntungan lainnya dari vaksin DNA yang memiliki bagian imunogen, (3) penggunaan
adalah: (1) plasmid DNA mudah diproduksi protein fusi untuk memperbaiki imunogenitas, (4)

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 120

rekayasa protein untuk memperbaiki solubilitas dengan konstruksi plasmid pada vaksin DNA
dan stabilitasnya dan (5) penggunaan adjuvan yaitu melalui tehnologi rekombinan DNA. Secara
untuk meningkatkan imunogen subunit rinci, pengklonaan gen meliputi empat tahap
rekombinan (Liljeqvist dan Stahl, 1999). utama, yaitu konstruksi DNA (Deoxyribonucleic
acid) rekombinan, tranformasi, seleksi sel klona,
3.1. Konstruksi Gen dan Sistem Ekspresi pengisolasian DNA rekombinan dan pemilihan
Protein sel inang yang digunakan untuk wahana
Pemilihan fragmen DNA dan sintesis perbanyakan klon dan ekspresi (Strachan &
fragmen gen yang akan dsekresikan merupakan Read, 1999). Sumber DNA, vektor dan sel inang
tahap penting dalam konstruksi gen dalam merupakan komponen penting dalam
plasmid. Dalam konstruksi gen, dibutuhkan pengklonaan gen (Gambar 7).
seleksi optimal pada daerah atau fragmen gen Sumber DNA berasal dari DNA
yang diperkirakan dapat menimbulkan respon kromosom (hasil isolasi inti sel atau organel lain
imun kuat, meminimalis panjang DNA untuk dalam sel seperti mitokondria dan kloroplas)
menghindari kegagalan insersi ke dalam vektor ataupun complementary DNA (cDNA) yang
dan membuang sekuen yang menyandi protein diperoleh dari penyalinan mRNA dengan batuan
toksik. Selain itu, dalam mengkonstruksi gen enzim reverse transcriptase (Watson et. al.,
perlu diperhitungkan pula pemilihan vektor dan 1992; Snustad & Simmons 2003). Umumnya
sel inang agar gen dapat mengekspresikan cDNA digunakan untuk keperluan ekspresi gen
protein yang diinginkan serta pembentukan eukariot dalam sel prokariota, cDNA dapat
badan inklusi (yang sering ditemukan pada disintesis dari mRNA dengan tehnik reverse
ekspresi protein transmembran) untuk transcription polymerase chain reaction (RT-
melindungi protein dari degradasi proteolitik. PCR) (Nicholl, 2002; Davis et al., 1994).
Strategi konstruksi gen pada prinsipnya serupa

Gambar 7. Prinsip dasar produksi protein rekombinan. Konstruksi DNA rekombinan melibatkan perangkat DNA
target, vektor, enzim restriksi dan ligase. Hasil konstruksi ditransformasi ke dalam sel inang (misal
bakteri E coli) untuk perbanyakan vektor pada medium agar. Vektor (plasmid) yang mengandung
DNA rekombinan diisolasi, ditransformasi ke dalam sel kompeten ekspresi, dibiakkan dalam medium
kultur, selanjutnya protein rekombinan yang terekspresi diisolasi dan dimurnikan (purifikasi).

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 121

Metode kloning DNA melibatkan ligasi enzim permease yang berfungsi meningkatkan
suatu urutan/sekuens tertentu ke dalam vektor. permeabilitas sel sehingga laktosa dapat
Vektor adalah molekul yang dapat membawa diangkut dari luar ke dalam sel sedang gen lacA
(media transportasi) DNA asing ke dalam sel menyandi trans-asetilase.
inang (Pierce 2005). Vektor dapat berupa Organisme yang dipakai pada sistem
plasmid, bakteriofaga, fagemid, kosmid, yeast ekspresi bakterial antara lain Escherichia coli,
artificial chromosomes (YACs), dan bacterial Lactoccocus lactis, Pseudomonas dan Bacillus.
artificial chromosomes (BACs). Vektor yang Sistem ekspresi bakterial yang paling sering
umum digunakan untuk sel bakteri adalah digunakan dalam ekspresi adalah E. coli karena
plasmid. Plasmid merupakan vektor yang paling bakteri ini mudah untuk dimanipulasi, tidak
banyak dipelajari karena memiliki banyak mahal, cepat menghasilkan protein rekombinan,
informasi genetik untuk manipulasi dan tingkat ekspresinya tinggi dan sistem
konstruksi vektor. Vektor ekspresi merupakan ekspresinya banyak tersedia (Sorensen dan
vektor yang digunakan dalam ekspresi gen, Mortensen, 2005; Young et. al., 2012). Namun
vektor ini harus memiliki elemen genetik yang kekurangan sistem ekspresi E. coli antara lain
mengontrol proses transkripsi, translasi dan protein tidak dapat dimodifikasi pasca translasi,
sekresi protein rekombinan yang diekspresikan protein yang diekspresi secara berlebihan dapat
oleh sel inang. Komponen-komponen genetik teragregasi dalam badan inklusi dan tidak
penting tersebut adalah origin of replication (ori), optimal untuk ekspresi protein mamalia (Hannig
promoter transkripsional, penanda/marker dan Makrides, 1998). Untuk mengatasi
resistensi antibiotik, translation initiation region kekurangan dalam hal ekspresi ini, para peneliti
(TIR), ribosomal binding site (RBS) dan mengeksplorasi dengan menggunakan beberapa
terminator (Sorensen & Mortenson, 2005). galur E. coli alternatif, temperatur yang berbeda,
Ekspresi protein adalah proses induktor atau penanda fusi.
pembentukan protein yang dimulai dari Sel inang yang sering digunakan dalam
penyandian informasi genetik DNA, ekspresi protein adalah BL21 dan derivatnya
ditranskripsikan menjadi mRNA dan karena defisiensi gen protease untuk enzim lon
ditranslasikan oleh ribosom menjadi struktur dan ompT protease. B834 merupakan strain
protein. Sistem ekspresi bakterial merupakan yang produk proteinnya ditandai dengan 35S
sistem ekspresi prokariota yang paling umum methionine atau selenomethionine. BLR adalah
digunakan untuk menghasilkan protein derivat dari BL21 recA yang mempunyai
rekombinan. Pada sistem ekspresi prokariota, kemampuan menstabilisasi plasmid yang
operon merupakan unit transkripsi, yang terdiri mengandung sekuuen repetitif. AD494 dan BL21
atas gen struktural dan gen regulator (yaitu trxB yang dilengkapi gen penyandi thioredoxin
promoter, operator dan terminator). Operon lac reductase, enzim yang memfasilitasi pembentu-
terdiri dari satu gen regulator (gen lacI) dan tiga kan ikatan disulfida protein dalam E coli.
gen struktural yaitu gen lacZ, lacY dan lacA. Gen E. coli galur BL21 merupakan inang
lacZ menyandi β-galaktosidase yang berfungsi yang telah terbukti sangat baik dalam aplikasi
menghidrolisis laktosa menjadi monosakarida ekspresi protein rekombinan. BL21 merupakan
(galaktosa dan glukosa). Gen lacY menyandi galur E. coli yang kuat, mampu tumbuh dengan

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 122

baik dalam medium yang minimal namun bersifat tergantung pada proteinnya sendiri dan aplikasi
non patogenik. Galur BL21 tidak memiliki selanjutnya. Untuk aplikasi, tag berukuran kecil
protease yang disandi oleh gen Lon, enzim ini dalam protein rekombinan tidak perlu dihilangkan
mengkatalis pemotongan endoproteolitik protein karena tag-tag ini tidak bersifat imunogenik dan
rekombinan dalam sel. Selain itu, galur ini juga dapat digunakan langsung dalam produksi
membawa delesi gen OmpT yang menyandi antibodi. Namun lokasi dan komposisi asam
outer membraneprotease sehingga dapat amino mempengaruhi aktivitas biologi dan
mereduksi degradasi protein heterolog yang struktur tersier dari tag-tag berukuran kecil
dihasilkan selama proses ekspresi. BL21 dapat (Bucher et al., 2002). Pemilihan protein fusi yang
diinduksi dengan penambahan IPTG. Induktor tepat dapat meningkatkan kelarutan (solubilitas)
IPTG akan berikatan dengan lac repressor untuk protein rekombinan di dalam sitoplasma karena
mengurangi affinitas ikatan RNA polymerase E tag atau protein fusi ini mempunyai afinitas
coli ke lac operator dan memungkinkan ikatan T7 terhadap matriks yang digunakan dalam
RNA polymerase ke promoter lacUV5 plasmid purifikasi, selain itu tag atau pelabelan dengan
sehingga gen target dapat bertranskripsi protein fusi memungkinkan protein rekombinan
(Sorensen & Mortenson, 2005; Studier et al., dapat dimurnikan lagi karena tag protein fusi
1986). mempunyai situs restriksi untuk protease.
Ekspresi protein ditentukan oleh jumlah Beberapa tag telah dikembangkan dengan situs
mRNA, yang pembentukannya terutama pengenalan protease untuk pemotongan protein
dipengaruhi oleh afinitas RNA polimerase dan fusi, yaitu His-tag (purifikasi pada Ni NTA), fusi
promoter. Ekspresi protein terjadi karena glutathione S-transferase/GST (afinitas terhadap
pengaruh promoter yang berada di hulu plasmid glutathione S-transferase), fusi maltose binding
rekombinan kloning. Promoter-promoter yang protein/MBP (afinitas pada amylase-sepharose),
digunakan dalam sistem ekspresi bakteri antara fusi thioredoxin (Trx) (purifikasi pada Ni NTA
lain promoter lac, tac, PL, T7 dan Ara-BAD, sepharose) dan fusi NusA (purifikasi pada Ni
dimana aktivitas promoter-promoter tersebut NTA sepharose) (La Vallie, 1995; Young et al.,
diinduksi dengan cara berbeda. Promoter lac, tac 2012).
dan T7 dapat diinduksi dengan penambahan Poly-histidine tags (His-tags), tersusun
substrat IPTG (isopropil β-D-thiogalactosida). atas 2 hingga 10 residu histidin, merupakan tag
Promotor Ara-BAD dapat diinduksi dengan affinitas yang paling umum digunakan untuk
penambahan l-arabinose (Sorensen & purifikasi. Penambahan residu histidin ini dapat
Mortenson, 2005). di N- atau C- terminus dari protein rekombinan.
His-tags mempunyai kemampuan untuk
3.2. Penanda Fusi dan Purifikasi Protein berikatan dengan matriks ion metal yang immobil
2+ 2+ 2+ 2+
Rekombinan seperti Zn , Cu , Ni , dan Co . His-tag pada
Protein rekombinan umumnya dilengkapi protein rekombinan dapat berinteraksi dengan
2+
dengan fusi polipeptida, disebut juga tag atau suatu metal-chelate resin seperti Ni -NTA pada
pelabelan affinitas, tag ini memfasilitasi matriks agarosa. Nitrilotriacetic acid (NTA),
purifikasi, deteksi, stabilisasi dan kelarutan merupakan transition metal chelate yang umum
protein target. Pemilihan sistem purifikasi digunakan untuk purifikasi protein rekombinan.

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 123

NTA membentuk tentradentate chelate dengan terabsorbsi pada kolom, purifikasi juga tidak
2+ 2+
ion Ni , atau transition metal ion lain (e.g. Co , boleh dilakukan pada kondisi anaerobik karena
2+ 2+ 2+
Cu , Zn ) dengan ligan berjumlah 6. NTA Ni -NTA akan tereduksi sehingga menjadi tidak
menempati 4 dari 6 ligand bindang sites dari ion efektif pada kondisi lingkungan anaerobik.
metal dan sekuen His6 dari protein menempati 2 Beberapa faktor yang menyebabkan variabilitas
ligand binding sites, imidazole dapat berikatan deteksi pada protein rekombinan yang
dengan histidin membentuk ikatan dengan mempunyai His-tags yaitu kemampuan His-tags
komplek Ni NTA (Gambar 8) (Hochuli et al., terhadap antibodi, lokasi His-tags pada protein,
1987). kemurnian protein, konstanta dissosiasi antibodi
Efisiensi purifikasi sangat tergantung dan panjang His-tags (Debeljak et al.,1995).
pada panjang poly-histidine dan pelarut.
Purifikasi protein dengan tag-His6 dapat efisien 3.3. Mekanisme Aksi Subunit Protein dan
dibawah kondisi denaturasi, protein ini dapat Adjuvan dalam Respon Imun
berikatan dengan matrik Ni NTA dibawah kondisi Vaksin subunit yang berupa peptida atau
alami dengan menggunakan buffer tinggi atau protein rekombinan secara alami merupakan
rendah garam. Setelah binding, protein target vaksin yang kurang imunogen ketika diberikan
dapat terelusi efektif oleh imidazol dengan sendiri sehinggan diperlukan suatu adjuvan
konsentrasi 20 sampai 250 mM (Hefti et al., untuk meningkatkan respon imun. Adjuvan yang
2001; Janknecht et al., 1991). beredar dan direkomendasikan oleh FDA (United
IMAC dengan penanda His telah secara States Food and Drug Administration) untuk
luas digunakan dalam teknologi ekspresi dan manusia ada 2 jenis, keduanya merupakan
purifikasi protein rekombinan. Secara komersial garam alumunium, yaitu alumunium hidroksida
vektor yang memiliki penanda His (protein fusi) dan alumunium fosfat (Petrovsky & Aguilar,
telah banyak tersedia. Jumlah His yang sedikit 2004), sedangkan adjuvan imunogenik yang
dimaksudkan agar tidak mengganggu sisi aktif paling sering digunakan dalam penelitian
protein target pada fungsi hayati. IMAC eksperimental adalah Freund adjuvan (Billiau &
merupakan teknik purifikasi terpopuler dalam Matthys, 2001). Adjuvan Freund merupakan
purifikasi protein rekombinan dari mulai skala emulsi air-minyak mineral tanpa tambahan
penapisan proteomik sampai skala produksi mycobacteria yang dimatikan dengan
biofarmasetikal (Charlton & Zachariou, 2008). pemanasan (incomplete freund adjuvant, IFA)
Penambahan label polyHis ternyata dapat atau dengan tambahan mycobacteria yang
mempengaruhi fungsi dari protein target atau dimatikan dengan pemanasan (complete freund
menghasilkan ikatan yang lemah untuk memilih adjuvant, CFA).
matriks yang disebabkan perubahan muatan Secara umum, adjuvan dan antigen
protein, namun kondisi ini dapat dihindari dengan dapat menstimulasi respon imun melalui 4
mengubah lokasi label polyHis (misal pelabelan mekanisme yaitu (1) pengaruh depot adjuvan
ditempatkan pada N atau C-terminal). Selain itu, dan antigen di APC, (2) aktivasi pattern
IMAC tidak boleh dilakukan pada purifikasi recognition receptor (PRR), (3) aktivasi
protein dengan inti logam karena logam dapat inflamasoma dan (4) hadirnya MHC (Gambar 8).

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 124

Gambar 8. A. Purifikasi protein dengan sistem purifikasi Ni NTA. Protein rekombinan dapat dipurifikasi dari total
protein dalam kondisi alami (native) atau denaturasi, protein berikatan dengan Ni NTA agarosa. B.
Struktur kimiawi Ni NTA. Setiap Ni NTA menangkap 2 tag His protein pada ligand binding site.

Gambar 8. Mekanisme adjuvan dan antigen dalam menstimulasi respon imun. Adjuvan dan antigen
menstimulasi respon imun seluler dan humoral dapat melalui 4 jalur yaitu depotasi APC, aktivasi
PRR, aktivasi inflamasoma dan aktivasi sel T helper. NLR-NOD like receptors-nucleotide binding
oligomerization domain; RLR-RIG like receptors-retinoic acid inducible gene 1-RNA viruses; ASC-
Apoptosis associated speck like protein containing a caspase recruitment domain; Th T helper.

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 125

Setelah diinjeksikan, adjuvan dan pengikatan antigen ke reseptor permukaan APC


antigen membentuk agregat-agregat Adjuvan meningkatkan ukuran antigen terlarut
mikromolekular, depot adjuvan dan antigen ini untuk dapat dikenali oleh makrofag dan fagosit
dikenali dan berikatan dengan reseptor sebagai partikel yang berukuran hampir 10 µm
permukaan (PRR) APC, reseptor TLR (toll-like (Eldridge et al. 1991). Stimulasi respon imun
receptor) dan NLR (nucleotide binding oleh adjuvan dimodulasi oleh rute, waktu,
oligomerization domain/NOD like receptor) dan formulasi dan dosis adjuvan, konstruksi antigen,
RLR (retinoid acid inducible gene 1-RNA hospes, variasi genetik intraspesies dan status
virus/RIG like receptor) yang akan menginduksi imun dari hospes (Edelman, 2000).Tidak semua
inti APC menyandi dan mengekspresikan sitokin adjuvan efektif untuk beberapa antigen.
IL-12 dan IL-4. Depot adjuvan dan antigen di Adjuvantisitas suatu adjuvan tergantung dari
permukaan APC dapat difagositosis dan saat kompatibel atau inkompatibel kombinasi antigen-
berada di fagosoma, antigen mengalami proses adjuvan.
yang dikeluarkan sebagai molekul MHC. Adjuvan
3.4. Kelemahan dan keuntungan vaksin
dan antigen di permukaan APC dapat
subunit protein
menimbulkan reaksi inflamasi (biasanya reaksi
Vaksin subunit protein semakin
ini terjadi jika menggunakan alumunium sebagai
dikembangkan karena diyakini lebih potensial,
adjuvan), reaksi ini akan mengaktivasi caspase
lebih aman dan karakteristiknya lebih mudah
untuk mengekspresikan sitokin IL-18, IL-33 dan
diketahui. Untuk pertama kali, vaksin subunit
IL-1γ. Molekul MHC berikatan dengan T cell
diambil dari antigen permukaan yang
receptor (TCR) dari sel T Helper (Th). Sitokin IL-
termurnikan dari virus hepatitis B yang
12 mengaktivasi sel Th1 menginduksi respon
diekspresikan oleh ragi (Andre, 1990).
imun seluler makrofag, CTL dan sel NK untuk
Sebelumnya, vaksin subunit Bordetella pertussis
menghasilkan antibodi IgG, sementara sitokin IL-
(vaksin aseluler) pertama kali diaplikasikan untuk
4 mengaktivasi sel Th2 menginduksi respon
studi struktur dan fungsi dalam produksi toksin
imun humoral sel B untuk mengekspresikan
pertussis (Pizza et al., 1989). Sampai saat ini,
antibodi IgA dan IgE (Reed et al., 2013; Vogel,
pencarian kandidat vaksin subunit terus
2000).
dilakukan untuk mendapatkan vaksin yang
Pemberian adjuvan dengan suatu
mampu melawan mikroorganisme patogen pada
antigen dapat meningkatkan respon imun
manusia termasuk kandidat protein dari bakteri
spesifik antigen tersebut tanpa mempunyai
Staphylococcus aureus, Streptococcus
aktivitas antigenik spesifik pada adjuvannya
pneumoniae, Neisseria meningitidis dan
sendiri (O’Hagan, 2007). Adjuvan meningkatkan
Mycobacterium tuberculosis (Unnikrishnan et al.,
potensi antigenik dari peptida rekombinan atau
2012).
sintetik dengan cara menstabilkan konformasi
Vaksin subunit protein dapat berupa
epitop antigen. Adjuvan terdeposit pada situs
protein yang disekresikan atau protein
inokulasi dengan melepas antigen secara
permukaan yang termurnikan, komplek protein
perlahan dan membantu antigen berikatan
polisakarida, protein yang membawa tag atau
dengan APC melalui pembentukan agregat-
protein fusi dan protein khimera (Unnikrishnan et
agregat multimolekular atau membantu

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 126

al., 2012). Keuntungan vaksin subunit protein Billiau A, Matthys P. 2001. Modes of action of
antara lain produk subunitnya terkarakterisasi Freund’s adjuvants in experimental
dengan baik, antigen yang dipakai lebih models of autoimmune diseases. J.
potensial dan lebih aman. Kelemahan vaksin Leukoc. Biol. 70: 849–860.
subunit antara lain biasanya vaksin ini Brooker RJ. 2005. Genetics: Analysis and
membutuhkan adjuvan untuk menstimulasi principles. Second Edition. McGraw-Hill
respon imun, proses perancangannya lebih Companies, Inc., Boston. xxii + 842 hlm.
komplek dan ada beberapa yang tidak dapat Bucher MH, Evdokimov AG, Waugh DS. 2002.
dilakukan modifikasi subunit paska translasi Differential effects of short affinity tags on
(Unnikrishnan et al., 2012). the crystallization of Pyrococcus furiosus
maltodextrin-binding protein. Biol Cryst.
Simpulan 58:392–397.
Teknologi DNA rekombinan dapat Davis LG, Kuehl WM, Battey JF. 1994. Basic
digunakan untuk mendesain vaksin DNA methods in molecular biology. Second
rekombinan dan subunit protein. Pada Edition. Appleton & Lange, Norwalk. xiii +
prinsipnya, vaksin rekombinan ini dibuat dengan 763 hlm.
tehnik pengklonaan menggunakan vektor, DNA Debeljak N, Feldman L, Davis KL, Komel R,
target, enzim restriksi dan ligasi serta sel inang Sytkowski AJ. 2006. Variability in the
untuk perbanyakan klona dan ekspresi. DNA Immuno-detection of His-tagged
rekombinan yang dihasilkan dapat dijadikan Recombinant Proteins. Anal Biochem.
sebagai vaksin DNA atau diekspresikan dan 359(2): 216–223.
dipurifikasi proteinnya untuk dijadikan vaksin Donnelly JJ, Wahren B, Liu MA. 2005. DNA
subunit protein. Vaccines: Progress and Challenges.
Immunology. 175: 633–639.
Daftar Pustaka Edelman R. 2000. An Overview of Adjuvant Use.
Dalam : Methods in molecular medicine .
Abdulhaqq SA, Weiner DB. 2008. DNA vaccines:
Vaccine adjuvants: preparation methods
developing new strategies to enhance
and research protocols / edited by Derek
immune responses. Immunol Res.
T. O'Hagan. Humana Press Inc. Totowa
42:219–232.
New Jersey. 1-27.
Andre FE. 1990. Overview of a 5-year clinical
Eldridge JH, Staas JK, Meulbroek JA, Tice TR,
experience with a yeast-derived hepatitis
Gilley RM. 1991. Biodegradable and
B vaccine. Vaccine. 8(Suppl.): S74-S78
biocompatible poly (DL-lactide-co-
discussion S79–80.
glycolide) microspheres as an adjuvant for
Barouch DH. 2005. A human T-cell leukemia
staphylococcal enterotoxin B toxoid which
virus type 1 regulatory element enhances
enhances the level of toxinneutralizing
the immunogenicity of human
antibodies. Infect Immun. 59(9):2978-86.
immunodeficiency virus type 1 DNA
Faurez F, Dory D, Le Moigne V, Gravier R,
vaccines in mice and nonhuman primates.
Jestin A. 2010. Biosafety of DNA vaccines:
J Virol. 79:8828–34.
New generation of DNA vectors and

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 127

current knowledge on the fate of plasmids alter activities due to the derivation of host
after injection. Vaccine. 28: 3888–3895 Escherichia coli strains. Anal Biochem.
Griffiths AJF, Gelbart WM, Miller JH, Lewontin 376:103–7.
RC. 1999. Modern genetic analysis. W.H. La Vallie ER, Mc Coy JM. 1995. Gene fusion
Freeman Company, New York. xvi + 675 expression systems in Escherichia coli.
hlm. Current Opinion Biotechnology. 6:501-506
Glenting J, Wessel S. 2005. Ensuring safety of Liljeqvist S, Stahl S. 1999. Production of
DNA vaccines. Microbial Cell Factorie. recombinant subunit vaccines: protein
4:26. immuno- gens, live delivery systems and
Hannig G, Makrides SC. 1998. Strategies for nucleic acid vaccines. J Biotech. 73: 1–33.
optimizing heterologous protein Lin-Chao S, Chen W, Wong T. 1992. High copy
expression in Escherichia coli. Trends number of the pUC plasmid results from a
Biotechnol.16:54-60. Rom/Ropsuppressible point mutation in
Hefti MH, Van Vugt-Van der Toorn CJG, Dixon, RNAII. Mol Micro. 6:3385–93.
R., Vervoort, J. 2001. A Novel Purification Luke J, Carnes AE, Hodgson CP, Williams JA.
Method for Histidine-Tagged Proteins 2009. Improved antibiotic-free DNA
Containing a Thrombin Cleavage Site. vaccine vectors utilizing a novel RNA
Anal Biochem. 295:180–185. based plasmid selection system. Vaccine.
Hochuli E, Dobeli A, Schacher A. 1987. New 27(46):6454-9.
metal chelate adsorbent selective for Mac Gregor RR, Boyer JD, Ugen KE, Lacy KE,
proteins and peptides containing Gluckman SJ, Bagarazzi ML, Chattergoon
neighbouring histidine residues. J. MA, Bain Y, Higgins TJ, Ciccarell RB,
Chromatogr. 411:177Y184. Coney LR, Ginsberg RS, Weiner DB.
Invitrogen. 2010. Champion™ pET Directional 1998. First human trial of a DNA-based
TOPO expression kits. Cat. No K100-01 vaccine for treatment of human
Invitrogen Corp. California. xiii + 60 hlm. immunodeficiency virus type 1 infection:
Janknecht R, de Martynoff G, Lou J, Hipskind, safety and host response. J Infect Dis.
R., Nordheim, A., Stunnenberg, H.G. 1998; 178(1):92-100 .
1991. Rapid and efficient purification of Mateen I, Irshad, S. 2011. A Review on DNA
native histidine-tagged protein expressed Vaccines. J Health Sciences. 1(1):1-7.
by recombinant vaccina virus. Proc Natl Nascimento, IP, Leite LCC. 2012. Recombinant
Acad Sci. 88:8972–8976. vaccines and the development of new
Kumar U, Kumar S, Varghese S, Chamoli R, vaccine strategies. Braz J Med Biol Res.
Barthwal P. 2013. DNA vaccine: a modern 45(12):1102-1111.
biotechnological approach towards human Nicholl DST. 2002. An introduction to genetic
welfare and clinical trials. Int J of Research engineering. Second Edition. Cambridge
in Biomedicine and Biotechnology 2013; University Press, New York. 2002: xi + 292
3(1): 17-20. hlm.
Lai YF, Tseng YJ, Yang FY, Au LC. 2008.
Mammalian cis-reporting plasmid may

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika
Tri Panjiasih Susmiarsih Kajian DNA Rekombinan pada Vaksin DNA dan Vaksin Subunit Protein..… 128

O’Hagan. 2007. New Generation Vaccine DNA-specific modified base. Biochem


Adjuvants. Encyclopedia Of Life Sciences. Biophys Res Commun. 326:777–81.
John Wiley & Sons, Ltd. www.els.net:1-7. Unnikrishnan M, Rappuoli R, Serruto D. 2012.
Pizza M, Covacci A, Bartoloni A, Perugini M, Recombinant bacterial vaccines. Current
Nencioni L, De Magistris MT, Villa L, Nucci Opinion in Immunology. 24:337–342.
D, Manetti R, Bugnoli M. 1989. Mutants of Vogel FR. 2000. Improving Vaccine Performance
pertussis toxin suitable for vaccine with Adjuvants. Clinical Infectious
development. Science. 246:497-500. Diseases. 30(Suppl 3):S266–70.
Petrovsky N, Aguilar JC. 2004. Vaccine Ward WW, Swiatek G. 2009. Protein purification.
adjuvants: Current state and future trends. Current Analytical Chemistry. 5:2 :1-21
Immunol Cell Biol. 82(5):488-96 Watson JD, Gilman M, Witkowski J, Zoller M.
Radji M. 2011. Rekayasa Genetika; Pengantar 1992. Recombinant DNA. Second Edition.
untuk Profesi Kesehatan.Sagung Seto: W.H. Freeman and Company, New York.
Jakarta. xiv + 626 hlm.
Ramanathan MP, Ayyavoo V, Weiner DB. 2001. Williams JA, Carnesa AE, Hodgson CP. 2009.
Choice of expression vector alters the Plasmid DNA Vaccine vector design:
localization of a human cellular protein. impact on efficacy, safety and upstream
DNA Cell Biol. 20:101–5. production.Biotechnol Adv. 27(4): 353–
Rangarajan PN. 2002. DNA Vaccines. 370.
Resonance. 25-34. Wolff JA, Malone RW, Williams P, Chong W,
Reed SG, Orr MT, Fox CB. 2013. Key roles of Acsadi G, Jani A. 1990. Direct gene
adjuvants in modern vaccines Nature transfer into mouse muscle in vivo.
Medicine. 19:1597-1608. Science. 247: 1465-1468.
Snustad DP, Simmons MJ. 2003. Principles of Wolff JA, Ludtke JJ, Acsadi G, Williams P, Jani
genetics. Third Edition. John Wiley & A. 1992. Longterm persistence of plasmid
Sons, Inc. NY. xix + 840 hlm. DNA and foreign gene expression in
Sorensen H, Mortensen K. 2005. Advanced mouse muscle. Hum. Mol. Gen. 1: 363-
genetic strategies for recombinant protein 369.
expression in Escherichia coli. J Biotech. Wong DWS. 2007. The ABC of gene cloning.
115:113-128. International Thomson Publishing, New
Strachan T, Read AP. 1999. Human molecular York. 2007: xiv + 213 hlm.
genetics 2. Second Edition. A John Wiley Young CA, Britton ZT, Robinson AS. 2012.
& Sons, Inc., New York. xxiii + 576 hlm. Recombinant protein expression and
Studier FW, Moffatt BA. 1986. Use of purification: A comprehensive review of
bacteriophage T7 RNA polymerase to affinity tags and microbial applications.
direct selective high level expression of Biotechnol. J. 7, 620–634.
cloned genes. J Mol Biol. 189:113-130.
Tsuchiya H, Matsuda T, Harashima H, Kamiya
H. 2005. Cytokine induction by a bacterial

Vol.10 I No.2 I Desember 2018 I p-ISSN 2085-5648 I e-ISSN 2655-2396 I Majalah Kesehatan PharmaMedika

Anda mungkin juga menyukai