Anda di halaman 1dari 11

Majalah Ilmu Kefarmasian

Volume 6 Number 1 Article 4

4-30-2009

Vaksin DNA: Vaksin Generasi Keempat


Maksum Radji
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Departemen Farmasi FMIPA-UI, Depok, 16424,
maksum@farmasi.ui.ac.id

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/mik

Recommended Citation
Radji, Maksum (2009) "Vaksin DNA: Vaksin Generasi Keempat," Majalah Ilmu Kefarmasian: Vol. 6 : No. 1 ,
Article 4.
DOI: 10.7454/psr.v6i1.3433
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/mik/vol6/iss1/4

This Original Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Pharmacy at UI Scholars Hub. It
has been accepted for inclusion in Majalah Ilmu Kefarmasian by an authorized editor of UI Scholars Hub.
ISSN : 1693-9883
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 1, April 2009, 28 - 37

VAKSIN DNA:
VAKSIN GENERASI KEEMPAT
Maksum Radji
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Depok, 16424

ABSTRACT
Vaccines have been developed for a range of different infectious diseases. The complex-
ity of microbial infections requires novel approaches to vaccine design. The first-
generation of vaccines were live attenuated pathogens. Because of safety concerns, the
second-generation of vaccines, chemically or physically inactivated pathogens were
later developed. Purified or synthetic proteins represent a third generation, and recent
advances in molecular biology and genetic engineering have led to the development of
the fourth vaccine generation, which includes DNA and virus vector-based vaccines.
This review discusses on the genetic elements and construction of DNA vaccines,
comparison of DNA vaccines and conventional vaccines, the benefits and limitations
of DNA vaccines, and the advances of genetic vaccine development over the last
decade.
Keywords: DNA vaccines, conventional vaccines.

ABSTRAK
Berbagai jenis vaksin telah banyak dikembangkan untuk mengatasi dan mencegah
penularan penyakit infeksi. Beberapa pendekatan teknologi perancangan vaksin telah
telah mengalami perkembangan yang cukup pesat untuk mengatasi masalah-masalah
yang berhubungan dengan kerumitan penanggulangan penyakit infeksi. Vaksin
generasi pertama yang menggunakan mikroba patogen yang dilemahkan telah banyak
digunakan, namun karena pertimbangan keamanan dari vaksin generasi pertama ini
maka vaksin generasi kedua yang menggunakan mikroba patogen yang dimatikan,
telah dikembangkan. Demikian pula dengan vaksin generasi ketiga yaitu vaksin rekom-
binan yang terdiri dari protein yang dimurnikan telah dikembangkan dan digunakan.
Kemajuan dalam bidang biologi molekuler dan rekayasa genetika telah memungkinkan
untuk mengembangkan vaksin generasi keempat yaitu vaksin DNA. Dalam review
ini akan dibahas tentang konstruksi dan elemen genetik vaksin DNA, keuntungan
dan berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam penelitian tentang vaksin DNA.
Kata kunci: vaksin DNA, vaksin konvensional.

Corresponding author : E-mail : maksum@farmasi.ui.ac.id

28
PENDAHULUAN gunaannya sering mengalami kega-
galan atau tidak menimbulkan respon
Vaksin telah lama dikenal seba- imun tubuh.
gai suatu substansi yang digunakan Untuk mengatasi berbagai ke-
untuk memperoleh respon imun ter- lemahan yang terjadi pada peng-
hadap mikroorganisme patogen. gunaan vaksin generasi pertama dan
Vaksin pertama kali ditemukan pada kedua mulailah dikembangkan vak-
tahun 1796 oleh Edward Jenner yaitu sin generasi yang ketiga yaitu vaksin
vaksin virus cacar. Sejak saat itu rekombinan yang juga dikenal
teknologi pembuatan vaksin telah dengan vaksin sub unit. Vaksin sub
berkembang dengan pesat dan ber- unit dibuat melalui teknik rekayasa
bagai jenis vaksin untuk mencegah genetika untuk memperoleh fragmen
penyakit infeksi telah banyak di- antigenik dari mikroorganisme,
gunakan. sehingga disebut dengan vaksin re-
Vaksin konvensional baik vaksin kombinan. Sebagai contoh, vaksin
generasi pertama yaitu vaksin yang hepatitis B mengandung bagian pro-
mengandung mikroorganisme hidup tein selubung dari virus hepatitis B
yang telah dilemahkan dan vaksin yang diproduksi melalui rekayasa
generasi kedua yaitu vaksin yang genetika, oleh sel ragi. Vaksin rekom-
mengandung mikroorganisme yang binan lebih aman dibandingkan
dimatikan, serta vaksin generasi dengan vaksin yang mengandung
yang ketiga yaitu vaksin rekombinan seluruh sel virus, karena fragmen
yang juga dikenal dengan vaksin sub antigenik yang terdapat dalam vaksin
unit yang mengandung fragmen rekombinan tidak dapat bereproduk-
antigenik dari suatu mikroorganisme si dalam tubuh penerima, disamping
yang dapat merangsang respon imun, itu vaksin rekombinan umumnya
dalam penggunaannya masih me- tidak menimbulkan efek samping.
miliki beberapa kelemahan (1, 2). Namun demikian vaksin generasi
Vaksin generasi pertama seringkali ketiga inipun ternyata hanya dapat
dapat bermutasi kembali menjadi menimbulkan respon imun humoral
virulen sehingga menimbulkan efek dan tidak dapat menimbulkan respon
yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu imun seluler (3, 4).
biasanya jenis vaksin yang dilemah-
kan ini tidak dianjurkan diberikan Vaksin DNA
kepada penderita yang mengalami Transfer DNA plasmid secara
imunokompromais. Sedangkan vak- langsung ke dalam jaringan mencit
sin generasi kedua adalah vaksin me- tanpa sistem penghantaran khusus
ngandung mikroorganisme yang telah berhasil dilakukan pertama kali
dimatikan menggunakan zat kimia pada tahun 1990 (5). DNA plamid
tertentu, biasanya dengan mengguna- yang disuntikkan secara intramus-
kan formalin atau fenol, dalam peng- kular ke dalam tubuh mencit tersebut

Vol. VI, No.1, April 2009 29


ternyata dapat memproduksi protein penggunaan vaksin DNA pada
yang dikode oleh sekuen DNA yang manuasia telah dilakukan terhadap
terdapat dalam DNA plamid tersebut berbagai jenis penyakit infeksi
di dalam jaringan mencit. Penelitian termasuk malaria, virus dengue, cy-
berikutnya telah membuktikan tomegalovirus, virus Ebola, virus in-
bahwa DNA dapat dimasukkan lang- fluenza, avian influenza viruses, West
sung secara in vivo untuk menghasil- Nile virus (WMV), SARS corona-
kan protein yang dikehendaki sesuai virus, virus hepatitis B dan HIV.
dengan sekuen DNA yang meng-
kode ekspresi protein tersebut (6). Konstruksi dan Elemen Genetik
Sejak saat itu diyakini bahwa metode Vaksin DNA
transfer DNA secara in vivo dapat Struktur dan elemen genetik dari
diaplikasikan baik untuk terapi gen suatu vaksin DNA terdiri dari dua
maupun untuk vaksinasi dengan unit utama yaitu yang pertama
DNA. adalah unit propagasi plasmid yang
Berbagai penelitian telah dilaku- berfungsi sebagai pengendali re-
kan untuk mempelajari berbagai plikasi dan perbanyakan plasmid
faktor yang mempengaruhi efisiensi DNA secara in vitro dalam sel bakteri,
dan sifat imunogenisitas dari DNA sesuai dengan jumlah dan volume
plasmid, yang pada akhirnya dikenal yang diinginkan pada saat dipro-
dengan vaksin DNA untuk mem- duksi. Sedangkan unit yang kedua
berikan imunitas tubuh terhadap terdiri dari fragmen DNA yang
serangan berbagai mikroorganisme. mengandung gen vaksin yang telah
Sampai saat ini berbagai hasil pene- dikloning ke dalam plasmid DNA,
litian telah dipublikasikan bahwa dimana gen vaksin ini diharapkan
imunisasi dengan DNA dapat meng- mengekspresi protein asing di dalam
hasilkan protein asing atau antigen sel hospes (tubuh manusia). Elemen
yang dapat menstimulasi respon genetik dari vaksin DNA dapat
imun, sehingga dapat mencegah ber- dilihat pada Gambar 1.
bagai penyakit infeksi pada binatang Plasmid vaksin DNA mempunyai
percobaan antara lain terhadap Hu- unit propagasi yang berfungsi untuk
man immunodeficiency virus (HIV) (7, multiplikasinya dalam sel mikroba
8, 9, 10, 11), virus Ebola (12), malaria sebagai hospesnya yang terdiri dari
(13, 14), Mycobacterium tuberculosis fragmen DNA untuk replikasi dan
(15), virus inluenza (16, 17), atau marka seleksi. Produksi vaksin DNA
untuk meningkatkan sistem imunitas secara in vitro biasanya menggunakan
terhadap sel-sel tumor (18, 19). bakteri Escherichia coli. Plasmid DNA
Perkembangan penelitian dalam ditransformasi ke dalam sel bakteri,
bidang vaksin DNA ini telah ber- kemudian diseleksi sel transforman
kembang pesat selama satu dekade Escherichia coli yang mengandung
terakhir dan beberapa uji klinik plasmid DNA. Klon Escherichia coli

30 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


meningkatkan sifat imonogenisitas
dari vaksin DNA (21).

Mekanisme Aksi Vaksin DNA


Mekanisme vaksin DNA dalam
merangsang sistem imun adalah
setelah plasmid DNA disuntikkan ke
dalam jaringan maka plasmid DNA
akan bereplikasi secara otonom dan
memproduksi protein asing atau an-
tigen yang dikode oleh gen vaksin.
Antigen ini langsung dapat men-
Gambar 1. Struktur dan elemen stimulasi sel B yang kemudian dapat
genetik dari vaksin DNA
memproduksi antibodi terhadap
yang membawa plasmid DNA ini entigen atau protein asing yang
kemudian dibiakkan dalam media dikode oleh plasmid DNA. Sel yang
yang sesuai dalam skala industri, mengandung antigen asing tersebut
kemudian plasmid DNA diisolasi, kemudian dapat bersifat sebagai sel
dimurnikan dan diformulasi menjadi penyaji antigen (antigen presenting
vaksin DNA. cells), yang kemudian dapat melalui
Setelah vaksin DNA disuntikkan jalur-jalur tertentu, baik melalui jalur
ke dalam tubuh maka unit sintesis major histocompatibility complex (MHC)
vaksin akan bekerja di dalam sel I pada sel CD8+T atau MHC II pada
hospes atau sel manusia. Seperti yang sel CD4+T, sehingga mengalami pro-
terlihat pada Gambar 1. unit sistesis ses yang berbeda dalam merangsang
vaksin ini terdiri dari promotor, in- sistem imunutas tubuh. Protein asing
tron, sekuen DNA signal, gen vaksin juga dapat langsung masuk ke dalam
yang mengkode protein atau antigen suatu sel penyaji lainnya misalnya sel
dari mikroba patogen dan transkrip- dendritik, sehingga dengan demikian
sional terminator (poly-A), serta im- selain dapat merangsang sistem imun
mune stimulatory sequences (ISS) (20). humoral juga dapat merangsang
Ekspresi dari protein asing atau an- sistem imun selular. Karena proses
tigen dalam sel hospes yang dikode pembentukan antigen oleh sel hospes
oleh gen vaksin, dimulai oleh promo- setelah vaksinasi DNA menyerupai
tor dan diakhiri oleh terminator produksi antigen pada saat terinfeksi
(poly-A). Untuk meningkatkan po- dengan mikroorganisme secara
tensi vaksin DNA, biasanya dalam alamiah, maka respon imun yang
plasmid DNA ditambahkan ISS, yaitu terjadi akibat vaksinasi DNA sama
nukleotida heksamer yang dapat dengan respon imun yang diinduksi
berinteraksi dengan reseptor dan oleh mikroorganisme patogen.

Vol. VI, No.1, April 2009 31


Keuntungan Vaksin DNA waktu yang sangat lama; dan (vi).
Vaksin DNA memiliki beberapa Tidak memerlukan perlakukan khu-
keuntungan dibandingkan dengan sus terhadap mikroba patogen selama
vaksin konvensional. Pada umumnya proses produksi.
efektifitas vaksin konvensional ter- Vaksin DNA termasuk vaksin
gantung pada terbentuknya antibodi yang aman jika digunakan pada ma-
dalam mencegah penyakit infeksi. nusia (22). Walaupun demikian dalam
Namun demikian vaksin konven- awal pengembangannya dikhawa-
sional tidak mampu merangsang res- tirkan terjadinya efek yang tidak di-
pon imun selular. Vaksin DNA selain inginkan jika vaksin DNA digunakan
dapat merangsang respon imun hu- pada manusia, antara lain kekha-
moral melalui pembentukan antibodi, watiran bahwa DNA asing dapat
juga dapat merangsang imun selular terintegrasi ke dalam kromosom
melalui aktivasi sel T (cell-mediated hospes sehingga dapat menyebabkan
response immune), sehingga dapat stimulasi gen yang tidak terkontrol
memberikan kekebalan terhadap mi- yang dapat mengakibatkan terben-
kroba patogen intraselular, misalnya tuknya sel kanker. Tetapi hal ini tidak
terhadap Mycobacterium tuberculosis, perlu dirisaukan karena dalam
virus, parasit, atau sel kanker melalui beberapa uji pra-klinik pada binatang
sel T pembunuh (killer T cells) atau percobaan, integrasi vaksin DNA ke
melalui efek sitotoksik. dalam kromosom hospes masih jauh
Beberapa keuntungan lainnya lebih rendah dari pada mutasi spon-
dari vaksin DNA adalah: (i). Plasmid tan yang terjadi di alam (20). Kekha-
DNA mudah diproduksi dalam jum- watiran terjadinya induksi reaksi
lah yang besar secara lebih ekonomis, autoimun terhadap vaksinasi DNA
dalam waktu yang lebih cepat diban- yang dapat menyebabkan terbentuk-
dingkan dengan vaksin konven- nya antibodi anti-DNA juga tidak
sional; (ii). DNA sangat stabil, tahan terbukti selama uji klinik dengan
terhadap perubahan suhu sehingga vaksin DNA (23).
lebih mudah untuk disimpan dan
didistribusikan; (iii). Sekuen DNA Penghantaran Vaksin DNA
dapat diubah dengan mudah dalam Cara penghantaran vaksin DNA
laboratorium, sehingga vaksin DNA yang umum dilakukan adalah dengan
dapat disesuaikan dengan perubahan cara penyuntikan. Namun demikian,
mikroorganisme patogen; (iv). Dapat beberapa cara penghantaran alter-
direkayasa gabungan beberapa plas- natif juga telah dikembangkan.
mid DNA yang mempunyai spek- Sistem penghantaran dengan cara
trum luas untuk beberapa epitop an- “particle-mediated epidermal delivery”
tigen; (v). Vaksin DNA terbukti (PMED), telah dilakukan untuk vak-
dapat meningkatkan imunitas tubuh sin DNA hepatitis B (23), dan vaksin
terhadap virus dan bakteri dalam DNA influenza (25). Penghantaran

32 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


vaksin DNA tanpa jarum (needle-free adalah poly-lactide coglycolide (PLG)
injection) telah digunakan dalam be- (30). Poloxamers, merupakan nonionic
berapa uji klinik vaksin DNA antara block copolymers apabila dikombinasi-
lain uji kilink vaksin DNA terhadap kan dengan surfaktan kationik adan
HIV menggunakan (needle-free device membentuk nanopartikel yang dapat
Biojector) yang dapat meningkatkan bertindak sebagai pembawa dan se-
respon imun selular lebih dari 75% kaligus ajuvan untuk vaksin DNA cy-
subjek uji klinik (26) dan digunakan tomegalovirus (CMV). Dalam uji klinik
juga pada uji klinik fase I vaksin DNA fase I menunjukkan bahwa terjadi
untuk virus Ebola (27). respon imun selular yang baik pada
Sistem penghantaran lainnya sebagian besar sukarelawan yang
yang dikembangkan untuk vaksin divaksinasi (31).
DNA adalah teknik elekroporasi, di- Vaxfectin merupakan salah satu
mana teknik ini menggunakan arus contoh lainnya dalam sistem peng-
listrik dengan berbagai voltase se- hantaran dan ajuvan untuk vaksin
telah penyuntikan vaksin DNA untuk DNA. Vaxfectin ini merupakan cat-
meningkatkan pasokan DNA ke ionic lipid- based adjuvant yang mem-
dalam sel hospes. Elektroporasi punyai muatan positif yang akan ter-
dapat meningkatkan permiabilitas ikat dengan DNA yang bermuatan
membran jaringan sel hospes, se- negatif. Vaksin DNA yang diformu-
hingga DNA akan lebih mudah lasi dengan Vaxfectin terbukti dapat
masuk ke dalam sel. Teknik elektro- meningkatkan respon imun humoral
porasi ini telah berhasil dilakukan yang bertahan lama pada binatang
pada beberapa uji praklinik pada percobaan (32, 33).
binatang percobaan (28, 29). Namun Pada uji klinik yang dilakukan
demikian sistem penghantaran de- terhadap manusia, vaksin DNA
ngan epektroporasi ini masih perlu untuk virus influenza (H5N1), yang
diteliti lebih lanjut keamanannya jika diformulasi dengan Vaxfectin terbukti
akan dilakukan pada manusia. aman dan dapat merangsang pem-
bentukan antibodi terhadap H5 pada
Formulasi Vaksin DNA lebih dari 67% sukarelawan yang ikut
Salah satu faktor penting dalam dalam uji klinik (34).
meningkatkan potensi vaksin DNA
untuk meningkatkan respon imun Vaksin DNA yang Telah Disetujui
adalah formulasi dan ajuvan. Ber- Walaupun sampai saat ini vaksin
bagai penelitian tentang formulasi DNA untuk manusia belum ada yang
vaksin DNA dan penggunaan ajuvan disetujui dan masih dalam fase-fase
untuk meningkatkan imunogenisitas uji klinik, namun beberapa vaksin
vaksin DNA telah dilakukan. Bebe- DNA untuk binatang telah disetujui
rapa jenis ajuvan yang yang diguna- penggunaannya.
kan untuk vaksin DNA antara lain Vaksin DNA pertama yang di-

Vol. VI, No.1, April 2009 33


setujui untuk digunakan pada bina- gabungan beberapa plasmid DNA
tang adalah vaksin DNA untuk men- yang mempunyai spektrum luas yang
cegah penyakit West Nile virus (WNV) bersifat multivalen. Walaupun saat
yaitu mosquito-borne virus yang dapat vaksin DNA masih dalam fase uji
menyebabkan ensefalitis dan kema- klinik terhadap manusia, akan tetapi
tian pada kuda. Vaksin DNA West vaksin DNA diharapkan dapat
Nile virus yang dikembangkan oleh mengatasi berbagai penyakit infeksi
Fort Dodge Laboratories ini disetujui khususnya penyakit infeksi yang
peredarannya oleh U.S Department of bersifat pandemik yang sangat sulit
Agriculture (USDA) pada tahun 2005. diatasi dengan vaksin konvensional.
Vaksin DNA lainnya yang telah di-
setujui adalah vaksin DNA untuk DAFTAR PUSTAKA
melindungi ikan salmon dari infeksi
hematopoietic necrosis virus, dimana 1. Fine PE, AMI Carneiro, BJ
virus ini dapat menyebabkan kema- Milstien. 1999. Issues relating to
tian ikan salmon. Vaksin DNA yang the use of BCG in immunization
dikembangkan oleh Aqua Health, programmes: a discussion docu-
Novartis, Canada telah disetujui ment. WHO Bull 1999, 23.
peredarannya pada tahun 2005. Di- 2. Girard MP, U Fruth, MP Kieny.
samping itu vaksin DNA yang di- 2005. A review of vaccine re-
gunakan untuk mengobati kanker search and development: Tuber-
kulit (melanoma) pada anjing, disetujui culosis. Vaccine, 23: 5725-5731.
penggunaannya pada tahun 2007 oleh
3. Du X, J Wang , Y Kang, W Xiao,
USDA.
G Zhao, B Wang. 2009. Suppres-
sion of the antigen-specific T cell
KESIMPULAN
immune response by co-immuni-
zation with the HBV DNA vac-
Vaksin DNA merupakan vaksin
cine and recombinant HBsAg.
generasi keempat yang diharapkan
Acta Microbiologica Sinica. 49: 938-
dapat mencegah penyakit infeksi.
42.
Beberapa keuntungan vaksin DNA,
selain dapat merangsung respon 4. Leonardi S, S Spina, L Spicuzza,
imun humoral dan imun selular, N Rotolo N, M La Rosa. 2009. He-
vaksin DNA dapat diproduksi dalam patitis B vaccination failure in
skala besar lebih ekonomis diban- celiac disease: is there a need to
dingkan vaksin konvensional. Selain reassess current immunization
tidak memerlukan perlakukan khu- strategies? Vaccine. 27(43): 6030-
sus terhadap mikroba patogen selama 3.
proses produksi, plasmid DNA 5. Wolff JA, RW Malone, P Will-
sangat stabil dan dapat direkayasa iams, W Chong, G Acsadi, A
sedemikian rupa untuk memperoleh Jani, et al. 1990. Direct gene

34 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


transfer into mouse muscle in 11. Malavika G, E Kenneth, Ugen,
vivo. Science. 247: 1465-1468. BW David. 2004. DNA Vaccines
6. Wolff JA, JJ Ludtke, G Acsadi, P against Human Immunodefi-
Williams, A Jani. 1992. Long- ciency Virus Type 1 in the Past
term persistence of plasmid Decade. Clin Microbiol Rev. 17 (2):
DNA and foreign gene expres- 370-389.
sion in mouse muscle. Hum. Mol. 12. Vastag B. 2004. Ebola vaccines
Gen. 1: 363-369. tested in humans, monkeys.
7. Wang B, KE Ugen, V Srikantan, JAMA, 291: 549-550.
MG Agadjanyan, K Dang, Y 13. Martin T, SE Parker, R Hed-
Refaeli, et al. 1993. Gene inocu- strom, T Le, SL Hoffman, J
lation generates immune re- Norman, et al. 1999. Plasmid
sponses against human immuno- DNA malaria vaccine: the poten-
deficiencyvirus type 1. Proc Natl tial for genomic integration af-
Acad Sci USA, 90(9): 4156-60. ter intramuscular injection. Hum
8. Amara RR, F Villinger, JD Gene Ther, 10(5): 759-68.
Altman, SL Lydy, SP O’Neil, SI 14. Wang R, DL Doolan, TP Le, RC
Staprans, DC Montefiori, et al. Hedstrom, KM Coonan, Y Cha-
2002. Control of a mucosal chal- roenvit. 1998. Induction of anti-
lenge and prevention of AIDS by gen-specific cytotoxic T lympho-
a multiprotein DNA/MVA vac- cytes in humans by a malaria
cine. Vaccine, 20: 1949-1955. DNA vaccine. Science, 282: 476-
9. Lee D, BS Graham, YL Chiu, PB 480.
Gilbert, MJ McElrath, RB Belshe, 15. Taracha EL, R Bishop, AJ
et al. 2004. Breakthrough infec- Musoke, AV Hill, SC Gilbert.
tions during phase 1 and 2 prime- 2003. Heterologous priming-
boost HIV-1 vaccine trials with boosting immunization of cattle
canarypox vectors (ALVAC) and with Mycobacterium tuberculo-
booster dose of recombinant sis 85A induces antigen-specific
gp120 orgp160. J Infect Dis, 190: T-cell responses. Infect Immun,
903-907. 71: 6906-6914.
10. Mwau M, I Cebere, J Sutton, P 16. Robinson HL, LA Hunt LA, RG
Chikoti, N Winstone, EG Wee. Webster. 2009. Protection against
2004. A human immunodefi- a lethal influenza virus challenge
ciency virus 1 (HIV-1) clade A by immunization with a hae-
vaccine in clinical trials: stimula- magglutinin-expressing plasmid
tion of HIVspecific T-cell re- DNA. Vaccine 1993, 11(9): 957-60.
sponses by DNA and recombi- 17. Ulmer JB, JJ Donnelly, SE Parker,
nant modified vaccinia virus GH Rhodes, PL FeIgner, VJ
Ankara (MVA) vaccines in hu- Dwarki, et al. 1993. Heterolo-
mans. J Gen Virol. 85: 911-919. gous protection against influenza

Vol. VI, No.1, April 2009 35


by injection of DNA encoding a cells, and protective levels of
viral protein. Science, 259(5102): antibody in humans by particle-
1745-1749. mediated administration of a
18. Liu M, B Acres, JM Balloul, N hepatitis B virus DNA vaccine.
Bizouarne, S Paul, P Slos, et al. Vaccine, 19(7-8): 764-78.
2004. Gene-based vaccines and 25. Drape RJ, MD Macklin, LJ Barr,
immunotherapeutics. Proc Natl S Jones, JR Haynes, HJ Dean.
Acad Sci. USA, 101(Suppl 2): 2006. Epidermal DNA vaccines
14567- 14571. for influenza is immunogenic in
19. Pavlenko M, AK Roos, A Lund- humans. Vaccine, 24(21): 4475-81.
qvist, A Palmborg, AM Miller, V 26. Tavel JA, JE Martin, GG Kelly,
Ozenci, et al. 2004. A phase I trial ME Enama, JM Shen J, PL
of DNA vaccination with a plas- Gomez, et al. 2007. Safety and
mid expressing prostate-specific Immunogenicity of a Gag-Pol
antigen in patients with hor- Candidate HIV-1 DNA Vaccine
mone-refractory prostate cancer. Administered by a Needle-Free
Br J Cancer, 91: 688-694. Device in HIV-1-Seronegative
20. Glenting J, S Wessel. 2005. En- Subjects. J Acquir Immune Defic
suring safety of DNA vaccines. Syndr, 44(5): 601-605.
Microbial Cell Factorie , 4: 26 27. Martin JE, NJ Sullivan, ME
21. Tudor D, C Dubuquoy, V Gabo- Enama, II Gordon, M Roederer,
riau, F Lefevre, B Charley, S RA Koup, et al. 2006. A DNA
Riffault. 2005. TLR9 pathway is vaccine for Ebolavirus is safe and
involved in adjuvant effects of immunogenic in a phase I clini-
plasmid DNA-based vaccines. cal trial. Clin Vaccine Immunol, 11:
Vaccine, 23:1258-1264. 1267-77.
22. Schalk JA, FR Mooi, GAM Ber- 28. Otten G, M Schaefer, B Doe, H
bers, L van Aerts, H Ovelgonne, Liu, I Srivastava, J zur Megede,
T Kimman. 2006. Preclinical and et al. 2004. Enhancement of
Clinical Safety Studies on DNa DNA vaccine potency in rhesus
vaccines. Human Vaccines, 2(2): macaques by electroporation.
45-53. Vaccine, 22(19):2489-93.
23. Liu MA, B Wahren, GB Karlsson 29. Rosati M, A Valentin, R Jalah, V
Hedestam. 2006. DNA vaccines: Patel, A von Gegerfelt, C Ber-
recent developments and future gamaschi et al. 2008. Increased
possibilities. Hum Gene Ther, immune responses in rhesus
17(11): 1051-1061. macaques by DNA vaccination
24. Roy MJ, MS Wu, LJ Barr, JT combined with electroporation.
Fuller, LG Tussey, S Speller, et Vaccine, 26(40): 5223-9.
al. 2000. Induction of antigen- 30. O’Hagan D, M. Singh, M
specific CD8+ T cells, T helper Ugozzoli, C Wild C, S Barnett,

36 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


M Chen, et al. 2001. Induction of lenge with ANietharnl1203/04
Potent Immune Responses by (H5Nl) influenza virus. J Infect
Cationic Microparticles with Dis, 197(12): 1643-52.
Adsorbed Human Immunodefi- 33. Pan CH, GS Jimenez, N Nair, Q
ciency Virus DNA Vaccines. Jour- Wei, RJ Adams, FP Polack, et al.
nal of Virology, 75(19): 9037-9043. 2008. Use of Vaxfectin Adjuvant
31. Wloch MK, LR Smith, S Bout- with DNA Vaccine Encoding the
saboualoy, L Reyes, C Han, J Measles Virus Hemagglutinin
Kehler, et al. 2008. Safety and and Fusion Proteins Protects Ju-
immunogenicity of a bivalent venile and Infant Rhesus Maca-
cytomegalovirus DNA vaccine in ques against Measles Virus. Clin
healthy adult subjects. J Infect Dis, Vaccine Immunol, 15(8):1214-21.
197(12): 1634-42. 34. Smith L. 2008. Vaxfectin-formu-
32. Lalor PA, RJ Webby, J Morrow, lated pandemic influenza DNA
D Rusalov, DC Kaslow, A vaccines: preliminary clinical re-
Rolland, et al. 2008. Plasmid sults. Paper presented at: IBC Life
DNAbased vaccines protect mice Sciences’ Next Generation Vaccines;
and ferrets against lethal chal- National Harbor, MD 2008.

Vol. VI, No.1, April 2009 37

Anda mungkin juga menyukai