Disusun oleh: Nama : Dina Alviani Prihayati NIM : J310190048 Kelas : 4B
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021 Vaksin digunakan sebagai upaya preventif untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus. Uji klinis vaksin membutuhkan waktu lama, hingga bertahun-tahun. Efek dari vaksin yang baru dibuat dibandingkan dengan plasebo. Vaksin dievaluasi kualitas, efektifitas, dan keamanannya melalui beberapa tahap, yaitu; 1. Studi praklinis, vaksin diujicobakan pada binatang percobaan. 2. Uji klinis fase 1, vaksin disuntikkan pada sukarelawan (dewasa). 3. Uji klinis fase 2, vaksin diujikan pada lebih banyak dan lebih beragam sukarelawan. 4. Uji klinis fase 3, vaksin diberikan kepada lebih banyak orang dengan kondisi yang lebih bervariasi. 5. Tahap pengawasan dan pemasaran, vaksin yang dinyatakan aman dan efektif serta lulus uji klinis bisa mendapatkan izin edar dari BPOM. Macam-macam vaksin; 1. Virus yang tidak aktif. Vaksin dibuat dengan memanfaatkan virus yang dibunuh. Vaksin dapat diberikan kepada orang dengan sistem imun yang lemah, namun vaksin ini tidak mengarah pada respons kekebalan sekuat virus hidup serta membutuhkan virus untuk dibudidayakan dalam jumlah besar sehingga memakan waktu. Contohnya sinovac. 2. Virus hidup yang dilemahkan. Vaksin berasal dari virus yang secara genetik dilemahkan sehingga tidak dapat menginfeksi dan bereproduksi secara efektif. Vaksin ini dapat memberikan perlindungan jangka panjang namun tidak cocok untuk orang dengan sistem imun yang lemah, masalah kesehatan jangka panjang, atau pernah menjalani transplantasi organ. Virus hidup perlu didinginkan sehingga lebih sulit diangkut serta dibudidayakan dalam jumlah banyak sehingga memakan waktu. 3. Protein subunit. Vaksin yang menargetkan bagian dari virus, protein dibuat di luar tubuh. Untuk Covid-19, bagian dari virus yang digunakan yaitu protein spike. Vaksin ini dapat diproduksi lebih cepat daripada vaksin hidup namun tidak menghasilkan respons imun sekuat vaksin virus secara keseluruhan. Senyawa adjuvan perlu dimasukkan untuk meningkatkan respons imun pasien. 4. Mereplikasi vector virus. Virus ‘pembawa’ yang dapat bereplikasi di dalam tubuh, tetapi melemah dan tidak menimbulkan gejala apapun pada manusia. Vaksin ini mirip dengan infeksi nyata dan menginduksi respon imun yang lebih kuat dan lebih luas. Karena bereplikasi, lebih sedikit virus yang perlu disuntikkan ke tubuh namun memerlukan lebih banyak pengujian sebelum persetujuan serta perlu disimpan dan diangkut pada suhu dingin. 5. Partikel mirip virus. Vaksin kelas khusus dari subunit vaksin. Protein pada vaksin dirakit sendiri menjadi partikel buatan agar terlihat seperti virus bagi sistem imun manusia yang mengikat dan memasuki sel seperti virus. Vaksin ini menghasilkan respon imun yang lebih kuat daripada vaksin subunit biasa serta produksinya lebih cepat, namun perlu memastikan stabilitas dan pemurnian dapat menambah waktu produksi. 6. Vektor virus yang tidak mereplikasi. Merupakan virus ‘pembawa’ yang tidak menyebabkan penyakit. Vektor virus yang tidak bereplikasi adalah virus yang telah direkayasa secara genetik sehingga tidak dapat bereplikasi dan menyebabkan penyakit. Vaksin ini menghasilkan respon imun yang lebih kuat dan tidak harus disimpan pada suhu yang sangat rendah, namun orang yang sudah terpapar vektor virus mungkin resisten. Setiap virus hanya dapat menginfeksi satu sel sehingga menambah waktu produksi. Contohnya astrazeneca. 7. RNA. Vaksin RNA menggunakan komponen materi genetik yang direkayasa agar menyerupai virus tertentu sehingga dapat memicu reaksi imun tubuh. Vaksin ini tidak memerlukan virus untuk memproduksinya namun tidak menghasilkan respon imun yang kuat dibandingkan dengan virus utuh. 8. DNA. Vaksin DNA adalah gen yang mengkode protein spike (pada Covid-19) dimasukkan ke dalam potongan DNA melingkar kecil (plasmid). Plasmid kemudian disuntikkan sebagai vaksin. Vaksin ini cepat, relatif murah, dan tidak memerlukan pembekuan dalam penyimpanan dan pengangkutan, namun membutuhkan adjuvan untuk respon yang baik. Hasil analisis uji klinis vaksin sinovac menunjukkan efikasi sebesar 65,3%. Efikasi di Turki 91,25% sedangkan efikasi di Brasil 78%. Khasiat dan keamanan vaksin sinovac sesuai dengan ambang batas efikasi yang ditetapkan WHO. Vaksin sinovac menunjukkan kemampuan dalam membentuk antibodi dalam tubuh dan kemampuan antibodi dalam menetralkan virus. Hasil efikasi menunjukkan vaksin sinovac mampu menurunkan risiko penyakit Covid-19 hingga 65,3%. Dosis pertama vaksin memberi perlindungan hingga 80%. Setelah dosis pertama diberikan, perlindungan infeksi Covid-19 mencapai 69,5%. Dosis pertama vaksin astrazeneca memberi perlindungan Covid-19 bergejala setidaknya selama 90 hari pertama (76%). Sementara untuk pencegahan terjadinya Covid-19 yang membutuhkan rawat inap di rumah sakit, dosis pertama astrazeneca bisa memberi perlindungan hingga 100%.