Anda di halaman 1dari 5

Nurul Fadila

1911011004

JENIS JENIS VAKSIN


Tugas Biomolekul dan Vaksin

1. Live attenuated virus


 BCG
 OPV (Polio)
 Campak
 Rotavirus
 Vaksin demam kuning
 Vaksin MMR
 Vaksin TBC
 Vaksin Demam Tifoid
 Vaksin Sinovac dan sinofarm (Covid 19)
2. Recombinant sub unit viral protein
 Vaksin Hepatitis
 Vaksin Influenza Seasonal
3. Virus like particles
 Vaksin HPV
4. DNA atau RNA (carries viral genes)
 Moderna
 Pfizer
5. Whole inactive virus
 Pertussis (wP)
 IPV (Inactivated Polio Vaccine)
 Vaksin rabies
 Vaksin influenza
 Vaksin pneumonia pneumokokal
 Vaksin kolera
6. Toksoid (Inactivated toxin)
 Vaksin dipteri dan tetanus
Penjelasan singkat mengenai jenis-jenis vaksin
I. Live attenuated virus
Vaksin ini adalah satu jenis vaksin yang dibuat dari mikroorganisme patogen
suatu penyakit yang disebabkan oleh substansi, pada umumnya
dipergunakan untuk organisme (bakteri, virus) dan produk biologisnya
(misalnya toksin). (LAV – Live Attenuated Vaccine) sudah ada sejak tahun
1950. Mereka akan tumbuh dalam tubuh penerima vaksin tetapi tidak akan
menyebabkan sakit atau hanya sakit ringan, karena sudah dilemahkan.

Respon kekebalan
Vaksin hidup yang dilemahkan (LAV), dapat merangsang respon kekebalan
tubuh melawan dengan baik sama baiknya seperti kalau orang tersebut
terinfeksi oleh virus atau bakteri di alam. Dengan memberikan rangsangan
antigenik terus menerus sehingga memberi kesempatan untuk diproduksinya
sel memori. Dalam hal virus atau mikroorganisme intraseluler dimana
biasanya dibutuhkan reaksi kekebalan yang dimediasi sel (cell-mediated)
mikroorganisme patogen dapat bereplikasi di dalam sel inangnya.

Berbagai jenis vaksin hidup yang dilemahkan dikemas dalam bentuk


lyophilized (serbuk kering). Vaksin dalam bentuk kemasan seperti ini harus
dilarutkan dengan pelarut tertentu dulu sebelum diberikan kepada seseorang.
Akan menimbulkan masalah apabila yang dipakai untuk melarutkan adalah
bahan pelarut yang tidak sesuai.
 Jenis vaksin vaksin dengan teknologi vaksin hidup yang dilemahkan yang telah
direkomendasikan oleh WHO untuk dipakai :
-Vaksin tuberculosis (BCG),
-Vaksin polio oral,
-Vaksin campak,
-Vaksin rotavirus,
-Vaksin demam kuning.
II. Inactived (killed antigen)
Vaksin yang diinaktivasi dibuat dari mikroorganisme (virus, bakteri dan lain-lain) yang telah
dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik.
Mikroorganisme yang sudah mati ini tidak dapat menyebabkan penyakit.

Respon Kekebalan:
Vaksin yang dibuat dari bakteri utuh yang sudah diinaktivasi kalau diberikan kepada
seseorang tidak selalu bisa merangsang timbulnya respon imunitas dan walaupun timbul
kekebalan mungkin tidak kebal seumur hidup.
Diperlukan beberapa dosis untuk untuk bisa menimbulkan respon kekebalan yang memadai.

III. Sub unit


Vaksin subunit, seperti vaksin inaktivasi sel utuh, tidak mengandung
komponen patogen hidup. Berbeda dengan vaksin inaktivasi yang berisi sel
utuh,vaksin subunit hanya mengandung sebagian dari komponen patogen.
Bagian dari patogen ini dapat merangsang pembentukan respon kekebalan.
Untuk mendapatkan vaksin subunit, maka bagian mana dari patogen yang
dapat berfungsi sebagai antigen untuk merangsang respon kekebalan harus
diteliti dengan tepat untuk mendapatkan respon kekebalan melalui cara
pemberian yang tepat pula.Sering kali respon kekebalan dapat diperoleh
tetapi tidak ada jaminan bahwa memori kekebalan terbentuk dengan cara
yang tepat dan benar.

Vaksin subunit yang berbasis protein,


Berisikan protein spesifik yang diisolasi dari patogen, dan tidak mengandung
partikel dari virus. Kelemahan dari teknik ini adalah apabila dilakukan
denaturasi, maka protein ini dapat berikatan dengan antibodi-antibodi lain
tidak spesifik dengan antibodi terhadap protein patogen.

Vaksin subunit berbasis protein yang sering kali digunakan adalah :


 Vaksin Pertusis
Vaksin pertusis aseluler (aP) mengandung toksin (protein) pertusis
yang sudah diinaktivasi, dan mungkin juga mengandung satu atau
lebih komponen bakteri pertusis. Toksin pertusis didetoksifikasi dengan
cara menggunakan bahan kimia tertentu atau dengan teknik genetik
molekuler.
 Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B terdiri dari antigen permukaan dari virus hepatitis B
(antigen permukaan virus hepatitis B / HBsAg) , yaitu protein yang
dibuat oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B generasi awal dibuat
dengan cara memurnikan plasma orang yang terinfeksi oleh virus
hepatitis B (pengidap/karier hepatitis B). Cara pembuatan vaksin
hepatitis B dengan plasma penderita, sekarang sudah diganti dengan
teknologi rekombinan. Teknologi rekombinan meningkatkan keamanan
vaksin karena terhindar dari kemungkinan kontaminasi plasma
manusia.

IV. Vaksin toksoid


Vaksin toksoid adalah suatu vaksin yang dibuat dari toksin (racun) yang sudah tidak
berbahaya lagi, namun masih dapat merangsang respon imun melawan toksin
tersebut. dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh bakteri tertentu (tetanus atau difteri).

V. Vaksin kombinasi
Vaksin ini berisi dua atau lebih antigen dalam satu kemasan vaksin (seperti, MMR,
DTP). melalui uji klinik yang ketat sebelum diizinkan beredar oleh NRA (BPOM)
untuk menjamin keamanan, kefektifitas dan kualitasnya. Vaksin kombinasi berisi dua
atau lebih antigen dalam satu kemasan vaksin. Pendekatan dari teknologi
mengkombinasikan vaksin telah dilakukan sejak lebih dari 50 tahun pada sejumlah
vaksin contohnya: MMR, DTwP. Vaksin kombinasi ini dapat menyederhanakan
pemberian dan memungkinkan introduksi vaksin baru tanpa menambah jumlah
kunjungan ke klinik dan jumlah suntikan.

Namun penting agar vaksin kombinasi ini diuji secara cermat sebelum diizinkan
beredar. Karena ajuvan yang ditambahkan dapat mengurangi aktifitas suatu antigen
dan menambah aktifitas antigen lainnya juga (seperti bufer, penstabil, dan bahan
pengawet)

Keuntungan jenis vaksin kombinasi ini adalah :


a. Mengurangi biaya penyimpanan, dan biaya pemberian vaksin apabila antigen
tersendiri.
b. Mengurangi biaya kunjungan ke klinik.
c. Memperbaiki waktu pemberian vaksin menjadi lebih singkat. (banyak orang
tua bayi/ anak dan petugas kesehatan enggan dengan penyuntikan lebih dari
satu kali kepada seorang anak dalam satu kali kunjungan. Hal ini berkaitan
dengan kebanyakan anak takut disuntik, sebagian juga karena takut akan
keamanan vaksin.
d. Memfasilitasi tambahan pada vaksin-vaksin baru ke dalam program inunisasi.

Anda mungkin juga menyukai