Patogenesis adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyait, sedangkan infeksi adalah
invas inang oleh mikrobra yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Patogenesis virus
merupakan suatu tahapan akhir terjadinya penyakit setelah infeksi virus. Patogenesis virus ini berakibat
timbulnya suatu penyakit klinis atau subklinis (tidak bergejala) yang merupakan hasil interaksi antara
beberapa faktor antara virus dan inang.
Infeksi berbeda dengan penyakit, dan kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada
patogenitasnya. Dengan begitu bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu :
1. Agen penyebab penyakit, bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (contoh : Salmonella sp.)
2. Patogen oportunistik, bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika mekanisme pertahanan
inang diperlemah (contoh : E. coli menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang
dikompromikan (diperlemah).
3. Nonpatogen, bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat menjadi
patogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi,
imunoterapi, dan mekanisme resistensi. (contoh : bakteri tanah Serratia marcescens yang semula
nonpatogen, berubah menjadi patogen yang menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan
bakteremia pada inang terkompromi).
Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus dengan kemampuan
organisme menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke
tubuh inang, mekanisme pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi
diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan kematian, sakit, atau lesi dalam waktu
yang ditentukan setelah introduksi.
Ada yang meyebabkan sel inang memproduksi toksin (racun) berupa selubung protein.
Terkadang timbul gejala-gejala sementara yang mengiringi terjadinya infeksi virus dapat
dilakukan dengan cara pemberian vaksin, sedangkan pengobatannya dengan cara pemberian
interferon dan kemoterapi antivirus.
Vaksin Virus
Vaksin virus merupakan formula yang terbuat dari bagian tubuh virus, virus mati, atau virus
hidup yang diinjeksikan ke dalam tubuh manusia guna memperoleh suatu sistem imun
(kekebalan) secara alamiah. Pada tahun 1789, Edward Jenner menemukan vaksin cacar. Vaksin
cacar disuntikan ke jaringan bawah kulit (subkutan). Pada tahun 1952, Jonas Salk menemukan
vaksin polio diberikan melalui mulut (oral). Vaksin virus dibedakan menjadi dua macam, yaitu
vaksin virus mati dan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Namun demikian, ada beberapa kelemahan penggunaan vaksin virus mati antara lain sebagai
berikut.
Diperlukan ketelitian yang tinggi pada saat pembuatan vaksin untuk memastikan bahwa
tidak ada virus yang virulen
Imunitas yang diperoleh hanya bersifat sementara sehingga perlu dilakukan injeksi
berulangkali
Penggunaan vaksin virus hidup memiliki kelebihan dan kelamahan. Kelebihan penggunaan
vaksin hidup antara lain tubuh memperoleh imunitas seperti imunitas yang terjadi alamiah,
karena virus akan bereproduksi terus sehingga memicu terbentuknya antibodi tubuh. Sementara
kelemahan penggunaan vaksin hidup antara lain sebagai berikut.
Terjadi virulensi balik yang lebih besar selama perkembangbiakan virus di dalam vaksin.
Walaupun hal ini tidak terbukti sebagai masalah, tetapi potensi tetap ada.
Penyimpanan dan keterbatasan hidup vaksin sebelum masa kadaluarsa. Akan tetapi,
masalah ini dengan stabilisator virus, misalnya penambahan MgCl2 untuk vaksin polio.
Interferon
Interferon adalah protein yang dihasilkan oleh hewa atau sel biakan sebagai respons terhadap
infeksi virus atau peginduksi lain dan berfungsi menghambat reflikasi virus dalam satu sel.
Interferon mampu mengatur imunitas humoral dan seluler, serta pertumbuhan sel sehingga dapat
digunakan untuk pertahanan pertama terhadap infeksi virus. Interferon juga merupakan suatu
kelompok hormon sitokin yang berperan dalam pengaturan pertumbuhan dan disferensi sel.
Kemoterapi Antivirus
Saat ini, telah ditemukan beberapa senyawa ativirus yang dapat digunakan untuk pengobatan
penyakit yang disebabkan oleh virus. Namun, penggunaanya hanya dalam keadaan tertentu
karena dapat bersifat toksik (racun) bagi sel tubuh. Senyawa antivirus yang ideal bagi sel tubuh
masih terus dikembangkan. Senyawa antivirus yang biasanya digunakan merupakan analog
ukleosida, antara lain zidovudin, zalzibatin, aksiklovir, gansiklovir, vidarabin, idoksuridin,
trifluridin, bromovinideoksiuridin, sitabarin, dan ribaririn. Senyawa lain yang juga terbukti
mempunyai aktivitas antivirus, antara lain amantadin, asam fosfonoasetat, enviroksin, metisazon,
dan arildon.