AKTIF &
PASIF: Sistem Pertahanan Tubuh
Disusun Oleh: Kelompok 3 XI-6
Anggota Kelompok:
1. Beryl Zya Putri / 06
2. Inas Rosyida A. R. / 18
3. Karina Auralia / 20
4. Malfa Syakira N. / 24
5. Putra Andhika A. / 30
6. Roichanan Zahroh A. / 33
Daftar Isi:
01 02
Imunisasi Aktif Imunisasi Aktif
Alami Buatan
03 04
Imunisasi Pasif Imunisasi Pasif
Alami Buatan
01
Imunisasi Aktif
Alami
Pengertian
Virus Gondong
Virus Cacar
Cacar adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Varicella zoster.
Penyakit ini ditandai dengan gejala
berupa ruam kemerahan berisi cairan
yang terasa sangat gatal di seluruh
tubuh. Cacar sangat menular terhadap
orang-orang yang belum pernah
menderita cacar atau belum
divaksinasi cacar.
Mekanisme Virus Cacar
Menurut ahli dari Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, bila
seseorang sudah pernah mengalami gondongan akibat virus, maka ia sudah punya memori imunitas,
jadi mungkin tak terkena lagi. Tapi, ia masih bisa terkena gondongan akibat bakteri
Seseorang yang sudah pernah terkena gondongan akibat virus, maka itu bisa menjadi vaksin alamiah
baginya. Dengan kata lain, tubuhnya telah memiliki memori imunitas atau antibodi untuk melawan
virus. Tapi, antibodi ini enggak bisa melawan serangan bakteri, sehingga masih mungkin terkena
gondongan akibat bakteri.
Salah satu bakteri yang bisa menyebabkannya adalah Staphylococcus. Gejala yang muncul karena
bakteri ini bisa berupa demam naik secara perlahan, muncul kemerahan di daerah bengkak, dan timbul
rasa sakit yang hebat.
Virus Campak
Memori imunologis adalah bagian dari sistem kekebalan adaptif yang memberikan
perlindungan kepada inangnya dengan melakukan respon yang lebih cepat dan lebih efektif
terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh antigen dari jenis yang sebelumnya pernah melakukan
infeksi akut.
Kemampuan untuk mengingat mekanisme perlawanan terhadap infeksi akut tersebut bersifat
spesifik, satu sel akan mengingat satu jenis antigen. Dan kemampuan ini akan bertahan sangat
lama.
Ketika limfosit terstimulasi pertama kali oleh antigen tertentu, sebagian mengalami proliferasi
dan diferensiasi menjadi sel efektor, sedangkan yang lain berubah menjadi sel memori. Pada
konteks sel T, sel memori dapat terbentuk dari diferensiasi sel efektor.
02
Imunisasi Aktif
Buatan
Pengertian
Vaksin Hepatitis
Vaksin Varicella Vaksin Rabies
A& B
Pada anak berusia di bawah 13 tahun, vaksin cukup diberikan satu kali saja. Pembentukan antibodi
terhadap virus cacar cukup untuk melindungi tubuh dari infeksi virus cacar berikutnya.
Akan tetapi pada usia di atas 13 tahun yang seharusnya anak mendapat vaksinasi cacar (biasanya diberikan
karena tahan tubuh yang lemah akibat suatu penyakit), dibutuhkan dua kali vaksinasi untuk
memaksimalkan pembentukan antibodi tubuh terhadap virus cacar.
Antibodi ini bertahan selama kurang lebih 10 tahun. Setelah itu, antibodi terhadap virus cacar akan
menurun, sehingga perlu dilakukan vaksinasi ulang cacar untuk mencegah terjangkit penyakit ini.
Vaksin Rabies
Untuk melindungi tubuh dari efek infeksi, tubuh tidak dapat mengandalkan semata-mata kepada
tersedianya efektor antibodi spesifik dalam tubuh, karena antibodi akan mengalami proses katabolisme
seperti halnya protein lainnya. Untuk melindungi tubuh dari infeksi, sel-sel memori akan merespons untuk
menyediakan efektornya. Vaksinasi yang berhasil akan memberikan perlindungan kepada tubuh terhadap
serangan infeksi. Hal tersebut bergantung pada beberapa hal, misalnya spesifisitas vaksin, cara pemberian
vaksin, potensi vaksin dalam membangkitkan respons imun, dan jenis vaksin. Jangka waktu perlindungan
yang diberikan oleh imunitas setelah vaksinasi bergantung pada beberapa hal, misalnya mikroba yang
masih hidup biasanya dapat memberikan perlindungan yang lama.
Vaksin Hepatitis A & B
Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) yang sudah
dinonaktifkan. Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh agar
menghasilkan antibodi untuk melawan virus. Vaksin hepatitis dapat diberikan sebagai formulasi
tunggal antigen dan juga dalam kombinasi tetap dengan vaksin lainnya. Vaksinasi hepatitis B
universal yang dicantumkan ke dalam program imunisasi wajib nasional di beberapa negara
menunjukkan bahwa pemberian vaksin virus hepatitis B dapat secara efektif menurunkan
prevalensi hepatitis B di negara-negara tersebut pada 1-2 dekade pascavaksinasi.
Vaksin DPT
Pemberian vaksin DPT dilakukan dengan disuntikkan ke bagian otot (intramuscular/IM). Pemberian vaksin DPT harus
dalam keadaan yang vit, bila mengalami demam tinggi, pemberian vaksin dapat ditunda hingga kondisi membaik.
Pada bayi yang berusia 6 minggu hingga 1 tahun, penyuntikan vaksin akan dilakukan ke otot paha, sedangkan pada anak
yang berusia lebih dari 1 tahun, vaksin akan disuntikkan ke otot lengan atas. Anak harus mendapatkan seluruh dosis vaksin
yang sudah ditentukan. Jika anak Anda melewatkan salah satu dosis, segera ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk
menerima dosis yang terlewat.
Vaksin DPT merupakan produk yang menghasilkan sistem imun terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus,
dalam vaksin ini terdapat kandungan diptheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens yang sengaja disuntikkan
dalam tubuh untuk merangsang sistem imunitas dalam membuat zat kekebalan tubuh (antibodi). Kemudian, setelah
vaksin ini disuntikkan dalam tubuh, antibodi akan melawan antigen dari patogen yang masuk, sehingga apabila
antigen penyakit tersebut menyerang kembali, maka tubuh dapat bertahan dan mampu mengalahkannya, terbukti
akan muncul reaksi imunitas yang kuat dari tubuh
Vaksin MMR
Vaksin MMR diberikan sebanyak 2 kali. Dosis pertama saat anak berusia 12–18 bulan dan dosis kedua saat anak berusia 5
tahun. Vaksin ini biasanya diberikan dengan cara disuntikkan ke bagian otot lengan atas atau paha. Vaksin MMR umumnya
hanya menimbulkan efek samping ringan, tidak berlangsung lama, dan bisa ditangani secara mandiri di rumah. Efek samping
yang sering muncul berupa kemerahan di bagian tubuh yang disuntik atau demam. Pada kasus yang sangat jarang terjadi, vaksin
MMR dapat menimbulkan reaksi alergi pada sebagian anak yang sensitif terhadap bahan-bahan di dalamnya. Reaksi tersebut
dapat berupa ruam kemerahan di kulit, muntah, atau sesak napas.
Vaksin MMR bekerja pada tubuh saat disuntikkan dalam bentuk fragmen kecil yang dilemahkan dan tidak berbahaya dari
organisme, termasuk bagian-bagian antigennya. Fragmen ini ada dalam jumlah atau dosis yang sudah ditentukan dan cukup
dalam mempengaruhi tubuh kita, dengan ini maka tubuh kita dapat mengenali fragmen baru yang masuk, dan mulai
membangun antibodi yang sesuai untuk organisme tersebut. Dengan begitu, bila tubuh bertemu kembali dengan organisme
organisme tersebut, maka tubuh sudah dapat beradaptasi karena sudah mengenalnya sehingga mampu mengalahkan dan
mematikan secara otomatis organisme tersebut. Sehingga dari vaksin MMR ini, kita berupaya untuk menghindarkan tubuh
dari serangan penyakit campak (Measles), gondongan (Mumps), dan Rubella.
03
Imunisasi Pasif
Alami
Pengertian
Plasenta ibu mengaktifkan sel natural killer yang menjadi sistem imun bawaan. Sel-sel ini berfungsi sangat efektif
dalam melindungi bayi di hari-hari pertama mereka lahir ke dunia. Ketika kehamilan usia tua dan mendekati hari
kelahiran, maka sistem kekebalan tubuh ibu akan ditransfer ke janin melalui pembuluh darah dan plasenta.
Komponen sistem kekebalan tubuh yang diberikan ibu pada janin yaitu Immunoglobulin G (IgG). Imunoglobulin
adalah jenis antibodi yang dibentuk oleh tubuh untuk melawan racun, bakteri, virus, dan zat asing lainnya.
Sedangkan di antara berbagai macam immunoglobulin, hanya IgG lah yang dapat melintasi plasenta dan
merupakan antibodi yang paling kecil yang dibentuk tubuh tetapi jumlahnya paling banyak. Setidaknya terdapat 75
hingga 80 persen IgG dari total antibodi yang dibentuk. IgG dianggap sangat penting untuk menjaga janin di dalam
kandungan agar tidak terkena infeksi dan berbagai komplikasi yang dapat membahayakan kesehatannya. Kondisi
ini disebut dengan imunitas pasif, karena antibodi dihasilkan berasal ibu kemudian diberikan kepada sang bayi.
Air ASI
Mekanisme pertahanan spesifik oleh ASI diperantarai oleh limfosit T dan antibodi :
1. Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.
Coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya.
2. Sedangkan Imunoglobulin dihasilkan oleh Sel limfosit B. Sel limfosit B memproduksi sekretori IgA (sIgA) yang berfungsi
melindungi IgA dari enzim penghancur protein (tripsin, pepsin) di saluran cerna bayi dan keasaman lambung. Dua molekul
imunoglobulin A bergabung komponen sekretori membentuk IgA sekretori (sIgA). IgA sekretori di dalam ASI dilaporkan
memiliki aktivitas antibodi terhadap virus, bakteri, dan enterotoksin yang dikeluarkan oleh Vibrio cholerae, E. coli, serta Giardia
lamblia. Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi angka infeksi saluran cerna dan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya
Imunoglobulin M (IgM) akan ditransfer pada awal kehidupan bayi sebagai perlindungan terhadap E.coli dan polio. Imunoglobulin
G IgG) dimiliki oleh bayi dari transfer melalui plasenta. Imunoglobulin D hanya sedikit sekali ditemukan dalam ASI, sedangkan
IgE tidak ada. Kadar sIgA, IgG, dan IgM, tidak dipengarui oleh usia ibu, jumlah anak yang pernah dilahirkan, dan usia kehamilan.
Imunoglobulin di dalam ASI tidak diserap oleh bayi. Tetapi berperan dalam memperkuat sistem imun lokal terutama pada saluran
cerna. Limfosit B pada saluran cerna ibu diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya, selanjutnya limfosit aktif ini bermigrasi ke
kelenjar payudara menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.
04
Imunisasi Pasif
Buatan
Pengertian
Sesuai dengan namanya, terapi ini hanya membutuhkan plasma darah saja. Sedangkan komponen darah lainnya akan dikembalikan ke
tubuh pendonor. Oleh sebab itu, terapi konvalesen menggunakan alat bernama aferesis. Mesin ini yang akan menyaring komponen darah
yang diperlukan. Jumlah plasma konvalesen juga bisa diatur, umumnya berkisar antara 400-600 ml. Cara kerja terapi plasma konvalesen
adalah menggunakan plasma darah dari pasien COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh. Pasien yang telah dinyatakan sembuh telah
membentuk antibodi terhadap COVID-19, dan antibodi inilah yang kemudian didonorkan kepada pasien yang tengah menjalani
perawatan. Plasma dari pasien yang telah dinyatakan sembuh ini dapat mengeliminasi atau imobilisasi virus sehingga lingkaran infeksi
terputus. Bagi sang pasien yang tengah menjalani perawatan, plasma ini diharapkan mampu menghindari tubuh dari serangan virus serta
memperbaiki jaringan yang telah rusak. Sebelum mendonorkan plasma darah, pendonor akan di-screening terlebih dahulu. Screening
dilakukan untuk memastikan bahwa antibodi pendonor dalam keadaan baik. Selain itu juga akan dilakukan uji lab. Fungsinya untuk
memastikan bahwa plasma bebas dari penyakit menular, seperti HIV, hepatitis B, C, dan sifilis.
Terapi IVIG
IVIG hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Pada
umumnya, IVIG diberikan melalui infus (intravena, IV). Dosis dan durasi penggunaan IVIG
akan disesuaikan dengan kondisi dan respons tubuh pasien. Jadwal pemberian IVIG akan
diberikan oleh dokter. Ikuti jadwal yang yang diberikan oleh dokter.
Selama menjalani pengobatan dengan IVIG, pasien harus mencukupkan kebutuhan cairan,
untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping. Selain itu, pengeluaran urine dan kadar
kreatinin juga akan diperiksa secara rutin.
IVIG perlu disimpan di lemari es bersuhu 2–8°C, tidak boleh dibekukan dan perlu dibiarkan
dalam suhu ruangan sebelum digunakan. Jauhkan IVIG dari jangkauan anak-anak.
Serum Anti Bisa Ular
unsur-unsurnya, lalu mengembalikan darah ke tubuh. Trombosit, sel darah merah, sel darah putih, atau plasma dapat
dipisahkan. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang menghilangkan sejumlah kecil darah sekaligus. Ada
● Sentrifugasi . Proses ini memutar darah, yang membaginya sesuai dengan kepadatan bagian-bagiannya.
● Filtrasi . Ini melibatkan pengaliran darah melalui filter untuk memisahkan plasma.
Selama pertukaran plasma, mesin akan membuang plasma tidak sehat dan menggantinya dengan plasma sehat dari donor.
Plasma yang tidak sehat juga dapat diganti dengan saline, albumin, atau kombinasi keduanya.
Serum Anti Rabies (SAR)
Tujuan pemberian serum anti rabies adalah untuk memberikan kekebalan pasif dalam 7 hari
pertama dimana pada masa itu belum terbentuk imunitas terhadap virus rabies. Dibutuhkan waktu
sekitar 7-10 hari bagi tubuh untuk membentuk cukup antibodi setelah pemberian vaksin anti
rabies. Sehingga pada saat kontak terjadi, pasien harus diberikan serum anti rabies sebagai
imunisasi pasif. Serum anti rabies paling efektif bila diberikan dalam 24 jam pertama setelah
pajanan. Cara pemberian serum anti rabies adalah infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin,
sisanya disuntikkan secara intra muscular di regio gluteal.
SEKIAN
TERIMAKASIH
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.