Anda di halaman 1dari 47

IMUNISASI

AKTIF &
PASIF: Sistem Pertahanan Tubuh
Disusun Oleh: Kelompok 3 XI-6
Anggota Kelompok:
1. Beryl Zya Putri / 06
2. Inas Rosyida A. R. / 18
3. Karina Auralia / 20
4. Malfa Syakira N. / 24
5. Putra Andhika A. / 30
6. Roichanan Zahroh A. / 33
Daftar Isi:
01 02
Imunisasi Aktif Imunisasi Aktif
Alami Buatan

03 04
Imunisasi Pasif Imunisasi Pasif
Alami Buatan
01
Imunisasi Aktif
Alami
Pengertian

Imunisasi aktif alami merupakan


kekebalan yang timbul setelah
seseorang terkena dan telah sembuh
dari penyakit tertentu.
Contoh Imunisasi Aktif Alami:

Virus Cacar Air Virus Campak

Virus Gondong
Virus Cacar
Cacar adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Varicella zoster.
Penyakit ini ditandai dengan gejala
berupa ruam kemerahan berisi cairan
yang terasa sangat gatal di seluruh
tubuh. Cacar sangat menular terhadap
orang-orang yang belum pernah
menderita cacar atau belum
divaksinasi cacar.
Mekanisme Virus Cacar

Ketika terinfeksi oleh varicella-zoster virus, tubuh akan memproduksi


immunoglobulin G (IgG), immunoglobulin M (IgM), dan immunoglobulin A
(IgA). Antibodi IgG yang akan memberikan imunitas dan dapat bertahan seumur
hidup. Sehingga penderita cacar air tidak akan terserang oleh penyakit yang
sama lagi seumur hidupnya. Karena sistem kekebalan tubuhnya telah mengenali
antigen yang menyebabkan cacar air sehingga dapat membentuk antibodi
dengan cepat Ketika virus tersebut menyerang lagi.
Virus Gondongan

Gondongan adalah peradangan kelenjar ludah di bagian


samping wajah (parotis) akibat infeksi virus. Kondisi ini
ditandai dengan pembengkakan pada sisi wajah di bawah
telinga. Gondongan dapat menular dan umumnya diderita
oleh anak-anak berusia 5–9 tahun.
Kelenjar parotis, yang terletak di bawah telinga, berfungsi
untuk memproduksi air liur. Gondongan terjadi ketika
kelenjar parotis mengalami peradangan akibat infeksi virus
dari golongan paramyxovirus. Virus tersebut dapat dengan
mudah menyebar ke orang lain melalui percikan ludah atau
air liur yang keluar mulut atau hidung.
Mekanisme Virus Gondongan

Menurut ahli dari Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, bila
seseorang sudah pernah mengalami gondongan akibat virus, maka ia sudah punya memori imunitas,
jadi mungkin tak terkena lagi. Tapi, ia masih bisa terkena gondongan akibat bakteri

Seseorang yang sudah pernah terkena gondongan akibat virus, maka itu bisa menjadi vaksin alamiah
baginya. Dengan kata lain, tubuhnya telah memiliki memori imunitas atau antibodi untuk melawan
virus. Tapi, antibodi ini enggak bisa melawan serangan bakteri, sehingga masih mungkin terkena
gondongan akibat bakteri.

Salah satu bakteri yang bisa menyebabkannya adalah Staphylococcus. Gejala yang muncul karena
bakteri ini bisa berupa demam naik secara perlahan, muncul kemerahan di daerah bengkak, dan timbul
rasa sakit yang hebat.
Virus Campak

Campak adalah penyakit akibat infeksi


virus yang ditandai dengan ruam
kemerahan di seluruh tubuh. Campak
merupakan penyakit menular dan
dapat menyebabkan komplikasi serius,
terutama pada bayi dan anak-anak.
Mekanisme Virus Campak

Beberapa pengamatan menunjukkan bahwa sel limfosit T berperan besar dalam


melawan infeksi virus campak. Sel limfosit T membantu sel limfosit B untuk
menghasilkan antibodi (Ig-M, Ig-G, dan Ig-A) dan dapat bertindak secara bebas
dalam melawan virus. Antibodi Ig-G yang akan memberikan imunitas dan dapat
bertahan seumur hidup. Sehingga penderita campak tidak akan terserang oleh
penyakit yang sama lagi seumur hidupnya. Karena sistem kekebalan tubuhnya
telah mengenali antigen yang menyebabkan campak, sehingga dapat membentuk
antibodi dengan cepat Ketika virus tersebut menyerang lagi.
Memori Imunologis

Memori imunologis adalah bagian dari sistem kekebalan adaptif yang memberikan
perlindungan kepada inangnya dengan melakukan respon yang lebih cepat dan lebih efektif
terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh antigen dari jenis yang sebelumnya pernah melakukan
infeksi akut.
Kemampuan untuk mengingat mekanisme perlawanan terhadap infeksi akut tersebut bersifat
spesifik, satu sel akan mengingat satu jenis antigen. Dan kemampuan ini akan bertahan sangat
lama.
Ketika limfosit terstimulasi pertama kali oleh antigen tertentu, sebagian mengalami proliferasi
dan diferensiasi menjadi sel efektor, sedangkan yang lain berubah menjadi sel memori. Pada
konteks sel T, sel memori dapat terbentuk dari diferensiasi sel efektor.
02
Imunisasi Aktif
Buatan
Pengertian

Imunisasi aktif buatan timbul karena adanya


rangsangan dari patogen yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui vaksin yang kemudian
mengaktifkan sistem imun. Vaksin sendiri
merupakan patogen yang sudah dilemahkan
atau toksin yang sudah diubah sebelumnya.
Contoh Imunisasi Aktif Buatan:

Vaksin Hepatitis
Vaksin Varicella Vaksin Rabies
A& B

Vaksin DPT Vaksin MMR


Vaksin Varicella

Vaksin varicella adalah jenis vaksin


yang berfungsi untuk mencegah
penyakit cacar air yang disebabkan
oleh virus varicella zoster. Vaksin ini
berisi virus hidup yang telah
dilemahkan. Virus tersebut lah yang
akan melatih sistem imun untuk
membentuk antibodi, sehingga ketika
tubuh suatu saat terpapar virus cacar
air, antibodi kita sudah siap untuk
melawan virus dan tidak ikut tertular.
Mekanisme Vaksin Varicella
Vaksin varicella diberikan melalui suntikan pada lengan atas. Vaksin cacar air mengandung virus hidup
yang dilemahkan. Satu dosis berisi 0,5 ml vaksin yang akan disuntikkan secara subkutan, yakni di bawah
kulit. Sama seperti pemberian vaksin lainnya, tubuh akan mengenali vaksin sebagai antigen yang harus ia
lawan, sehingga terbentuklah antibodi terhadap virus cacar air.

Pada anak berusia di bawah 13 tahun, vaksin cukup diberikan satu kali saja. Pembentukan antibodi
terhadap virus cacar cukup untuk melindungi tubuh dari infeksi virus cacar berikutnya.

Akan tetapi pada usia di atas 13 tahun yang seharusnya anak mendapat vaksinasi cacar (biasanya diberikan
karena tahan tubuh yang lemah akibat suatu penyakit), dibutuhkan dua kali vaksinasi untuk
memaksimalkan pembentukan antibodi tubuh terhadap virus cacar.

Antibodi ini bertahan selama kurang lebih 10 tahun. Setelah itu, antibodi terhadap virus cacar akan
menurun, sehingga perlu dilakukan vaksinasi ulang cacar untuk mencegah terjangkit penyakit ini.
Vaksin Rabies

VAR merupakan obat anti rabies yang


bekerja dengan cara merangsang sistem
daya tahan tubuh untuk membentuk
imunitas terhadap virus rabies. vaksin
rabies adalah vaksin yang dipergunakan
untuk melawan penyakit zoonosis (berasal
dari hewan) yang disebabkan oleh infeksi
lyssavirus. Infeksi virus ini menyerang
sistem saraf manusia yang kemudian
berpindah ke otak.
Mekanisme Vaksin Rabies
Vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang efektif sehingga terbentuk efektor imunitas dan
sel-sel memori. Efektor yang terbentuk dapat berupa humoral (antibodi) atau selular. Vaksinasi ini
merupakan imunisasi aktif, karena tubuh dipicu agar melangsungkan proses respons imun yang
menghasilkan terbentuknya efektor imunitas. Makin sering dilakukan vaksinasi makin banyak jumlah sel
memori yang terbentuk.

Untuk melindungi tubuh dari efek infeksi, tubuh tidak dapat mengandalkan semata-mata kepada
tersedianya efektor antibodi spesifik dalam tubuh, karena antibodi akan mengalami proses katabolisme
seperti halnya protein lainnya. Untuk melindungi tubuh dari infeksi, sel-sel memori akan merespons untuk
menyediakan efektornya. Vaksinasi yang berhasil akan memberikan perlindungan kepada tubuh terhadap
serangan infeksi. Hal tersebut bergantung pada beberapa hal, misalnya spesifisitas vaksin, cara pemberian
vaksin, potensi vaksin dalam membangkitkan respons imun, dan jenis vaksin. Jangka waktu perlindungan
yang diberikan oleh imunitas setelah vaksinasi bergantung pada beberapa hal, misalnya mikroba yang
masih hidup biasanya dapat memberikan perlindungan yang lama.
Vaksin Hepatitis A & B

Vaksin hepatitis adalah salah satu cara mencegah


penularan penyakit hepatitis. Hepatitis virus
adalah penyakit menular yang dapat
menyebabkan kerusakan hati. Penyakit ini
menjadi salah satu penyebab utama dari penyakit
liver yang serius, seperti sirosis, kanker hati, dan
gagal hati. Penularan hepatitis dapat terjadi dari
orang ke orang. Itu sebabnya, program vaksinasi
hepatitis dimanfaatkan untuk mencegah
penularan virus sekaligus menghentikan
penyebaran hepatitis.
Mekanisme Vaksin Hepatitis A & B
Pemberian vaksin hepatitis A dapat mengurangi risiko seseorang terinfeksi virus hepatitis A. Cara
kerjanya adalah dengan membuat sistem kekebalan tubuh mengenali virus ini, sehingga ketika
virus menyerang, tubuh dapat langsung melawannya. Pemberian vaksin hepatitis A akan
merangsang sistem imunitas tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap virus hepatitis A. Vaksin
ini berisi virus hepatitis A yang sudah dinonaktifkan, dan pemberiannya dilakukan dengan cara
disuntikkan ke dalam otot lengan atas.

Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) yang sudah
dinonaktifkan. Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh agar
menghasilkan antibodi untuk melawan virus. Vaksin hepatitis dapat diberikan sebagai formulasi
tunggal antigen dan juga dalam kombinasi tetap dengan vaksin lainnya. Vaksinasi hepatitis B
universal yang dicantumkan ke dalam program imunisasi wajib nasional di beberapa negara
menunjukkan bahwa pemberian vaksin virus hepatitis B dapat secara efektif menurunkan
prevalensi hepatitis B di negara-negara tersebut pada 1-2 dekade pascavaksinasi.
Vaksin DPT

Vaksin DPT adalah vaksin / bentuk obat yang


digunakan dengan disuntik, dimana
didalamnya terdapat kandungan kombinasi
dari diptheria toxoid, pertussis antigens, dan
tetanus toxoid, yang akan memicu sistem
kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi
dalam memerangi infeksi dari penyakit difteri,
pertusis (batuk rejan), dan tetanus bila
sewaktu-waktu menyerang. Vaksin ini
termasuk salah satu vaksinasi yang wajib
diberikan kepada anak-anak.
Mekanisme Vaksin DPT

Pemberian vaksin DPT dilakukan dengan disuntikkan ke bagian otot (intramuscular/IM). Pemberian vaksin DPT harus
dalam keadaan yang vit, bila mengalami demam tinggi, pemberian vaksin dapat ditunda hingga kondisi membaik.

Pada bayi yang berusia 6 minggu hingga 1 tahun, penyuntikan vaksin akan dilakukan ke otot paha, sedangkan pada anak
yang berusia lebih dari 1 tahun, vaksin akan disuntikkan ke otot lengan atas. Anak harus mendapatkan seluruh dosis vaksin
yang sudah ditentukan. Jika anak Anda melewatkan salah satu dosis, segera ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk
menerima dosis yang terlewat.

Vaksin DPT merupakan produk yang menghasilkan sistem imun terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus,
dalam vaksin ini terdapat kandungan diptheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens yang sengaja disuntikkan
dalam tubuh untuk merangsang sistem imunitas dalam membuat zat kekebalan tubuh (antibodi). Kemudian, setelah
vaksin ini disuntikkan dalam tubuh, antibodi akan melawan antigen dari patogen yang masuk, sehingga apabila
antigen penyakit tersebut menyerang kembali, maka tubuh dapat bertahan dan mampu mengalahkannya, terbukti
akan muncul reaksi imunitas yang kuat dari tubuh
Vaksin MMR

Vaksin MMR adalah vaksin yang digunakan


untuk melindungi tubuh dari tiga jenis penyakit,
yaitu campak (Measles), gondongan (Mumps),
dan Rubella. Vaksin MMR mengandung
kombinasi ketiga virus yang telah dilemahkan
sehingga akan memicu sistem kekebalan tubuh
untuk menghasilkan antibodi guna melawan
ketiga penyakit tersebut. Pemberian vaksin MMR
dianjurkan untuk semua golongan usia, terutama
anak-anak dan dewasa yang belum mendapatkan
vaksin ini
Mekanisme Vaksin MMR

Vaksin MMR diberikan sebanyak 2 kali. Dosis pertama saat anak berusia 12–18 bulan dan dosis kedua saat anak berusia 5
tahun. Vaksin ini biasanya diberikan dengan cara disuntikkan ke bagian otot lengan atas atau paha. Vaksin MMR umumnya
hanya menimbulkan efek samping ringan, tidak berlangsung lama, dan bisa ditangani secara mandiri di rumah. Efek samping
yang sering muncul berupa kemerahan di bagian tubuh yang disuntik atau demam. Pada kasus yang sangat jarang terjadi, vaksin
MMR dapat menimbulkan reaksi alergi pada sebagian anak yang sensitif terhadap bahan-bahan di dalamnya. Reaksi tersebut
dapat berupa ruam kemerahan di kulit, muntah, atau sesak napas.

Vaksin MMR bekerja pada tubuh saat disuntikkan dalam bentuk fragmen kecil yang dilemahkan dan tidak berbahaya dari
organisme, termasuk bagian-bagian antigennya. Fragmen ini ada dalam jumlah atau dosis yang sudah ditentukan dan cukup
dalam mempengaruhi tubuh kita, dengan ini maka tubuh kita dapat mengenali fragmen baru yang masuk, dan mulai
membangun antibodi yang sesuai untuk organisme tersebut. Dengan begitu, bila tubuh bertemu kembali dengan organisme
organisme tersebut, maka tubuh sudah dapat beradaptasi karena sudah mengenalnya sehingga mampu mengalahkan dan
mematikan secara otomatis organisme tersebut. Sehingga dari vaksin MMR ini, kita berupaya untuk menghindarkan tubuh
dari serangan penyakit campak (Measles), gondongan (Mumps), dan Rubella.
03
Imunisasi Pasif
Alami
Pengertian

Imunisasi pasif alami merupakan


kekebalan yang diperoleh dari luar yang
kemudian dimasukkan ke dalam tubuh.
Contoh Imunisasi Pasif Alami:

Plasenta Bayi Air ASI


Plasenta Bayi

Plasenta atau ari ari bayi adalah organ yang


berkembang di area rahim selama masa kehamilan.
Manfaat utama dari plasenta adalah memberikan
oksigen serta nutrisi sehingga janin pun
berkembang di dalam kandungan. Melalui plasenta,
bayi juga dapat membuang zat yang tidak ia
perlukan, seperti karbon dioksida. Kemudian,
diteruskan ke aliran darah ibu untuk dibuang oleh
sistem dalam tubuh.
Mekanisme Plasenta Bayi

Plasenta ibu mengaktifkan sel natural killer yang menjadi sistem imun bawaan. Sel-sel ini berfungsi sangat efektif
dalam melindungi bayi di hari-hari pertama mereka lahir ke dunia. Ketika kehamilan usia tua dan mendekati hari
kelahiran, maka sistem kekebalan tubuh ibu akan ditransfer ke janin melalui pembuluh darah dan plasenta.
Komponen sistem kekebalan tubuh yang diberikan ibu pada janin yaitu Immunoglobulin G (IgG). Imunoglobulin
adalah jenis antibodi yang dibentuk oleh tubuh untuk melawan racun, bakteri, virus, dan zat asing lainnya.
Sedangkan di antara berbagai macam immunoglobulin, hanya IgG lah yang dapat melintasi plasenta dan
merupakan antibodi yang paling kecil yang dibentuk tubuh tetapi jumlahnya paling banyak. Setidaknya terdapat 75
hingga 80 persen IgG dari total antibodi yang dibentuk. IgG dianggap sangat penting untuk menjaga janin di dalam
kandungan agar tidak terkena infeksi dan berbagai komplikasi yang dapat membahayakan kesehatannya. Kondisi
ini disebut dengan imunitas pasif, karena antibodi dihasilkan berasal ibu kemudian diberikan kepada sang bayi.
Air ASI

Air susu ibu (ASI) adalah air susu yang diproduksi


oleh manusia untuk dikonsumsi oleh bayi dan
merupakan sumber gizi utama untuk bayi yang
belum dapat mencerna makanan padat. Air susu ibu
diproduksi karena adanya pengaruh hormon
prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi.
Mekanisme Air ASI

Mekanisme pertahanan spesifik oleh ASI diperantarai oleh limfosit T dan antibodi :
1. Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.
Coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya.
2. Sedangkan Imunoglobulin dihasilkan oleh Sel limfosit B. Sel limfosit B memproduksi sekretori IgA (sIgA) yang berfungsi
melindungi IgA dari enzim penghancur protein (tripsin, pepsin) di saluran cerna bayi dan keasaman lambung. Dua molekul
imunoglobulin A bergabung komponen sekretori membentuk IgA sekretori (sIgA). IgA sekretori di dalam ASI dilaporkan
memiliki aktivitas antibodi terhadap virus, bakteri, dan enterotoksin yang dikeluarkan oleh Vibrio cholerae, E. coli, serta Giardia
lamblia. Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi angka infeksi saluran cerna dan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya
Imunoglobulin M (IgM) akan ditransfer pada awal kehidupan bayi sebagai perlindungan terhadap E.coli dan polio. Imunoglobulin
G IgG) dimiliki oleh bayi dari transfer melalui plasenta. Imunoglobulin D hanya sedikit sekali ditemukan dalam ASI, sedangkan
IgE tidak ada. Kadar sIgA, IgG, dan IgM, tidak dipengarui oleh usia ibu, jumlah anak yang pernah dilahirkan, dan usia kehamilan.
Imunoglobulin di dalam ASI tidak diserap oleh bayi. Tetapi berperan dalam memperkuat sistem imun lokal terutama pada saluran
cerna. Limfosit B pada saluran cerna ibu diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya, selanjutnya limfosit aktif ini bermigrasi ke
kelenjar payudara menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.
04
Imunisasi Pasif
Buatan
Pengertian

Imunisasi pasif buatan adalah imunitas pasif


yang terjadi melalui injeksi antibodi dalam
serum. Imunitas pasif dihasilkan oleh orang
atau hewan yang kebal karena pernah terpapar
antigen tertentu.
Contoh Imunisasi Pasif Buatan:

Terapi Plasma Serum Antibisa


Terapi IVIG
Konvalesen Ular

Plasmaferesis Serum Rabies


Terapi Plasma Konvalesen

Terapi plasma konvalesen merupakan salah satu


metode pengobatan yang kini digunakan untuk
menangani pasien COVID-19, khususnya dengan
gejala berat. Pengobatan ini diketahui dapat
meningkatkan peluang kesembuhan pasien COVID-
19.

Terapi plasma konvalesen adalah pemberian plasma


darah donor atau sumbangan dari pasien yang telah
sembuh dari COVID-19 (penyintas COVID-19)
kepada pasien COVID-19.
Mekanisme Terapi Plasma Konvalesen

Sesuai dengan namanya, terapi ini hanya membutuhkan plasma darah saja. Sedangkan komponen darah lainnya akan dikembalikan ke
tubuh pendonor. Oleh sebab itu, terapi konvalesen menggunakan alat bernama aferesis. Mesin ini yang akan menyaring komponen darah
yang diperlukan. Jumlah plasma konvalesen juga bisa diatur, umumnya berkisar antara 400-600 ml. Cara kerja terapi plasma konvalesen
adalah menggunakan plasma darah dari pasien COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh. Pasien yang telah dinyatakan sembuh telah
membentuk antibodi terhadap COVID-19, dan antibodi inilah yang kemudian didonorkan kepada pasien yang tengah menjalani
perawatan. Plasma dari pasien yang telah dinyatakan sembuh ini dapat mengeliminasi atau imobilisasi virus sehingga lingkaran infeksi
terputus. Bagi sang pasien yang tengah menjalani perawatan, plasma ini diharapkan mampu menghindari tubuh dari serangan virus serta
memperbaiki jaringan yang telah rusak. Sebelum mendonorkan plasma darah, pendonor akan di-screening terlebih dahulu. Screening
dilakukan untuk memastikan bahwa antibodi pendonor dalam keadaan baik. Selain itu juga akan dilakukan uji lab. Fungsinya untuk
memastikan bahwa plasma bebas dari penyakit menular, seperti HIV, hepatitis B, C, dan sifilis.
Terapi IVIG

IVIG (intravenous immunoglobulin therapy) adalah obat yang


berfungsi untuk mengobati kekurangan antibodi. IVIG juga
sering digunakan untuk mengatasi penyakit autoimun, seperti
penyakit Kawasaki dan mencegah respon penolakan tubuh
terhadap transplantasi sumsum tulang.
IVIG adalah imunoglobulin dari plasma darah yang diperoleh
dari donor yang sehat. IVIG termasuk ke dalam obat golongan
antiserum yang bekerja dengan memperkuat sistem kekebalan
tubuh (sistem imun), melawan infeksi di tubuh, dan
menghentikan antibodi perusak agar tidak menghancurkan
darah, saraf, atau jaringan tubuh lainnya.
Mekanisme Terapi IVIG

IVIG hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Pada
umumnya, IVIG diberikan melalui infus (intravena, IV). Dosis dan durasi penggunaan IVIG
akan disesuaikan dengan kondisi dan respons tubuh pasien. Jadwal pemberian IVIG akan
diberikan oleh dokter. Ikuti jadwal yang yang diberikan oleh dokter.
Selama menjalani pengobatan dengan IVIG, pasien harus mencukupkan kebutuhan cairan,
untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping. Selain itu, pengeluaran urine dan kadar
kreatinin juga akan diperiksa secara rutin.
IVIG perlu disimpan di lemari es bersuhu 2–8°C, tidak boleh dibekukan dan perlu dibiarkan
dalam suhu ruangan sebelum digunakan. Jauhkan IVIG dari jangkauan anak-anak.
Serum Anti Bisa Ular

Serum anti bisa ular atau snake antivenom immunoglobulin


merupakan obat yang dapat menetralisasi racun dalam tubuh
akibat gigitan ular berbisa. Obat ini sudah digunakan sejak
lama sebagai penanganan dari gigitan ular berbisa. Tanpa
serum anti bisa ular, gigitan dari ular berbisa bisa menyebabkan
berbagai gejala, mulai dari pembengkakan pada bagian yang
tergigit, perdarahan hebat, kelumpuhan, kerusakan otak, hingga
kematian.
Dibuat dengan cara memberikan bisa ular ke dalam tubuh
hewan, seperti kuda atau domba. Hewan-hewan ini memiliki
sistem pertahanan tubuh yang kuat dan dapat membentuk
antibodi atau imunoglobulin terhadap bisa ular.
Mekanisme Serum Anti Bisa Ular
hiperimunisasi pada hewan donor, sebagai host, dengan cara menginjeksikan satu, atau lebih dosis non-
letal racun ular ke dalam tubuh host tersebut. Perlakuan ini akan memacu respon imunologi tubuh hewan
donor, dimana akan memproduksi sejumlah besar antibodi yang menetralisir berbagai komponen
racun/bisa ular. Darah dari tubuh host, kemudian diambil dan dimurnikan, sehingga didapat antibodi
penetral bisa ular, yang disebut sebagai antivenom. Selanjutnya, antivenom tersebut diuji coba pada
hewan percobaan.
Serum anti bisa ular atau snake antivenom immunoglobulin mampu mencegah dan menetralisir efek
racun dari gigitan ular, bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun setelah gigitan ular agar
menghilangkan racun ular dari dalam tubuh. Selain itu, fungsi yang tak kalah pentingnya adalah
mencegah racun ular melekat pada jaringan dan menimbulkan berbagai efek yang berbahaya.
Plasmaferesis
Plasmapheresis adalah prosedur medis yang dirancang untuk
melepaskan sebagian plasma dari darah. Selama pertukaran
plasma, plasma yang tidak sehat ditukar dengan plasma yang
sehat atau pengganti plasma, sebelum darah dikembalikan ke
tubuh. Pembuluh darah mengandung plasma. Ini adalah cairan
yang terdiri dari sel darah, trombosit, dan nutrisi penting.
Selama plasmaferesis, darah dikeluarkan dan dipisahkan
menjadi bagian-bagian ini dengan mesin. Plasmapheresis juga
dapat merujuk kapan plasma dikeluarkan dari tubuh untuk
disumbangkan.
Mekanisme Plasmaferesis
Apheresis merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menyaring segala komponen dalam darah dan mempertahankan

unsur-unsurnya, lalu mengembalikan darah ke tubuh. Trombosit, sel darah merah, sel darah putih, atau plasma dapat

dipisahkan. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang menghilangkan sejumlah kecil darah sekaligus. Ada

dua cara untuk memisahkan komponen darah:

● Sentrifugasi . Proses ini memutar darah, yang membaginya sesuai dengan kepadatan bagian-bagiannya.

● Filtrasi . Ini melibatkan pengaliran darah melalui filter untuk memisahkan plasma.

Selama pertukaran plasma, mesin akan membuang plasma tidak sehat dan menggantinya dengan plasma sehat dari donor.

Plasma yang tidak sehat juga dapat diganti dengan saline, albumin, atau kombinasi keduanya.
Serum Anti Rabies (SAR)

Serum anti rabies (SAR) adalah serum


yang digunakan sebagai imunisasi pasif
pada penanganan pasien yang mengalami
luka gigitan, luka cakar, dan atau berisiko
terkena infeksi virus rabies. SAR
mengandung imunoglobulin spesifik
yang diambil dari plasma darah donor
manusia atau serum kuda yang telah
diberikan imunisasi dosis tinggi. Oleh
karena itu, SAR sering disebut juga
rabies immunoglobulin (RIG).
Mekanisme Serum Anti Rabies

Tujuan pemberian serum anti rabies adalah untuk memberikan kekebalan pasif dalam 7 hari
pertama dimana pada masa itu belum terbentuk imunitas terhadap virus rabies. Dibutuhkan waktu
sekitar 7-10 hari bagi tubuh untuk membentuk cukup antibodi setelah pemberian vaksin anti
rabies. Sehingga pada saat kontak terjadi, pasien harus diberikan serum anti rabies sebagai
imunisasi pasif. Serum anti rabies paling efektif bila diberikan dalam 24 jam pertama setelah
pajanan. Cara pemberian serum anti rabies adalah infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin,
sisanya disuntikkan secara intra muscular di regio gluteal.
SEKIAN
TERIMAKASIH
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai