Anda di halaman 1dari 9

IMUNOLOGI KULIAH 10

Vaksin, Antibodi, dan Imunisasi

Vaksin

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup

tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin

mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila

diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif

terhadap penyakit infeksi tertentu yang berbahaya. Vaksin akan merangsang sistem

kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Proses pembentukan antibodi inilah

yang disebut imunisasi

Antigen (Ag)

Antigen adalah bagian atau substansi yang diproduksi oleh mikroorganisme

(virus, bakteri, fungi, protozoa), yang mampu menstimulasi respons imun, khususnya

dengan mengaktivasi limfosit (sel-sel B), yang merupakan sel darah putih yang

bertugas memerangi infeksi dalam tubuh

Antigen merangsang respons imun, yakni menstimulasi limfosit untuk

menghasilkan antibodi atau menyerang langsung antigen, disebut imunogen

Antibodi (Ab)

Antibodi adalah molekul protein yang diproduksi dan dikeluarkan oleh limfosit

(sel-sel B). Antibodi mengikat benda asing (virus, bakteri, toksin) yang menginvasi

tubuh, yang meliputi pathogen. Fungsi antibodi adalah mengikat antigen. Nama lain

antibodi adalah immunoglobulin (Ig)


Tiga Fungsi Antibodi (Imunoglobulin)

1. Netralisasi: Ab dikeluarkan ke dalam

darah dan mukosa → mengikat dan

menginaktivasi patogen dan toksin

2. Lisis: Ab mengaktivasi sistem

komplemen yang akan menghacurkan

virus dan sel bakteri dengan cara penetrasi

3. Opsonisasi: Ab memfasilitasi proses fagositosis (mencaplok) patogendan

toksin oleh sel-sel fagositosis

Jenis Vaksin

1. Vaksin mati

Vaksin mati atau disebut juga vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang

mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi,

atau bahan kimia. Proses ini membuat virus atau kuman tetap utuh, namun tidak

dapat berkembang biak dan menyebabkan penyakit di dalam tubuh.

Oleh karena itu, Anda akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit ketika

mendapatkan vaksin jenis ini tanpa ada risiko untuk terinfeksi kuman atau virus yang

terkandung di dalam vaksin tersebut.


Namun, vaksin mati cenderung menghasilkan respon kekebalan tubuh yang lebih

lemah, jika dibandingkan vaksin hidup. Hal ini membuat pemberian vaksin mati

butuh diberikan secara berulang atau booster.

Beberapa contoh vaksin yang termasuk jenis vaksin mati adalah vaksin polio, vaksin

DPT, dan vaksin flu.

2. Vaksin hidup

Berbeda dengan vaksin mati, virus atau bakteri yang terkandung di dalam

vaksin hidup tidak dibunuh, melainkan dilemahkan. Virus atau bakteri tersebut tidak

akan menyebabkan penyakit, namun dapat berkembang biak, sehingga merangsang

tubuh untuk bereaksi terhadap sistem imun.

Vaksin hidup ini dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat dan perlindungan

seumur hidup meski hanya diberikan satu atau dua kali. Meski demikian, vaksin ini

tidak dapat diberikan pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada

penderita HIV/AIDS atau orang yang menjalani kemoterapi.

Sebelum diberikan, vaksin hidup perlu disimpan di dalam lemari pendingin khusus

agar virus atau bakteri tetap hidup. Suhu yang tidak sesuai akan memengaruhi

kualitas vaksin, sehingga imunitas yang terbentuk tidak optimal.

Contoh dari vaksin hidup adalah vaksin MMR, vaksin BCG, vaksin cacar air,

dan vaksin rotavirus.

3. Vaksin toksoid
Beberapa jenis bakteri dapat memproduksi racun yang bisa menimbulkan

efek berbahaya bagi tubuh. Vaksin toksoid berfungsi untuk menangkal efek racun

dari bakteri tersebut.

Vaksin ini terbuat dari racun bakteri yang diolah secara khusus agar tidak berbahaya

bagi tubuh, namun mampu merangsang tubuh untuk membentuk kekebalan

terhadap racun yang dihasilkan bakteri tersebut.

Contoh jenis vaksin toksoid adalah tetanus toxoid dan vaksin difteri.

4. Vaksin biosintetik

Jenis vaksin ini mengandung antigen yang diproduksi secara khusus,

sehingga menyerupai struktur virus atau bakteri.

Vaksin biosintetik mampu memberikan kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus

atau bakteri tertentu dan dapat digunakan oleh penderita gangguan sistem

kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

Contoh vaksin jenis ini adalah vaksin Hib.

Klasifikasi vaksin
Cara Kerja Vaksin

Vaksin mengajari sistem imun tubuh untuk mencitakan antibody, sperti jika

seorang terpapar dengan suatu penyakit. Namun karena vaksin berisi kuman mati

atau bentuk yang dilemahkan, maka vaksin tidak menyebabkan penyakit atau

memberikan risiko komplikasi (WHO, 2020).

Perbedaan antara vaksinasi dan imunisasi

Vaksinasi Vaksinasi (vaccination) adalah tindakan memasukkan vaksin ke dalam

tubuh untuk menghasilkan imunitas terhadap suatu penyakit tertentu Imunisasi

Imunisasi (immunization) adalah proses di mana tubuh seorang menjadi terlindungi

terhadap suatu penyakit melalui vaksinasi

Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat

terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan.

Vaksin mengurangi risiko terkena penyakit dengan cara bekerja pada

mekanisme pertahanan alami tubuh untuk membentuk perlindungan. Ketika seorang

menerima vaksin, sistem imun dalam tubuhnya akan merespons (WHO, 2020).

Perbedaan antara Vaksinasi dan Imunisasi

Vaksinasi Vaksinasi (vaccination) adalah tindakan memasukkan vaksin ke

dalam tubuh untuk menghasilkan imunitas terhadap suatu penyakit tertentu

Imunisasi (immunization) adalah proses di mana tubuh seorang menjadi terlindungi

terhadap suatu penyakit melalui vaksinasi

Daftar imunisasi

1. Imunisasi Wajib

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah

untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi

yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular

tertentu.

Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan

imunisasi khusus.

a. Imunisasi Rutin

Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan

secara terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas

imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.


Berikut Imunisasi Wajib

1. Hepatitis B

Vaksin hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama saat bayi baru lahir, paling

lambat 12 jam setelah bayi lahir. Manfaatnya adalah untuk mencegah

penularan hepatitis B dari ibu ke bayi saat proses persalinan. 

Vaksin kedua diberikan saat memasuki bulan pertama, kemudian yang ketiga

diberikan antara bulan ke 3-6. Jika sampai usia 5 tahun anak belum

mendapat imunisasi hepatitis B, maka dapat diberikan imunisasi susulan

(catch-up vaccination) sebanyak 3 kali.

  2. Polio

Polio dikenal juga dengan nama penyakit lumpuh layu. Penyakit menular ini

disebabkan oleh virus dalam saluran pencernaan dan tenggorokan dan

dapat mengakibatkan kelumpuhan kaki, tangan, maupun lumpuhnya otot

pernafasan yang menyebabkan kematian. 

Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berumur 6 bulan, yaitu

pada saat lahir, usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, kemudian diberikan lagi pada

saat anak berusia 18 bulan dan 5 tahun.

  3. BCG

Vaksin BCG berfungsi untuk mencegah anak terkena kuman tuberculosis

yang dapat menyerang paru-paru dan selaput otak dan dapat menyebabkan

kecacatan bahkan kematian. 

Vaksin BCG paling baik diberikan saat bayi berusia dua bulan.
  4. Campak

Vaksin campak diberikan dua kali, yaitu pada usia 9 bulan dan 24 bulan. Jika

anak sudah mendapat vaksin MMR saat berusia 15 bulan, maka vaksin

campak yang kedua tidak perlu diberikan lagi. 

Manfaat dari vaksin ini adalah mencegah penyakit campak berat yang dapat

menyebabkan pneumonia (radang paru), diare, dan bisa menyerang otak.

  5. Pentavalen (DPT, HB, HiB)

Vaksin yang merupakan gabungan dari vaksin DPT (difteri, pertusis,

tetanus), vaksin HB (hepatitis B), dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe

B) ini mampu mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri (infeksi selaput

lendir hidung dan tenggorokan), pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B,

pneumonia, dan meningitis (radang otak). 

Vaksin pentavalen diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2,3,4, dan 18

bulan.

Kelima jenis imunisasi dasar di atas harus diberikan pada anak sebelum

anak berusia 1 tahun. Namun, ada tiga jenis vaksin yang perlu diulang pada

usia batita, yaitu vaksin polio, campak, dan DPT karena kadar antibodinya

akan turun setelah setahun. 

Sementara itu, imunisasi BCG cukup dilakukan sekali saja karena

antibodinya tidak pernah turun.

Imunisasi tambahan :
- 2 bulan : PCV 1 (untuk mencegah meningitis, pneumonia, sepsis)

- 4 bulan : PCV 2

- 6 bulan : PCV 3 + Influenza 1

- 7 bulan : Influenza 2

- 12-15 bulan : PCV 4

Anda mungkin juga menyukai