Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah
agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhada
penyakit tertentu.
TUJUAN IMUNISASI
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. (Proverawati, 2010)
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
MANFAAT IMUNISASI
1. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara.
JENIS IMUNISASI
1
Fajar Sari Tanberika SST MKes
1.Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh
imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.
Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :
1. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksin yang
didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti
polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen
organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari
organisme yang dijadikan vaksin.
2. Pengawet/stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin
tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya
mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa atau antibiotik yang biasa
digunakan.
3. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang
digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan kultur
sel.
4. Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dari
antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan
perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi
peningkatan antibodi tubuh.
2.Imunisasi Pasif
Merupakan suatau proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal
dari plasma manusia (kekebalan yang didapatkan bayi dari ibu melalui plasenta) atau
binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba sudah masuk dalam tubuh
yang terinfeksi.
Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
2
Fajar Sari Tanberika SST MKes
2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis. Imunisasi hepatitis ini diberikan
melalui intramuscular.
3. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis.
Imunisasi polio diberikan melalui oral.
4. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung
racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis.
Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap
vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya
terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya
terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
encephalopathy, dan syok.
3
Fajar Sari Tanberika SST MKes
5. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi
campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya
ruam pada tempat suntikan dan panas.
2. Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup, rendah.
Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.
3. Kualitas vaksin
1. Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.
2. Dosis vaksin (1.Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping; 2.Jika rendah, maka
tidak merangsang sel imunokompeten)
3. Frekuensi pemberian. Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi
produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang
terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi,
sedangkan antigen dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak merangsang sel
imunokompeten.
4. Ajuvan (1.Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen; 2.Mempertahankan
antigen agar tidak cepat hilang; 3.Mengaktifkan sel imunokompeten)
5. Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.
6. Kandungan vaksin (1.Antigen virus; 2.Bakteri; 3.Vaksin yang dilemahkan seperti polio,
campak, BCG.; 4.Vaksin mati : pertusis.; 5.Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus.; 6.Ajuvan
: persenyawaan aluminium.; 7.Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan,
telur.)
4
Fajar Sari Tanberika SST MKes
3. Pembekuan toxoid.
4. Desinfeksi / antiseptik : sabun.
1. Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya.
Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan. Aturan umum
untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-8oC dan
tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT dan hepatitis B) menjadi tidak aktif bila beku.
Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus
vaksin-vaksin individual, karena beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan
beku.
2. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan
digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa
terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu diperhatikan bahwa vaksin
campak yang telah diencerkan cepat mengalami perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran
5
Fajar Sari Tanberika SST MKes
21 yang steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm
digunakan untuk menyuntikkan vaksin.
3. Pembersihan Kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun apabila kulit
telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.
4. Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan dalam.
Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan per-oral dan BCG
diberikan dengan suntikan intradermal.
6
Fajar Sari Tanberika SST MKes
sehingga pada vaksinasi dengan suntikan intramuskular di daerah gluteal dengan tidak
sengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat.
Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid
(lengan atas), sebab suntikan-suntikan diatas puncak pundak memberi risiko terjadinya
keloid.
7
Fajar Sari Tanberika SST MKes
2. Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan
lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh.
3. Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman dan
berhasil.
4. Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan
meningkatkan risiko penetrasi saraf.
Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka lengan atas dari pundak ke
siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara akromnion
dari insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan membuat sudut 45o-60o
mengarah pada akromnion. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma
saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep.
14. Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari Yang Sama
Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boleh diberikan pada
hari yang sama. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya vaksin yang dianjurkan
dalam jadwal imunisasi, pada umumnya dapat diberikan pada lokasi yang berbeda saat hari
kunjungan yang sama. Misalnya pada kesempatan yang sama dapat diberikan vaksin-vaksin
DPT, hepatitis B, dan polio.
Vaksin-vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin-vaksin
yang berbeda yang diberikan pada seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada
lokasi yang berbeda dengan menggunakan semprit yang berbeda.
JADWAL IMUNISASI
1.BCG
1. Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan pemberian
imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.
8
Fajar Sari Tanberika SST MKes
2. Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun).
3. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
4. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah
komplikasinya.
5. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin
terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2.Hepatitis B
1. Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir.
2. Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepatitis B-1
yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval
imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka
imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
3. Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen
(dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitis
B pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam kombinasi dengan
DTwP untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang
masih rendah.
4. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis
B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian.
3. DPT
1. Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan
sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu,
jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur
6 bulan.
2. Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.
3. Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu DPT/Hepatitis B
dan DPT/IPV.
4. Polio
1. Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV, hidup
dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.)
2. Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
3. Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara
dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
4. OPV diberikan 2 tetes per-oral.
5. IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri atau
dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
5. Campak
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam,
pada umur 9 bulan.
KONTRAINDIKASI IMUNISASI
1. Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak
terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38oC
merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak.
9
Fajar Sari Tanberika SST MKes
2. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS,
sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
3. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit,
lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah
sehat.
MITOS-MITOS IMUNISASI
Usia dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pemberian imunisasi akibat
kurangnya pemahaman terhadap imunisasi. Dan di masyarakat sering terdengar pendapat
yang salah mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu atau bahkan
menolak imunisasi dengan berbagai alasan. Ketakutan atau penolakan imunisasi mungkin
berdasarkan pandangan religi, filosofis tertentu, anggapan imunisasi sebagai intervensi
pemerintah.
Keraguan tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu ditanggapi secara aktif.
Apabila orang tua mendapat jawaban akurat dan informasi yang benar, maka orang tua dapat
membuat keputusan yang benar tentang imunisasi. (IDAI, 2008) Mitos-mitos imunisasi yang
sering dijumpai :
1. Vaksin MMR (meales, mumps dan rubella) bisa menyebabkan anak autis.
Tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan perkembangan autis, ini sudah
dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Biasanya gejala autis pertama kali terlihat saat bayi
berusia 12 sampai 18 bulan, dimana hamper bersamaaan dengan diberikannya vaksin MMR.
Kebanyakan autis disebabkan oleh faktor genetik, jadi jangan takut untuk memberikan vaksin
MMR pada anak.
2. Terlalu banyak vaksin akan membebani system imun.
Mitos ini tidak benar, karena meskipun jumlah suntikan vaksin meningkat tapi jumlah
antigen telah menurun. Selain itu sistem imun manusia memberikan respon terhadap ratusan
antigen dalam kehidupan setia hari. Berbagai penelitian tidak memperlihatkan meningkatnya
penyakit infeksi setelah adanya imunisasi.
3. Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan vaksinasi.
Mitos ini tidak benar. Suatu penyakit bisa mengakibatkan kematian serta kecacatan
yang permanen, dan dengan melakukan vaksinasi dapat memberikan perlindungan tanpa efek
samping yang berat.
4. Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut.
Tidak ada vaksinasi yang memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit secara
100%. Bayi atau anak yang telah melakukan imunisasi masih ada kemungkinan yang sangat
kecil untuk bisa tertular penyakit tersebut, namun akan jauh lebih ringan dibandingkan
dengan anak yang tidak diimunisasi. Sehingga kemungkinan untuk bisa sembuh jauh lebih
besar.
5. Imunisasi dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya dicegah dengan vaksin
tersebut.
Hal ini tidak benar, mustahil anak memperoleh penyakit dari imunisasi yang dibuat
dari kuman mati atau dilemahkan. Imunisasi yang dibuat dari kuman hidup dan dilemahkan
termasuk imunisasi campak, Gabak (rubella), gondong, cacar air, BCG dan polio.
6. Imunisasi sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak diberlakukan imunisasi.
Fakta : jarang ada keberhasilan 100% di dunia kesehatan. Namun, kini imunisasi yang
diberikan 85-99% berhasil merangsang tubuh membuat antibodi. Lebih baik bayi menangis 1
menit karena disuntik imunisasi daripada anak meninggal karena difteri, tetanus, campak atau
penyakit lain dalam kategori imunisasi.
7. Mungkin anak akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang menyakiti.
10
Fajar Sari Tanberika SST MKes
Reaksi umum terhadap imunisasi ringan saja seperti demam, kemerahan dan rasa
sakit pada tempat suntikan, ruam ringan. Jarang sekali terjadi kejang-kejang atau reaksi alergi
berat.
8. Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan cukup banyak yang
bergizi.
Imunisasi diberikan untuk menjaga anak tetap sehat, bukan memberi sehat. Tujuan
imunisasi adalah melindungi tubuh sebelum diserang penyakit. Saat yang paling tepat
memberikan vaksin adalah saat anak sehat.
9. Pada seri vaksinasi, apabila seri satu kali terlambat, seri harus dimulai lagi dari
semula.
Hal ini tidak benar. Kalau anak tidak diberi vaksinasi pada saat dijadwalkan, memang
dia kurang dilindungi terhadap penyakit. Akan tetapi seri vaksinasi tidak perlu diulang dari
semula. Vaksinasi yang terlambat diberi saja dan jadwal dimulai lagi dari tahap itu, bukan
dari semula.
Oleh karena itu, jangn langsung percaya terhadap semua kabar burung yang beredar
mengenai imunisasi, sebaiknya cari tahu penjelasannya melalui situs-situs ilmiah di internet
atau berkonsultasi dengan dokter. (Proverawati, 2010)
VIT K
Vitamin K merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki peranan penting
dalam mengaktifkan zat-zat yang berperan dalam pembekuan darah, di antaranya zat yang
dikenal sebagai protrombin dan faktor-faktor pembekuan. Ada tiga bentuk vitamin K yang
diketahui yaitu:
Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau
Vitamin K2 (menaquinone), dihasilkan oleh bakteri normal usus (Bacteriodes fragilis)
Vitamin K3 (menadione), merupakan vitamin K sintetik
Dalam keadaan normal, bayi baru lahir relatif mengalami kekurangan vitamin K. Hal
ini disebabkan karena cadangan vitamin K bayi yang didapat dari ibu sangat terbatas, selain
itu sumber vitamin K yang didapat dari ASI hanya mengandung vitamin K dalam kadar
rendah.
Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran cerna, akan tetapi pada
bayi baru lahir kondisi saluran cerna masih dalam keadaan steril (tidak ada bakteri normal
usus) sehingga vitamin K tidak dapat diproduksi. Fungsi organ hati sebagai tempat
metabolisme vitamin K juga belum dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi kurang
bulan.
11
Fajar Sari Tanberika SST MKes
Apa akibatnya?
Kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat menyebabkan bayi baru lahir memiliki
resiko untuk mengalami gangguan perdarahan atau yang lebih dikenal dengan perdarahan
akibat defisiensi vitamin K (PDVK). Angka kejadian PDVK pada bayi baru lahir berkisar
antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak mendapat suntikan vitamin K. Gejala
utamanya adalah perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada kulit, hidung, mata dan saluran
cerna yang ditandai oleh muntah atau tinja yang kehitaman, bayi terlihat pucat, perdarahan
yang terjadi terus menerus melalui bekas tusukan jarum suntik. Perdarahan juga dapat terjadi
secara spontan tanpa sebab yang jelas.
Yang paling serius adalah perdarahan dalam otak yang dapat dikenali melalui gejala
seperti sakit kepala, muntah tiba-tiba, menangis terus menerus, ubun-ubun besar membonjol,
kejang sampai dengan penurunan kesadaran. Perdarahan otak inilah yang dapat berlanjut
menjadi kecacatan otak bahkan kematian.Bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko
lebih besar untuk terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan, bayi yang lahir dari
ibu yang menggunakan obat yang menghambat metabolisme vitamin K di antaranya obat anti
kejang dan obat anti tuberkulosis selama kehamilan, bayi yang mendapatkan antibiotik
berkepanjangan (karena dapat membunuh bakteri normal usus yang hasilkan vitamin K), bayi
yang mengalami diare terus-menerus dan gangguan penyerapan usus. Pada bayi yang
mendapat ASI secara eksklusif juga memiliki risiko terjadinya perdarahan, akan tetapi
manfaat pemberian ASI jauh lebih besar sehingga ASI tetap pilihan yang terbaik bagi bayi.
PDVK Dini terjadi pada < 24 jam pertama setelah kelahiran, Keadaan ini dapat dicegah
dengan pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir
PDVK Klasik terjadi pada minggu pertama kehidupan, bentuk yang paling umum,
disebabkan oleh asupan vitamin K yang tidak adekuat dan tidak diberikannya
suntikan vitamin K pada bayi baru lahir
PDVK Lambat terjadi pada bayi usia 2 minggu-6 bulan, sangat jarang terjadi akan tetapi
sangat serius menyebabkan kerusakan otak permanen bahkan kematianUntuk mengetahui
adanya PDVK perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan faktor-faktor
pembekuan, sementara untuk pemeriksaan kemungkinan perdarahan otak dapat dilakukan
USG atau CT Scan.
12
Fajar Sari Tanberika SST MKes
Suntikan di otot, dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru lahir
Diminum, dengan dosis tunggal 2 mg diberikan tiga kali, yaitu pada saat bayi
baru lahir, pada umur 3-7 hari, dan pada umur 4-8 minggu.
B.ALAT
Ingkubator
Kelahiran bayi prematur adalah bayi yang belum cukup bulan untuk lahir tapi diharuskan
lahir karena adanya masalah dalam kandungan.Ketuban yang peceh lebih cepat bisa membuat
air ketuban terinfeksi kuman, jika terlalu lama dibiarkan lebih dari 18 jam, akibatnya bayi
bisa sesak nafas. Penyebab pecahnya ketuban karena stres yang dialami bayi dalam
kandungan. Stresnya dapat disebabkan oleh infeksi.Selain itu lahir prematur bisa jadi karena
kontraksi sang ibu. Jika kontraksi terjadi sebelum waktunya, bukan tak mungkin bayi akan
lahir prematur. Karena bayi stres, katup mulut janin pun jadi terbuka dan air ketuban bisa
terminum oleh bayi, sehingga bayi akan mengalami sesak nafas.
Kebanyakan orang menilai bahwa semua bayi prematur memiliki ciri badan yang kecil dan
beratnya tidak sampai 2500 gram. Memang benar tapi bayi yang lahir normal pun bisa saja
13
Fajar Sari Tanberika SST MKes
memiliki badan yang kecil dan beratnya kurang. Mengapa? karena sang ibu memiliki
penyakit jantung, perokok, dan lain hal. Tapi secara fisik, bayi prematur bisa dibedakan yakni
dari kulitnya yang tipis, daun telinga jika ditekuk tidak mudah kembali, serta garis-garis
ditelapak kakinya tidak penuh.
Bayi yang lahir prematur harus dirawat dengan inkubator, sebab pengaturan suhu
tubuhnya belum stabil dan dia akan gampang kedinginan. Inkubator dapat menjaga suhu
sebuah ruangan agar suhu tetap konstan dan stabil. Suhu inkubator diatur dengan disesuaikan
dengan berat lahir atau usia kehamilan. Sesak nafas akibat pengembangan paru-paru yang
tidak bagus membuat bayi perlu diberi oksigen. Namun pemberian oksigen terlalu lama akan
menyebabkan retina bayi rusak. Setelah perawatan inkubator berakhir, mata bayi perlu
diperiksa secara berkala.
Jika sudah stabil, bayi akan dirawat oleh ibu dengan cara perawatan bayi lekat atau
perawatan metode kanguru. Metode ini, bayi membutuhkan sentuhan kasih sayang dan akan
mendapatkan kehangatan dari tubuh ibu atau ayahnya seperti saat dalam kandungan.Namun
alat inkubator yang cukup mahal ini, jumlahnya masih kurang di negara-negara berkembang,
dan tak terjangkau untuk beberapa rumah sakit.Dengan mahalnya inkubator, seorang peneliti
muda asal Inggris tengah membuat inkubator dengan biaya yang rendah. Dia berharap
inkubator buatannya dapat digelembungkan. Roberts mahasiswa Teknik Desain, mengatakan
proyek ini masih dalam fase pengembangan, dan ia akan mendirikan perusahaan untuk
memproduksi inkubator secara massal.
Blue Light
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada putih mata (sklera) dan kulit bayi
baru lahir. Warna kuning itu pertanda terjadinya penumpukan bilirubin, yaitu senyawa hasil
pemecahan sel darah merah, bisa karena sel darah merah sudah tua atau ada proses
penghancuran yang abnormal. Semasa dalam kandungan, bilirubin dikeluarkan melalui
plasenta ibu. Setelah lahir, bayi harus mengeluarkannya sendiri. Pengeluaran bilirubin oleh
bayi memerlukan fungsi hati yang sempurna dan makanan dalam usus yang membawanya
14
Fajar Sari Tanberika SST MKes
keluar sebagai feses.
Kadar bilirubin yang normal bergantung pada usia bayi. Contohnya, kadar bilirubin
12 mg/dl pada bayi kurang dari 24 jam adalah abnormal. Tetapi kadar tersebut pada bayi
cukup bulan usia 3 hari adalah normal. Bila bayi tampak kuning, perlu diperiksa kadar
bilirubin untuk menentukan apakah kadarnya masih normal atau sudah abnormal sehingga
perlu terapi. Dianggap di atas normal bila kadar biliburin lebih dari 12 mg/dl. Bila kadar
bilirubin di atas normal, dokter akan melakukan terapi sinar biru pada bayi kuning tersebut.
Terapi ini dilakukan di rumah sakit. Bayi diletakkan di bawah lampu yang memancarkan
spektrum cahaya biru dengan panjang gelombang tertentu (ukurannya sekitar 450
nanometer).
Fungsi terapi sinar biru ini akan mengubah bilirubin menjadi senyawa yang larut
dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh bayi. Berapa lama bayi menjalani terapi
sinar biru tergantung pada kadar bilirubin, biasanya sekitar 2-4 hari. Bila kadar bilirubin 12-
15 mg/dl, terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila kadarnya mencapai 15-20 mg/dl terapi
dilakukan selama 3-4 hari.
Biliblanket. Selain terapi sinar biru, dapat pula dilakukan dengan biliblanket, yaitu
selimut yang mengandung serat optik yang juga terdapat pada sinar biru. Bedanya, selimut ini
dapat langsung menutup tubuh bayi sehingga Anda dapat langsung menyusui dan
memeluknya. Di Indonesia juga tersedia biliblanket, namun tidak begitu efektif dalam
menurunkan kadar bilirubin. Yang paling efektif adalah terapi sinar biru.
Tranfusi darah. Bila kadar bilirubin bayi baru lahir di atas 20 mg/dl, dokter akan
malakukan transfusi darah untuk menukar darah bayi. Karena, bilirubin yang sangat
tinggi berisiko tinggi masuk ke dalam otak sehingga terjadi gangguan pada otak dan
kualitas perkembangan bayi.
Gejala kuning:
Kulit, selaput lendir (gusi, mata) berwarna kuning.
Bayi rewel, mengantuk, lemas.
Kurang aktif menyusu.
Urin berwarna kuning tua (pekat).
Cara terapi:
15
Fajar Sari Tanberika SST MKes
Bayi dalam boks disinar dari jarak 10 23,5 cm.
Saat diterapi, mata bayi ditutup dengan kain kassa, agar retinanya aman.
Selama menjalani terapi, bayi harus sering disusui karena ASI efektif dalam melancarkan
proses buang air kecil dan buang air besar, dan bayi terhindar dari dehidrasi akibat efek panas
sinar biru tersebut.
Belum ditemukan efek negatif dari terapi sinar biru terhadap kesehatan bayi bila
dilaksanakan dengan tepat. Terapi sinar biru masih dianggap aman dan tidak mahal.
B. PROCEDURE
16
Fajar Sari Tanberika SST MKes
Inisiasi Menyusui Dini sangatlah penting karena mendatangkan manfaat yang sangat
banyak bagi si bayi khususnya. Beberapa hal penting yang didapatkan dari IMD antara lain :
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini
akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi
akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan
menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang
biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.
d. Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam
pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang
lama.
e. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu
manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus
dan mencetuskan alergi lebih awal.
f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan
akan lebih lama disusui.
g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,
emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
h. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini
kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu
dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan.
Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan
terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi.
Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum
matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.
17
Fajar Sari Tanberika SST MKes
i. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali
dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di
dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah.
Metode Kengguru
METODE KANGURU
1. Pengertian
Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dan terus menerus dengan sentuhan
kulit ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu dan bayi prematur dan BBLR dalam posisi
seperti kanguru (Hadi, 2005).
2. Prinsip Metode Kanguru
Menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam incubator dengan ibu bertindak seperti
ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan
o
optimal (36.5 37.5 C).
3. Tujuan metode kanguru
Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan
mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal. Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak
langsung secara terus menerus.
4. Keuntungan metode kanguru
a. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak
0 0
b. Menstabilkan suhu tubuh (36,5 C-37,5 C), denyut jantung (120-160x/menit), dan
pernafasan bayi (40-60x/menit).
c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik
18
Fajar Sari Tanberika SST MKes
d. Mengurangi stress pada ibu dan bayi
e. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
f. Meningkatkan produksi ASI
g. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit
h. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit.
5. Kriteria bayi untuk metode kanguru
Adapun kriteria bayi untuk metode kanguru menurut Suriviana adalah
a. Bayi dengan berat badan > 2000 gram.
b. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.
c. Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik.
d. Perkembangan selama di inkubator (rumah sakit) baik.
e. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan
6. Langkah-langkah metode kanguru.
Persiapan pelaksanaan metode kanguru
1) Persiapan ibu
a) Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali sehari.
b) Membesihkan kuku dan tangan
c) Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai
d) Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH
e) Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain
f) Memakai kain baju yang dapat diregangkan
2) Persiapan bayi
a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat
b) Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama penggunaan metode ini.
19
Fajar Sari Tanberika SST MKes
7) Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas dengan bebas seperti berdiri ,
duduk , jalan, makan dan mengobrol.
8) Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.
20
Fajar Sari Tanberika SST MKes
c. Produksi ASI adekuat
d. Bayi tumbuh dan berkembang optimal
e. Bayi dapat menetek kuat
21
Fajar Sari Tanberika SST MKes
22
Fajar Sari Tanberika SST MKes
23
Fajar Sari Tanberika SST MKes
24
Fajar Sari Tanberika SST MKes
25
Fajar Sari Tanberika SST MKes