PENDAHULUAN
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan
anak terhadap penyakit tertentu. Guna terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi,
imunisasi.1
didapatkan tidak hanya di puskesmas atau di rumah sakit saja, akan tetapi juga
mendapat BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali, dan Polio 4
kali. Bayi yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap dapat mengalami
berbagai penyakit, misalnya difteri, tetanus, campak, polio, dan sebagainya. Oleh
karena itu, imunisasi harus diberikan dengan lengkap sesuai jadwal. Imunisasi
1
Pemerintah telah memberikan berbagai upaya dan kebijakan dalam bidang
persepsi bahwa tanpa imunisasi anaknya juga dapat tumbuh dengan sehat.3
utama. Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi
merupakan hal mutlak yang perlu diberikan pada bayi. Imunisasi adalah sarana
Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan
(imunologi) dan cara atau prosedur pemberian vaksin yang benar. Dengan
pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat
fisik dan mental anak. Imunisasi bisa melindungi anakanak dari penyakit melaui
2
1.2 TUJUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa
tidak terjadi penyakit. Imunisasi berasal dari kata immune yang berarti kebal atau
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit yang
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan
cukup diberikan hanya satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan
paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan
memproduksi limfosit yang peka, antibodi dan sel memori. Cara ini menirukan
4
terjangkit penyakit yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit
Vaksinasi tidak berbahaya. Reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh
upaya pencegahan penyakit dan keadaan apa saja yang akan menghambat tumbuh
kembang anak dapat dilakukan dalam tiga tingkatan yaitu pencegahan primer,
atau kejadian yang dapat mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera
dan cacat. Pencegahan sekunder adalah upaya kesehatan agar tidak terjadi
5
komplikasi yang tidak diinginkan, yaitu meninggal atau meninggalkan gejala
2.2 EPIDEMIOLOGI
sebanyak 2,5 juta balita, yang disebabkan penyakit yang dapat dicegah melalui
Dari jumlah semua kematian tersebut, 76% kematian balita terjadi dinegara-
Indonesia).1
vaksinasi akan dapat diatasi bilamana sasaran imunisasi global tercapai. Dalam
hal ini bisa tercapai bila lebih dari > 90% populasi telah mendapatkan vaksinasi
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
6
macam pertahanan tubuh yaitu : 1) mekanisme pertahanan nonspesifiik disebut
juga komponen nonadaptif atau innate artinya tidak ditujukan hanya untuk satu
tubuh spesifik atau komponen adaptif ditujukan khusus terhadap satu jenis
antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian
antigen berikutnya. Hal ini disebabkan telah terbentuknya sel memori pada
dipresentasikan oleh sel makrofag ( APC = antigen presenting cel ) Pada sel T
antigen. Semua antibodi adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut
lain dengan cara penyuntikan serum. Berbeda dengan imunitas selular hanya
7
Fase efektor, diperankan oleh antibodi dan limfosit T efektor
Tergantung dari beberapa faktor, yaitu status imun pejamu, faktor genetik
fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campsk, bila vaksinasi
campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi akan
membeikan hasil yang kurang memuaskan. Demikian pula air susu ibu (ASI)
yang mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap virus polio dapat mempengaruhi
keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Namun pada umumnya
kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu bayi berumur
FKUI/RSCM, Jakarta ternyata sIgA polio sudah tidak ditemukan lagi pada ASI
setelah bayi berumur 5 bulan. Kadar sIgA tinggi terdapat pada kolostrum. Karena
itu bila vaksinasi polio diberikan pada masa pemberian kolostrum ( kurang atau
sama dengan 3 hari setelah bayi lahir ), hendaknya ASI ( kolostrum ) jangan
8
antigen tertentu masih kurang. Jadi dengan sendirinya, vaksinasi pada neonatus
akan memberikan hasil yang kurang dibandingkan pada anak. Maka, apabila
imunisasi ulangan.
Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti
imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena
terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. Kadar
Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup,
9
dan rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat memberikan respons rendah
terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat lebih tinggi. Karena
itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%.
sistemik saja.
Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons
imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun
karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
imun yang terjadi. Bila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat
kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera
10
dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi tersebut sehingga tidak
imunokompeten lainnya.
Jenis Vaksin, vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik
dibanding vaksin mati atau yang diinaktivasi ( killed atau inactivated ) atau
suhu yang tinggi atau rendah, kondisi anerob, atau menambah empedu pada
media kultur seperti pada pembuatan vaksin BCG yang sudah ditanam
spesies lain tetapi untuk manusia avirulen, misalnya virus cacar sapi.
11
2.5 JENIS VAKSIN
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar ( wild ) penyebab penyakit.
sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus liar campak menjadi virus
media pembiakan secara serial dari seorang anak yang menderita penyakit
o Apapun yang merusak organisme hidup dalam botol ( misalnya panas atau
12
dengan yang diakibatkan oleh infeksi alamiah. Respons imun tidak
o Vaksin virus hidup attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk
patogenik seperti semula. Hal ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup.
tubuh. Virus vaksin polio dan rotavirus paling sedikit terkena pengaruh.
Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila
kena panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan
13
o Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis
penyakit ( walaupun pada orang dengan defisiensi imun ) dan tidak dapat
atau menyiapkan sistem imun. Respons imun protektif baru timbul setelah
dosis kedua atau ketiga. Hal ini berbeda dengan vaksin hidup, yang
mempunyai respons imun yang mirip atau sama dengan infeksi alami,
masih memerlukan vaksin seluruh sel ( whole cell ), namun vaksin bakterial
14
Vaksin Inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :
Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis
A.
influenzae tipe b.
berikut:
o Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi.
15
o Baca dengan teliti informasi tentang produk ( vaksin ) yang akan diberikan
dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab
o Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan
baik.
o Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula
bila diperlukan.
o Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan
jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi bayi/anak
penerima vaksin.
apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi
Catat imuniasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
16
Catatan imunisasi secar rinci harus disampaikan kepada Dinas
2.7 Penyimpanan
didinginkan pada temperatur 2-8C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin ( DPT,
pada bayi dan anak umur di bawah 12 bulan. . Vaksin harus disuntikkan ke dalam
batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian yang paling
tebal dan padat. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak yang
lebih besar ( mereka yang telah dapat berjalan ) dan orang dewasa.
Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan
adalah :
Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap
17
Imunogenitas vaksin hepatitis B dan rabies akan berkurang apabila
yang menahun.
Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
18
Gambar 1. Lokasi Penyuntikan intramuscular Pada Bayi (a) dan Anak Besar
(b)
Jarum suntik harus disuntikan dengan sudut 450-600 ke dalam otot vastus
lateralis atau otot deltoid. Untuk suntikan otot vastus lateralis, jarum diarahkan
ke arah lutut sedangkan untuk suntikan pada deltoid jarum diarahkan ke pundak.
Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan
Setiap tindakan medis apa pun bisa menimbulkan risiko bagi pasien si
penerima layanan baik dalam skala ringan maupun berat. Demikian halnya
dan semakin meningkatnya teknik pemberian vaksinasi, maka reaksi KIPI dapat
diminimalisasi. Meskipun risikonya sangat kecil, reaksi KIPI berat dapat saja
terjadi. Oleh karena itu, petugas imunisasi atau dokter mempunyai kewajiban
untuk menjelaskan kemungkinan reaksi KIPI apa saja yang dapat terjadi. Dan
bagi orang yang hendak menerima vaksinasi mempunyai hak untuk bertanya dan
berhubungan dengan imunisasi, baik oleh karena efek vaksin maupun efek
19
samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program,
reaksi suntikan, atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan. Secara umum,
a) Kesalahan program
diminimalisasi.
b) Reaksi suntikan
lebih karena trauma akibat tusukan jarum, misalnya bengkak, nyeri, dan
atau pingsan karena takut terhadap jarum suntik. Reaksi suntikan dapat
c) Reaksi vaksin
Gejala yang muncul pada reaksi vaksin sudah bisa diprediksi terlebih
20
muncul umumnya bersifat ringan (demam, bercak merah, nyeri sendi,
pusing, nyeri otot). Meskipun hal ini jarang terjadi, namun reaksi vaksin
bahwa reaksi alergi serius relatif jarang terjadi, misalnya reaksi alergi
dosis.
efek samping atau KIPI, maka sebaiknya bertanya terlebih dahulu kepada
petugas gejala apa saja yang dapat terjadi setelah vaksinasi. Bila keluhan KIPI
bersifat ringan, misalnya demam, nyeri tempat suntikan, atau bengkak maka
saja. Tetapi bila kejadian pasca imunisasi bersifat serius, maka harus secepat
bagi bayi dan anak-anak, karena kelompok usia ini dianggap belum mempunyai
kebijakan dalam pemberian vaksinasi menjadi dua, yaitu vaksin wajib (sebagai
21
program imunisasi nasional) serta vaksin yang dianjurkan (bukan merupakan
berulang selama 1-3 tahun sehingga di dapat basil yang tidak virulen tetapi masih
anak.
22
Di Indonesia, vaksin BCG merupakan vaksin yang diwajibkan pemerintah.
Vaksin ini diberikan pada bayi yang baru lahir dan sebaiknya diberikan pada
umur sebelum 2 bulan. Vaksin BCG juga diberikan pada anak usia 1-15 tahun
yang belum divaksinasi (tidak ada catatan atau tidak ada scar).
Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah untuk 0,05 ml dan untuk anak
dan tidak di tempat lain (bokong, paha), penyuntikan secara intradermal di daerah
deltoid lebih mudah dilakukan (tidak terdapat lemak subkutis yang tebal), ulkus
pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior) dan sebagai tanda baku
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
KIPI yang didapat setelah vaksinasi adalah papul merah yang kecil timbul
dalam waktu 1 3 minggu. Papul ini akan semakin lunak, hancur, dan
menimbulkan parut. Luka ini mungkin memakan waktu sampai 3 bulan untuk
sembuh. Biarkan vaksinasi sembuh sendiri dan pastikan agar tetap bersih dan
kering.
23
2.10.2 Vaksinasi Hepatitis B1,3
dan anak karena pola penularannya bersifat vertikal. Ada berbagai jenis pilihan
vaksin yang diproduksi oleh beberapa perusahaan farmasi dan dosis serta cara
1 bulan, dan 6 bulan kemudian). Khusus vaksinasi bayi baru lahir diberikan dengan
jadwal berikut :
Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah meperoleh imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan. Untuk ibu dengan HbsAg positif, selain
tubuh yang berbeda dalam 12 jam setelah lahir. Sebab, Hepatitis B imunoglobulin
24
(HBIg) dalam waktu singkat segera memberikan proteksi meskipun hanya jangka
pendek (3-6 bulan). Reaksi KIPI yang sering terjadi umumnya berupa reaksi lokal
yang ringan dan bersifat sementara, terkadang dapat menimbulkan demam ringan
untuk 1-2 hari. Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi absolut pemberian vaksin
1. Vaksinasi Difteri
Jenis vaksin difteri yang diberikan harus sesuai dengan usia saat pemberian.
tetanus dan pertusis, dalam bentuk vaksin DPT. Pada beberapa dekade terakhir,
pemerintah. Vaksin DPT (DtaP atau DTwP) diberikan untuk anak usia diatas 6
minggu sampai 7 tahun. Untuk anak usia 7-18 tahun diberikan vaksin difteri
dalam bentuk vaksin Td (Tetanus dan Difteri) atau vaksin Tdap (tetanustoxoid,
diberikan juga pada anak dengan kontraindikasi terhadap komponen pertusis dan
dianjurkan pada anak usia lebih dari 7 tahun untuk memperkecil kejadian ikutan
Jadwal vaksinasi yang dianjurkan saat ini dimulai pada usia 2 bulan,
waktu 6-8 minggu (usia 2-4-6 bulan). Ulangan pertama dilakukan 1 tahun
sesudahnya (usia 15-18 bulan) dan ulangan kedua diberikan 3 tahun setelah
25
Dari laporan yang ada, daya proteksi vaksin difteri sebesar 98,45% setelah
suntikan yang ketiga, namun kekebalan yang terbentuk setelah imunisasi dasar
hanya bertahan selama 10 tahun, sehingga perlu diberikan booster setiap 10 tahun
menggunakan vaksin Td, yaitu 3 dosis dengan jarak 4 minggu diantara dosis
pertama dan kedua, dan 6 bulan diantara dosis kedua dan ketiga. Ikuti dengan
Reaksi KIPI dari vaksin DPT adalah terjadinya demam ringan dan reaksi
lokal berupa kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi suntikan. Demam yang
boleh diberikan pada anak dengan riwayat alergi dan kejang pada pemberian
2. Vaksinasi Pertusis
Bayi baru lahir memiliki kekebalan terhadap pertusis yang didapat dari ibu,
namun kekebalan ini hanya bertahan sampai usia 4 bulan. Oleh karena itu,
sebaiknya anak usia kurang dari 1 tahun diberikan vaksin. Vaksin pertusis
diberikan dalam bentuk vaksin DPT (DTwP atau DtaP) dimulai pada saat bayi
26
berusia 2 bulan melalui suntikan ke dalam otot. Imunisasi dasar diberikan
sebanyak 3 kali dengan selang waktu 6-8 minggu (usia 2-4-6 bulan). Ulangan
yang telah di non aktifkan. Namun, sejak tahun 1962 mulai beredear vaksin
dengan menggunakan fraksi sel/aselular (DtaP) yang mengandung satu atau lebih
samping, baik lokal maupun sistemik yang ditimbulkan lebih rendah (75%) jika
dibandingkan dengan vaksin DTwP. Vaksin ini tidak dapat mencegah pertusis
pertusis.
Demam ringan dengan reaksi lokal berupa kemerahan, bengkak, dan nyeri
pada lokasi suntikan. Demam yang timbul dapat mengakibatkan kejang demam
(0,06%), anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca
suntikan (inconsolable crying). KIPI yang berat dapat terjadi ensefalopati akut
Vaksin tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat alergi berat dan
27
riwayat demam tinggi, respon dan gerak yang kurang (hipotonik- hiporesponsif)
dalam 48 jam, anak menangis terus menerus selama 2 jam, dan riwayat kejang
3. Vaksinasi Tetanus
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT.
DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6
bulan, 15-18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4-6 tahun).
Pemberian vaksin DPT pada anak-anak harus ditunda jika anak mengalami
KIPI:
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap Difteri,
Tetanus dan Pertusis. Biasanya vaksin DPT atau DT diberikan dalam bentuk
suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha secara intramuskular atau
Imunisasi DPT diberikan 3 kali yaitu sejak umur 2 bulan (DPT I), umur 3
bulan (DPT II) dan pada umur 4 bulan (DPT III) dengan selang waktu tidak
kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan (DPT IV) diberikan 1 tahun
28
setelah DPT III yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT V diberikan pada saat usia
booster vaksin DT pada usia 14-16 tahun dan kemudian dilanjutkan setiap 10
tahun diberikan booster. Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali
sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Jika anak menderita penyakit yang lebih
serius dari flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika ada
dikendalikan.2
Pada saat ini ada dua jenis vaksin polio yaitu OPV (oral polio vaccine) dan
IPV (inactivated polio vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan
IPV diberikan melalui suntikan dengan dosis 0,5 ml dengan suntikan subkutan
dalam 3 kali di lengan dengan jarak 2 bulan. Vaksin polio oral diberikan pada
29
bayi baru lahir kemudian dilanjutkan dengan imunisasi dasar, diberikan pada usia
2, 4, dan 6 bulan. Pada PIN (pekan imunisasi nasional) semua balita harus
lengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal. Bagi ibu yang anaknya diberikan OPV,
diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi dasar. Pemberian air susu ibu
polio, jadi saat pemberian vaksin, anak tetap bisa minum ASI.
Imunisasi polio ulangan diberikan saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan dosis
berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun. Sejak tahun 2007, semua calon
jemaah haji dan umroh dibawah usia 15 tahun harus mendapat 2 tetes OPV.
KIPI:
vaksin polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala
pusing, diare ringan, dan nyeri otot. Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan
radioterapi atau obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, dan alergi
OPV tidak diberikan pada bayi yang masih dirumah sakit karena OPV berisi
virus polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini bisa diekskresikan melalui tinja
30
selama 6 minggu, sehingga bisa membahayakan bayi lain. Untuk bayi yang dirawat
diberikan pada usia 9 bulan dalam 1 dosis 0,5 ml subkutan dalam. Terdapat 2
jenis vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak hidup dan
dilemahkan (tipe Edmonston-B) dan vaksin yang berasal dari virus campak yang
dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur
maka anak SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang
31
KIPI dan Kontraindikasi :
protein telur.
- Demam lebih dari 39,50C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam dijumpai
pada hari ke-5 sampai ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari
- Kejang demam
- Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan berlangsung
- Reaksi KIPI yang berat dapat menyerang sistem saraf, yang reaksinya
Balita, pada usia 12-15 bulan (jika tidak mendapatkan imunisasi campak) dapat
campak, gondongan, dan rubella. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada usia
anak 12-15 bulan. Dosis tunggal 0,5 ml diberikan secara intramuskular atau
subkutan dalam.
32
Terdapat 2 jenis vaksin MMR yang beredar di Indonesia yaitu :
Galur virus yang
dilemahkan
Campak Gondongan Rubella
Edmonston Jerryl lyn Wistar RA 27/3
schwarz Urabe AM-9 Wistar RA 27/3
Tabel 3. Dua jenis vaksin MMR yang beredar di Indonesia.
Daya lindung MMR sebesar 95%, namun kadar antibodi yang dibentuk
imunosupresif, anak dengan alergi berat, anak dengan demam akut, setelah
KIPI:
Reaksi sistemik, seperti malaise, demam, atau ruam yang sering terjadi 1
Vaksin Hib merupakan vaksin yang tidak aktif, dibuat dari kapsul
Terdapat 2 jenis vaksin Hib di Indonesia yaitu PRP-T dan PRP-OMP. Kedua
vaksin ini termasuk vaksin konjugasi. Vaksin Hib PRP-T diberikan pada usia 2,
4 dan 6 bulan. Vaksin Hib PRP-OMP diberikan pada usia 2 dan 4 bulan.
PRPOMP diberikan pada usia 15 - 18 bulan. Apabila anak datang pada usia 1-5
tahun, maka vaksin Hib hanya diberikan 1 kali. Vaksin ini diberikan secara
intramuskular sebanyak 0,5 ml didaerah paha atas. Kekebalan tubuh akan mulai
33
terbentuk setelah pemberian suntikan yang pertama dengan vaksin jenis PRP-
kali suntikan, sedangkan bagi anak diatas usia 1 tahun cukup mendapat 1 kali
suntikan saja tanpa perlu pemberian ulangan. Dengan pemberian vaksin ini
diharapkan 95% anak-anak terlindungi dari infeksi Hib setelah dosis kedua atau
ketiga.
vaksinasi bisa mengalami demam, bengkak kemerahan, dan nyeri pada tempat
suntikan selama 1-3 hari. Vaksin Hib tidak direkomendasikan diberikan bila
seseorang sedang demam, mengalami infeksi akut, dan orang dengan riwayat
Saat ini telah tersedia 2 macam vaksin untuk mencegah penyakit yang
disebabkan bakteri pneumokokus, yaitu PPV23 dan PCV7. PPV23 adalah vaksin
pneumokokus yang berisi polisakarida murni dengan 23 serotipe, vaksin jenis ini
kurang bereaksi baik jika diberikan pada anak usia kurang dari 2 tahun karena
fungsi sel imun yang belum matang. Vaksin ini hanya memberikan kekebalan
kedua yang berisi polisakarida konjugasi. Vaksin ini dapat diberikan pada anak
usia kurang dari 2 tahun meskipun sel imun mereka belum matur. Vaksin ini
34
mencakup 7 serotipe yang berbahaya yang banyak mengakibat kematian pada
daerah deltoid atau paha tengah lateral sebanyak 0,5 ml. Vaksin ini diberikan
sejak usia 2 bulan dengan interval 2 bulan sebanyak 3 kali. Kemudian ulangan
hanya dilakukan pada anak yang memiliki risiko tinggi tertular pneumokokus
pada usia 12-18 bulan. PCV7 sebaiknya diberikan jika anak sudah berusia lebih
dari 2 bulan, diberikan pada bayi umur 12-15 bulan. Interval antara 2 dosis
minimal 4-8 minggu. Anak yang telah mendapat imunisasi PCV7 lengkap
sebelum umur 2 tahun, pada umur 2 tahun diberi PPV23 1 dosis, dengan selang
Reaksi KIPI pada 30-50% resipien yang mendapatkan vaksin ini akan
kurang dari 48 jam. Reaksi lain berupa demam, gelisah, pusing, nafsu makan
menurun, mialgia (pada anak <1%). Demam ringan sering timbul. Reaksi ikutan
pasca imunisasi ini biasanya terjadi setelah pemberian dosis kedua, namun
diberikan, yaitu:
Kontraindikasi relatif:
- Usia kurang dari 2 tahun, karena respon terhadap vaksin masih kurang baik
35
- Dalam pengobatan imunosupresif atau radiasi kelenjar limfe.
virus). Terdapat 2 macam vaksin, yaitu whole virus dan split-virus vaccine.
Dosis bagi anak berumur < 3 tahun adalah 0,25 ml dan dosis bagi anak
berumur > 3 tahun adalah 0,5 ml disuntikan di otot paha. Bila anak telah berusia
> 9 tahun, vaksin cukup diberikan satu dosis dan diulang setiap tahun.
KIPI dari penyuntikan vaksin yang mungkin terjadi adalah bengkak, nyeri,
kemerahan pada tempat suntikan, demam, dan pegal. Gejala-gejala tersebut dapat
Disimpan dalam suhu 2-8oC dan dikemas dalam bentuk kapsul. Vaksin oral
diberikan pada saat anak berusia 6 tahun atau lebih sebanyak 4 kapsul
dengan jarak setiap 1 hari (hari 1-3-5-7). Pemberiannya dapat diulang tiap
5 tahun. Respon imun akan terbentuk 10-14 hari setelah dosis terakhir.
Yang perlu diperhatikan dalam pemberian vaksin ini adalah tidak boleh
dilakukan saat sedang demam, tidak boleh dilakukan pada orang dengan
36
atau sedang terapi steroid) dan riwayat anafilaksis, tidak boleh kepada
KIPI yang ditimbulkan oleh vaksin ini cukup ringan, yaitu muntah, diare,
demam, dan sakit kepala. Dengan efektivitas vaksin yang lebih tinggi dan
disertai efek samping yang lebih rendah daripada jenis vaksin tifoid
lainnya, maka vaksin tifoid oral ini merupakan pilihan utama. Sayangnya,
8oC dan tidak boleh dibekukan. Diberikan pada anak berusia 2 tahun atau
lebih. Satu dosis dapat diberikan setiap 2-3 tahun. Dilakukan secara
KIPI yang timbul berupa demam, pusing, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot
tempat suntikan.
37
2.10.11 Imunisasi Hepatitis A1 , 3
Vaksin Hepatitis A berisi virus Hepatitis A yang dilemahkan dan tersedia dalam
2 kemasan dosis, yaitu untuk anak-anak 2-18 tahun dan dewasa usia > 18 tahun.
Vaksin diberikan sebanyak 2 kali, suntikan kedua diberikan 6-12 bulan dari
KIPI:
Umumnya aman dan KIPI yang sering ditemukan adalah reaksi lokal tetapi
umumnya ringan, kadang-kadang juga ada sedikit demam. Efek samping akibat
38
injeksi. Vaksin tidak boleh diberikan pada individu yang mengalami efek
dari galur OKA. Vaksin ini berasal dari virus varicella zooster liar yang diisolasi
dari seorang anak yang bernama belakang oka berusia 3 tahun. Vaksin ini
vaksin varisela dianjurkan pada anak dengan usia > 1 tahun, cukup 1 dosis.
2 dosis untuk semua anak. Hal ini disebabkan masih timbulnya wabah varisela
terutama pada populasi yang sebagian besar telah dievakuasi. Disimpan dalam
suhu 2-8oC. Suntikan pertama diberikan saat usia 12-15 bulan dan suntikan
KIPI:
Jarang terjadi, tetapi bila terjadi reaksi yang muncul bersifat lokal (1%)
yaitu bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan yang terjadi beberapa jam
39
Kontra indikasi:
neomisin.
Pada tahun 1998, vaksin Rotashield telah digunakan untuk mencegah diare
rotavirus. Namun, karena efek samping yang ditimbulkan (berupa gangguan usus),
maka vaksin tersebut ditarik dari peredaran. Saat ini terdapat 2 vaksin rotavirus,
yaitu ;
manusiasapi P(8)G1-G4.
diberikan bersama vaksin polio oral. Kejadian ikutan pasca pemberian vaksin
40
Nama Vaksin Rota Virus
Sasaran Imunisasi Bayi sedini usia 4 minggu
Macam Vaksin Rotarix, Rotateg
Dosis Rotarix, 3 dosis; Rotareg, 2 dosis
Jadwal Pemberian Rotarix usia (4, 8) minggu; Rotateg :
usia (4,8,12) minggu
Cara Pemberian Oral
Efektivitas Belum diketahui secara pasti
Kontraindikasi - Sebaiknya tidak diberikan
bersama-sama dengan vaksin polio
oral
- Adanya infeksi bakteri patogen
diusus
KIPI Diare, Muntah, Demam
Tabel 5. Vaksinasi Rotavirus
vaksin JE. Vaksin diberikan secara serial dengan dosis 1 ml secara subkutan pada
hari ke-0, hari ke-7 dan hari ke-28. Untuk anak berumur 1-3 tahun, dosis yang
diberikan masing-masing 0,5 ml dengan jadwal yang sama. Dosis penguat dapat
diberikan 3 tahun kemudian bagi mereka yang tinggal di daerah rawan terinfeksi
virus JE.
41
Nama Vaksin Vaksin Japanesse Encephalitis
Indikasi Semua umur terutama yang tinggal
didaerah rawan JE atau yang akan
mengadakan perjalanan ke daerah yang
rawan penyakit JE
Dosis awal 1 ml secara subkutan pada hari 0, 7, 28.
Untuk anak berumur 1-3 th; dosis 0,5 ml,
dengan jadwal yang sama
Efektivitas 90%
KIPI Kemerahan dan bengkak ditempat
penyuntikan, demam, sakit kepala,
menggigil, mual, dan muntah
Kontraindikasi Alergi
Tabel 6. Vaksinasi Japanesse Encephalitis
135.
meningitidis, siswa yang tinggal di daerah pesantren, dan bagi jemaah haji serta
42
1. Vaksin Polisakarida Meningococcus A, C, Y, W-135 (MPSV4)
Vaksin ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 1981, diberikan pada anak
usia 2-10 tahun dan usia di atas 55 tahun. Pemberian vaksin tidak dianjurkan bagi
anak usia kurang dari 2 tahun dan anak sekolah di atas 11 tahun. Yang lebih
dianjurkan untuk usia ini adalah vaksin jenis MCV4, namun jika tidak tersedia
vaksin jenis MCV4, maka vaksin ini (MPSV4) juga dapat digunakan.
Vaksin MPSV4 diberikan dengan satu kali suntikan secara subkutan (di
bawah kulit). Perlindungan yang didapatkan sekitar 85%-100% dan akan bertahan
selama 3-5 tahun. Kekebalan yang terbentuk akan menurun dalam 2-3 tahun,
KIPI yang timbul akibat vaksin ini relatif ringan, yakni hanya berupa nyeri
dan kemerahan pada tempat suntikan, dapat terjadi demam (5%). Reaksi alergi
MCV4 pertama kali dikeluarkan pada tahun 2005 dengan harapan dapat
lebh baik daripada vaksin sebelumnya dan dapat memberikan perlindungan yang
lebih lama. Vaksin ini diberikan bagi anak di atas usia 2 tahun, terutama pada
usia 11-12 tahun. Pertimbangan pemberian vaksin untuk anak usia di atas 11
tahun adalah karena respon kekebalan yang terbentuk terhadap vaksin ini tidak
43
Pemberian vaksin dilakukan 1 kali melalui suntikan di otot lengan dan
boleh diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya, asalkan pada tempat yang
berbeda.
dan dapat bertahan selama 10 tahun. Dengan demikian tidak perlu pemberian
ulangan, tetapi untuk yang menerima vaksin di bawah usia 4 tahun kekebalan
tubuh yang terbentuk akan lebih cepat menurun dalam 3 tahun pertama.
Pemberian ulangan diberikan jika ada risiko penularan secara terus menerus.
Jadwal ulangan adalah 1 tahun untuk anak yang menerima vaksin pada usia
kurang dari 4 tahun. Bagi anak yang menerima vaksin pada usia di atas 4 tahun,
KIPI yang ditimbulkan oleh vaksin ini lebih sering terjadi dibandingkan
dengan vaksin jenis MPSV4. Namun, biasanya sangat ringan, yakni berupa rasa
sakit dan tibul kemerahan pada tempat suntikan yang akan hilang dalam 12 hari.
Efek lain yang dapat timbul adalah kesemutan atau rasa seperti terbakar, tetapi
namun risiko terjadinya efek ini sangat kecil. Vaksin ini tidak boleh diberikan
pada seseorang dengan riwayat alergi dengan bahan vaksin, alergi latex, dan pada
44
2.10.16 Vaksin Yellow Fever1
Orang (berumur > 1 tahun) yang hendak bepergian ke Amerika dan Amerika
berupa virus hidup yang dilemahkan, dari galur 17 D. Vaksin disuntikkan di bawah
kulit sebanyak 0,5 ml berlaku untuk semua umur dan sangat efektif dalam
pada anak < 9 bulan, ibu hamil, alergi telur, dan orang yang sedang mengalami
Sekitar 2%-5% penerima vaksin ini merasa pusing, nyeri otot, dan demam yang
untuk mencegah kanker leher rahim. Uji klinis dari 2 generasi pertama vaksin,
satu untuk HPV tipe 16 dan 18, sedangkan yang lainnya untuk tipe 6, 11, 16, 18
telah memperlihatkan proteksi yang cukup tinggi melawan insiden dan infeksi
persisten.
45
Vaksin diberikan 3 dosis (bulan ke-0, ke-1, dan ke-6) secara intramuskular
lengan atas. Vaksin tidak akan memberikan proteksi maksimal jika tidak
menyeleseikan ke-3 dosis tersebut. Sampai saat ini, penelitian selama 5 tahun dan
masih berjalan bahwa vaksin ini tidak memerlukan booster, sehingga masih
Vaksin HPV aman dan efektif jika diberikan pada wanita usia 9-26 tahun.
menyarankan vaksin diberikan pada wanita usia 10-55 tahun. Vaksin pencegahan
terhadap infeksi HPV akan bekerja secara efisien bila vaksin ini diberikan
Vaksin HPV relatif aman, reaksi KIPI relatif ringan dapat berupa nyeri pada
Jadwal Imunisasi IDAI 2008 secara garis besar sama dibandingkan dengan
yang dianjurkan diberikan pada umur 5 tahun (jadwal tahun 2007). Pada jadwal
2008 ditambahkan vaksin Rotavirus untuk diare pada anak dan HPV (Human
Papilloma Virus). Pada tahun 2010 ini berdasarkan rekomendasi IDAI (Ikatan
Dokter Anak Indonesia) tidak adanya lagi perbedaan program imunisasi yang
46
diwajibkan dan dianjurkan serta ada perbedaan waktu pemberian awal imunisasi
47
BAB III
KESIMPULAN
Imunisasi dasar pada anak usia dibawah 2 tahun sangat penting untuk dilakukan
oleh karena bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian yang seharusnya
dapat dicegah walaupun imunisasi tidak menjamin 100% bahwa seseorang tidak
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010
2. Sri, Rezeki S Hadinegoro. Prof. Dr. dr. SpA(K), dkk. Pedoman imunisasi di
235-258.
http://pediatricinfo.wordpress.com/2009/04/20/jadwal-imunisasi-
2008idai/
49