Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Banyak orang yang mempertukarkan panggunaan istilah bicara dengan


bahasa, padahal kedua istilah tersebut tidak sama. Bahasa adalah sistem
komunikasi yang digunakan dengan sukarela dan secara sosial disetujui bersama,
dengan menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan dan menerima
pesan dari satu orang ke orang lain. Termasuk didalamnya adalah tulisan, bicara,
bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni.

Bahasa merupakan upaya berkomunikasi, pikiran, ide dan perasaan


disimbolisasikan untuk dapat memberi pengertian kepada orang lain. Keberhasilan
perkembangan bicara dan bahasa tergantung pada integrasi antara kognitif,
auditori dan sistem motor. Bahasa dapat dibedakan atas bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif. Bahasa reseptif mengacu pada kemampuan untuk mengerti bahasa
orang lain meliputi kemampuan visual dan kemampuan auditori (mendengarkan).
Bahasa ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengungkapkan baik secara
visual (tulisan, tanda) atau auditori (berbicara).

Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata


yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Atau, bicara adalah luaran (output
oral atau verbal dari suatu bahasa); atau kegiatan untuk berkomunikasi melalui
ekspresi verbal.

Bicara merupakan suatu bentuk bahasa ekspresif yang diucapkan yang


berhubungan dengan aspek mekanis produksi suara. Berbicara merupakan hasil
signal akustik dan merupakan interaksi fisiologik yang kompleks berkaitan
dengan sistem pernafasan, laring dan struktur oral1,3,9,12 Secara umum
dikatakan terlambat bicara jika perkembangan bicara anak secara signifikan di
bawah standar untuk anak normal dengan usia yang sama.

1
Untuk menjelaskan gangguan bicara dan bahasa pada anak, tergantung
pada alat skrining dan diagnostik yang digunakan. Walaupun demikian, setiap
definisi harus mencakup 2 aspek, yaitu:

1. Terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, bila


dibandingkan dengan anak lain yang sama umur, jenis kelamin, adat
istiadat, dan kecerdasannya;
2. Terdapat kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan penampilan
anak yang kita observasi

Gangguan perkembangan bahasa menyebabkan keterbatasan yang


signifikan terhadap kemampuan untuk mempelajari bahasa dari sebuah
komunitas. Karakteristik dari gangguan bahasa meliputi keterbatasan pemahaman
kata-kata atau penyampaiannya, salah penggunaan kata dan artinya, kesulitan
menyampaikan atau mengikuti ide-ide, pola tata bahasa yang tidak matang,
kesulitan mengikuti petunjuk, atau mencampuradukkan pola-pola dalam
percakapan.

Gangguan bicara adalah gangguan yang berhubungan dengan intensitas


dan penekanan bunyi dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik untuk
bicara atau gangguan dalam kualitas suara. Gangguan perkembangan ini
berhubungan erat dengan umur, jenis kelamin, dan latar belakang budaya.

B.PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL

Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang


dewasa kinan dan lebih dari 75% pada orang dewasa kidal. Pengkhususan
hemisfer untuk fungsi bahasa sudah dimulai sejak di dalam kandungan, tetapi
bagian ini baru berfungsi secara sempurna etelah beberapa tahun kemudian.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada anak yang mengalami kerusakan
pada area bahasa di otak, maka fungsi berbahasa masih dapat diambil alih oleh
bagian otak yang lain, asalkan terjadi pada tahap plastisitas perkembangan otak

2
yang tinggi; walaupun kelainan yang khusus tersebut masih dapat diketemukan
dengan tes yang teliti.

Terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak yang khusus untuk
berbahasa, yaitu area Broca dan korteks motorik di bagian anterior, dan area
Wernicke di bagian posterior. Informasi, yang berasal dari korteks pendengaran
primer dan sekunder, diteruskan ke bagian korteks temporoparietal posterior (area
Wernicke). Informasi ini kemudian dicocokkan dengan ingatan yang sudah
disimpan sebelumnya. Jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh faciculus
arcuatus ke bagian anterior otak, untuk koordinasi jawaban motorik (area Broca).
Apabila terjadi kelainan pada salah satu jalan impuls ini, akan terjadi kelainan
bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa
reseptif, sedangkan kerusakan di bagian anterior akan menyebabkan kelainan
bahasa ekspresif.

Periode kritis bagi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa


adalah periode antara 9-24 bulan awal kehidupan. Pengamatan langsung terhadap
perilaku komunikasi selama pemeriksaan rutin dapat diambil dari laporan orang
tua. Anak yang sedang belajar berbicara, akan mengamati dengan seksama wajah
lawan bicaranya dan gerakan-gerakan yang dilakukannya sampai pada saat
dimana petunjuk visual menjadi tidak penting, yang menandakan peningkatan
dalam memahami sinyal lisan pendengaran.

Dengan berkembangnya keterampilan ekspresif anak, kemampuan yang


meningkat dalam berbicara dan berbahasa menjadi lebih mudah diamati. Periode
2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan
kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan control
neuromotorik. Modulasi suara mungkin masih berlebihan, pengendalian intensitas
suara masih terbatas, demikian pula dengan pengendalian artikulasi dan ritme
bicara. Selama periode inilah gangguan dalam kelancaran berbicara dapat lebih
kelihatan, seperti gagap atau cara bicara seperti bayi. Pengetahuan bahwa

3
ketidaklancaran adalah merupakan bagian dari perkembangan normal atas
pengendalian berbicara, akan meredakan kecemasan orang tua.

Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang


pertama muncul adalah suara yang paling mudah dan paling gampang, yaitu suara
bibir (dinyatakan dalam huruf m,p,b,f,v,o). berikutnya yang terdengar adalah suara
sederhana yang dihasilkan oleh lidah dan gusi (d,n,t). ketika anak mulai
menguasai kontak lidah-palatum (g,k,ng), sering mereka bingung antara d dan g
serta t dan k terutama bila keduanya muncul dalam satu kata (misalnya dagu
diucapkan dadu atau gagu). Jenis duplikasi fonetik ini sering terjadi pada umur 2
tahun, dan dapat pada umur 3 tahun. Ketika anak belajar membuat pembedaan
suara, mereka juga belajar mengendalikan motorik untuk pola bicara yang lebih
kompleks dan dapat mengucapkan huruf f, v, s dan z. karena suara-suara itu mirip,
anak umur 3 tahun dapat keliru menyebut f untuk s atau v untuk z.

Pengendalian dari berbagai bunyi ucapan biasanya dikuasai lebih dulu


pada awal kata-kata. Anak umur 2 tahun mungkin menghilangkan suara pada
akhir kata; anak umur 3 tahun dapat terpeleset pada bunyi ditengah kata, dan anak
umur 4-5 tahun dapat mengalami kesulitan dengan kata yang lebih kompleks.
Kesalahan artikulasi dapat terjadi sampai batas umur 7 tahun. Anak umur 4 tahun
adalah penerima bahasa ibu yang baik. Dapat saja terjadi kesalahan artikulasi,
tetapi ucapannya cukup dapat dimengerti dan telah menguasai dasar sintaks,
fonetik dan semantik.

Agar dapat mengetahui kapan seorang anak terlambat bicara, terlebih


dahulu kita perlu mengenal tahapan perkembangan bicara normal:

Usia 0-6 bulan

Saat lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya.


Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai dapat membuat suara-suara sseperti aah atau
uuh yang dikenal dengan istilah cooing. Ia juga senang bereksperimen dengan
berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, misalnya suara menyerupai berkumur.
Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara. Setelah

4
usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai
mainan yang mengeluarkan suara. Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons
terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing
berangsur menjadi babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya
papapapapa, dadadadada, bababababa, mamamamama. Bayi juga mulai
dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi
wajah yang sesuai.

Waspada bila: tidak ada babbling.

Usia 6-12 bulan


Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda
serta konsep-konsep dasar seperti ya, tidak, habis. Saat babbling, ia
menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Ia pun dapat
mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa arti. Pada
usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan mama dan papa (atau istilah
lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama lainnya)
dengan arti. Ia menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa
perintah sederhana (misal lihat itu, ayo sini). Ia menggunakan isyarat untuk
menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk, merentangkan tangan ke atas
untuk minta digendong, atau melambaikan tangan (dadah). Ia suka membeo,
menirukan kata atau bunyi yang didengarnya. Pada usia 12 bulan bayi sudah
mengerti sekitar 70 kata.
Waspada bila: bayi tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan, ekspresi wajah
kurang pada usia 12 bulan.

Usia 12-18 bulan


Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan
arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan,
menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan mengikuti
perintah satu langkah (Tolong ambilkan mainan itu). Kosakata anak bertambah
dengan pesat; pada usia 15 bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata

5
dengan arti, namun pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata.
Pada akhir masa ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya
dengan kata-kata.
Waspada bila: tidak ada kata berarti pada usia 16 bulan

Usia 18-24 bulan


Dalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap
hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua
kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat mengikuti perintah dua langkah.
Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita. Pada usia dua tahun, sekitar
50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.
Waspada bila: Tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti pada usia 24 bulan

Usia 2-3 tahun


Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat
dimengerti oleh orang lain. Anak sudah biasa menggunakan kalimat 2-3 kata
mendekati usia 3 tahun bahkan 3 kata atau lebih dan mulai menggunakan
kalimat tanya. Ia dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda-benda yang
sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi atau bersajak
(misalnya Pok Ami-Ami).

Usia 3-5 tahun


Anak pada usia ini tertarik mendengarkan cerita dan percakapan di
sekitarnya. Ia dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya, serta
menggunakan kalimat-kalimat panjang (>4 kata) saat berbicara. Pada usia 4 tahun,
bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah dapat
menceritakan dengan lancar dan cukup rinci tentang hal-hal yang dialaminya.

Umur Bahasa reseptif Bahasa ekspresif

(bulan) (bahasa pasif) (bahasa aktif)

1 Kegiatan anak terhenti akibat Vokalisasi yang masih


suara sembarang, terutama huruf

6
hidup

2 Tampak mendengarkan Tanda-tanda vokal yang


ucapan pembicara, dapat menunjukkan perasaan senang,
tersenyum pada pembicaraan senyum sosial

3 Melihat kearah pembicara Tersenyum sebagai jawaban


terhadap pembicara

4 Memberi tanggapan yang Jawaban vokal terhadap


berbeda terhadap suara rangsang sosial
bernada marah/senang

5 Bereaksi terhadap panggilan Mulai meniru suara


namanya

6 Mulai mengenal kata-kata da Protes vokal, berteriak kerana


da, papa, mama kegirangan

7 Bereaksi terhadap kata-kata Mulai menggunakan suara


naik, kemari, dada mirip kata-kata kacau

8 Menghentikan aktifitas bila Menirukan rangkaian suara


namanya dipanggil

9 Menghentikan kegiatan bila Menirukan rangkaian suara


dilarang

10 Secra tepat menirukan variasi Kata-kata pertama mulai


suara tinggi muncul

11 Reaksi terhadap pertanyaan Kata-kata kacau mulai dapat


sederhana dengan melihat dimengerti dengan baik
atau menoleh

12 Reaksi dengan melakukan Mengungkapkan kesadaran


gerakan terhadap berbagai tentang obyek yang telah akrab
pertanyaan verbal dan menyebu namanya

15 Mengetahui dan mengenali Kata-kata yang benar


nama-nama bagian tubuh terdengar diantara kata-kata
yang kacau, sering dengan
disertai gerakan tubuhnya

7
18 Dapat mengetahui dan Lebih banyak menggunakan
mengenali gambar-gambar kata-kata daripada gerakan
obyek yang sudah akrab untuk mengungkapkan
denganya jika obyek tersebut keingingannya.
disebut namanya

21 Akan mengikuti petunjuk Mulai mengkombinasikan


yang berurutan (ambil topimu kata-kata (mobil papa, mama
dan letakkan di atas meja) berdiri)

24 Mengetahui lebih banyak Menyebut nama sendiri


kalimat yang lebih rumit

Tabel 1: Tahap perkembangan bicara dan bahasa pada anak normal.

C. MANIFESTASI KLINIK
GANGGUAN BAHASA
Gangguan Bahasa Reseptif
Pada gangguan bahasa reseptif, tidak terdapat gejala standar karena
gejalanya berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Namun secara garis
besar, gejalanya dapat meliputi:
Terlihat tidak memperhatikan lawan bicaranya saat berbicara
Tidak terlihat tertarik pada saat dibacakan buku cerita
Tidak mampu memahami kalimat yang kompleks
Mengalami kesulitan dalam mengikuti instruksi verbal
Echolalia
Memiliki kemampuan bahasa dibawah rata-rata untuk anak seusianya

Gangguan Bahasa Ekspresif


Pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif, mereka memiliki kesulitan
dalam hal tata bahasa dan juga mengombinasikan kata dan kalimat. Mereka
umumnya menghasilkan sedikit kata dan kalimat dibandingkan dengan anak lain
pada umur yang sama, juga memiliki kosa kata yang sedikit.
Anak dengan gangguan bahasa ekspresif, biasanya memiliki kemampuan
yang lebih rendah dari anak seusianya dalam hal:
Memilih kata dan kalimat untuk mengekspresikan pemikirannya
Mengingat kosa kata
Menggunakan bahasa secara tepat

8
Contoh dari gangguan bahasa ekspresif yaitu anak umur 7 tahun yang
tidak mampu menggabungkan kalimat dengan menggunakan kata dan, tetapi,
atau jika. Contoh lain yaitu seorang anak umur 3 tahun yang hanya bisa
berbicara dengan kalimat yang terdiri dari dua kata.
Gejala gangguan bahasa ekspresif berbeda antara satu anak dengan yang
lainnya, juga tergantung dari usia serta tingkat keparahan gangguannya. Gejala
yang sering, meliputi:
Kesalahan dalam tata bahasa, menggunakan kalimat yang tidak lengkap
Menggunakan kalimat dan kata yang sedikit dibandingkan anak seusianya
Menggunakan susunan kalimat yang lebih sederhana dibandingkan anak
seusianya
Memiliki kosakata yang terbatas dan lebih dasar dibandingkan anak
seusianya
Sering memiliki masalah dalam menemukan kata yang tepat untuk
mengekspresikan keinginan atau pemikirannya
Menggunakan kata yang tidak spesifik
Menggunakan kata yang salah dalam kalimat atau kalimat yang bermakna
membingungkan
Memiliki keraguan dalam memulai percakapan
Mengulangi kata-kata yang diucapkan lawan bicaranya
Tidak mampu mencapai inti pembicaraan
Kesulitan dalam menyampaikan informasi
Tidak mampu memulai atau mempertahankan percakapan serta tidak
mengetahui aturan dalam percakapan
Mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah baik lisan maupun
tulisan

Gangguan Campuran Ekspresif-Reseptif


Anak yang berbicara sulit dipahami dan juga menunjukkan adanya
gangguan pemahaman terhadap apa yang dikatakan kepadanya-menunjukkan
gangguan campuran ekspresif-reseptif. Mereka bicara dengan kalimat yang
pendek; dan banyak di antara mereka yang autistic. Setelah dewasa, mereka
menjadi afasia (afasia broca), hanya sedikit yang diketahui bagaimana hal ini bisa
terjadi.

9
Aram DM (1987) dan Towne (1983) mengatakan bahwa dicurigai ada
gangguan perkembangan kemampuan bahasa pada anak jika ditemukan gejala-
gejala sebagai berikut:
1. pada usia 6 bulan, anak tidak mampu memalingkan mata dan kepalanya
terhadap suara yang dating dari belakang atau samping
2. pada usia 10 bulan, anak tidak member reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri.
3. Pada umur 15 bulan, anak tidak mengerti dan tidak member reaksi terhadap
kata-kata jangan, da-da, dan sebagainya
4. Pada usia 18 bulan, anak tidak dapat menyebut sepuluh kata tunggal
5. Pada usia 21 bulan, anak tidak member reaksi terhadap perintah (misalnya
duduk, kemari, berdiri)
6. Pada usia 24 bulan, anak tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
7. Pada usia 24 bulan, anak belum mampu mengetengahkan ungkapan yang
terdiri dari 2 buah kata
8. Setelah 24 bulan, anak hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat
sedikit/tidak mempunyai kata-kata yang berhuruf z pada frase
9. Pada usia 30 bulan, ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga
10. Pada usia 36 bulan, anak belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat
sederhana
11. Pada usia 36 bulan, anak tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat
Tanya yang sederhana
12. Pada usia 36 bulan, ucapannya tidak dimengerti oleh orang diluar keluarganya
13. Pada usia 3,5 tahun, anak selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk
cat, ba untuk ban, dan lain-lain)
14. Setelah berusia 4 tahun, anak tidak lancer berbicara/gagap
15. Setelah usia 7 tahun, masih ada kesalahan ucapan
16. Pada usia berapa saja, terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata
atau mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras atau tidak
dapat didengar, serta terus-menerus memperdengarkan suara yang serak.

GANGGUAN BICARA

Terdapat bermacam-macam klasifikasi gangguan bicara, tergantung pada


cara mereka memandang. Kebanyakan cara klasifikasi berdasarkan atas model
input-output. Beberapa didefinisikan dengan menggunakan tes yang telah

10
distandardisasi. Ada yang menggunakan model yang didasari pendengaran dan
ada pula yang berdasarkan patofisiologi terjadinya.
Menurut Berry MF dan Eisenson J, gangguan bicara pada anak secara
garis besarnya dibagi menjadi 4 kategori:
1. defects of articulation or phoneme (sound) production
2. defects of phonation or voice production (voice disorders)
3. defect of rhythm (suttering and cluttering)
4. language dysfunctions (delayed speech and aphasia)
Berry MF dan Eisenson J, juga melakukan klasifikasi lain yang lebih
praktis yaitu berdasarkan kelainan yang mungkin terjadi pada individu tertentu.
Klasifikasi tersebut adalah:
1. Defects of articulation (these include distortions, substitutions, or
omissions of speech sounds)
2. Defects of voice production (these include significant deviations in
quality, loudness, pitch, variety, or duration of vocalization)
3. Defects of rhythm (stuttering and cluttering)
4. Delayed speech development
5. Cleft-palate speech
6. Cerebral-palsy speech, including congenital aphasia
7. Impairment of language function (aphasia)
8. Speech defects associated with defective hearing
Rutter (dikutip dari Toback C) membuat klasifikasi kelainan bicara dan
bahasa pada anak berdasarkan atas berat ringannya, yang dapat dilihat pada tabel
berikut.

Ringan Keterlambatan akuisisi dari bunyi Dislalia


kata-kata, bahasa normal
Sedang Keterlambatan lebih berat dari Disfasia ekspresif
akuisisi bunyi kata-kata dan
perkembangan bahasa terlambat
Berat Keterlambatan lebih berat dari Disfasia reseptif dan tuli
akuisisi dan bahasa, gangguan persepsi
pemahaman bahasa
Sangat Gangguan pada seluruh kemampuan Tuli persepsi dan tuli
berat bahasa sentral
Tabel 2: Klasifikasi gangguan bicara menurut Rutter.

11
Sementara itu, Rapin dan Allen (dikutip dari Klein, 1991) berdasarkan
patofisiologi, membagi kelainan, yaitu:

Disfraksi Verbal
Anak dengan disfraksi verbal (afraksia verbal atau gangguan
perkembangan bicara ekspresif) mengerti segala sesuatu yang dikatakan padanya.
Mereka lebih sering menunjuk daripada bicara. Banyak diantara mereka yang
mempunyai riwayat premature; beberapa menderita disfraksia oromotr (anak ini
mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan mengikuti gerakan mulut). Jika
bicara, mereka lebih banyak menggunakan suara vocal dengan gangguan
pengucapan konsonan. Anak-anak ini, setelah dewasa, menjadi afemia. Anak
dengan disfraksia verbal kadang-kadang disertai dengan gangguan tingkah laku
(autisme). Pada anak ini, rehabilitasi lebih memerlukan terapi wicara yang
intensif.

Defisit Produksi Fonologi


Beberapa anak bicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti,
sekalipun berbicara pada orang-orang yang selalu kontak dengannya, sehingga
mereka sering marah dan frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit
dimengerti oleh sekitarnya. Anak-anak yang seperti ini tidak mengalami gangguan
dalam pengertian, tetapi terdapat gangguan berupa deficit produksi fonologi.

Disfasia Verbal Auditori-Agnosia


Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya,
walaupun kadang-kadang mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain,
misalnya dengan memperhatikan apa yang dilihatnya. Mereka sangat miskin
artikulasi kata-kata. Mereka ini dinamakan disfasia verbal auditori-agnosia.
Mereka ini termasuk afasia yang didapat. Sebelumnya, mereka sering kejang dan
kehilangan kemampuan berbicara setelah periode perkembangan bahasa yang
normal. (sindrom Landau Kleffner). Pada EEG anak dengan sindrom ini, akan
tampak bitemporal spike. Anak dengan disfasia jenis ini memproses suara yang
didengarkannya di pusat-dengar, berbeda dengan anak normal. Stimulasi bahasa
akan memperbaiki keadaan, walaupun hasil akhirnya masih belum pasti.

Gangguan Leksikal-Sintaksis

12
Anak dengan gangguan ini mempunyai kesulitan menemukan kata-kata-
yang tepat, khususnya saat bercakap-cakap. Mereka tidak gagap dan tidak
menghindar untuk berbicara. Gejalanya mirip seperti orang dewasa dengan afasia
konduksi, yaitu mereka akan berhenti bicara sebentar untuk menemukan kata-kata
yang tepat. Biasanya orangtuanya akan membantu menemukan kata-kata yang
tepat. Anak ini biasanya bicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
pendek untuk umurnya. Terapi bicara akan membantu melatih anak mencari kata-
kata yang tepat pada saat bicara, tetapi prognosis selanjutnya masih belum banyak
diketahui.

Gangguan Semantik Pragmatik


Ada beberapa anak yang berbicara lancar dan dapat menggunakan kata-
kata yang tepat, tetapi mereka berbicara tanpa henti mengenai satu topik. Mereka
tidak mengerti tata bahasa. Gejalanya mirip gangguan bicara pada anak
hidrosefalus. Oleh Rapin dan Allen, gangguan ini disebut gangguan semantik
pragmatik. Anak ini pada umumnya menderita gangguan hubungan sosial dan
didagnosis sebagai gangguan perkembangan perfasif. Mereka punya sedikit teman
sebaya dan tidak pernah mau belajar aturan permainan dan aturan bicara dari
teman sebayanya. Ada baiknya anak ini diajar keterampilan berbicara, bahkan
diperlukan psikolog dan ahli terapi tingkah laku.

D. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis gangguan bicara dan bahasa pada anak, harus
dilakukan anamnesis yang baik terhadap faktor-faktor risiko yang mungkin dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan bicara dan bahasa pada anak.

Riwayat Kemungkinan Penyebab


Riwayat perkembangan
Milestone perkembangan bahasa terlambat Terlambat bicara
Milestone perkembangan motorik Palsi serebral
terlambat Retardasi mental
Global delay developmental milestones
Ibu sakit selama kehamilan

13
Infeksi intrauterine (misal: rubella, Tuli, retardasi mental
toksoplasmosis, cytomegalovirus)
Maternal phenylketonuria Retardasi mental
Maternal hipotiroid Retardasi mental
Ibu pengguna obat-obat terlarang (misal: Retardasi mental
alkohol)
Gangguan pada plasenta Retardasi mental, palsi
serebral
Riwayat perinatal
Prematuritas Palsi serebral
Hipoksia Retardasi mental, palsi
serebral, tuli
Trauma lahir Palsi serebral
Perdarahan intracranial Retardasi mental, tuli, palsi
serebral
Kernicterus Retardasi mental, tuli, palsi
serebral
Kesulitan makan, drooling berlebihan Palsi serebral
Penyakit sebelumnya
Encephalitis, meningitis Retardasi mental, tuli
Otitis media berulang Tuli
Gondong Tuli
Hipotiroid Retardasi mental, tuli
Trauma kepala Retardasi mental, tuli
Kejang Palsi serebral, retardasi mental
Penggunaan obat
Obat-obat ototoksik Tuli
Riwayat psychosocial
Stress psikososial, masalah keluarga Deprivasi psikososial, mutism
elektif
Gangguan perilaku social, tidak ada empati, Autisme
tidak mampu berinteraksi dengan orang

14
lain Bilingualism
Menggunakan lebih dari satu bahasa
Riwayat keluarga
Terlambat bicara Maturasi lambat, retardasi
mental
Kelainan kromosom Retardasi mental
Pendred sindrom, weardenburg sindrom, Tuli
usher sindrom
Prader-willi sindrom, William sindrom, Retardasi mental
bardet-biedl sindrom
Tabel 3: Riwayat anak yang mengalami keterlambatan bicara.

Pemeriksaan fisik yang teliti harus dilakukan untuk mencari adanya


gejala-gejala dari sindrom tertentu atau kelainan dismorfik yang mungkin ada.
Kelainan Fisik Kemungkinan etiologi
Perawakan pendek, obesitas, hipogonadism Sindrom Prader-Willi
Mikrosefali, makrosefali Retardasi mental, palsi
serebral, tuli
Deformitas telinga atau kanalis telinga luar Tuli
Pinna membesar, macro-orchidism Sindrom fragile X
Upward slanting eyes, Brushfield spot, Sindrom down
epicanthic folds, brachycephaly, simian creases
Goiter Sindrom Pendred
Caf au lait spots Neurofibromatosis
Adenoma sebaceum, shagreen patches, Tuberous sclerosis
hypopigmented spots
White forelock, cutaneus hypopigmentation, Sindrom waardenburg
hypertelorism, heterochromia
Retinitis pigmentosa, obesitas, hipogonadism, Sindrom Bardet-Biedl
polidaktili
Retinitis pigmentosa, katarak Sindrom Usher
Korioretinitis Toksoplasmosis congenital,

15
sitomegalovirus kongenital
Kontak mata tidak ada, stereotipi gerakan yang Autisme
diulang-ulang
Spastisitas, hiperrefleksia, klonus, extensor Palsi serebral
plantar response, kontraktur
Athetosis, koreoathetosis, ataksia Palsi serebral
Disarthria Palsi serebral
Tabel 4: Kelainan fisik yang sering ditemukan pada anak dengan gangguan
bicara dan bahasa.

A. Anamnesis
Anamnesis harus mencakup masalah yang dikemukakan oleh orangtua
mengenai perkembangan bahasa anaknya. Keluhan orantua tersebut harus
ditanggapi sebagai masalah yang serius, walaupun nantinya diagnosis tidak sesuai
dengan keluhan tersebut. Ditanyakan riwayat perkembangan bahasa dan kognitif
dalam keluarganya, keadaan social ekonomi, lingkungan sekitarnya, riwayat
perkembangan pada umumnya (bahasa, motorik, sosial, kognitif). Perhatikan
milestone perkembangan bahasa pada anak, untuk menentukan apakah
perkembangan bahasa anak sesuai dengan umurnya atau tidak. Ditanyakan pula
factor risiko seperti penyakit ibu selama hamil, riwayat perinatal, penyakit-
penyakit yang pernah diderita sebelumnya, penggunaan obat-obatan, riwayat
psikososial dan sebagainya.
Kecurigaan adanya autism perlu dipertimbangkan, bila dijumpai gangguan
bicara dan tingkah laku secara bersamaan. Kesulitan tidur dan kesulitan makan
sering dikeluhkan orangtua pada awal autism. Pertanyaan bagaimana anak
bermain dengan temannya dapat membantu mengungkap tabir tingkah laku anak.
Anak dengan autism lebih senang bermain sendiri dengan huruf balok atau
magnetic dalam waktu yang lama, mereka kadang-kadang dapat bermain dengan
anak sebaya tetapi hanya dalam waktu singkat lalu menarik diri.
B. Instrumen penyaring
Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan instrument penyaring
untuk menilai gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early language
Milestone Scale atau DDST atau Reseptive-Expresive Emergent Language Scale.

16
Early language Milestone Scale cukup sensitive dan spesifik untuk
mengidentifikasi gangguan bicara pada anak kurang 3 tahun.
C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain
gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomaly telinga luar, otitis media
berulang, sindrom Down, palsi serebral, celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan
gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata PA, TA, PA-
TA, PA-TA-KA. Gangguan kemampuan oromotor terdapat pada verbal aptaksia.
Mengamati anak saat bermain dengan alat permainan yang sesuai dengan
umurnya sangat membantu untuk mengidentifikasi gangguan tingkah laku.
Dengan developmental surveillance ini akan dapat ditemukan kelainan-kelainan
yang bermakna atau red flag gangguan bicara dan bahasa. Idealnya pemeriksa
juga ikut bermain dengan anak tersebut atau mengamati orangtuanya saat bermain
dengan anaknya. Namun, pengamatan ini tidak praktis dilakukan di ruangan yang
ramai. Pengamatan terhadap anak pada saat pengambilan anamnesis dengan
orangtuanya lebih mudah dilaksanakan. Anak yang memperlakukan mainannya
sebagai objek saja atau hanya sebagai satu titik pusat perhatian saja dapt
merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku.
D. Tes Bahasa
Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan instrument penyaring
untuk menilai gangguan perkembangan bahasa. Denver II dapat digunakan untuk
skrining awal untuk penyimpangan perkembangan melalui 4 sektor
perkembangan, termasuk bahasa. Alat skrining yang khusus untuk masalah bahasa
adalah Early Language Milestone Scale (ELM-2), Receptive-Expresive Emergent
Language Scale, Clinical Adaptive Test/Clinical Lingistic and Auditory Milestone
Scale (CAT/CLAMS). ELM-2 cukup sensitive dan spesifik untuk
mengidentifikasi gangguan bicara pada anak kurang dari 3 tahun.
E. Menemukan penyakit atau kelainan yang mendasari
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes (Tahap A,B,C)
perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya (D). harus dicari dan diobati bila terdapat
kelainan neurologic, kelainan genetic/sindrom, penyakit metabolic, kelainan
endokrin, masalah mental dan deprivasi social, sebab seringkali gangguan bicara
dan bahasa tersebut merupakan ko-morbid dari suatu penyakit tertentu. Contoh,

17
bila ditemukan perkembangan yang mengalami kemunduran, diperlukan
pemeriksaan untuk penyakit metabolic. Apabila ada riwayat kejang atau gerakan
yang tidak biasa, diperlukan pemeriksaan EEG. Kecurigaan adanya penelantaran
dan penganiayaan pada anak, perlu anamnesis yang komprehensif terhadap
keluarga.
Pemeriksaan penunjang lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis
banding. Bila terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, makrosefali, dan
terdapat gejala-gejala dari suatu sindrom, pelru dilakukan CT-Scan atau MRI
untuk mengetahui adanya kelainan. Pada anak laki-laki dengan autism dengan
perkembangan yang sangat lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin
diperlukan.
Pemeriksaan dari psikolog/neuropsikiater anak diperlukan, jika ada
gangguan bahasa dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi riwayat dan tes
bahasa, kemampuan kognitif dan tingkah laku. Tes intelegensia dapat dipakai
untuk diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan instrument seperti Vineland
Social Adaptive Scale Revised, Child behavior Checklist atau Childhood Autism
rating Scale (CHAT). Konsultasi ke psikiater anak dilakukan bila ada gangguan
tingka laku yang berat.
Ahli patologi wicara akan mengevaluasi cara pengobatan anak dengan
gangguan bicara. Anak perlu diperiksa apakah ada masalah anatomi yang
memengaruhi produksi suara.
F. Pemeriksaan audiologi
Semua anak dengan gangguan bahasa harus menjalani pemeriksaan
audiologi, untuk mengetahui adanya ketulian. Periksa semua bayi atau anak
dengan gangguan bicara dan bahasa yang berat dengan Brainstem Evoked
Respone Audiometry (BERA) dan/atau otoacoustic emissions (OAE). Pada anak
yang lebih besar, dapat dilakukan pemeriksaan audiometric konvensioanl. Dari
pemeriksaan audiologi, dapat diketahui adanya ketulian atau pendengarannya
normal. Bila ada ketulian, tentukan apakah itu tuli konduktif atau sensorineural.
G. Tuli konduksi
Bila diketemukan tuli konduksi, ditentukan apakah penyebabnya temporer
(seperti otitis media) atau permanen (seperti kelainan anatomi telinga atau
cholesteatoma yang perlu penanganan khusus oleh spesialis THT).
H. Tuli sensorineural

18
Bila ditemukan tuli sensorineural, dirujuk ke audiologist dan terapi
wicara/klinisi wicara, untuk dipertimbangkan penggunaan alat bantu dengar dan
latihan komunikasi.
I. Mencari keterlambatan sector perkembangan lainnya
Anak dengan gangguan bicara dan bahasa harus dicari apakah ada
keterlambatan pada sector perkembangan lainnya, termasuk motorik, kognitif, dan
social. Pemeriksaan ini merupakan kunci untuk diagnosis gangguan bicata dan
bahasa tersebut. Tentuan apakah terdapat gangguan sector perkembangan yang
majemuk (multiple domain) atau hanya sector bahasa saja.
J. Bila terdapat gangguan sector perkembangan yang majemuk
Identifikasi apakah ada global developmental delay (GDD), retardasi
mental, autism, atau deprivasi social. Bila terdapat keterlambatan global semua
sector perkembangan, kemungkinan adanya retardasi mental. Anak dengan
gangguan komunikasi, disertai gangguan interaksi social dan perilaku,
kemungkinan besar menderita autism.
K. Bila terdapat gangguan sector bahasa saja
Tentukan apakah gangguan bahasa atau gangguan bicara. Gangguan
perkembangan bahasa adalah kelompok heterogen dari gangguan perkembangan
bahasa ekspresif dan reseptif tanpa etiologi yang spesifik. Sangat sulit
membedakan antara anak yang dalam tahap perkembangan bahasa yang masih
dalam batas normal, dengan anak yang sudah ada gangguan perkembangan
bahasa. Oleh karena itu, deteksi dini dan intervensi dini sangat dianjurkan.
Keterlambatan bahasa ekspresif, diobservasi sebagai terlambat bicara (delayed
speeh). Masalah bahasa reseptif seperti auditory processing disorders atau
gangguan pada auditory short-therm memory mungkin akan tampak dengan
bertambahnya umur anak. Keterlambatan atau gangguan bicara sering merupakan
factor keturunan. Bila terdapat gangguan sector bahasa, rujuk untuk program
intervensi dini atau ke terapis wicara.
L. Gangguan bicara
Bila terdapat gangguan bicara pada anak disebabkan oleh gangguan
fonologi, verbal apraksia atau gagap, rujuk ke terapis wicara. Bila terdapat
gangguan kelancaran bicara yang tidak menetap, anak perlu diobservasi dan
control kembali.
M. Rujukan

19
Bila ditemukan kelainan majemuk pada beberapa sector perkembangan,
rujuk ke Spesialis Anak AHli Tumbuh Kembang atau mengikuti Program
Intervensi Dini. Tujuan rujukan adalah untuk intervensi, pendidikan, atau terapi
wicara. Rujukan ini penting untuk anak dengan global delays, autism, serta anak
dengan gangguan bicara dan bahasa. Intervensi atau terapi disesuaikan dengan
masalah atau kelainan yang diderita anak. Intervensi ini diperlukan untuk
mengoptimalkan kemampuan komunikasi yang kelak dapat memengaruhi kualitas
hidup anak.
Pada anak yang mengalami deprivasi berat, diperlukan penelusuran
riwayat social dan dilakukan rujukan untuk mendapatkan pelayanan social,
kesehatan mental, dan tumbuh kembang yang memadai.
Pada anak dengan gangguan bicara dan bahasa, yang ternyata normal
ketika pemeriksaan, harus tetap dilakukan surveillance untuk meyakinkan bahwa
masalahnya tidak bertambah.
Anak dengan keterlambatan atau kelainan bahasa harus dipantau terus
menerus, selain untuk menilai kelainannya, juga untuk menilai apakah ada
gangguan di sector perkembangan lainnya.

E.INSTRUMEN PENYARING
Skrining keterlambatan bicara, merupakan metode yang efektif untuk
mengidentifikasi secara dini keterlambatan bicara pada anak, terutama mereka
yang berumur di bawah 36 bulan. Early Language Milestone Scale -2 (ELMS-2)
merupakan salah satu alat skrining keterlambatan bicara yang direkomendasikan
oleh pakar perkembangan, terstandarisasi dari aspek ras dan jenis kelamin.
ELMS-2 merupakan instrument bahasa wicara yang sederhana, menskrining
bahasa ekpresif, bahasa reseptif dan visual, merupakan gabungan laporan orang
tua, observasi dan tes.
Anak dengan resiko keterlambatan perkembangan perlu dilakukan
skrining untuk mengetahui adakah keterlambatan bicara dan seberapa jauh
keterlambatan bicaranya. Kemampuan berbicara dan berbahasa dapat digunakan
untuk menilai kemampuan kognitif anak.
Salah satu metode yang dapat menilai kedua kemampuan tersebut untuk
anak sampai umur 3 tahun adalah dengan the Capute Scale, yang terdiri dari:

20
- CLAMS (Clinical Linguistic & Auditory Milestone Scale) untuk skrining
gangguan berbicara
- CAT (Cognitive Adaptive Test) untuk menilai kemampuan kognitif
Kedua metode ini dikembangkan oleh dr. Arnold J Capute sejak tahun
1960-an di John Hopkins Hospital kemudian dilanjutkan di John F. kennedy
Institute, pertama kali dipublikasikan tahun 1973. Saat ini telah banyak digunakan
diberbagai Negara.
Uji CAT dan CLAMS dilakukan pada usia 1-12 bulan (interval 1 bulan),
14, 16, 18, 21,24, 30 dan 36 bulan.
CLAMS (Clinical Linguistic & Auditory Milestone Scale)
Metode ini untuk menilai kemampuan bahasa ekspresif dan
reseptif. Kemampuan bahasa ekspresif ditanyakan kepada orang tua atau
pengasuh. Kemampuan bahasa reseptif dinilai dari keterangan orang tua dan
kemampuan yang ditunjukkan oleh anak di depan pemeriksa.
Uji ini seluruhnya ada 43 milestones terdiri dari 26 milestones untuk
menilai kemampuan bahasa ekspresif dan 17 milestones untuk bahasa reseptif.
Sebanyak 11 uji diantaranya harus dilakukan oleh anak.tiap tingkatan umur
terdapat 1-4 milestones yang harus ditanyakan atau diujkan pada anak.
CAT (Cognitive Adaptive Test) untuk menilai kemampuan kognitif
Metode ini untuk menilai kemampuan visual motor yang
merupakan salah satu indicator kemampuan kognitif anak. Uji ini seluruhnya
terdiri dari 57 milestones, setiap tingkatan umur terdiri dari 1-4 milestones yang
harus ditanyakan atau diujikan pada anak.
Alat-alat yang digunakan:
- Blangko penilaian CAT CLAMS
- Cincin merah dengan tali
- Kartu bergambar
- Kubus
- Cangkir
- Gelas/mangkok
- Pegboard
- Lonceng
Cara melakukan pemeriksaan CAT dan CLAMS
- cara melakukan CAT dan CLAMS sama, hanya berbeda dalam milestone yang
harus ditanyakan atau diujikan
- usahakan tempat yang tenang
- posisi anak, orang tua, dan pemeriksa:

21
o orang tua duduk disamping anak, diminta untuk tidaak
membantu/mencampuri anak saat dilakukan uji
o bayi kurang dari 1 tahun, maka sebaiknya duduk di pangkuan orang tua
o bayi dan anak harus didudukkan di atas meja dengan siku lebih tinggi dari
permukaan meja, sehingga bayi dan anak dapat menjangkau benda-benda
di depannya
o pemeriksa duduk dihadapan bayi dan anak
- ambil blangko penilaian CLAMS dan CAT, isi semua kolom yang harus diisi
- tanyakan tanggal lahir atau umur anak (umur kronologis)
o bila umur lebih dari 15 hari dibulatkan ke umur yang lebih tua
o bila umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke umur yang lebih muda
- Lihat pada blangko CAT/CLAMS milestone yang sesuai dengan umur anak
tersebut
- Bila ada tanda bintang 1 (*) : milestone tersebut harus dilakukan oleh anak
- Bila ada tanda bintang 2 (**) : milestone tersebut harus diberi contoh terlebih
dahulu oleh pemeriksa kemudian ditirukan oleh anak
- Ujikan semua milestone CAT & CLAMS yang ada pada umur tersebut
o Bila ada milestone yang tidak bias dilakukan pada umur tersebut
lanjutkan pada umur yang lebih muda, demikian seterusnya sampai pada
umur yang semua milestone dapat dilakukan oleh anak
o Umur paling muda yang dapat melakukan semua milestone pada umur
itu, disebut usia basal
- Kemudian dilanjutkan dengan melakukan milestone pada umur yang lebih tua
dari usia anak sekarang
o Bila ada sebagian milestone masih bisa dilakukan oleh anak lanjutkan ke
umur berikutnya, sampai umur dimana semua milestone tidak dapat
dilakukan oleh anak
o Umur tertua dimana 1 milestone masih bisa dilakukan oleh anak disebut
usia ceiling
- Menghitung umur ekuivalen CAT & CLAMS
o Semua milestone yang dapat dilakukan oleh anak diberi nilai sesuai
dengan angka yang ada di sebelah kotak masing-masing milestone
o Jumlah semua nilai milestone yang dapat dilakukan oleh anak
o Umur ekuivalen = umur basal + semua nilai milestone yang dapat
dikerjakan anak tersebut
- Menghitung umur perkembangan CAT & CLAMS (Development Quotient =
DQ)
o DQ CAT = umur ekuivalen CAT : umur kronologis x 100

22
o DQ CLAMS = umur ekuivalen CLAMS : umur kronologis x 100
- Menghitung Capute Scale Score (Full Scale DQ):
o FSDQ = (DQ CAT + DQ CLAMS : 2

Interpretasi hasil CAT dan CLAMS


- DQ CAT dan atau CLAMS > 85 = umumnya normal
- DQ CAT atau CLAMS 75-85 = suspek gangguan perkembangan
- DQ CAT > 85 tetapi CLAMS < 75 = gangguan komunikasi
- DQ CAT dan CLAMS < 75 = suspek retardasi mental

F. PENATALAKSANAAN

Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak,
akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil
kelainan pada masa sekolah.

Masalah Penatalaksanaan Rujukan


1. Lingkungan
a. Sos. Ek. Rendah
a. Meningkatkan a. Kelompok BKB (Bina
stimulasi Keluarga dan balita)
b. Tekanan keluarga
atau kelompok bermain
c. Keluarga bisu b. Mengurangi tekanan
b. Konseling keluarga
c. Meningkatkan
c. Kelompok
d. Bahasa bilingual
stimulasi
BKB/bermain
d. Menyederhanakan
2. Emosi d. Ahli terapi wicara
a. Ibu yang tertekan masukan bahasa

b. Gangguan serius a. Meningkatkan a. Konseling, kelompok


pada keluarga stimulasi BKB/bermain
c. Gangguan serius b. Menstabilkan b. Psikoterapi
lingkungan emosi
c. Meningkatkan status
3. Masalah pendengaran c. Psikoterapi
a. Kongenital emosi anak

b. Didapat a. Monitor dan obati a. Audiologist/ahli THT


kalau memungkinkan
b. Monitor dan obati b. Audiologist/ahli THT
4. Perkembangan lambat

23
a. Dibawah rata-rata kalau memungkinkan
b. Perkembangan
terlambat
a. Tingkatkan stimulasi a. Ahli terapi wicara
c. Retardasi mental
b. Tingkatkan stimulasi b. Ahli terapi wicara
5. Cacat bawaan
a. Palatum sumbing
c. Maksimalkan potensi c. Program khusus
b. Sindrom Down
a. Monitor dan di a. Ahli terapi setelah
6. Kerusakan otak operasi operasi
a. Kerusakan b. Monitor dan stimulasi b. Rujuk ke ahli terapi
neuromuscular wicara, SLB-C, monitor
pendengarannya

b. Sensorimotor
a. Mengatasi masalah a. Rujuk ke ahli terapi
makan dan kerja, ahli gizi, ahli
menigkatkan patologi wicara
kemampuan bicara
anak
c. Palsi serebral b. Mengatasi masalah
b. Rujuk ke ahli terapi
makan dan
kerja, terapi gizi, ahli
meningkatkan
d. Masalah terapi wicara
kemampuan bicara
persepsi anak
c. Mengoptimalkan
kemampuan fisik c. Rujuk ke ahli
kognitif, dan bicara rehabilitasi, ahli terapi
anak wicara
d. Mengatasi masalah
d. Rujuk ke ahli patologi
keterlambatan bicara
wicara, kelompok BKB
Tabel 5: penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa (Blagger BF,1981).

G. PROGNOSIS

24
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya.
Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasilkan
perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi mental.
Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan
pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan
fonologi biasanya prognosisnya lebih baik. Sedangkan gangguan bicara pada anak
yang intelegensinya normal perkembangan bahasanya lebih baik daripada anak
yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gangguan yang multiple, terutama
dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif, atau kemampuan
naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahun, mempunyai gangguan bahasa
yang menetap pada umur 5,5 tahun.

25
26

Anda mungkin juga menyukai