Anda di halaman 1dari 63

MULTIPLE CAUSE

OF DEATH
OLEH:

dr. Denny Mathius Sendana, M.Kes, Sp.F


SENIN, 15 MEI 2017
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL (IKFM)
Pendahuluan
• MCOD: menentukan penyebab yang mendasari
kematian dan mencakup data tentang
penyebab lain yang memberikan kontribusi
kepada kematian.

• Definisi kematian:
– Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi
jantung-sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti
telah berhenti secara permanen, atau apabila
kematian batang otak telah dapat dibuktikan – UU
No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 117
3

KEMATIAN OTAK
• Definisi kematian otak (brain death) : berhentinya
semua fungsi seluruh otak yang ireversibel
termasuk batang otaknya.

• Harus ada bukti jelas dari kerusakan ireversibel otak;


– koma dalam persisten;
– tidak ada pernapasan apabila dilepas dari
ventilator ;
– hilang fungsi otak (reaksi pupil terhadap cahaya,
mengkerut terhadap ransangan sakit,dan gerak
voluntir mata pada rangsangan/rabaan)

• EEG yang menandakan tidak adanya aktivitas listrik


otak besar sebagai bukti bahwa sudah terjadi
kematian otak.
 Sudden Death (Kematian mendadak)
• Sering terjadi pada bayi (s/d usia 1 tahun).
• Meninggal tanpa ada gejala sebelumnya = SIDS (Sudden
infant death syndrome) atau crib death dan pada
dewasa juga umumnya terjadi pada: injury, brain
hemorrhage myocardial infarction, dan pneumonia

• Mati suri : ditandai dengan penurunan proses vital


sehingga secara klinis menyerupai orang mati , dengan
pertolongan yang tepat dan pada saat yang tepat maka
dapat hidup kembali

• Keadaan mati suri dapat ditemukan pada ;


• Kegagalan jantung akut
• Terkena listrik atau petir
• Kedinginan , tenggelam
• Anestesi dalam
4
PERBEDAAN MATI SOMATIS DAN MATI
SURI
Perubahan pada kematian mempunyai 2 stadium

1. Somatik death / clinical death / systemic


• Berhentinya pernafasan
• Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah
• Fungsi SSP berhenti : refleks cornea (-) ,refleks pupil (-)

2. Cellular death
• Setelah kematian somatis beberapa organ tubuh masih hidup
sendiri- sendiri dimana beberapa organ mempunyai waktu
kematian berbeda- beda. (Cornea 6 jam,Otot jantung 6-8 jam )

• Contoh : seseorang sudah somatik death 3-4 jam sebelumnya ;


bila otot dirangsang listrik akan berkontraksi , cornea
dirangsang atropin menjadi midriasis
URUTAN DIAGNOSIS PENYEBAB KEMATIAN

• Penyebab langsung
• Penyebab antara
• Penyebab dasar
Sebab kematian

 Penyebab langsung : semua


penyakit, kondisi morbid atau cedera
serta keadaan akibat kecelakaan yang
langsung menyebabkan kematian
 Penyebab antara :penyakit atau
kondisi yang menyebabkan terjadinya
penyakit pada Ia ,
 Penyebab dasar : sebab yang
mendasari kematian
MEMBUAT SERTIFIKAT
KEMATIAN

 Bagian I :
Digunakan untuk penyakit yang berhubungan dengan urutan
kejadian yang mengarah langsung ke kematian

 Bagian II :
Digunakan untuk kondisi yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kejadiaan yang menyebabkan kematian,
tetapi menunjang kematian
FORMAT PENULISAN MCOD
CONTOH-CONTOH KASUS
1) Seorang perempuan berumur 54 tahun, dengan
riwayat hipertensi 10 tahun dan DM 4 tahun, demam,
sesak, batuk berdahak 10 hari , kesadaran menurun 4
hari yang lalu, diberi infus dan insulin 3 hari di rumah
sakit sebelum meninggal.

• MCOD :
1a : Radang paru
1b : Koma diabetikum
1c :
1d : Diabetes Mellitus

2 : Hipertensi
CONTOH KASUS
2) Seorang pejalan kaki menabrak truk sehingga
mengalami patah di kedua tulang tungkai bawah
dan panggul. Korban meninggal di rumah sakit
setelah hari ke 3 perawatan intensif.

• MCOD :
1a : Syok
1b : Multiple fraktur pada tungkai bawah dan
panggul
1c :-
1d : Ditabrak oleh truk

2 :-
CONTOH KASUS
3) Seorang pria berumur 29 tahun ditemukan tewas,
terbaring dijalan dan diduga telah ditikam. Akibat
sebuah benda tajam ditemukan pada dada kirinya
penyelidik dan kepolisian diminta dilakukannya otopsi
untuk menungkapkan penyebab kematian dari korban.

• MCOD :
1a : Gagal sirkulasi
1b : Pendarahan massif
1c : Robekan jantung
1d : Luka tusuk

2 :-
CONTOH KASUS

4) Seorang wanita 58 tahun ditemukan tewas dan diduga


disebabkan akibat jatuh dari ketinggian 3 meter.
Hematom ditemukan pada kedua daerah orbital dan
darah juga ditemukan pada kedua daerah telinga dan
hidungnya. Penyidik dari kepolisian meminta
dilakukannya otopsi untuk mengungkapkan penyebab
kematian dari korban tersebut

• MCOD :
1a : Gagal pernapasan
1b : Penekanan atau herniasi batang otak
1c : Pendarahan subarachnoid
1d : Trauma tumpul pada kepala

2 :-
Manfaat
• Angka dan tingkat kematian oleh penyebab yang
mendasari memberikan informasi tentang status
kesehatan dari populasi.

• Mereka dapat digunakan untuk mengukur


proporsi kematian secara keseluruhan sehingga
mengidentifikasi prioritas untuk layanan
kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.

• Analisis data kematian untuk kelompok tertentu


penyakit dapat membantu mengidentifikasi
kelompok risiko tinggi dalam populasi.
TERIMA
KASIH

SERTIFIKAT KEMATIAN PERINATAL

• Sertifikat penyebab kematian perinatal yang terpisah harus


dilengkapi dengan urutan sbb:
– Penyakit utama atau kondisi janin atau bayi
– Penyakit lain atau kondisi janin atau bayi
– Penyakit maternal utama/kondisi ibu yang mempengaruhi janin /bayi
– Penyakit maternal lain/ kondisi ibu yang mempengaruhi janin / bayi
– Penyakit atau keadaan lain yang ada kaitannya.

Untuk analisa yang menyeluruh diperlukan data dari ibu dan


bayi.
• Data Ibu :
– Tanggal lahir
– Jumlah kehamilan sebelumnya : lahir hidup, lahir mati, abortus
– Tanggal dan hasil dari kehamilan sebelumnya : lahir hidup, lahir mati, abortus
– Kehamilan saat ini, meliputi :
 Hari pertama dari saat menstruasi terakhir (perkiraan hamil
dalam minggu)
 Perawatan antenatal (dua kali atau lebih)
 Persalinan normal spontan vertex/lain (sebutkan)
• Data Anak :
– Berat badan lahir dalam gram
– Jenis kelamin
– Lahir tunggal/kembar pertama/kembar kedua / persalinan multiple yang lain
– Jika lahir mati, kapan kejadiannya : sebelum persalinan / selama persalinan / tidak
tahu

• Variabel lain :
– Penolong persalinan khusus, seperti dokter / bidan / personalia yang terlatih lain
(sebutkan)/lain-lain (sebutkan).
Sertifikat mempunyai 5
bagian
• bagian (a) dan (b) diisi penyakit atau kondisi janin atau bayi,
– yang penting pada (a) -> mempunyai kontribusi terbesar terhadap kematian janin atau
bayi.dan yang lain pada (b) bila ada.

– Cara kematian seperti heart failure, asphyxia atau anoxia tidak dimasuk kan pada
bagian (a) kecuali hanya pada janin atau bayi yang tidak diketahui kondisinya, begitu
juga halnya untuk prematuritas.

• Pada bagian (c) dan (d) diisi semua penyakit atau kondisi ibu yang
mempunyai pengaruh terburuk pada janin atau bayi.

• bagian (e) adalah kejadian lain yang berhubungan dengan kematian


tetapi tidak dapat menggambarkan suatu penyakit atau kondisi bayi
atau ibu, misalnya persalinan tanpa kehadiran penolong.
Contoh 1 :

Riwayat seorang wanita mengalami abortus spontan pada minggu


12 dan 18, masuk rumah sakit pada kehamilan 24 minggu
dengan diagnosa persalinan premature.
Dilakukan persalinan spontan dengan Berat Bayi 700 gram, bayi
meninggal pada hari pertama.
Diagnosa Bayi disebutkan pulmonary immaturity.

• Sebab kematian perinatal :


• (a) Pulmonary immaturity
• (b) –
• (c) Persalinan premature
• (d) Abortus berulang
• (e) –
Contoh 2 :
Seorang ibu hamil umur 30 tahun mempunyai anak umur 4 tahun
yang lahir dengan kehamilan normal dengan hidramnions.
Pada kehamilan saat ini, usia kehamilan 36 minggu dilakukan
pemeriksaan X-ray didapat anencephali.
Persalinan dilakukan dengan induksi dan bayi lahir mati dengan
anencephalic berat badan 1500 gram.

• Penyebab kematian perinatal :


(a) Anencephaly
(b) –
(c) Hydramnios
(d) –
(e) –
Aturan pemberian kode
Peraturan yang terpilih untuk mortalitas umum tidak dapat diterapkan pada
sertifikat kematian perinatal.
• Peraturan

1. Cara untuk kematian atau prematuritas yang dimasukkan di (a).

• Contoh 1 : bayi lahir hidup, mati setelah 4 hari.


(a) Prematurity (P07.3)
(b) Spina bifida (Q05.9)
(c) Placental insuffisiensi
(d) –

• Prematurity di beri kode pada (b) dan spina bifida pada (a).
• Yang perlu dicatat kode ICD Q pada (a) dan kode P pada (b).
• Peraturan 2. Dua atau lebih kondisi dimasukkan pada bagian (a) atau (c).
• Contoh 2 : bayi lahir mati sebelum lahir
(a) Severe fetal malnutrition , Light for dates , Antepartum anoxia
(b) –
(c) Severe pre eclampsia , Placenta praevia
(d) –
(e) –

• Light for dates dengan severe fetal malnutrition pada (a) dan antepartum
anoxia pada (b), severe pre eclampsia pada (c) dan placenta praevia pada
(d).

• Peraturan 3. Tidak ada isian pada (a) atau (c)


MMDS

• Medical Mortality Data Sheet = WHO – FIC INFORMATION SHEET


• Statistik Kematian (penyebab kematian) adalah suatu statistik
kesehatan tertua dan yang paling komprehensif di dunia
internasional
• The International klasifikasition Penyakit (ICD) telah menjadi
standar klasifikasi kematian internasional (coding) sejak akhir
abad ke19 dan penggunaannya sangat penting untuk
pembanding statistik penyebab kematian di tingkat nasional
dan internasional sepanjang waktu.
• ICD saat iniStatistik Klasifikasi Internasional Penyakit dan
Masalah Kesehatan Terkait, Revisi Kesepuluh (ICD-10),
mencakup definisi, petunjuk dan aturan untuk pengkodean dan
tabulasi penyebab kematian. Untuk memahami dan
menafsirkan ICD-10 statistik kematian kode beberapa fakta
dasar tentang bagaimana informasi penyebab kematian
dikumpulkan dan diklasifikasikan diperlukan..
PENYEBAB EKSTERNAL DAN
KONSEKUENSINYA
Efek penyebab luar yang tidak
spesifik , komplikasi trauma dan
komplikasi tindakan bedah
Efek dari radiasi
• Efek samping yang akut
– Kerusakan permukaan epitel termasuk kulit,
mukosa oral, pharyngeal, usus mukosa dan ureter.
– beberapa minggu perawatan biasanya kulit mulai
menjadi merah muda dan sakit. Reaksi mungkin
menjadi lebih parah selama perawatan hingga
sekitar satu minggu setelah akhir radioterapi, dan
kulit mungkin rusak. Terjadi desquamati
menimbulkan rasa tidak nyaman, pemulihan
biasanya cepat.
– Reaksi kulit cenderung lebih buruk di daerah di
mana terdapat dalam lipatan dibawah kulit,
seperti di bawah payudara , di belakang telinga,
dan di pangkal paha.
 pada daerah kepala dan leher nyeri dan ulserasi umumnya
terjadi di mulut dan kerongkongan. Jika parah, dapat
mempengaruhi fungsi menelan, pasien mungkin perlu obat
penghilang rasa sakit dan suplemen gizi .
 Esofagus dapat juga menjadi sakit secara langsung pada
pemberian dosis radiasi selama pengobatan kanker paru-
paru.
 Pada Usus secara langsung pada pengobatan radiasi kanker
dubur atau anal atau terpapar oleh radioterapi struktur
panggul (prostat, kandung kemih, saluran kelamin
perempuan). Gejala khas adalah rasa sakit, diare, dan mual.
 Pada radioterapi pengobatan tumor otak dan otak
metastasis,dapat menyebabkan masalah pembengkakan
jaringan lunak (edema) , peningkatan tekanan intrakranial
 Gonad (indung telur dan testis) sangat sensitif terhadap
radiasi dapat terjadi Infertilitas.
Efek samping jangka menengah dan jangka panjang
• tergantung pada jaringan yang terkena radiasi
• Jaringan Fibrosis yang telah diradiasi cenderung menjadi
kurang elastis dari waktu ke waktu karena proses parut
• Rambut rontok Tidak seperti rambut rontok pada
kemoterapi, efek radiasi menyebabkan rambut rontok
lebih cenderung permanen, dan cenderung terbatas pada
wilayah radiasi.
• Kekeringan Kelenjar liur dan kelenjar air mata pada
pengobatan kanker leher. Mulut kering (xerostomia) dan
mata kering (xerophthalmia) dapat menjadi masalah
jangka panjang yang menjengkelkan dan sangat
mengurangi kualitas hidup pasien. Demikian pula,
kelenjar keringat di pada kulit (seperti ketiak) cenderung
untuk berhenti berproduksi dan mukosa vagina sering
kering setelah radiasi panggul.
• Kelelahan/ malaise adalah gejala yang paling umum
dari terapi radiasi, dan dapat berlangsung dari beberapa
bulan sampai beberapa tahun, tergantung pada jumlah
dan jenis pengobatan kanker . Kekurangan energi, kurang
aktivitas dan perasaan lelah adalah gejala umum
lainnya .
• Kelelahan/ malaise adalah gejala yang paling
umum dari terapi radiasi, dan dapat berlangsung
dari beberapa bulan sampai beberapa tahun,
tergantung pada jumlah dan jenis pengobatan
kanker . Kekurangan energi, kurang aktivitas dan
perasaan lelah adalah gejala umum lainnya .

• Radiasi berpotensi penyebab kanker


sekunder,, dan keganasan sangat kecil pada
pasien, umumnya bertahun-tahun setelah mereka
menerima pengobatan radiasi
• Radiasi memiliki potensi risiko kematian akibat
penyakit jantung yang terlihat setelah beberapa
masa, misal Kanker payudara.
• Dalam kasus-kasus terapi kepala radiasi dapat
menyebabkan penurunan fungsi kognitif
• Efek kumulatif dari proses jangka panjang
reirradiation masih bisa menimbulkan masalah.
Reaksi anafilaktik
 Hipersensitifitas Type 1 : reaksi anafilaktik atau reaksi alergi
 definisi anafilaksis sebagai suatu reaksi hipersensitifitas yang berat
dan mengancam jiwa.
 diperantarai oleh mekanisme imunologis, yaitu IgE, IgG dan
kompleks imun-komplemen. Reaksi anafilaksis yang diperantarai
oleh antibodi IgE, disebut anafilaksis alergi IgE-mediated.
 Reaksi anafilaksis non alergi, sebelumnya disebut reaksi
anafilaktoid atau reaksi pseudo alergi, adalah jika anafilaksis
disebabkan oleh penyebab non imunologis
 Etiologi tersering dari reaksi anafilaksis yaitu alergi makanan,
obat-obatan, sengatan lebah (Hymenoptera) dan lateks.
 Anafilaksis yang terjadi pada pasien rawat inap terutama karena
reaksi alergi terhadap pengobatan dan lateks,
 sedangkan anafilaksis yang terjadi di luar rumah sakit paling
banyak disebabkan oleh alergi makanan
• Mayoritas kasus reaksi anafilaksis tidak
bersifat fatal.
• Diperkirakan 1-2% kejadian yang
disebabkan penisilin diperberat dengan
reaksi sistemik namun hanya 10% yang
bersifat fatal.
• Di Amerika Serikat sekitar 400-800 orang
meninggal per tahunnya karena anafilaksis
akibat penisilin dengan gambaran yang
serupa dengan media kontras.
• Tujuh puluh persen kematian disebabkan
oleh komplikasi pernafasan yaitu edema
laring dan atau bronkospasme dan
• 25% oleh karena disfungsi kardiovaskular.
anafilaksis alergi selain berdasarkan mekanisme
imunologik juga dapat disebabkan oleh ketidak
seimbang an sistem saraf otonom.
Sistem parasimpatik (kholinergik) dan sistem simpatik
(adrenergik) mempunyai efek yang berlawanan
terhadap organ sasarannya, sehingga keadaan inipun
akan mempengaruhi terhadap keseimbangan antara
sel mediator dan sel sasarananya (otot polos).
Reaksi alergi dimulai ketika alergen melewati barier
epitel dan atau endotel dan kemudian berinteraksi
dengan 2 molekul antibodi IgE sitotropik yang
berikatan dengan sel (cell bound IgE antibodies)
sehingga menimbulkan serangkaian peristiwa
biokimia. Kekuatan barier alami seperti kulit atau
saluran cerna harus dapat ditembus, dan alergen ini
harus mencapai sel yang tersensitisasi di jaringan (sel
mast) atau darah (basofil).
MANIFESTASI KLINIS
• Pelepasan mediator seluler menimbulkan respon pada organ seperti
kulit, saluran nafas, sistem kardiovaskular, dan susunan saraf
 Tanda dan gejala klinis anafilaksis
• Kutan / subkutan / jaringan mukosa :
– Flushing, pruritus, urtikaria, angioedema, ruam morbiliform
– Pruritus pada bibir, lidah, palatum; edema pada bibir, lidah dan uvula
– Pruritus periorbita, eritema dan edema, eritema konjungtiva
• Saluran pernafasan
– Laring: pruritus dan nyeri tenggorokan, disfagia, disfoni, suara serak,
pruritus di kanalis aurikularis eksterna
– Paru-paru: nafas pendek, dispnea, rasa berat di dada, batuk, mengi /
bronkospasme (penurunan PEF)
– Hidung: Pruritus, hidung tersumbat, hidung berair, bersin
• Kardiovaskular
– Hipotensi
– Near syncope, pingsan, penurunan kesadaran
– Nyeri dada, disritmia
• Gastrointestinal
– Mual, nyeri atau kram perut, muntah, diare
• Lain-lain
– Kontraksi uterus pada wanita
• Gambaran klinis dari anafilaksis :
– dapat bervariasi, namun kompensasi dari
sistem pernafasan dan kolapsnya
kardiovaskular menjadi hal yang penting
karena kelainan yang mengenai kedua sistem
organ ini paling sering berakibat fatal.
• Gambaran patologis dari anafilaksis
meliputi :
– urtikaria dan angioedema,
– bersifat fatal meliputi hiperinflasi paru akut,
edema dan perdarahan intraalveolar, kongesti
visera dan edema laring.
– Hipotensi akut diakibatkan oleh dilatasi
vasomotor dan atau disritmia jantung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan darah lengkap
• Uji Coomb untuk penderita anemia
• Antibodi IgE total serum
• Antibodi IgE spesifik dalam RAST
(Radioallergosorbent test)
• Antibodi IgM dan IgG spesifik
• Antibodi antinuklear (ANA) pada SLE yang
diduga diinduksi oleh obat-obatan
• Uji kulit
– Uji tusuk (Prick test/Scratch test)
– Uji tempel (Patch test)
• Uji provokasi
• Dilakukan setelah keadaan gawat darurat
teratasi
• Tindakan harus segera
– Resusitasi kardiopulmonal
– Trakeostomi sesuai indikasi
– Obat – obatan : Adrenalin,Antihistamin,Teofilin,
Kortikosteroid
– Tourniquet (proksimal dari tempat gigitan)
– O2 : Bila sianosis, dispnea atau mengi
– Difenhidramin
• Bila penderita masih hipotensi, dispnea, rawat di ICU
– Cairan intravena : NaCl fisiologis + glukosa 5%
– Aminofilin
– Vasopresor
• Bila tekanan darah belum terkontrol, berikan salah satu
obat dibawah ini
– Metaraminol bitartrat (Aramine)
– Levaterenol bitartrat (Levophed)
– Dopamin
– Kortikosteroid
• Suportif setelah stabil.
Komplikasi vaskular
• Komplikasi vaskular akibat tranfusi,
infus atau suntikan
– Phlebitis
– Tromboembolisme
– Trombophlebitis
 Transfusi darah
 adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari satu orang ke dalam
sistem peredaran darah orang lain.
 Donor unit darah harus disimpan dalam lemari es untuk mencegah pertumbuhan
bakteri dan memperlambat metabolisme sel.
 Darah hanya dapat diberikan secara intravena.
 Untuk meminimalkan risiko reaksi transfusi sebelum darah diberikan, rincian pribadi
darah pasien dicocokkan dengan darah yang akan ditransfusikan
 Efek samping yang paling umum untuk transfusi darah adalah :
 reaksi transfusi demam non-hemolitik ( non hemolitik Fever
tranfusi reaction ) selain itu
 Reaksi hemolitik termasuk menggigil, sakit kepala, sakit
punggung, dispnea, sianosis, nyeri dada, takikardi dan
hipotensi.
 Risiko lain yang terkait dengan menerima transfusi darah :
 kelebihan volume,
 kelebihan zat besi ,
 reaksi anafilaksis (pada orang dengan kekurangan IgA),
 dan reaksi hemolitik akut (yang paling umumnya karena
jenis darah tidak cocok).
PLEBITIS
• Infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
untuk mema suk kan obat atau vitamin kedalam tubuh
pasien
• Infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intra
vena
• terletak pada system infus atau tempat menusukkan vena
• Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik
dari iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan
oleh komplikasi dari terapi intravena.
• Plebitis dikarakteristikan dengan adanya dua atau lebih
tanda : nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi, dan teraba
mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena
• Plebitis dapat menyebabkan thrombus yang selanjutnya
menjadi trombo plebitis
• perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun
demikian jika thrombus terlepas kemudian diangkut dalam
aliran darah dan masuk kejantung maka dapat
menimbulkan gumpalan darah seperti katup bola yang bisa
menyumbat atrioventrikular secara mendadak dan
menimbul kan kematian
Patogenesis flebitis,
• faktor kimia : seperti obat atau cairan yang iritan, mikro
partikel dalam larutan infus
• Faktor mekanis : seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan
lama kanulasi serta agen infeksius.
• Faktor pasien : usia, jenis kelamin dan kondisi dasar (yakni.
diabetes melitus, infeksi, luka bakar).
• Teknik sterilisasi di Rumah sakit sangat berpengaruh dengan
tingkat kejadian phlebitis misalnya kurang sterilnya pada
saat melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang
sedang dirawat, misalnya pada saat pemasangan infus.
• Infeksi phlebitis dapat terjadi melalui cairan intravena dan
jarum suntik yang digunakan atau di pakai berulang-ulang
dan banyaknya suntikan yang tidak penting misalnya
penyuntikan antibiotika
• Semakin jauh jarak pemasangan terapi intravena maka risiko
untuk terjadi plebitis
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri
meliputi:
• Teknik pencucian tangan yang buruk
• Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
• Pembungkus yang bocor atau robek mengundang
bakteri.
• Teknik aseptik tidak baik
• Teknik pemasangan kanula yang buruk
• Kanula dipasang terlalu lama
• Tempat suntik jarang diinspeksi visual

Tanda dan gejala phlebitis adalah :


a. Nyeri yang terlokalisasi.
b. Pembengkakan.
c. kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena
d. pada saat diraba terasa hangat
e. panas tubuh cukup tinggi
Infeksi yang terjadi akibat infus,
tranfusi dan terapi suntikan
• Infeksi
• Sepsis
• Septikemia
• Septik shock
Infeksi yang terjadi akibat infus,
• Infus cairan intravena (IV)adalah pemberian sejumlah
cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum
kepembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh .
• Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam
pemasangan infus:
– Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat pemasukkan jarum, atau
“tusukan” berulang pada pembuluh darah
– Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar
(bukan embuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati
pembuluh darah
– Tromboflebitis, / bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi
akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar
– Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah,
terjadi akibat masuknya udara dalam cairan infus ke dalam
pembuluh darah
• Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian
cairan melalui infus
– Rasa perih / sakit
– Reaksi alergi
Komplikasi anestesi lokal
• Patah Jarum
– Penyebab: gerakan tiba-tiba sehingga jarum patuh ,
– jarum yang dibengkokan .
• Rasa Terbakar Pada Injeksi.
– Sebab: pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat,
kontaminasi larutan , larutan anestesi yang hangat.
– bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak.
• Rasa Sakit pada Injeksi
– Sebab: teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan
cepat, jarum mengenai periosteum.
• Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi): tidak
terasa.
– Sebab: trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat injeksi
jarum/ larutan anestetik sendiri.)
– dapat terjadi luka jaringan.
• Trismus (gangguan membuka mulut).
– Sebab: trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi,
larutan, pendarahan, infeksi rendah pada otot.rasa sakit,
hemobility (kemampuan mandibula untuk bergerak
menurun).
• Hematoma (efusi darah kedalam ruang vaskuler).
– robeknya pembuluh darah vena/ arteri akibat
penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena, dan efusi darah.
• Infeksi.
– Sebab jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi
mukosa masuk kedalam jaringa, teknik pemakaian alat
yang salah
• Udema (Pembengkakan Jaringan)
– Sebab trauma selama injekasi, infeksi, alergi,
pendarahan, irirtasi larutan analgesic.
• Bibir Tergigit.
– Sebab pemakaian long acting anestesi lokal.
– bengkak dan sakit.
• Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)
– masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/ substransi
grandula parotid.
• Lesi Intra Oral Pasca Anestesi.
– Penyebab: stomatitis apthosa rekuren, herpes
simpleks.
– sensitivitas akut pada daerah uslerasi.
• Sloughing pada Jaringan.
– Penyebab: epitel desquamasi, abses steril.
– sakit hebat.
• Syncope (fainting).
– Merupakan bentuk shock neurogenik.
– Penyebab: ischemia cerebral sekunder,
penurunan volume darah ke otak, trauma
psikologi.
– kehilangan kesadaran.
SEPSIS- SEPTIKEMIA
• Septikemia adalah suatu keadaan dimana
terdapatnya multiplikasi bakteri dalam darah
(bakteremia).
• Istilah lain untuk septikemia adalah Blood
poisoning atau Bakteremia dengan sepsis.
• Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk
suatu bakterimia yang bergejala.
• Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius
yang mengancam jiwa, dan cepat memburuk.
• Sumber infeksinya berasal dari paru-paru, saluran
kencing, tulang radang otak dll.
• Gejala dimulai dengan demam tinggi, menggigil,
nafas cepat dan denyut jantung cepat. Penderita
kelihatan sangat sakit.
• Gejala berkembang menjadi syok, dengan
penurunan suhu (hypothermia), penurunan
tekanan darah, perubahan mental
(bengong), dan gangguan bekuan darah
sehingga timbul bercak perdarahan di kulit
(petechiae dan ecchymosis).
• Bisa ditemukan penurunan jumlah urin.
• Angka kematiannya cukup tinggi,
• outcome tergantung organisme penyebab
dan seberapa cepat mendapatkan
perawatan RS.
• Kematian biasanya disebabkan septik syok
atau ARDS (Adult Respiratory Distress
Syndrome)
Syok Septik
• adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
turun sampai tingkat yang membahayakan nyawa
sebagai akibat dari sepsis.
• terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri
tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat
oleh sistem kekebalan untuk melawan suatu
infeksi).
• Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa
menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan
peredaran darah
• Faktor resiko terjadinya syok septik: Penyakit
menahun (kencing manis, kanker darah, saluran
kemih-kelamin, hati, kandung empedu, usus)
• Infeksi
• Pemakaian antibiotik jangka panjang
• Tindakan medis atau pembedahan.
Reaksi dari pemberian
serum
• Intoksikasi
• Protein sickness
• Serum : rash , sickness, urtikaria
Reaksi dari pemberian serum
• Reaksi anafilaktik (anaphylactic shock)
Segera setelah ada reaksi, pemberian serum dihentikan
– Suntikan 0,5 mL adrenalin intramuskular.
– Periksa tekanan darah secara teratur,
– kortikosteroid intramuskular.
– Bila keadaan syok belum teratasi, segera bawa penderita
ke Rumah Sakit.
• Serum Sickness;
– Beri H1 anthistamin selama beberapa hari
– penderita sebaiknya istirahat.
– Bila perlu dapat diberi kortikosteroid
– Demam disertai menggigil; selimut atau botol berisi air
panas.
• Rasa nyeri pada tempat suntikan;
– Keadaan ini tidak memerlukan tindakan apapun, karena
akan hilang dengan sendirinya.
• Demam; demam yang disertai mengiggil, dapat terjadi
setelah penyuntikan intravena.
Serum sickness
• atau penyakit serum adalah reaksi yang mirip dengan alergi
dan merupakan tipe III reaksi hipersensitivitas yang
dihasilkan dari injeksi protein heterolog atau serum .
• Gejala penyakit serum merupakan gangguan immunologis
sistemik khas yang menyertai pemberian bahan antigenik
asing.
• Reaksi tipe III hipersensitivitas adalah interaksi antara
antibodi IgG dan / IgM dengan antigen dalam sirkulasi, ->
kompleks yang terbentuk akan melekat pada jaringan dan
menyebabkan kerusakan endotelium kapiler.
• Istilah lain untuk tipe III ini, ialah hipersensitivitas kompleks-
imun (immune-complex hypersensitivity ).
• Hal ini disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-
antibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan yang
ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan.
Serum sickness
• Pada reaksi ini terjadi suatu kompleks terdiri
dari kumpulan antigen dengan zat antinya
yang timbul akibat masuknya antigen asing
ke dalam tubuh untuk ke duakalinya dan
bereaksi dengan zat anti spesifiknya
• penyebab utama gejala penyakit serum
adalah alergi obat terutama
yangdisebabkan oleh obat-obat tertentu
seperti penisilin, cefaclor, dan sulfa. Selama
penyakit serum, sistemkekebalan tubuh
secara keliru mengidentifikasi protein dalam
antiserum sebagai zat berbahaya
Urtikaria
• dikenal juga dengan hives, gatal-gatal, kaligata, atau
biduran adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi
vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya
disebabkan oleh suatu reaksi alergi,
• ciri-ciri berupa kulit kemerahan (eritema) dengan sedikit
oedem atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas
yang timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor
presipitasi dan menghilang perlahan-lahan.
• Urtikaria dihasilkan dari pelepasan histamin dari jaringan
sel-sel mast dan dari sirkulasi basofil.
• Faktor-faktor nonimunologik yang dapat melepaskan
histamin dari sel-sel tersebut meliputi bahan-bahan
kimia, beberapa obat-obatan (termasuk morfin dan
kodein), makan makanan laut seperti lobster, kerang, dan
makanan-makanan lain, toksin bakteri, serta agen fisik.
• Mekanisme yang paling sering adalah reaksi
hipersensitivitas tipe I yang distimulasi oleh antigen
polivalen yang mempertemukan dua molekul Ig E spesifik
yang mengikat sel mast atau permukaan basofil.
Kegagalan / penolakan pada transplantasi
organ
• Pengertian Transplantasi adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat
ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu
• Penyebab terjadinya penolakan tersebut:
– Perbedaan golongan darah
– Sistem imunitas tubuh
• Akibat jika tubuh menolak organ transplan tersebut:
– Demam
– Terjadi penggumpalan darah akibat perbedaan
golongan darah.
– kerusakan pada organ transplan karena sistem
kekebalan tubuh yang menganggap organ transplan
tersebut sebagai benda asing.
– Peningkatan berat badan akibat penimbunan cairan.
Sequele / gejala sisa
• Sequele pada luka di kepala
• Sequele di leher dan dada
• Squele pda ekstremitas
• Squele luka bakar
• Squele karena keracunan
SEQUELE
 Sequela (latin) : gejala sisa
 Adalah suatu kondisi patologis akibat penyakit , cedera atau
trauma lainnya
 Biasanya seseorang mendapat sekuele adalah kondisi kronis
akibat komplikasi dari kondisi akut
 Contoh :
 Sekuele dari diabetes adalah penyakit ginjal kronis
 Trauma pada vertebra cervicalis meninggalkan gejala sisa nyeri
leher
 Efek dari kasus perkosaan meninyebabkan pasien mengalami
stress post traumatik
 Gejala sisa dari cedera otak akibat trauma adalah sakit kepala ,
pusing , cemas , apatis , depresi , perubahan kepribadian,
psikosis
• Akibat gangguan neurologi menimbulkan
gejala sisa berupa aphaksia, ataksia , hemi/
quadriplegia dan sejumlah perubahan lain
• Pada taruma fisik dan kimia dapat
menimbulkan gangguan patologi pada
neuron

• Gejala sisa :
– gangguan gerak dan fungsi,
– Kelemahan otot,
– gangguan sensorik,
– gangguan keseimbangan,sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari hari
STROKE
• penyebab kematian nomor tiga pada
usia lanjut setelah penyakit jantung
dan kanker, dan penyebab disabilitas
paling banyak pada kelompok usia di
atas 45 tahun
• Permasalahan fisik yang timbul
bermacam macam tergantung dari
pembuluh darah mana yang terkena
gangguan
ENSEFALITIS
• Gejala sisa maupun komplikasi dapat
melibatkan susunan saraf pusat dapat
mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris,
epileptik, penglihatan dan pendengaran,
sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru,
hati dan sistem lain dapat terlibat secara
menetap (Nelson, 1992).
• Gejala sisa berupa defisit neurologik,
hidrosefalus maupun gangguan mental
sering terjadi (Harsono, 1996).
• Komplikasi pada bayi biasanya berupa
hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental
karena kerusakan SSP berat (Kempe, 1982).
EFEK TERAPEUTIK
• adalah hasil penanganan medis yang
sesuai dengan apa yang diinginkan,
sesuai dengan tujuan pemberian
penanganan, baik yang telah
diperkirakan maupun yang tidak
diperkirakan.
• Lawan dari efek terapeutik adalah efek
merugikan/non terapeutik, yaitu efek
lain dari obat yang tidak sesuai dengan
efek terapi yang diinginkan.
SELAMAT BELAJAR

• Semoga Sukses

Anda mungkin juga menyukai