Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Tingginya harapan hidup manusia mulai abad dua puluh ini disebabkan

oleh meningkatnya sanitasi, perhatian medis yang semakin baik, dan


meningkatnya pelayanan usaha kesehatan preventif. Saat ini terjadi transisi
kelompok umur penduduk dunia. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia yang
tertinggi di dunia yaitu 41,4 % hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025) dan pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta.
Akibat populasi lanjut usia yang meningkat, maka akan terjadi transisi
epidemiologi, yaitu penyakit penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi, neoplasma
dan penyakit kardiovaskuler. Kasus mati mendadak semakin sering terjadi.
Banyak faktor yang berkembang dewasa ini diduga ikut berpengaruh dalam
meningkatnya kasus mati mendadak. Salah satunya adalah perkembangan
ekonomi yang semakin baik membuat konsumsi makan berubah. Kebiasaan
makan makanan berserat menjadi berkurang dan diganti dengan makan makanan
berprotein tinggi dan berlemak. Perubahan tersebut berdampak dengan terjadinya
peningkatan

penyakit

pada pembuluh

darah yaitu

atherosklerosis

atau

penyempitan pembuluh darah.


Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem
tubuh, yaitu sistem Susunan Saraf Pusat, sistem kardiovaskuler, sistem
pernafasan, sistem gastrointestinal,dan sistem urogenital. Dari sistem-sistem
tersebut, yang terbanyak menjadi penyebab kematian mendadak adalah sistem
kardiovaskuler, dalam hal ini penyakit jantung. Sebuah studi post mortem pada
salah satu Rumah Sakit di Dublin, Connoly Hospital antara Januari 1987 hingga
Desember 2001, menyebutkan bahwa penyebab terbanyak kematian mendadak
adalah penyakit Jantung (79%).
Di Indonesia sendiri sukar didapat insiden kematian mendadak yang
sebenarnya. Angka yang ada hanyalah jumlah kematian mendadak yang diperiksa
di bagian kedokteran forensik FKUI. Dalam tahun 1990, dari seluruh 2461 kasus,
ditemukan 227 laki-laki (9,2%) dan 50 perempuan (2%) kasus kematian
1

mendadak, sedangkan pada tahun 1991 dari 2557 kasus diperiksa 228 laki-laki
(8,9%) dan 54 perempuan (2,1%). Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab
kematian

tersering

pada

kasus

kematian

mendadak

adalah

penyakit

kardiovaskular. Penyebab penyakit jantung itu sendiri bermacam- macam, mulai


dari penyakit jantung koroner, kardiomiopati, penyakit katup jantung hingga
akibat kelainan genetik seperti pada sindrom marfan.
Kematian yang terjadi secara mendadak dapat ditemukan dalam segala
macam kondisi. Kematian dapat terjadi pada saat orang sedang olah raga atau
sedang beristirahat sehabis olah raga, dapat terjadi saat sedang berpidato, rapat,
diskusi, saat menonton televisi, dapat pula saat sedang santai dan bergembira
bersama keluarga. Mati mendadak sendiri sebenarnya adalah tidak selalu
merupakan proses yang mendadak, bahkan sebenarnya mati mendadak adalah
suatu proses akhir dari suatu penyakit yang sudah dimiliki oleh korban mati
mendadak.
Kematian

mendadak

yang

disebabkan

oleh

penyakit,

seringkali

mendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik maupun masyarakat umum,


khususnya bila kematian tersebut menimpa orang yang cukup dikenal oleh
masyarakat, kematian di rumah tahanan dan di tempat-tempat umum seperti di
hotel, cottage, atau motel. Kecurigaan akan adanya unsur kriminal pada kasus
kematian mendadak, terutama disebabkan masalah TKPnya, yaitu bukan di rumah
korban atau di rumah sakit, melainkan di tempat umum. Dengan demikian
kematian mendadak termasuk kasus forensik, walaupun hasil otopsi menunjukkan
bahwa kematian korban karena penyakit jantung, perdarahan otak, atau pecahnya
aneurisma cerebri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Pengertian kematian mendadak sebenarnya berasal dari kata sudden

unexpected natural death yang di dalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu


natural (alamiah, wajar). Mendadak di sini diartikan sebagai kematian yang
datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan, dengan batasan waktu yang nisbi.
Camps menyebutkan batasan kurang dari 48 jam sejak timbul gejala pertama.
Oleh karena penyebabnya yang wajar, maka apabila kematian tersebut didahului
oleh keluhan, gejala, dan terdapat saksi (apalagi bila saksinya adalah dokter,
misalnya di klinik, puskesmas atau rumah sakit) biasanya tidak akan menjadi
masalah kedokteran forensik. Namun apabila kematian tersebut terjadi tanpa
riwayat penyakit dan tanpa saksi, maka dapat menimbulkan kecurigaan bagi
penyidik; apakah terkait unsur pidana di dalamnya. KUHP pasal 133, 134, dan
135 memberi wewenang bagi penyidik untuk meminta bantuan dokter guna
mencari kejelasan sebab kematiannya.
Dalam menangani kasus kematian mendadak, autopsi disertai dengan
pemeriksaan histopatologik dan/atau toksikologi hampir selalu merupakan
keharusan. Diagnosis atau kesimpulan mengenai sebab kematian dapat dibagi
dalam tiga kelompok:
1. Ditemukan kelainan organik yang derajat dan lokasinya dapat menjadi
penyebab kematian. Misalnya, infark miokard, apopleksi serebri.
2. Ditemukan kelainan organic yang dapat menerangkan kematiannya,
namun tidak dapat ditunjukkan secara langsung sebagai penyebab
kematian. Misalnya, aterosklerosis berat, sirosis hepatis, kanker, keadaan
hipotoni.
3. Tidak ditemukan penyebab kematian, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan histopatologik, toksikologik, bakteriologik dan biokimiawi.
Keadaan ini dikenal dengan undetermined causes atau autopsi negatif.
Frekuensi kasus undetermined ini di dunia adalah 1-3%, sedangkan di
Indonsia sukar ditentukan karena banyak kasus yang tidak ditangani secara tuntas
(penyidikan tidak dilanjutkan).

2.2.

Epidemiologi
Pada umumnya kasus kematian mendadak bervariasi antara 5080 tahun,

dan yang terbanyak adalah pihak laki-laki mengingat motivasi kerja dan
bepergian. Di Indonesia sukar didapat insiden kematian mendadak yang
sebenarnya. Angka yang ada hanyalah jumlah kematian mendadak yang diperiksa
di Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Dalam tahun 1990, dari seluruh 2461
kasus, ditemukan 227 laki-laki (9,2%) dan 50 perempuan (2%) kasus kematian
mendadak sedangkan pada tahun 1991 dari 2557 kasus diperiksa 228 laki-laki
(8,9%) dan 54 perempuan (2,1%) (lihat table).
Tabel. Jumlah kematin mendadak pada laki-laki dan perempuan (1990-1991)
Tahun

Jumlah seluruh
kasus

Jumlah mati
mendadak

Jumlah kasus
laki-laki

1990
1991

2461
2557

277 (11.2%)
282 (11%)

227 (9.2%)
228 (8.9%)

Jumlah
kasus
perempua
n
50 (2%)
54 (2.1%)

Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab kematian tersering pada kasus


kematian mendadak adalah penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung, hipertensi
(cardio vascular), dan penyakit-penyakit metabolisme antara lain diabetes melitus
dan hyperlipidemi (kolesterol, triglycerid) dan metabolisme protein antara lain
asam urat dan ureum. Maka pada usia tersebut di atas pada berbagai instansi
dilakukan check up terutama pada menjelang purna tugas. sedangkan pada
beberapa dekade yang lalu dilaporkan bahwa penyebab kematian tersering adalah
penyakit infeksi saluran pernafasan.
Sebagai perbandingan, dapat dilihat bahwa penyakit kardiovaskuler
ditemukan pada 61,6% dari 17.653 kasus kematian mendadak yang diperiksa
Hamburg dari tahun 1936 hingga 1964. Sedangkan Helpern dan Rabson
melaporkan sebesar 42% dari 2668 kasus.
Yang perlu diingat oleh dokter, dalam menghadapi kasus kematian
mendadak, terutama bila dokter tidak pernah merawat korban, maka sebaiknya
dokter jangan membuatkan surat keterangan kematian; kecuali jika ia yakin
bahwa kematian korban menurut pengetahuannya tidak disebabkan oleh tindakan
kekerasan. Pada kasus kecelakaan, yang berarti merupakan kematian yang tidak

wajar dan mungkin akan ada penuntutan, dokter jangan membuat surat keterangan
kematian. Untuk itu dokter harus melakukan pemeriksaan tubuh mayat dengan
teliti sekali. Jika ada kecurigaan setelah ia melakukan pemeriksaan, maka pihak
keluarga dianjurkan melapor kepada polisi dan kemudian dibuatkan visum et
repertumnya.
Sikap penyidik dalam kasus mati mendadak, penyidik harus melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Jangan mengajukan pertanyaan yang mendatangkan syok.
2. Tentukan keadaan sekitar korban dan memperkenalkan diri dengan semua
anggota keluarga.
3. Berusaha untuk mendapatkan informasi baik di dalam hal penyakit atau
perlukaan dari korban sebelum korban meninggal dunia.
4. Perhatikan tubuh korban :
5. Adakah tanda-tanda kekerasan atau perlawanan.
6. Adakah tanda-tanda keracunan.
7. Adakah tanda-tanda bahwa korban pernah mendapatkan perawatan atau
pengobatan.
Sebab Kematian adalah

penyakit atau cedera/luka yang bertanggung

jawab terhadap timbulnya kematian. Sebab kematian :


Penyakit : gangguan SCV, SSP, respirasi, GIT, urogenital.
Trauma :
a. Mekanik :
1. Benda tajam : iris, tusuk, bacok.
2. Benda tumpul : memar, lecet, robek, patah.
3. Senjata api (balistik).
4. Bahan peledak/bom.
b. Fisik :
1. Suhu : dingin, panas.
2. Listrik/petir.
c. Kimiawi :
1. Asam.

2. Basa.
3. Intoksikasi.
Mekanisme Kematian adalah gangguan/kelainan fisiologik dan atau
biokimia yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian.
Mekanisme kematian :
1. Mati lemas (asfiksia)
2. Perdarahan
3. Kerusakan organ vital
4. Refleks vagal
5. Emboli, dll
Mekanisme kematian bisa kombinasi beberapa mekanisme.

KEMATIAN
MENDADAK

Minta keterangan dari pihak keluarga,


teman dekat, atau polisi dan
melakukan pemeriksaan
TANYAKAN

Hal-hal yg perlu
diketahui dari orang
tentang korban

Usia, Riwayat penyakit

Keadaan sekitar
korban
Morat-marit atau tidak Pintu terkunci
Harta benda yang hilang

Keterangan mengenai
kesehatan terakhir, Riwayat
pengobatan (berobat ke mana)

Apakah sedang bertengkar

Tingkah laku yang aneh

Apakah kedatangan tamu

Korban diasuransikan atau tidak


Apakah sehabis makan
Apakah didapatkan tanda2 kelainan pd
korban

MENYIMPULKAN KEMUNGKINAN KEMATIAN MENDADAK


Mati wajar karena penyakit didapatkan penyakit pembuluh darah koroner (sehabis aktivitas
fisik, bertengkar).
Mati tidak wajar didapatkan tanda-tanda kekerasan di tubuh

Gambar 1. Skema cara menangani kasus kematian mendadak.


2.3.

Macam-macam kematian mendadak


Yang termasuk kematian mendadak :
a. Kematian terjadi seketika
Contoh teman bertamu, duduk, kemudian meninggal.
b. Kematian tidak terduga
6

Contoh seorang pasien nyeri perut dengan diagnosis gastritis akut


kemudian diperiksa dan ternyata meninggal.
c. Kematian tidak diketahui penyebabnya
Contoh orang ditinggal di rumah masih sehat kemudian keesokan
harinya meninggal.
2.4.

Penyebab kematian
Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit (Unexpected Death

due to Natural Disease), pada seseorang terutama bila kematian tersebut terjadi di
tempat umum, seperti di hotel dan khususnya bila terjadi pada seorang tersangka
pelaku kejahatan atau seorang tahanan; merupakan peristiwa yang sensitif
sehingga perlu diselesaikan secara tuntas dan cepat. Adapun penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan kematian secara mendadak adalah :
a. Penyakit Pada Sistem Kardiovaskuler
Merupakan penyebab kematian mendadak yang tersering, khususnya
penyakit pada pembuluh darah koroner, baik hanya berupa penyempitan maupun
penyumbatan. Penyakit jantung yang juga dapat menyebabkan kematian
mendadak adalah peradangan, penyakit pada katup serta pecahnya batang nadi
tubuh (aorta) dimana pecahnya aorta sering dihubungkan dengan penyakit pada
pembuluh nadi jantung (miocard infark). Lebih dari 50% penyakit kardiovaskuler
adalah penyakit jantung iskemik akibat sklerosis koroner. Urutan berikutnya
adalah miokarditis, kelainan katup, refleks viserovagal, hipersensitivitas carotid,
sinkop vasovagal, ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit.
1. Penyakit Jantung Iskemik
Terjadinya sklerosis koroner dipengaruhi oleh faktor-faktor makanan
(lemak), kebiasaan merokok, genetik, usia, jenis kelamin, ras, diabetes
mellitus, hipertensi, stress psikis, dan lain-lain.
Kematian lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Sklerosis ini
sering terjadi pada ramus desendens arteria koronaria sinistra, pada
lengkungan arteria koronaria dekstra. Lesi tampak sebagai bercak kuningputih (lipoidosis) yang mula-mula terdapat di intima, kemudian menyebuk
ke lapisan yang lebih dalam. Kadang-kadang dijumpai perdarahan

subintima atau ke dalam lumen. Adanya sklerosis dengan lumen


menyempit hingga pin point sudah cukup utnuk menegakkan diagnosis
iskemik, karena pada kenyataannya tidak semua kematian moroner disertai
kelainan otot jantung.
2. Infark Miokard
Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat insulfisiensi
aliran darah. Insulfisiensi terjadi karena spasme dan/atau sumbatan akibat
sklerosis atau trombosis. Perlu dibedakan penggunaan istilah infark. Infark
miokard adalah pengertian patologik (gejala klinisnya bervariasi, bahkan
kadang tanpa gejala apapun), sedangkan infark miocard akut adalah
pengetian klinis (dengan gejala diagnosis tertentu). Sumbatan pada ramus
desendens koronaria kiri dapat mengakibatkan infark di daerah septum
bilik bagian depan septum bilik bagian epan, apeks dan bagian depan
dinding bilik kiri. Seangkan ninfark pada dinding belakang bilik kiri
disebabkan oleh sumbatan bagian arteri koronaria kanan. Gangguan pada
ramus sirkumfleksa arteri koronaria kiri hanya mengakibatkan infark di
aerah samping-belakang dinding bilik kiri. Kematian pada infark miokard
dapat terjadi melalui mekanisme fibrilasi ventrikel, asistol, rupture jantung
dan emboli pulmonal massif. Infark dini tampak sebagai daerah yang
berwarna merah gelap atau hemoragik sedangkan infark lama tampak
kuning padat. Mikroskopik jaringan iskemik memperlihatkan serat otot
yang nekrotik, bergelombang (wavy), eosinifilik, granulasi sitoplasma,
membrane sel mengabur, pola seran lintang menghilang, perubahan inti,
fragmentasi dan infiltrasi lekosit. Kelainan ini baru tampak jelas pada usia
infark 8-12 jam. Pemeriksaan histokimia terhadap enzim sitokrom oksidase
dan enzim suksinodehidrogenase dapat melihat infark yang berusia 1-2
jam. Serabut otot ini kemudian akan digantikan oleh jaringan ikat pada fase
berikutnya. Jaringan parut baru tampak pada infark yang berusia 5 minggu
hingga 3 bulan. Infark yang berulang dapat mengakibatkan penggantian
otot jantung dengan jaringan ikat sehingga dinding jantung dapat menipis.
Seangkan rupture jantung pada umumnya justru terjadi pada infark yang
pertama kali terjadi.

Tabel. Hasil analisa situasi pada saat kematian (Dotzauer dan Naeve)

sklerosis
Infark miokard
Thrombosis
tanpa infark
ruptur

Istirahat

Pekerjaan

Kerja fisik

Stress

651
150

sehari-hari
663
89

155
35

psikis
128
20

93

76

44

16

99

47

17

3. Miokarditis
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada
dewasa muda. Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik. Otot jantung harus diambil
sebanyak minimal 20 potongan dari 20 lokasi yang berbeda untuk
pemeriksaan ini. Pada pemeriksaan histopatologik tampak peradangan
intersisial dan atau parenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot
hingga miolisis. Infiltrasi lekosit berinti jamak dan tunggal, plasmosit dan
histiosit tampak jelas.
4. Hipertoni
Hipertoni ditegakan dengan adanya hipertrofi otot jantung disertai dengan
tanda-tanda lain seperti:
a) Perbendungan atau tanda-tanda dekompensasi
b) Sklerosis pembuluh perifer serebral(2/3 kasus)
c) Status lakunaris pada ganglia basal
d) Sklerosis arteria folikularis limpa , dan
e) Arteriosklerosis ginjal
Hipertrofi jantung tersendiri belum dapat menjelaskan kematian,
meskipun dikatakan bahwa berat 500 gram adalah batas berat jantung
yang disebut sebagai berat kritis (critical weight).
b. Penyakit Pada Sistem Pernafasan
Penyakit pada sistem pernafasan yang tersering di Indonesia adalah
perdarahan akibat penyakit tuberkulosa/TBC, dimana darah tersebut menyumbat

saluran pernafasan. Oleh karena adanya perdarahan tersebut sering terjadi


kesalahan penafsiran, yaitu dikaitkan dengan adanya kekerasan.
Penyakit paru-paru lainnya yang juga dapat menyebabkan kematian mendadak
antara lain ialah : infeksi (pneumonia) asma bronkhiale, bronkhiektasis serta
penyakit diphteria.
c. Penyakit Pada Susunan Saraf Pusat
Penyakit pada susunan saraf pusat, yang sering adalah perdarahan spontan
yang disebabkan karena korban menderita penyakit darah tinggi, atau perdarahan
karena penyakit pengerasan pembuluh darah (arteriosklerosis). Perdarahan
spontan yang diakibatkan kedua keadaan tersebut terjadi didalam otak/intra
selebral. Kematian dapat juga disebabkan karena terjadinya perdarahan di bawah
selaput lunak otak (perdarahan sub-arachnoid), secara spontan, oleh karena
pembuluh nadi menggembung setempat dan dapat pecah sewaktu-waktu,
khususnya bila korban melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Penyakit ini
biasanya menyerang anak muda, merupakan penyakit bawaan dan dikenal dengan
nama aneurysma berry.
d. Penyakit Pada Sistem Gastrointestinal dan Sistem Uro-Genitalis
Penyakit pada sistim gastrointestinal dan sistim uro-genitalis, penyakit
pada sistim gastrointestinal atau sistim pencernaan yang tersering menyebabkan
kematian

mendadak

adalah

penyakit

tukak

lambung

(maag),

dimana

manifestasinya adalah muntah darah. Penyakit hati yang kronis (sirosis hepatis)
juga dapat menyebabkan perdarahan di lambung oleh karena terjadi perbendungan
pembuluh balik, dan kemudian pecah ke dalam lambung dan akhirnya
dimuntahkan.
BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
a. Pada umumnya kasus kematian mendadak bervariasi antara 5080
tahun, dan yang terbanyak adalah pihak laki-laki mengingat motivasi
kerja dan bepergian.

10

b. Kematian

mendadak yang disebabkan oleh penyakit (Unexpected

Death due to Natural Disease), pada seseorang terutama bila kematian


tersebut terjadi di tempat umum.
c. Hipertrofi jantung tersendiri belum dapat menjelaskan kematian,
meskipun dikatakan bahwa berat 500 gram adalah batas berat jantung
yang disebut sebagai berat kritis (critical weight).

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. A, Widiatmika.W, Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. Bagian
Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. 1997.
Centers for Disease Control and Prevention. 2003. The State of Ageing and
Health In America.
Chen, Harold. Marfan Syndrome. Available at: http://www.emedicine.com Last
update: Juny 4, 2007. Accessed: 19 Juni 2011.

11

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik.


Jakarta: Indonesia.
http://www.cdc.gov/Aging/pdf/State_of_Aging_and_Health_in_America_2004.pd
f . (Diakses tanggal 19 Juni 2011).
Soejono, CH. 2006. Pengkajian Paripurna Pada Pasien Geriatri. In: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid III edisi IV. Jakarta: FKUI, pp.1425-30.
World Health Organization. 2001. International Classification of Functioning,
Disability and Health.Geneva: World Health Organization.
Wujoso, Hari. 2000. Pola Penyakit Penyebab Kematian Medadak Di
Laboratorium Ilmu Kedokteran Kedokteran Kehakiman Fakultas
Kedokteran UNS Tahun 1990-1998. Surakarta : Universitas Gadjah
Mada. Tesis.

12

Anda mungkin juga menyukai