Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS PATOLOGI FORENSIK

Mega Ayu NIM. 2008020054


Pembimbing : dr. Beta Ahlam Gizela, Sp.F., DFM

1. DESKRIPSI KASUS
Pasien pria Tn.SBW usia 63 tahun datang diantar keluarga dalam kondisi tidak sadar diri, 6 jam
smrs pasien masih beraktivitas seperti biasa di sawah (jam 10 pagi), setelah itu pasien mengeluh
berkeringat dingin yang banyak dan badan terasa tidak nyaman dan lemas, tidak ada keluhan
sesak atau nyeri dada, dan tidak ada riwayat sakit jantung. Sempat dibawa ke puskesmas namun
dari puskesmas langsung di arahkan ke RS, tanpa penanganan. Saat tiba di RSST pada pukul
17.15 pasien tidak di RJP karena pupil sudah midriasis total dan langsung dilakukan EKG
dimana didapatkan hasil flat/asistole.
2. PERASAAN
Saya merasa sangat sedih saat menangani kasus ini, karena kematian yang terjadi tiba tiba dari
pasien ini membuat seluruh keluarga yang mengantar terpukul. Saat saya melakukan anamnesis
pada istri pasien, istri pasien masih dapat bercerita dengan lancar mengenai kondisi pasien
sebelumnya, dimana beliau berkata bahwa pasien masih melakukan aktivitas seperti biasa
sehingga beliau sangat terkejut saat pasien kami nyatakan meninggal. Beberapa sanak saudara
masih berharap bahwa tim medis dapat melakukan sesuatu kepada pasien agar pasien dapat
ditolong, namun berdasarkan dari hasil pemeriksaan,, pasien meninggal sebelum sampai ke RS.

3. EVALUASI
Sisi positif : Melalui kasus ini, saya belajar tentang penanganan kasus terkait death on arrival
yang terjadi akibat dugaan cardiac arrest, dan saya juga melihat proses pembuatan surat
keterangan kematian datang meninggal.
Sisi Negatif: Pada pasien, pernyataan kematian hanya didasarkan pada hasil EKG yang flat serta
tanda tanda vital yang tidak dapat dinilai. Pada pasien ini juga tidak dilakukan penggalian
informasi lebih lanjut terkait sebab kematian, tanda pasti kematian, dan waktu kematian.
4. MASALAH YANG DIANGKAT/DIKAJI
1. Apa definisi mati dan apa saja tanda pasti kematian?
1. Mati somatik (klinis) menurut WHO yaitu berhentinya ketiga sistem penunjang
kehidupan yaitu system respitasi, system kardiovaskuler, dan system saraf pusat
secara permanen/irreversible. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan pasal 117 dimana dikatakan seseorang dinyatakan mati apabila fungsi
jantung-sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau
apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan.
2. Tanda kematian dibagi menjadi 2
a. Perubahan yang terjadi sesaat setelah kematian (tanda kematian primer/tidak
pasti)
Berhentinya system kardiovaskuler
Berhentinya system respirasi
Berhentinya system saraf pusat
b. Perubahan yang terjadi beberapa waktu setelah kematian (tanda kematian
sekunder/pasti)
Penurunan suhu/algor mortis
Lebam mayat/livor mortis
Kaku mayat/rigor mortis
Pembusukan/dekomposisi
Adiposera

2. Definisi dari kematian mendadak dan penyebab tersering dari kematian mendadak?
Pengertian kematian mendadak (sudden death) adalah kematian dalam waktu 24 jam
sejak gejala timbul (WHO). Mekanisme kematian mendadak dapat disebabkan oleh cara
yang wajar (natural sudden death) dan tidak wajar (unnatural sudden death).
Urutan pertama penyebab kematian mendadak adalah penyakit pada jantung dan
pembuluh darah dengan laki-laki berbanding perempuan adalah 7 : 1 sebelum menopause
dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. > 20.000 bayi dan anak-anak mengalami
henti jantung setiap tahun di Amerika Serikat. Di Indonesia seperti yang dilaporkan
badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini
meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0 (1986), dan 19,0% (1995).

3. Bagaimana cara penentuan sebab kematian?


Dari sudut pandang patologi forensik sangat penting ditentukan penyebab kematian
apakah kematian wajar atau tidak wajar sehingga dilakukan pemeriksaan forensik guna
penerbitan visum et repertum. Pada beberapa kesimpulan visum et repertum disebutkan
bahwa dengan hanya pemeriksaan luar postmortem maka penyebab kematian mendadak
kardiovaskuler tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam
(autopsi).
Penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem pada kasus kematian
mendadak kardiovaskuler dapat ditentukan dengan langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk kondisi tersebut dengan mengumpulkan data-data personal dasar,
kesaksian, wawancara dengan keluarga, riwayat medik, riwayat pengobatan dan hal-hal
yang berhubungan dengan kematian serta melihat tanda-tanda klinis spesifik setelah
kematian.
Penentuan sebab kematian dengan pemeriksaan luar postmortem ini disebut sebab
kematian klinis dengan mengenali kondisi klinis sebelum pasien meninggal dunia.
Apabila dilakukan autopsi baik klinis maupun forensik maka dapat dikatakan sebagai
sebab kematian epidemiologis dan jika ditambahkan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan histologi, patologi, toksikologi, biokimia dan biomolekuler maka disebut
sebab kematian kausalitas.

4. Bagaimana penentuan sebab kematian pada kasus dugaan cardiac sudden death?
Penentuan sebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem dapat ditentukan
dengan cara mengumpulkan data medik bahwa korban mempunyai riwayat penyakit
kardiovaskuler. Data diambil dari wawancara (autopsi verbal) dengan keluarga korban,
menelusuri rekam medik dan atau wawancara dengan dokter yang pernah merawat korban
sebelumnya. Penentuan sebab kematian diperkuat juga dengan adanya saksi yang melihat
bahwa korban mengalami serangan penyakit mendadak yang dengan sendirinya
menyingkirkan kemungkinan adanya trauma dan keracunan. Penentuan sebab kematian pada
kasus seperti ini berdasarkan kondisi klinis korban (sebab kematian klinis). Langkah-langkah
penentuan sebab kematian berdasarkan pemeriksaan postmortem dengan mencari tanda-tanda
klinis penyakit kardiovaskuler melalui pemeriksaan luar postmortem diantaranya:
a. Kakeksia kardiak akibat gagal jantung
b. Clubbing finger (jari gada) akibat penyakit jantung kongenital atau endokarditis infektif
c. Makulapapular erimatosa akibat endokarditis infektif
d. Perdarahan splinter dan lesi vaskulitik pada jari tangan akibat endokarditis infektif
e. Xantomata tendon akibat hiperlipidemia
f. Ikterus pada sklera akibat gagal jantung kongestif
g. Xantelasma berupa warna kuning sekitar mata akibat hiperlipidemia
h. Pitting edema berat pada tungkai akibat gagal jantung kongestif dan perikarditis konstriktif
i. Sianotik pada beberapa kelainan jantung
j. Beberapa tanda lain yang spesifik

5. KESIMPULAN
1. Penyebab kematian secara umum bisa disebabkan oleh kegagalan fungsi inervasi,
sirkulasi dan respirasi, yang ketiganya merupakan pilar utama kehidupan.
2. Urutan pertama penyebab kematian mendadak adalah penyakit pada jantung dan
pembuluh darah dengan laki-laki berbanding perempuan adalah 7 : 1.
3. Penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem pada kasus kematian
mendadak kardiovaskuler dapat ditentukan dengan mengumpulkan data-data personal
dasar, kesaksian, wawancara dengan keluarga, riwayat medik, riwayat pengobatan
dan hal-hal yang berhubungan dengan kematian serta melihat tanda-tanda klinis
spesifik setelah kematian.

6. ACTION PLAN
Ketika nanti saya bertemu dengan kasus serupa dikemudian hari, saya harap saya mampu
menanganinya dengan baik dari awal penerimaan pasien hingga ke pembuatan dokumen legal
kematian. Saya berharap saya mampu membantu proses penentuan sebab dari kematian dan
waktu kematian sehingga dapat membantu proses pengungkapan suatu kasus jika diperlukan
suatu hari nanti.

7. REFERENSI
Suryadi, Taufik. Penentuan Sebab Kematian Dalam Visum Et Repertum Pada Kasus
Kardiovaskuler. Jurnal Averrous Vol.5 No.1 Mei 2019.
World Health Organization. 2003.Internal Guidelines for the Determination of Death. Geneva:
WHO.

Anda mungkin juga menyukai