Anda di halaman 1dari 49

L A K I-LA KI U S IA 63

T AHU N D ENG A N
S TR OK E HEMOR A GI K
  K H A R I S M A G AY U H PA N G E S T U T I
030.15.098
 
PEMBIMBING:
KOLONEL LAUT (K) DR. BUDI
WA H J O N O , S P. S
BAB I
PENDAHULUAN
• Menurut World Health Organization (WHO), stroke adalah suatu sindroma yang ditandai
dengan gangguan fungsi otak, fokal atau global yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari
24 jam atau berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya penyebab lain selain penyebab
vaskular.

• Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan telah terjadi
peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per mil (tahun 2007) menjadi 12,1 per mil
(tahun 2013).
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 30-12-1955
Usia : 63 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kebon Melati, Jakarta Pusat
Tanggal Masuk : 23 September 2019
ANAMNESIS

Autoanamnesis pada tanggal 24 September 2019 Pukul 07.00 WIB

• Keluhan Utama: Kelemahan sisi tubuh sebelah kiri sejak 4 hari yang lalu
• Keluhan Tambahan: Batuk, nyeri kepala.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Pasien datang ke RSAL dengan keluhan utama kelemahan sisi tubuh sebelah kiri sejak 4 hari
yang lalu SMRS. Sebelum mengalami kelemahan sisi tubuh sebelah kiri, pasien mengaku
sempat terjatuh pada saat berjalan. Setelah terjatuh pasien sempat mengalami penurunan
kesadaran. Pada saat pasien sadar, pasien mengaku mengalami kelemahan sisi tubuh sebelah
kiri secara mendadak. Pasien juga mengeluh mengalami nyeri kepala yang bersifat berdenyut.
Nyeri kepala tersebut dirasakan di seluruh bagian kepala. Nyeri kepala sudah dirasakan sejak 1
minggu ini.

• Saat nyeri kepala muncul pasien masih bisa bangun dari tempat tidur. Nyeri kepala secara tiba-
tiba dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh. Nyeri kepala bersifat hilang timbul dan
pasien masih dapat beraktivitas sehari-hari. Pasien juga mengeluh sedikit sesak sejak 2 hari
lalu. Mual dan muntah disangkal. Tidak ada riwayat trauma maupun riwayat demam
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat asma.
• RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa. Riwayat hipertensi, diabetes dan kolesterol
tinggi disangkal. Mual dan muntah disangkal. Tidak ada riwayat trauma maupun riwayat demam
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat asma.
• RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, jantung dan riwayat stroke pada keluarga.
• RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien tinggal dengan 3 orang anak dan
seorang istri. Pasien suka mengkonsumsi rokok + 3 batang dalam satu hari. Pasien tidak suka
berolahraga dan jarang mengkonsumsi sayuran.
• RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan tertentu.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4, M6, V5)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,4°C
Berat badan : 50kg
Tinggi : 160cm
STATUS GENERALIS
• Kepala : Normocephali, tidak ada bekas trauma
• Leher : Tidak terdapat benjolan dan pembesaran KGB serta tiroid
• Thoraks
• Jantung : S1/S2 regular, murmur (-), gallop (-)
• Paru : SNV +/+, rhonki -/-, wheezing +/+
• Abdomen : Supel, BU (+)

STATUS NEUROLOGIS
• Pupil isokor 3mm/3mm
• RCL +/+ RCTL +/+

 Tanda Rangsang Meningeal


• Kaku kuduk : (-)
• Brudzinski I : (-)
• Brudzinski II: (-)
• Laseque : (-)
• Kernig : (-)
Lesi Nervi Kranialis
• Parese N. VII sentral sinistra
• Parese N. XII sentral sinistra

Motorik
• Pergerakan Aktif | Aktif
• Kekuatan 5555 | 4444
5555 | 4444
• Trofi Normotrofi Normotrofi
• Tonus Normotonus Normotonus

Refleks Fisiologis
• Biceps ++/++
• Triceps ++/++
• Patella ++/++
• Achilles ++/++
Refleks Patologis
• Hoffman-Tromner -/-
• Babinski-/-
• Chaddock -/-
• Schaeffer -/-
• Oppenheim -/-
• Gordon -/-

Sensibilitas
• Dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (25 Agustus 2019)
CT Scan Tanpa Kontras Kepala Axial

Kesan:
• Tampak lesi hiperden batas tegas tepi
irregular berukuran lk 2,5 x 1 cm di
thalamus kanan disertai lesi hipoden di
sekitarnya

Kesimpulan:
• Perdarahan intra cerebri di daerah thalamus
kanan. 
RESUME
Pasien datang ke IGD RSAL TNI AL dr. Mintohardjo Pasien datang dengan keluhan Pasien
datang ke RSAL dengan keluhan utama kelemahan s[isi tubuh sebelah kiri sejak 4 hari yang lalu
SMRS. Sebelum mengalami kelemahan sisi tubuh sebelah kiri, pasien mengaku sempat terjatuh
pada saat berjalan. Setelah terjatuh pasien sempat mengalami penurunan kesadaran. Pada saat
pasien sadar, pasien mengaku mengalami kelemahan sisi tubuh sebelah kiri secara mendadak.
Pasien juga mengeluh mengalami nyeri kepala yang bersifat berdenyut. Nyeri kepala tersebut
dirasakan di seluruh bagian kepala. Nyeri kepala sudah dirasakan sejak 1 minggu ini.
Saat nyeri kepala muncul pasien masih bisa bangun dari tempat tidur. Nyeri kepala secara
tiba-tiba dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh. Nyeri kepala bersifat hilang timbul
dan pasien masih dapat beraktivitas sehari-hari. Pasien juga mengeluh sedikit sesak sejak 2 hari
lalu. Mual dan muntah disangkal. Tidak ada riwayat trauma maupun riwayat demam sebelumnya.
Pasien memiliki riwayat asma.
RESUME

Pada pemeriksaan motorik pasien dapat menggerakkan anggota gerak dengan aktif tetapi
pada ekstremitas superior dan inferior sinistra lebih lemah dibandingkan dengan dextra. Refleks
fisiologis dalam batas normal.
Pemeriksaan laboraturium didapatkan hasil leukosit 26.100/uL, eritrosit 8.62 juta/uL ,
hematokrit 47%. Pada pemeriksaan kimia klinik didapatkan glukosa puasa sebesar 114 mg/dL.
Dari pemeriksaan CT scan tanpa kontras kepala axial didapatkan perdarahan intra cerebri di
daerah thalamus kanan.
ASSESMENT
Diagnosis Klinis :Hemiparese sinistra
Parese N. VII sentral sinistra
Parese N. XII sentral sinistra

Diagnosis Etiologi : Stroke Hemoragik


Diagnosis Topis : Hemisfer serebri sinistra
PLANNING
• Medikamentosa
– IVFD NaCL 0,9% 12 tpm
– Simvastatin 1 x 20 mg
– Citicholine 2 x 500 mg
– Vitamin B complex 2 x 1
 
• Non-medikamentosa
– Rehabilitasi medik
PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
FOLLOW UP
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
• Pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu sistem karotis (sirkulasi anterior) dan
sistem vertebrobasiler (sirkulasi posterior).
• Suplai darah ke otak 1/3 disalurkan melalui lintasan vaskuler vertebrobasiler dan 2/3 melalui
arteri karotis interna
DEFINISI

• Menurut World Health Organization (WHO), stroke:


suatu sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau global yang timbul
mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, dengan tidak
tampaknya penyebab lain selain penyebab vaskular.
EPIDEMIOLOGI

• Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan telah terjadi
peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per mil (tahun 2007) menjadi 12,2 per 1000
penduduk (tahun 2013). Prevalensi penyakit Stroke tertinggi di Sulawesi Utara (10,8per mil),
Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung  (9,7 per mil) dan  DKI Jakarta (9,7 per mil).
KLASIFIKASI
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
• Stroke Iskemik :
• Trombosis serebri
• Emboli serebri
• Hipoperfusi sistemik
• Stroke Hemoragik
• Perdarahan intraserebral
• Perdarahan subaraknoid
KLASIFIKASI
Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu
• Transient Ischemic Attack (TIA)
• Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
• Stroke in evolution / Progressing Stroke
• Completed stroke

Berdasarkan sistem pembuluh darah


• Sistem karotis
• Sistem vertebro-basiler
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko stroke terdiri dari
• usia,
• genetik,
• hipertensi,
• diabatese melitus,
• penyakit jantung,
• Obesitas
• hiperkolesterolemia
• merokok
• konsumsi alkohol.
PATOFISIOLOGI

Hipertensi Proses hialinisasi Kehilangan


pembuluh darah elastisitasnya

Tidak bisa
Pecahnya pembuluh menyesuaikan
Peningkatan TIK
darah fluktuasi tekanan
darah
GEJALA KLINIS
• Gejala perdarahan intraserebral
– Terjadi pada waktu aktif
– Nyeri kepala , yang diikuti dengan muntah dan penurunan kesadaran
– Adanya riwayat hipertensi kronis
– Nyeri telinga homolaterlal (lesi pada bagian temporal), afasia (lesi pada thalamus)
– Hemiparese kontralateral
• Gejala perdarahan subarachnoid:
• Nyeri kepala yang hebat dan mendadak
• Hilangnya kesadaran
• Fotofobia
• Meningismus
• Mual dan muntah
• Tanda-tanda perangsangan meningeal, seperti kaku kuduk.
DIAGNOSIS

ANAMNESIS
• Pada anamnesis akan ditemukan adanya keluhan yang muncul pada saat beraktivitas atau
emosi yang tidak terkontrol, adanya sakit kepala, muntah, penurunan kesadaran, adanya faktor
risiko seperti diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, obesitas, penyakit jantung, riwayat
trauma kepala serta pola hidup (merokok, alkohol, obat-obat tertentu).(5)
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan keadaan umum, keasadaran, tanda vital, dan
pemeriksaan neurologi. Pemeriksaan neurologi seperti tingkat kesadaran (dengan GCS),
pemeriksaan reflek batang otak (meliputi rekasi pupil terhadap cahaya), reflex kornea, dan reflex
okulo sefalik, pemmeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan motoric, reflek fisiologis, reflek
patologis, pemeriksaan sensorik dan otonom.(5)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT scan
Pada intracranial hemorrhage, pada fase akut
(<24 jam), gambaran radiologi akan terlihat
hiperdens, sedangkan pada fase kronik (> 5hari)
akan terlihat gambaran hipodens.
• Subarachnoid Hemorrhage
Pada subarachonid hemorrhage, gambaran
radiologi akan memperlihatkan hiperdens pada
cisterna suprasellar.(
• Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat sensitif). Secara
umum juga lebih sensitif dibandingkan CT scan, terutama untuk mendeteksi pendarahan posterior.
• Pemeriksaan Angiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada pembuluh
darah.
• Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak ada CT scan atau MRI. Pada stroke perdarahan
intraserebral didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau berwarna kekuningan. Pada
perdarahan subaraknoid didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada stroke infark tidak
didapatkan perdarahan (jernih).
• Pemeriksaan Penunjang Lain.
Pemeriksaan untuk menetukan faktor risiko seperti darah rutin, komponen kimia darah (ureum,
kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar), elektrolit darah, foto toraks, EKG,
echocardiografi.
TATALAKSANA
• TATALAKSANA UMUM
1. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
2. Stabilisasi Hemodinamik
Untuk menjaga hemodinamik atau mengatasi keadaan dehidrasi, sebaiknya diperhatikan hal
berikut:
• Pemberian cairan kristaloid atau koloid intravena, hindari cairan hipotonik seperti glukosa.
• Pemasangan central venous catheter (CVC) bila diperlukan, untuk memantau kecukupam
cairan serta sebagai sarana memasukan cairan dan nutrisi dengan target tekanan 5-12 mmHg.
• Optimalisasi tekanan darah.
• Pada pasien dengan deficit neurologis nyata, dianjurkan pemantauan berkala status neurologis,
nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dalam 72 jam.(5)
• TATALAKSANA PENINGKATAN TIK
• Pemantauan ketat terhadap pasien yang beresiko mengalami edema serebral dengan
memperhatikan perburukan gejala dan tanda klinis neurologis dalam 48 jam pertama serangan
stroke.
• Monitor tekanan intracranial terutama pada pasien dengan perdarahan intraventrikular. Target
terapi adalah TIK < 20 mmHg dan CPP > 70 mmHg.
• Penatalaksanaan peningkatan tekanan intracranial meliputi:
• Meninggikan posisi kepala 30o
• Menghindari penekanan vena jugularis
• Menghindari hipertermia
• Pemberian osmoterapi atas indikasi:
• Manitol 0,25-0,50 g/kgbb, selama > 20 menit, diulangi setiap 4-6 jam dengan target
osmolaritas darah < 310 mOsm/L.
• Furosemid dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV.
• Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 mmHg).(5)
• Pengendalian Kejang
• Diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg dan diikuti fenitoin loading dose 15-20 bolus
dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit
• Bila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat di ICU
• Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikonvulsan profilaksis dapat diberikan selama 1
bulan kemudian tappering off dan dihentikan bila tidak ada kejang selama pengobatan. (5)
Penatalaksanaan Tekanan Darah
• Pada stroke hemoragik akut (onset <6 jam), penurunan tekanan darah secara agresif dengan
target TD sistolik <140 mmHg dalam waktu <1 jam aman untuk dilakukan. Dapat diberikan
antihipretensi intravena seperti nikardipin, labetalol, atau esmolol maupun antihipertensi oral.
– Pada tekanan darah sistolik antara 150-220 mmHg dan tanpa adanya kontraindikasi terapi
penurunan tekanan darah akut, penurunan TD sistolik akut 140 mmHg aman dilakukan
(AHA/ASA kelas I, level A)
– Pada tekanan darah sistolik >220 mmHg, dapat dilakukan penurunan tekanan darah secara
agresif dengan antihipertensi IV secara kontinu disertai pemantauan rutin (AHA/ASA
kelas IIb, level C).(5)
Penatalaksanaan Bedah
• Indikasi bedah:
• Hematom serebelar dengan diameter > 3 cm yang disertai penekanan batang otak dan atau
hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel seharusnya dilakukan dengan sesegera mungkin
(AHA/ASA kelas I, level B)
• Pendarahan dengan kelainan struktur aneurisma atau malformasi arteriovena
• Perdarahan lobaris dengan ukuran sedang-besar yang terletak dekat dengan korteks (<1cm)
pada pasien berusia < 45 tahun dengan SKG 9-12.
• Evakuasi rutin hematom supratentorial dengan kraniotomi standar dalam 96 jam tidak
direkomendasikan.(5)
PROGNOSIS

• Sekitar 30-60% seseorang dengan perdarahan intraserebri dapat meninggal, dan sekitar 25%
ditemukan adanya perbaikan gejala. Pada pasien dengan perdarahan subaraknoid yang
ditemukan meninggal didapatkan sebesar 15%.(8)
DAFTAR PUSTAKA
– Bachrudin M. Model diagnostic stroke berdasarkan gejala klinis. Malang: Staff pengajar pada
fakultas kedokteran Universitas Muhamadiyah Malang.
– Aho K, Harmsen P, Hatano S, Marquardsen J, Smirnov VE, Strasser T. Cerebrovascular disease in
the community: results of a WHO collaborative study. Bull World Health Organ. 1980; 58:113–30.
– Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Gambaran factor risiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap di
bagian penyakit dalam RSUD kabupaten solok selatan periode 1 januari 2010- 31 juni 2012. Jurnal
Kesehatan Andalas.2013;2(2):57-9.
– Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topik neurologi duus. Edisi 5. Jakarta: EGC ;2017.
– Aninditha T, Wiratman W. Buku ajar neurologi. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Kedokteran
Indonesia;2017.
– Misbach, dr.H. Jusuf. 1999. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, Indonesia.
– Estiasari R, Zairinal RA, Islamiyah WR. Pemeriksaan klinis neurologi praktis. Edisi 1. Jakarta:
Penerbit kedokteran Indonesia;2018.
– Hemorrhagic stroke. Harvard health publishing. 2019.

Anda mungkin juga menyukai