Anda di halaman 1dari 19

TETANUS

K H A R I S M A G AY U H PA N G E S T U T I
030.15.098
DEFINISI
• gangguan neurologis yang
ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme tanpa
TETANUS disertai gangguan kesadaran,
yang disebabkan oleh
tetanospasmin

• Toksin protein yang kuat yang


dihasilkan oleh Clostridium
TETANOSPASMI tetani
N
ETIOLOGI

• Clostridridium tetani, kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 2–5 um dan lebar 0,3–
0,5 um
• Clostridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin
• Tetanospamin yang dapat menyebabkan penyakit tetanus, merupakan toksin yang neurotropik
yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.
EPIDEMIOLOGI

• Tetanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian tergantung pada jumlah populasi
masyarakat yang tidak kebal, tingkat populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat
pencemaran biologi lingkungan peternakan/ pertanian, dan adanya luka pada kulit atau
mukosa.
Luka tusuk
(paku, serpihan
kaca, injeksi
tidak steril,
injeksi obat,
tindik)

Luka operasi
Pemotongan Port (benang
terkontaminasi),
tali pusat
yang tidak d’entr luka yang tak
dibersihkan
steril
e (debridement)
dengan baik

Otitis media,
karies gigi,
abses gigi
MANIFESTASI KLINIS
Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan:
• Trismus
• Risus sardonikus
• Opistotonus
• Ketegangan otot dinding perut sehingga dinding perut seperti papan.
• Kejang umum
• Asfiksia dan sianosis
• Gangguan saraf autonom
4 BENTUK KLINIK TETANUS

1. Localized tetanus
• adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis,
antagonis, dan fiksator)
• Dapat berlanjut menjadi generalized tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang
menimbulkan kematian.
2. Chepalic Tetanus
• Masa inkubasi berkisar 1-2 hari, yang berasal dari otitis media kronik, luka pada daerah muka
dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung.
• Tetanus sefalik dicirikan oleh lumpuhnya saraf kranial VII yang paling sering terlibat.

3. Generalized tetanus
trismus, bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan
kesulitan menelan. Gejala lain berupa risus sardonicus (Sardonic grin), opistotonus, dan kejang
dinding perut.
• Klasifikasi tetanus umum berdasarkan derajat panyakit menurut modifikasi dari klasifikasi
Ablett’s dapat dibagi menjadi 4 diantaranya:
Derajat III (tetanus Derajat IV (stadium
Derajat I (tetanus ringan) Derajat II (tetanus sedang)
berat) terminal), derajat
Trismus ringan sampai sedang Trismus sedang (3cm atau lebih III ditambah dengan
:
(3cm) kecil)
Trismus berat (1cm) Gangguan autonom
Kekakuan umum: kaku kuduk, Kekakuan jelas berat
Otot spastis, kejang Hipertensi berat dan
opistotonus, perut papan
spontan takikardi, atau
Tidak dijumpai disfagia atau Dijumpai kejang rangsang, tidak Takipne, takikardia Hipotensi dan
bradikardi
ringan ada kejang spontan
Serangan apne Hipertensi berat atau
Tidak dijumpai kejang Takipneu (apneic spell) hipotensi berat
Disfagia berat  
Tidak dijumpai gangguan Disfagia ringan  
Aktivitas sistem
respirasi autonom meningkat
 
Derajat I (tetanus ringan)
4. Tetanus neonatorum
• Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti
oleh kekakuan dan spasme.
• Posisi tubuh klasik: trismus, opistotonus yang berat dengan lordosis lumbal.
DIAGNOSIS
Anamnesis yang dapat membantu diagnosis antara lain:

• Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dengan nanah atau
gigitan binatang
• Apakah pernah keluar nanah dari telinga
• Apakah menderita gigi berlubang
• Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang terakhir
• Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme lokal) dengan kejang
yang pertama (period of onset)
Hasil pemeriksaan laboratorium tidak khas. Temuan laboratorium:
• Leukosit normal atau leukositosis ringan
• Glukosa dan kalsium darah normal
• Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat
• Enzim otot serum, SGOT, serum aldolase mungkin meningkat
• EKG dan EEG biasanya normal
• Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari luka dapat membantu,
tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang gram positif berbentuk tongkat penabuh drum
seringnya tidak ditemukan.
• Kreatinin fosfokinase dapat meningkat karena aktivitas kejang (> 3U/ml)
DIAGNOSIS BANDING

• Meningitis
• Rabies
TATALAKSANA UMUM
• Penderita perlu dirawat dirumah sakit, diletakkan pada ruang yang tenang pada unit perawatan
intensif dengan stimulasi yang minimal.
• Pada hari pertama perlu pemberian cairan secara intravena, sekaligus memberikan obat-obatan
dan bila sampai hari ke-3 infus belum dapat dilepas sebaiknya dipertimbangkan pemberian
secara parenteral.
• Setelah kejang mereda dapat dipasang sonde lambung untuk makanan dan obat-obatan dengan
perhatian khusus pada kemungkinan terjadinya aspirasi.
• Menjaga saluran nafas tetap bebas, kalau berat perlu trakeostomi
• Memberikan tambahan oksigen dengan sungkup
• Mengurangi spasme dan mengatasi kejang
• Mengurangi spasme dan mengatasi kejang
Dosis diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB dengan interval 2-4 jam sesuai
gejala klinis atau dosis yang direkomendasikan untuk usia < 2 tahun adalah 8 mg/kgBB/hari
diberikan oral dalam dosis 2-3 mg/3 jam.
PENCEGAHAN

• Perawatan luka
Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk, luka kotor atau luka yang
diduga tercemar dengan spora tetanus.

• Pemberian ATS dan Toksoid Tetanus pada luka


Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif pada luka baru (kurang dari 6 jam) dan harus
segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif.
Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT, dT, atau Toksoid Tetanus.
KOMPLIKASI
1. Sistem saluran pernafasan
Oleh arena spasme otot-otot pernapasan dan spasme otot laring dan seringnya kejang
menyebabkan terjadinya asfiksia

2. Sistem kardiovaskular
aktivitas simpatis meningkat antara lain berupa takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer
• 3. Komplikasi yang lain :
• Laserasi lidah akibat kejang
• Dekubitus karena penderita berbaring satu posisi saja
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA

• Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Tetanus. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis. Edisi Ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010; hal. 322-9.
• Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Tetanus. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed.
Jenson Publisher: Saunders. 2007; p. 951-3.

Anda mungkin juga menyukai