Anda di halaman 1dari 59

HEMIPARESE DEXTRA ET CAUSA NON – HEMORRHAGIC STROKE

(GANGGUAN FUNGSI AMBULASI DAN GANGGUAN KOMUNKASI)

Tri Kartini Putri C111 13518Musdalifah C111


13545
Marina Ariesta C. C111 13580
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr.RUMAISAH HASAN, Sp. KFR

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN KASUS
Identitas
 Nama : Tn. AA
 Usia : 79 th
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Buntusu’Makassar
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Tidak bekerja
 Status : Sudah menikah
 Suku : Makassar
 Tanggal : 03-01-2018
Anamnesis
 Keluhan utama : lumpuh separuh badan sebelah kanan

 Riwayat penyakit :
Lemah separuh badan sebelah kanan dialami sejak bulan Desember 2017 dan dirawat
di Rumah Sakit Tadjuddin Chalid. Pasien juga sulit untuk membuka matanya. Pasien
pernah dirawat di Rumah Sakit UNHAS pada bulan Agustus 2017 dan didiagnosa
mengalami stroke. Setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit UNHAS, pasien
dibolehkan rawat jalan. Namun, selama 4 bulan rawat jalan, pasien tidak
mendapatkan perawatan yang baik di rumah dan kondisinya semakin memburuk.
Sehingga keluarganya memutuskan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit
Tadjuddin Chalid. Setelah beberapa hari dirawat, keadaan pasien sudah semakin
membaik dan dibolehkan rawat jalan dan diberikan obat pulang berupa susu dan
beberapa jenis obat.
Riwayat trauma tidak ada.
Pasien datang dengan menggunakan kursi roda semenjak 1 bulan yang lalu setelah
dirawat inap.
Pasien dirujuk oleh dokter spesialis saraf ke Dept. Rehabilitasi Medik setelah
menjalani perawatan di rumah sakit dan untuk terapi lanjutan.
Riwayat Penyakit
 Riwayat tekanan darah tinggi diketahui sejak
bulan Agustus 2017.
 Riwayat dislipidemia diketahui sejak bulan
Agustus 2017.
 Riwayat diabetes mellitus tidak ada.
 Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat Psikososial & Keluarga
 Pasien tidak bekerja, mempunyai 1 orang anak
perempuan dan 1 orang anak laki-laki.
 Istri pasien sudah meninggal sejak 2 tahun yang
lalu.
 Pasien tidak merokok.
 Riwayat penggunaan bahan kimia yang terhirup
disangkal.
 Riwayat konsumsi minuman beralkohol disangkal.
 Riwayat gemar konsumsi makanan berlemak saat
sehat ada.
Pemeriksaan Fisis
STATUS GENERALIS
 Compos Mentis/Dependent Ambulation/Gait: sulit dinilai/Postur :
sulit dinilai.
 BP : 150/105 mmHg, HR : 92 x/mnt, RR : 20 x/mnt, Suhu: 36,5 C
 VAS : 0/10
 Kepala : normocephal
 Mata : pupil isokor, diameter 2,5 mm/ 2,5 mm, reflex cahaya kesan
normal mata kanan=kiri, kongjuntiva anemis, sclera tidak icterus
 Telinga : tidak tampak secret
 Hidung : bentuk normal, tidak ada sekret
 Mulut : lidah tidak kotor, tonsil tidak membesar dan tidak
hiperemis
 Neck : DVS tidak meningkat, pembesaran kelenjar limfe tidak
teraba, nyeri tekan tidak ada.
Paru :
 I : Normochest, Simetris kiri = kanan.
 P: Vocal fremitus kiri = kanan.
 P: Sonor pada kedua lapangan paru.
 A: Bunyi napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-)

Cor :
 I : Ictus cordis tidak tampak,
 P : Thrill tidak teraba
 P : Batas kiri atas : Intercosta II linea parasternalis sinistra

Batas kanan atas: Intercosta II linea parasternalis dextra


Batas kiri bawah: Intercosta IV linea midclavicularis sinistra
Batas kanan bawah : Intercosta IV linea parasternalis dextra
 A : Bunyi jantung I/II murni, irama reguler. Bising jantung tidak ada.

Abdomen : Liver/Spleen : Tidak ada pembesaran


Extremitas : Extremitas Atas : kelemahan bagian kanan
Extremitas Bawah : kelemahan bagian kanan
Inspection : eritema (-), edema(-), deformitas (-), atrofi (-)
Palpation : nyeri (-) , tegang otot (-)
STATUS NEUROMUSKULAR

 Refleks fisiologis : BPR +/↑ KPR +/↑


TPR +/↑ APR +/ ↑
 Refleks Patologis : Babinski : (-)
Hoffman-Tromner : (-)(+)
 Spastisitas : -/-
 Defisit sensoris : -/-
 
STATUS KARDIOVASKULAR

 Pasien mengkonsumsi obat antihipertensi


(Amlodipin 10 mg/24 jam/oral), sejak Agustus
2017
 Riwayat Penyakit Jantung Koroner disangkal
STATUS MUSKULOSKELETAL
Daftar Masalah

 Impairment
 Disability
 Handicap
IMPAIRMENT

 Kelemahan ekstremitas superior et inferior dextra


type UMN
DISABILITY

 Gangguan fungsi ambulasi


 Gangguan komunikasi
HANDICAP

 Pasien tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari


secara mandiri.
Diagnosis
 Diagnosis klinis : Hemiparese dextra ec Non –
Hemorrhagic stroke, dislipidemia, hipertensi

 Diagnosis Topis : Hemisphere cerebri bilateral

 Diagnosis Etiologis : Infark cerebri bilateral


Tindakan
Perencanaan terapi :
 Gangguan fungsi ambulasi :

- Kontrol posture
- Excercise untuk otot (Strengtening exercise untuk otot trunk, serta hand and trunk
control)
- Bed excercise (ROM excercise)

 Gangguan komunikasi :
- Oral motor examination
- Voice control

 Perencanaan pengawasan : Activity Daily Living

 Perencanaan edukasi :
- Penjelasan kondisi pasien
-Home exercise program
Kontrol Posture

Mobilisasi duduk aktif :


 Latihan di mulai dengan meninggikan letak
kepala secara bertahap untuk kemudian dicapai
posisi setengah duduk dan pada akhirnya posisi
duduk.
 Latihan duduk secara aktif sering kali
memerlukan alat bantu.
Strengtening exercise
 Setiap aktivitas motorik dianalisis dan ditentukan
komponen komponen yang tidak dapat
dilakukan.
 Melatih penderita serta memastikan latihan
dilakukan pada aktifitas sehari hari pasien.
 Latihan motorik harus dilakukan dalam bentuk
aktivitas fungsional
 Contoh : gerakan tangan, duduk, berdiri, berjalan.
ROM Ekstremitas
 Latihan ROM : pasif dan aktif
 Anggota gerak atas (shoulder, cubiti, wrist, MCP,
PIP, DIP)
 Anggota gerak bawah (hip, knee, ankle,
phalanges)
Oral Examination

 Constraint induce aphasia therapy / CIAT

Merupakan pelatihan komunikasi


verbal + permainan berbahasa yang
menggabungkan bahasa kompleks
dan sederhana. Dimana pasien
diminta untuk menyebutkan kata
benda melalui gambar serta
mengulang kata – kata.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
 Definisi Stroke adalah defisit neurologik akut akibat
oklusi atau ruptur pembuluh darah otak yang
menimbulkan gejala fokal maupun global lebih dari 24
jam. (1) Stroke merupakan penyebab kematian ketiga
terbesar di dunia setelah penyakit jantung dan kanker.

Infark Cerebri adalah pembentukan daerah nekrosis


di otak yang disebabkan oleh iskemia yang
berkepanjangan.
Epidemiologi
 Menurut The American Heart Association :

“Terdapat 600.000 penderita stroke. 500.000 penderita baru


dan 100.000 kasus ulangan dan diperkirakan terdapat 4 juta
penderita stroke baik baru maupun lama”

Source : Harvey RL,Roth ES, L 2011.Rehabilitation of Stroke Syndrome. In Braddom RI ed.


Physical Medicine& Rehablitation 4th ed. Philadelphia: WB Saunder Co.
 Menurut National Stroke Association

“Sekitar 10% stroke hidup pulih sempurna tanpa mengalami kecacatan,


25% sembuh dengan sedikit kecacatan, 40%, mengalami kecacatan
tingkat sedang sampai berat sehingga memerlukan perawatan khusus,
10% memerlukan perawatan vegetatif di rumah dengan perawatan
jangka panjang, 15% meninggal segera setelah stroke dan kira-kira 14%
mengalami serangan kedua pada tahun pertama”

Source : Harvey RL,Roth ES, L 2011.Rehabilitation of Stroke Syndrome. In Braddom RI


ed. Physical Medicine& Rehablitation 4th ed. Philadelphia: WB Saunder Co.
Anatomi dan Fisiologi
Etiologi
 Thrombosis otak
 Emboli otak
 Pengurangan perfusi sistemik umum
Faktor Resiko
 Yang tidak bisa diubah :
• Umur : insiden stroke meningkat setelah umur 55 tahun baik laki-laki
maupun wanita
• Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari pada wanita
• Riwayat keluarga

 Dapat diubah / diobati :


• Hipertensi
• Diabetes
• Penyakit jantung
• Merokok
• Hiperlipidemia
Klasifikasi

Stroke dibagi menjadi :

 Hemorrhagic stroke / Stroke perdarahan, intraserebral


(10%) dan subarachnoid (5%).

 Non Hemorrhagic Stroke / Stroke akibat iskemia


(85%) oleh karena thrombosis akibat aterosklerosis
pembuluh darah besar (40%), thrombosis pembuluh
darah kecil (20%), emboli (20%) dan gangguan lain
(5%) misal vaskulitis serebral, atau hipoperfusi.
PATOFISIOLOGI
MOTORIK SENSORIK
-Simdorma vertebrobasiler
Diagnosa
ANAMNESIS TERPIMPIN
 Umur, pendidikan, pekerjaan dahulu, lingkungan sosial.
 Riwayat (Hipertensi, DM, Obes, Penyakit dahulu, penyakit keluarga).

PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan neurologi
 Status medis umum
 Status fungsional
 Status emosional dan psikologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kadar gula darah
 Kolestrol (LDL meningkat,HDL menurun)
 Ct-scan (gambaran lesi hipodens dalam parenkim
otak)
 MRI (sensitif untuk NHS,kurang peka untuk HS)
 Utrasonografi (penyempitan atau bekuan pada
arteri utama)
 Angiografi otak
PENATALAKSANAAN
 Tujuan :
a. Mencegah komplikasi imobilisasi lama seperti kontraktur,
ulkus dekubitus, pneumonia, komplikasi kandung kencing
selama fase akut.
b. Mengajari kembali kemampuan melakukan aktifitas hidup
sehari-hari seperti makan, berpakaian, merawat diri, cebok,
mandi.
c. Melatih kembali ambulasi atau berjalan
d. Membantu penderita kembali berintegrasi dengan
lingkungannya.
1. PENATALAKASANAAN UMUM
a) airway and breathing
b) circulation
c) pengontrolan gula darah
d) posisi kepala pasien
e) pengontrolan tekanan darah
f) pengontrolon edema cerebri
2. PENATALAKSANAAN KHUSUS
a) Terapi trombolitik
b) Anti koagualan
c) Anti platelet
d) Pembedahan
Intervensi rehabilitasi yang akan
diberikan, yaitu:
 Fase awal : Pengobatan ditujukan untuk
mempertahankan kehidupan dan mencegah
komplikasi. Harus dipastikan tidak ada gangguan
jalan nafas dan masalah jantung.Penempatan
posisi yang benar penting untuk mencegah
kontraktur dan ulkus dekubitus.
Latihan Pasif pada sisi yang parese :
 Latihan pasif dimulai:
- Non- Hemorrhagic Stroke : 2-3 hari pasca serangan

- Hemorrhagic Stroke : 1 minggu pasca serangan


Latihan luas gerak sendi :

 Latihan luas gerak sendi dikerjalan pada seluruh sendi


anggota gerak sisi yang sakit dan dikerjakan sehari 3
kali.Latihan untuk mencegah terjadi kontraktur sekaligus
otot yang normal dapat dilakukan latihan penguatan.
 Fase Lanjut :

Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien umumnya sudah


stabil dan diperbolehkan kembali ke rumah, kecuali bagi
pasien yang memerlukan penanganan rehabilitasi yang
intensif . Dengan membaiknya kondisi, penderita diajari turun
dari tempat tidur. Mula-mula penderita diajari latihan duduk,
rolling, bridging, transfer atau pindah tempat dari tempat
tidur ke kursi dan sebaliknya, dari kursi ke toilet dan
sebaliknya, berjalan, naik turun tangga.
Gangguan Komunikasi
 AFASIA WERNICKE
 AFASIA TRANSKORTIKAL
 AFASIA KONDUKSI
 AFASIA ANOMIK
 AFASIA BROCA
JENIS – JENIS AFASIA
Afasia Wernickes Word salad

Afasia Transkortikal Mengerti , mengulang tapi tidak bisa bicara spontan.


Atau mengerti dan paham tapi tidak bisa mengulang

Afasia Konduksi Berbicara spontan, mengerti namun tidak dapat


mengulang kata.

Afasia Anomik Memahami, menghasilkan kalimat, mengulang kalimat


namun tidak bisa menyebutkan benda.

Afasia Broca Kesulitan dalam berbicara walaupun ia paham. Pasien


berbicara lambat sekali dengan kata yang sangat
sederhana.
TERAPI :
Constraint induce aphasia therapy / CIAT

Merupakan pelatihan komunikasi verbal +


permainan berbahasa yang menggabungkan bahasa
kompleks dan sederhana. Dimana pasien diminta
untuk menyebutkan kata benda melalui gambar serta
mengulang kata – kata.
Penelitian mengenai efek penggunaan CIAT Penelitian mengenai efek penggunaan CIAT
pada pasien posca stroke akut. pada pasien pasca stroke kronik.
Contoh pelatihan pada pasien pasca stroke dengan
menggunakan metode CIAT.
Pasien bisa mulai di ajarkan dengan hal yang paling
sedEerhana seperti mengenali warna dan bentuk.
Constraint induce aphasia therapy / CIAT dapat dilakukan
bersama- sama.
Pasien dengan afasia dapat di latih membaca dengan
menggunakan koran .
INTENSITASNYA BERAPA LAMA ?

Dilakuakn latihan selama 3 jam per hari dalam 5


hari dalam satu minggu dan intensitasnya rutin
selama 3 minggu.

PROGNOSISNYA BAGAIMANA ?
Pemulihan kemampuan berkomunikasi akan
semakin baik progresifitasnya apabila latihan
dilakukan sebelum lebih dari 4 bulan pasca stroke.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai