Anda di halaman 1dari 33

1

CRS

STROKE
ANDREANNA LARASATI 1301-1209-0077
RUBANDRA KUMAR 1301-1209-3056

KETERANGAN UMUM
2

Nama
: Tn. S
Umur
: 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Kiaracondong
Pekerjaan
: Pedagang keliling
Status Marital : Kawin
Agama
: Islam
MRS Tgl
: 3 Februari 2010
Tgl Pemeriksaan : 9 Februari 2010

ANAMNESIS
3

KU : tidak bisa menggerakkan tubuh


sebelah kiri

ANAMNESIS KHUSUS :
Sejak empat jam SMRS, pasien tidak
dapat menggerakkan tubuh sebelah kirinya sama sekali karena merasa lemas.
Rasa lemas dirasakan setelah pasien
pingsan selama jam karena pusing
yang dirasakan setelah pasien sarapan.

Keluhan lemas disertai kesulitan bicara ketika ditanya,


pusing kepala dan mulut mencong. Pasien juga
merasakan bahwa penciumannya menurun sejak masuk
RS. Keluhan pandangan kabur diakui, sejak 1 bulan yang
lalu. Pengelihatan ganda dan lapang pandang sempit
tidak diketahui. Gerak mata tidak ada gangguan. Pasien
merasakan wajah sebelah kanannya lebih baal daripada
sebelah kiri. Keluhan baal diseputar mulut tidak
diketahui. Penurunan pendengaran disangkal, telinga
berdenging tidak diketahui. Pasien sering ngeces saat
minum. Nafsu makan pasien turun karena saat makan
terasa hambar tetapi pasien tidak pernah tersedak.

Saat masuk RS, pasien baru pertama kali


mengalami keluhan utama dan mengetahui
menderita penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan
darah ketika pasien datang pertama kali 220/110
mmHg. Pasien belum pernah berobat untuk
penyakit darah tingginya.
Saat ini pasien telah mengalami perbaikan setelah
mendapatkan terapi berupa NaCl 0.9%, Manitol 20
%, Sitikolin, Captopril, HCT, dan Ambroxol namun
pasien tampak mengantuk dan banyak tidur. Saat
diajak berbicara, pasien dapat menjawab dan
membuka mata kemudian tidur kembali.

Riwayat penyakit jantung, kencing manis dan


dyslipidemia
tidak
diketahui.
Riwayat
merokok sejak berusia 30 tahun, sehari 2
batang. Riwayat minum alkohol saat pasien
berumur 30-35 tahun, kira-kira 1 bulan 1x,
pasien meminum 1 gelas arak. Riwayat
trauma disangkal. Riwayat stres diakui
karena memikirkan dagangannya yang
kurang laku. Riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama ada yaitu paman dan
adik kandung yang didiagnosis stroke.

PEMERIKSAAN FISIK
7

Kesadaran
Tensi
Nadi
Respirasi
Suhu
Turgor

: somnolent
: 150/80 mmHg
: 72 x / menit
: 16 x / menit
: 36,3 oC
: baik

Kepala : konjungtiva tidak anemis


sklera tidak ikterik
Leher
: JVP tidak meningkat
KGB tidak teraba membesar
Toraks
: B/G simetris
BPH ICS VI, peranjakan 2cm
Cor : Batas jantung tidak membesar
Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur
Pulmo : VBS ki=ka, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen
: datar, lembut, NT hepar/lien tidak teraba membesar
Ekstremitas
: edema -/-, sianosis -/-

STATUS NEUROLOGIK
9

PENAMPILAN

Kepala
: normocephali
Tulang belakang : tidak diperiksa

RANGSANG MENINGEN
10

Kaku kuduk
Brudzinski I
Brudzinski II
Brudzinski III
Laseque
Kernig

:
:
:
:

-/+
: tidak terbatas
: tidak terbatas

SARAF OTAK
11

NI

:+/+

N II
Ketajaman penglihatan : s.d.n.
Campus
: s.d.n.
Fundus Oculi
: s.d.n.

12

N III / IV / VI
Ptosis : Pupil
: bulat, isokor, 3mm
Refleks cahaya (D)
: + /+
Refleks konvergensi
: s.d.n.
Posisi mata : di tengah
Gerakan bola mata
: baik ke segala
arah
Nystagmus : s.d.n

13

NV
Sensorik
: s.d.n.
Motorik
: dalam batas normal
Refleks kornea : s.d.n

14

N VII
Angkat alis mata
: s.d.n.
Memejamkan mata : s.d.n.
Plika nasolibialis
: paralisis
kiri, sentral
Rasa kecap 2/3 bagian muka lidah :
s.d.n.

15

N VIII
Pendengaran
: s.d.n.
Keseimbangan : s.d.n.

N IX / X / XI : s.d.n.

N XII
Gerakan lidah : ke kiri
Atrofi
:Tremor / fasikulasi
:-

MOTORIK
16

Anggota badan atas :


kekuatan 5/0, normotonus, atrofi -/-,
fasikulasi -/Anggota badan bawah:
kekuatan 5/0, normotonus, atrofi -/-,
fasikulasi -/Gerakan involunter
:Cara berjalan/gait: tidak diperiksa

17

SENSORIK : s.d.n.

KOORDINASI

: tidak dilakukan

VEGETATIF : BAB abn, BAK n

REFLEKS FISIOLOGIS
18

Anggota badan atas : Biseps : +/


Triseps : +/
Radius : +/

Dinding perut

: tidak diperiksa

Anggota badan bawah: Patella


Achilles

: /
: /

REFLEKS PATOLOGIS
19

Babinski
: -/Chaddock
: -/Oppenheim
: -/Gordon
: -/Scheiffier
: -/Rossolimo
: -/Mendel-Bechterew
: -/Hofman-Tromner
: -/+

20

REFLEKS PRIMITIF
Glabela
:Snout
:Grasping : Palmomental : -

KLONUS : patella : -/achilles : -/-

FUNGSI LUHUR : s.d.n.

DIAGNOSIS
21

Stroke
hemoragik
ec.
perdarahan sistem karotid
kanan dengan faktor resiko
hipertensi

Hipertensi grade 2

USUL PEMERIKSAAN
22

Hematologik :
Hb, eritrosit, Ht, leukosit, trombosit
LED
Ureum, kreatinin
GDS, GD 2PP
Kolesterol total, HDL, LDL, TG
PT, aPTT
CT scan

USUL TERAPI
23

Bed rest
Diet lunak 1500 kkal, rendah garam
IV 2A
Captopril 3 x 50 mg
HCT 25 mg -0-0
Fisioterapi pasif

PROGNOSIS
24

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad malam

25

PEMBAHASAN

26

DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsi serebral fokal atau
global yang terjadi secara mendadak, berlangsung
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian,
akibat gangguan peredaran darah otak.
Stroke perdarahan intraserebral menurut National
Institute of Neurological Disorder and Stroke
adalah adanya defisit neurologis baik fokal atau
global yang terjadi secara mendadak yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak,
dalam hal ini terjadi pecahnya arteri serebri dalam
parenkim otak.

27

FAKTOR RESIKO
A. Faktor resiko mayor

1. Hipertensi

2. Penyakit jantung

3. Diabetes mellitus
B. Faktor resiko minor

1. Dislipidemia

2. Merokok

3. Peningkatan hematokrit,
hiperfibrinogenemia, drug abuse, pil
kontrasepsi, obesitas, dan lain-lain.
Modified : Gaya hidup ( alkohol, rokok)
Unmodified : Usia lanjut, jenis kelamin, genetik

PATOFISIOLOGI
28

system autoregulasi arteri serebral


aliran darah ke otak tetap
konstan
Hipertensi yang kronis
mikroaneurisma
awal
dari terjadinya perdarahan intracerebral.

29

GEJALA KLINIK
Berdasarkan letak lesi :
A. Sistem Karotis

Disfungsi motorik berupa hemiparese


kontralateral, parese motorik saraf otak
ipsilateral dengan parese ekstremitas.

Disfungsi sensorik berupa hipestesi


kontralateral, hipestesi saraf otak ipsilateral
dengan hipestesi ekstremitas, dapat juga
berupa parestesia.

Gangguan visual berupa heminopsia homonim


kontralateral.

Gangguan fungsi luhur, seperti afasia


(gangguan berbahasa, bila lesi pada hemisfer
dominan, umumnya hemisfer kiri), agnosia
(lesi pada hemisfer non-dominan).

30

B. Sistem Vertebrobasiler

Disfungsi motorik berupa hemiparese


alternans yaitu parese motorik saraf otak
kontralateral dengan parese ekstremitas

Disfungsi sensorik berupa hemihipestesi


alternans yaitu hipestesi saraf otak
kontralateral gengan hipestesi ekstremitas

Gangguan visual berupa hemianopsia


homonim, satu atau dua sisi lapang pandang,
buta kortikal (terkenanya pusat penglihatan
di lobus oksipitalis).

Gangguan lainnya berupa gangguan


keseimbangan, vertigo dan diplopia

PENATALAKSANAAN
31

Pada fase akut perlu diperhatikan :

Check airway : important for oxygenation

Cardiovascular system : maintenance CBF

Dont disturbed Blood pressure <200/120 mmHg


(Hypertension reactive in acute phase)

Water and electrolyte balance : Infuse with isotonic water


haemodilution, maintenance input, food and drink, Diet
basal metabolism 1500 cal.(approximate 23
cal/kg/weight) If need with NGT.

Control output

Present brain edema (impending herniation, herniation :


control with
antiedema (manitol 20 %), usually give
for 5 days, rebound phenomen prohibition

Control Vegetative function.

Passive Physiotherapy as soon as possible, for preventing


contracture, thrombophlebitis (Deep Vein Thrombosis)

Active Physiotherapy if complication disappear

32

Pedoman penatalaksanaan pada Stroke


Perdarahan Intra Serebral dengan
Predisposisi Hipertensi.
Bila tekanan darah sistolik >230 mmHg atau
tekanan diastolic >140 mmHg : berikan
nikardipin, diltiazem atau nimodipin.
Bila tekanan sistolik 180 230 mmHg atau
tekanan diastolic 105 140 mmHg, atau tekanan
darah arterial rata-rata 130 mmHg berikan :

Labetalol 10 20 mg i.v selama 1 2 menit, ulangi atau


gandakan setiap 10 menit sampai maksimum 300 mg
atau berikan dosis awal bolus diikuti oleh drip 2 8
mg/menit.
nikardipin
diltiazem
nimodipin

33

Pada

fase akut tekanan darah tidak boleh


diturunkan lebih dari 20 25 % dari tekanan
darah arteri rata-rata.
Bila tekanan sistolic < 180 mmHg dan tekanan
diastolic <105mmHg tangguhkan pemberian
obat antihipertensi.
Bila terdapat fasilitas pemantauan tekanan
intracranial, tekanan perfusi otak harus
dipertahankan > 70 mmHg
Pada penderita dengan riwayat hipertensi,
penurunan tekanan darah harus dipertahankan
di bawah tekanan arterial rata-rata 130 mmHg.

Anda mungkin juga menyukai