PENDAHULUAN
- Nama : Maharudin
- Tanggal lahir : 31 – 12 - 1978
- Usia : 41 tahun
- Jenis Kelamin : laki laki
- Status Perkawinan : Menikah
- Agama : Islam
- Tanggal MRS : 27-11-2020
- Alamat : Bakan , Janapria
A. Status Generalis
Kulit : Warna sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis,
turgor cukup, tidak tampak jejas trauma, tidak tampak bekas
operasi.
Kepala : Simetris, rambut beruban sebagian, distribusi rambut
merata, tidak mudah dicabut, tidak tampak jejas trauma dan
kelainan kongenital, tidak tampak bekas operasi
Muka : Tampak edema, tidak tampak ada jejas trauma, tidak
tampak ada kelainan kongenital
Mata : Kelopak mata tampak edema, Pupil bulat isokor
dengan diameter 4mm/4mm Konjungtiva anemis tidak ada, sklera
ikterik tidak ada, terdapat reflek cahaya pada kedua mata.
Hidung : Discharge tidak ada, nafas cuping hidung ada, deviasi
septum tidak ada, deformitas tidak ada
Mulut/Gigi : Bibir sianosis ada, lidah kotor tidak ada, carries ada,
faring tidak hiperemis, tonsil T0-T0
Telinga : Simetris, discharge tidak ada, tidak ada kelainan
kongenital
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan Thorax
Cor :
- Inspeksi : simetris, iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis terlihat, lokasi di apex, kuat angkat (+)
- Perkusi :
Batas atas : ICS II PSL sinistra
Pinggang jantung : ICS III PCL sinistra
Batas kanan : ICS V PSL dextra
Batas kiri : ICS VI AAL sinistra
- Auskultasi : HR tidak terdengar
Pulmo :
- Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri, Stridor ada, tidak ada
gerakan napas yang tertinggal, tidak nampak adanya massa, tidak ada
tampak adanya tanda – tanda peradangan.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus dada kanan dan kiri
sama.
- Perkusi : redup di kedua lapang paru
- Auskultasi : suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronki
basah kasar di seluruh lapang paru (+) , wheezing (-)
Abdomen :
- Inspeksi : distensi tidak ada, asites tidak ada, tidak tampak adanya
massa, tidak tampak adanya tanda – tanda peradangan
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen, nyeri ketok sudut
costovertebra tidak ada.
- Palpasi : nyeri tekan (-)
o Hepar : tidak terdapat pembesaran hepar dan tidak terdapat nyeri
tekan.
o Lien : tidak terdapat pembesaran lien dan tidak terdapat nyeri
tekan.
o Ginjal : tidak terdapat pembesaran ginjal kanan dan kiri dan tidak
terdapat nyeri tekan, dan tidak nyeri ketok costovertebra.
Ekstermitas : Ekstermitas atas dan bawah hangat, nyeri [-], sianosis [-], jari
tabuh [-] dan bengkak [-].
2.6 Penatalaksanaan
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Secara fungsional penyebab syok kardiogenik dapat dibagi menjadi 2 yakni
kegagalan Jantung kiri dan kegagalan Jantung kanan. Penyebab-penyebab
kegagalan jantung kiri antara lain : (1) disfungsi sistolik yakni, berkurangnya
kontraktilitas miokardium. Penyebab yang paling sering adalah infark
miokard akut khususnya infark anterior. Penyebab lainnya adalah hipoksemia
global, penyakit katup, obat-obat yang menekan miokard (penyekat beta,
penghambat gerbang kalsium, serta obat-obat anti aritmia), kontusio miokard,
asidosis respiratorius, kelainan metabolic (asidosis metabolic, hipofosfatemia,
hipokalsemia), miokarditis severe, kardiomiopati end-stage, bypass
kardiopulmonari yang terlalu lama pada operasi pintas jantung, obat-obatan yang
bersifat kardiotoksin (mis. Doxorubicin, adriamycin). (2) disfungsi diastolik.
Kondisi lain
Kardiomiopati tahap akhir
Miokarditis
Syok septik dengan depresi miokard berat
Obstruksi jalan keluar ventrikel kiri
Stenosis aorta
Kardiomiopati obstruktif hipertrofik
Obstruksi jalan masuk (pengisian) ventrikel kiri
Stenosis mitral
Myxoma atrium kiri
Regurgitasi mitral akut (ruptur korda)
Insufisiensi katup aorta akut
Kontusio miokardial
Bypass kardiopulmonari yang berkepanjangan2
2.3 Patofisiologi
Hipotensi sistemik, merupakan tanda yang terjadi pada hampir semua syok
kardiogenik. Hipotensi terjadi akibat menurunnya volume sekuncup/stroke volume
serta menurunnya indeks kardiak. Turunnya tekanan darah dapat dikompensasi
oleh peningkatan resistensi perifer yang diperantarai oleh pelepasan vasopresor
endogen seperti norepinefrin dan angiotensin II. Namun demikian gabungan dari
rendahnya curah jantung dan meningkatnya tahanan perifer dapat menyebabkan
berkurangnya perfusi jaringan. Sehubungan dengan itu, berkurangnya perfusi
pada arteri koroner dapat menyebabkan suatu lingkaran setan iskemik, perburukan
disfungsi miokardium, dan disertai dengan progresivitas hipoperfusi organ serta
kematian. Hipotensi dan peningkatan tahanan perifer yang disertai dengan
peningkatan PCWP terjadi jika disfungsi ventrikel kiri merupakan kelainan
jantung primernya. Meningkatnya tekanan pengisian ventrikel kanan terjadi jika
syok akibat kegagalan pada ventrikel kanan, misalnya pada gagal infark luas
ventrikel kanan. Namun pada kenyataannya sebuah penelitian SHOCK trial
menunjukkan pada beberapa pasien post MI, syok malahan disertai oleh
vasodilatasi. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat adanya respon inflamasi
sistemik seperti yang terjadi pada sepsis. Respon inflamasi akut pada infark
miokard berkaitan dengan peningkatan konsentrasi sitokin. Aktivasi sitokin
menyebabkan induksi nitrit oksida (NO) sintase dan meningkatkan kadar NO
sehingga menyebabkan vasodilatasi yang tidak tepat dan berkurangnya perfusi
koroner dan sistemik. Sekuens ini mirip dengan yang terjadi pada syok septik
yang juga ditandai dengan adanya vasodilatasi sistemik.
penurunan kesadaran.11
1. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini non-invasif sangat banyak membantu dalam
mencari etiologi syok kardiogenik, ekokardiografi mampu
memberikan informasi tentang fungsi sistolik dan fungsi
diastolik.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan penyebab mekanik syok
seperti defek septum ventrikel akut, ruptur dinding miokardium,
tamponade perikard, serta ruptur muskulus papilaris. Keterangan
yang diharapkan dari ekokardigrafi untuk menentukan
penyebab syok kardiogenik adalah : penilaian fungsi ventrikel
kanan dan kiri (global atau segmental), fungsi katup- katup jantung
(stenosis atau regurgitasi), ada atau tidaknya shunt ( seperti pada
defek septal ventrikel dengan shunt dari kiri ke kanan), adanya
efusi perikardial atau tamponade, juga fraksi ejeksi dapat dinilai.
Keuntungan pada ekokardiografi ini adalah pemeriksaaan ini relatif
cepat, aman dan dapat dilakukan secara langsung di tenpat tidur
pasien (bedside).
2. Elektrokardiografi (EKG)
2.6 Diagnosis
3. SVR meningkat pada fase awal, normal atau menurun pada kondisi lanjut
2.7 Penatalaksanaan
2. Oksigenasi
3. Cairan Intravena
2.8 Prognosis
1. Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series.
Wiley-Blackwell. Januari 2009.
8. PERKI. Panduan praktik klinis (ppk) dan clinical pathway (cp) penyakit
jantung dan pembuluh darah. Jakarta, 2016