COR PULMONALE
Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Disusun oleh :
Zakharia Ardi (42180282)
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. HD
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. RM : 01192xxx
Usia : 53 tahun
Agama : Islam
Alamat : Sleman, Yogyakarta
Pekerjaan : Wirausaha
HMRS : 25 Januari 2020
Ruang Perawatan : Ruang E
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 26 Januari 2020 di ruang perawatan
Bangsal D Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
1. Keluhan Utama
Sesak nafas
5. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat maupun
makanan.
6. Riwayat Operasi
- Tidak ada
7. Riwayat Pengobatan
-
8. Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani. Pola makan teratur sehari
3x, menu makanan seadanya. Sering mengkonsumsi gorengan. OS adalah
perokok aktif, sejak remaja usia 16 tahun, sehari menghabiskan 1-2
bungkus rokok.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
o Keadaan umum : Lemas
o GCS : E4 V5 M6
o Kesadaran : Koma
o Nadi : 86x/menit
o Suhu : 37˚C
o Nafas : 20x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
• Kepala
Ukuran : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-), nyeri retroorbital (-/-), Brill Hematom (-/-)
Telinga : Bentuk normal, simetris, otorrhea (-)
Hidung : Bentuk normal, rhinorea (-), Napas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis
aptosa (-),
Leher
Bentuk normal, simetris, benjolan/masa (-), Pembesaran limfonodi (-),
nyeri tekan limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP
meningkat 5±4mmHg
• Thoraks
Pulmo
Inspeksi : Simetris dekstra et sinistra, jejas (-),
Palpasi : Ketinggalan gerak (+ paru kanan), fremitus meningkat
pada paru kanan, pengembangan dada kanan tertinggal, tidak teraba
massa
Perkusi : sonor pada paru kiri, redup pada paru kanan
Auskultasi : Kanan menurun (ins=eks), wheezing (-/-), rhonki kasar
(+ pada yang kanan)
Cor
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak terlihat nampak pada dinding
dada
Palpasi : Batas kiri jantung bawah SIC V linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : jantung redup dengan kontur jantung normal
- Batas atas jantung : Batas kiri jantung atas SIC II linea
midclavicularis sinistra
- Batas jantung bawah : Batas kiri jantung bawah V linea
midclavicularis sinistra
- Batas jantung kanan : Batas kanan jantung SIC II linea
parasternalis dekstra
Auskultasi : S1-S2 ireguler, bising (+) sistolik dan
diastolik (to and fro)
• Abdomen
Inspeksi : Tidak ada tanda trauma pada abdomen, distensi abdomen
(-), massa (-), jejas (-)
Auskultasi: Dbn
Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen
Palpasi :
- Teraba supel di seluruh regio abdomen
- Nyeri tekan epigastrik(-), defans muskular (-)
- Hepar dan lien tidak teraba.
• Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Bahu kiri: bengkak, nyeri tekan, krepitasi (+), nyeri gerak
Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
3. Hasil EKG
Echocardiography
DIAGNOSA/KLINIS/HASIL LAB:
Right heart failure ec CPC
HASIL PEMERIKSAAN
• Dimensi Aorta : 28 mm
• Dimensi LA : 37 mm
• LA/Ao : 1.33
• EPSS : 7 mm
• Fungsi LV : 51 %
• IVSD 10 /IVSS 11/LVIDD 43/ LVIDS 32/LVPWD 11/LVPWS 19
• Fungsi RV : TAPSE 26 mm
• Wall Motion : LV-D shape
Katup-katup :
• Aorta : 3 cuspis, anatomi dan fungsi normal
• Mitral : Anatomi dan Fungsi normal
• Tricuspid : TR Moderate, TVG 76 mmHg
• Pulmonal : Anatomi dan Fungsi Normal
• Doppler : Ao V Max 105 cm/s, E/A <1
Kesan :
• RV dan RA Dilatasi
• LV D Shape
• TR Moderate, PH Severe.
E. DIAGNOSIS KERJA
Cor Pulmonale Chronic
F. TATALAKSANA
a. Aspilet 80mg 4 tab 1x1
b. ISDN 5 mg tab 1 1x1
c. Atorvastatin 40 mg tab 1
d. Plavix 300 mg
e. Cefixime 100 mg 2x1
f. Analsix 3x1
g. Combivent + flexotide (nebul) 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kor pulmonal adalah suatu peningkatan dari struktur dan fungsi dari
ventrikel kanan yang didasarkan pada hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh
penyakit yang menyerang paru-paru atau sirkulasi paru. Penyakit jantung bagian
kanan berasal dari penyakit primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung
kongenital masih belum diketahui
Istilah cor pulmonale pertama kali dikenalkan pada tahun 1931 oleh Dr.
Paul D. White. Pada tahun 1963 komite ahli WHO mengusulkan sebuah definisi
untuk kor pulmonal yakni, hipertropi ventrikel kanan yang diakibatkan oleh
penyakit yang mengganggu fungsi dan atau struktur paru, tetapi gangguan paru
tersebut bukan akibat penyakit primer yang mengenai jantung sisi kiri seperti pada
penyakit jantung bawaan. Pada tahun 1970, Behnke et al mengganti konsep
hipertropi dengan “gangguan pada struktur dan fungsi ventrikel”, sehingga
definisi ini mencakup hal yang lebih luas mulai dari gangguan ringan hingga
terjadinya gagal jantung kanan.
Prevalensi pasti kor pulmonal sulit dipastikan karena dua alasan. Pertama,
tidak semua kasus penyakit paru kronis menjadi kor pulmonal, dan kedua,
kemampuan kita untuk mendiagnosa hipertensi pulmonal dan kor pulmonal
dengan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium tidaklah sensitif.
Namun, kemajuan terbaru dalam 2-D echo/Doppler memberikan kemudahan
untuk mendeteksi dan mendiagnosis suatu kor pulmonal.
Secara global, insidensi kor pulmonal bervariasi antar tiap negara, tergantung
pada prevalensi merokok, polusi udara, dan faktor resiko lain untuk penyakit
paru-paru yang bervariasi.
3. Etiologi
Kor pulmonal terjadi akibat adanya perubahan akut atau kronis pada
pembuluh darah paru dan atau parenkim paru yang dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi pulmonal. Penyakit yang mendasari terjadinya kor pulmonal dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok :
Pelebaran atau hipertropi ventrikel kanan pada kor pulmonal kronis adalah
efek langsung dari kompensasi ventrikel akibat vasokonstriksi pulmonal kronis
dan hipertensi arteri pulmonalis yang menyebabkan peningkatan beban kerja
ventrikel kanan. Ketika ventrikel kanan tidak mampu lagi mengimbangi beban
kerja melalui dilatasi atau hipertropi, kegagalan ventrikel kanan dapat terjadi.
Fase 1
Pada fase ini belum nampak gejala klinis yang jelas, selain ditemukannya
gejala awal penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), bronkitis kronis, tuberkulosis
paru, bronkiektasis dan sejenisnya. Anamnesa pada pasien 50 tahun biasanya
didapatkan kebiasaan banyak merokok.
Fase 2
Fase 3
Pada fase ini Nampak gejala hipoksemia yang lebih jelas. Didapatkan pula
berkurangnya nafsu makan, berat badan berkurang, cepat lelah. Pemeriksaan fisik
Nampak sianotik, disertai sesak dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata.
Fase 4
Fase 5
Pada fase ini nampak kelainan jantung, dan tekanan arteri pulmonal
meningkat. Tanda-tanda peningkatan kerja ventrikel, namun fungsi ventrikel
kanan masih dapat kompensasi. Selanjutnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan
kemudian terjadi gagal jantung kanan. Pemeriksaan fisik nampak sianotik,
bendungan vena jugularis, hepatomegali, edema tungkai dan kadang asites.
5. Diagnosis
Perlu dilakukan anamnesis yang teliti ada tidaknya penyakit paru yang
mendasari dan jenis kelainan paru seperti batuk kronik yang produktif, sesak nafas
waktu beraktifitas, nafas yang berbunyi, mudah lelah. Pada fase awal berupa
pembesaran ventrikel kanan, tidak menimbulkan keluhan jadi lebih banyak
keluhan akibat penyakit parunya. Keluhan akibat pembesaran ventrikel kanan
baru timbul bila sudah ada gagal jantung kanan misalnya edema dan nyeri parut
kanan atas. Infeksi paru sering mencetuskan gagal jantung, hipersekresi branchus,
edema alveolar, serta bronkospasme yang menurunkan ventilasi paru lalu timbul
gagal jantung kanan.
Etiologi kor pulmonal kronis amat banyak dan semua etiologi itu akan
menyebabkan berbagai gambaran parenkim dan pleura yang mungkin dapat
menunjukkan penyakit primernya. Gambaran radiologi hipertensi pulmonal
adalah dilatasi arteri pulmonalis utama dan cabang-cabangnya, meruncing ke
perifer, dan lapang paru perifer tampak relatif oligemia. Pada hipertensi pulmonal,
diameter arteri pulmonalis kanan >16mm dan diameter arteri pulmonalis kiri
>18mm pada 93% penderita.
A. Elektrokardiogram
Salah satu pencitraan yang bisa digunakan untuk melakukan penegakan diagnosis
kor pulmonal adalah dengan ekokardiografi. Dari hasil ekokardiografi dapat
ditemukan dimensi ruang ventrikel kanan yang membesar, tapi struktur dan
dimensi ventrikel kiri normal. Pada gambaran ekokardiografi katup pulmonal,
gelombang “a” hilang, menunjukkan hipertensi pulmonal. Kadang-kadang dengan
pemeriksaan ekokardiografi susah terlihat katup pulmonal karena “accoustic
7. Diagnosis Banding
- Hipertensi vena pulmonal yang biasanya diderita penderita stenosis katup
mitral. Gambaran foto toraks berupa pembesaran atrium kiri, pelebaran
arteri pulmonal karena peninggian tekanan aorta yang relative kecil (pada
fase lanjut), pembesaran ventrikel kanan, pada paru-paru terlihat tanda-
tanda bendungan vena
- Perikarditis
- Gagal jantung kongestif
- Kardiomiopati infiltrative
- Stenosis pulmonal
- Gagal jantung kanan akibat infark ventrikel kanan
- Gagal jantung kanan akibat penyakit jantung bawaan
- Defek septum ventrikel
8. Penatalaksanaan
b. Terapi Oksigen
Indikasi terapi oksigen adalah PaO2 ≤ 55 mmHg atau SaO2 ≤ 88%, PaO2
55-59 mmHg, dan disertai salah satu dari tanda seperti, edema yang disebabkan
gagal jantung kanan, P pulmonal pada EKG, dan eritrositosis hematokrit > 56%.
c. Diuretika
d. Vasodilator
e. Digitalis
Digitalis hnya digunakan pada pasien kor pulmonal bila disertai gagal
jantung kiri. Digitalis tidak terbukti meningkatkan fungsi ventrikel kanan pada
pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel normal, hanya pada pasien kor
pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun, digoksin bisa meningkatkan
fungsi ventrikel kanan. Pada pemberian digitalis perlu diwaspadai resiko aritmia.
f. Antikoagulan
9. Prognosis
Prognosis kor pulmonal yang disebabkan oleh PPOK lebih baik dari prognosis
kor pulmonal yang disebabkan oleh penyakit paru lain seperti "restrictive
pulmonary disease", dan kelainan pembuluh darah paru. Forrer mengatakan
penderita kor pulmonal masih dapat hidup antara 5 sampai 17 tahun setelah
serangan pertama kegagalan jantung kanan, asalkan mendapat pengobatan yang
baik. Padmavati dkk di India mendapatkan angka antara 14 tahun. Sadouls di
Perancis mendapatkan angka 10 sampai 12 tahun.
Para peneliti telah mengumpulkan data demografi, komorbiditas, dan data
manifestasi klinis pada 582 pasien rawat inap pada unit gawat darurat maupun
unit perawatan intensif dan didiagnosa menderita emboli paru. Hasil penelitian
mereka menunjukkan bahwa pada pasien emboli paru dengan hemodinamik yang
stabil factor-faktor berikut dapat menjadi predictor independen kematian di rumah
sakit, yaitu :
Harun S, Ika PW. Kor Pulmonal Kronik. Dalam Buku Ajar I lmu Penyakit Dalam,
Ed 4. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006; 1680-81
Fauci AS, Dennis LK, dkk. Heart Failure and CorPulmonale.Dalam Harrison’s
Price, A. Sylvia, dan Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 1, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.