Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN INDIVIDU

ILMU KESEHATAN KOMUNITAS


DHF DERAJAT I

Pembimbing:
dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D

Disusun oleh:
Zakharia Ardi (42180282)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
PUSKESMAS PUNDONG BANTUL
PERIODE 11 JANUARI 2021 – 20 FEBRUARI 2020\1
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam berdarah merupakan masalah utama penyakit menular di belahan dunia.

Selama satu dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat di seluruh

belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD, tiap tahunnya 2,5 milyar (1/5

penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD. Penularan penyakit ini

berlangsung sepanjang tahun, namun pada bulan-bulan tertentu jumlah kasus meningkat

sejalan dengan meningkatnya densitas vektor. Peningkatan densitas vektor sangat

dipengaruhi oleh daya dukung lingkungan yang dapat menyediakan tempat berkembang

biak bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk bertelur (WHO, 2015).

Angka kematian DBD dari tahun ke tahun menurun, meskipun angka kesakitan

cenderung meningkat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Insidensi

Rate (IR) DBD tahun 2011 sebesar 71,89/100.000 penduduk, dimana IR DBD Nasional

adalah ≤ 55/100.000 penduduk (Dinkes Kota Yogyakarta, 2018). Laporan temuan kasus

penderita DBD sampai bulan Januari 2019 terdapat 249 kasus, dimana temuan kasus per

8 Februari 2020 mencapai 321 kasus DBD, dengan dua penderita meninggal.

Nyamuk Aedes Aegypti merupakan nyamuk yang berkembang biak terutama pada

habitat buatan manusia seperti bak mandi/WC, tempayan, drum, ember plastik, dll. Sampai

sekarang belum tersedia obat dan vaksin pencegah DBD, sehingga salah satu cara

pemberantasan penyakit ini adalah dengan memberantas vektornya. Yang lebih efektif
adalah dengan memberantas jentik nyamuknya yang dikenal dengan istilah Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) dengan melaksanakan kegiatan 3M.

Angka Bebas Jentik ( ABJ ) yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perilaku

penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya pada satu

tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk Aedes

Aegypti memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur.

Faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian, kondisi TPA dan kebersihan

lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD, sedangkan menurut Hasyimi dan Soekino

(2017) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes Aegypti

adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah

tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA

jenis tempayan. Jenis TPA yang ditemukan positif jentik Aedes Aegypti yang berada di

dalam atau di luar rumah ada 3 yaitu drum, bak mandi, dan ember plastic.

Surveilen epidemiologi DBD merupakan kegiatan untuk mengendalian dan

menanggulangi DBD. Hasil pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit DBD yang telah

dilakukan oleh Dinkes Kota Semarang belum berjalan sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat

bahwa pelaksanaan PE yang dilakukan oleh Dinkes dan jajarannya hanya mencapai 30%

sampai 50 % saja dari kasus yang dilaporkan.

Berdasarkan pertimbangan berbagai hal tersebut diatas, penulis bermaksud ingin

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DBD di wilayah

Puskesmas Genuk.
1.1. Tujuan Pengamatan

1.1.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai Diagnosis Holistik dan Terapi

Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Pasien DBD.

1.1.2. Tujuan Khusus

1. Memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang mempengaruhi

terjadinya DBD.

2. Memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya

DBD.

3. Memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang

mempengaruhi terjadinya DBD.

4. Memperoleh informasi mengenai faktor kependudukan yang mempengaruhi

terjadinya DBD.

1.3. Manfaat Pengamatan

1.3.1. Bagi Masyarakat

1. Masyarakat mengetahui apa yang dimaksud DBD.

2. Masyarakat mengetahui apa yang menjadi faktor resiko DBD.

3. Masyarakat mengetahui alternatif pencegahan dan pengobatan DBD.

1.3.2. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan.

2. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai dari penemuan masalah

sampai memberikan alternatif pemecahan masalah.


BAB II
METODE PENGAMBILAN DAN INTERPRETASI DATA

A. METODE PENGAMBILAN DATA


Data diambil melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Profil Puskesmas Pundong
dan DGS Puskesmas Pundong.

B. INTERPRETASI DATA
Interpretasi data menggunakan :
- Diagram
- Kalimat penjelasan

DATA EPIDEMIOLOGI
1. Distribusi 10 besar penyakit di Puskesmas se-Kabupaten Bantul tahun 2019

Dapat dilihat pada diagram penyakit DBD tidak menempati 10 besar peringkat
di Kabupaten Bantul
2. Angka Kesakitan (IR) dan Angka Kematian (CFR) di Kab, Bantul Tahun 2014-2019

Dari diagram diatas dapat dilihat pada Tahun 2019 jumlah kasus DBD naik bila
dibandingkan pada Tahun 2018. Pada tahun 2019 terdapat 1424 kasus DBD (IR
1.5‰), sedangkan pada Tahun 2018 sebanyak 182 kasus (IR 0,18 ‰)

3. Distribusi pasien dengan DBD di Kab.Bantul berdasarkan wilayah pada periode tahun
2019

Peta penyebaran penyakit DBD pada Tahun 2019 memperlihatkan bahwa kasus
demam berdarah terdapat di seluruh wilayah kecamatan. Kejadian paling tinggi terjadi
diwilayah kerja Puskesmas Piyungan sebanyak 109 kasus. Angka Kesakitan DBD
dilaporkan sebesar 150 per 100.000 penduduk. Laporan tatalaksana penanganan
penderita DBD di Kabupaten Bantul menunjukkan 100% penderita sudah ditangani
oleh pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Bantul.
BAB III
HASIL DAN KAJIAN

I. DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS


Dasar Judul Kasus : Diare Cair Akut

Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan pada hari Senin, 26 Oktober 2020 di
Puskesmas Pundong.

II. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. MS

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 62 tahun

Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 16 Juni 1958

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Tani

Pendidikan : Tamat SD

Alamat : Jamprit RT 002, Panjangrejo, Pundong

III. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
BAB cair
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Perempuan usia 61 tahun, datang ke Poli Puskesmas Pundong, 26 Oktober 2020 dengan
keluhan BAB Cair. Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak 1 hari sebelum
memeriksakan diri ke puskesmas Pundong. Dikatakan bahawa pasien BAB cair hingga 4
kali sejak kemarin malam dan 2 kali sejak tadi pagi dengan konsistensi cair, berwarna
kekuningan tanpada ada lendir dan darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang hilang
timbul dikatakan seperti melilit terutama saat akan BAB. Pasien juga mengeluhkan sedikit
mual sejak 1 hari yang lalu namun tidak disertai muntah. Selain itu pasien juga mengeluhkan
sakit pada kepala. Makan dan minum dikatakan normal. Volume kencing normal, kencing
terakhri dikatakan tadi pagi sebelum ke puskesmas.

3. Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat mondok : (+), vertigo tahun 2018


 Riwayat hipertensi : (+) Sejak 2015
 Riwayat penyakit jantung : (-
 Riwayat operasi : (-)
 Riwayat asma : (-)
 Riwayat DM : (-)
 Riwayat alergi : makanan (-), alergi obat (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat penyakit serupa (-)

 Riwayat maag (-)

 Riwayat HT (+) Ayah pasien

 Riwayat DM (-)

 Riwayat alergi makanan (-), alergi obat (-)

5. Life style
Pasien merupakan buruh tani yang memiliki banyak aktivitas di sawah dan ladang jagung.
Pasien tinggal di rumah bersama suami, seorang anak, seorang menantu dan seorang cucu.
Waktu istirahat/tidur pasien dalam sehari sekitar 6-7 jam. Pasien mengaku jarang berolahraga
tetapi aktif secara fisik karena bekerja di sawah. Pola makan pasien biasanya teratur yaitu 3x
sehari dimana pasien mengaku lebih banyak mengonsumsi tempe, tahu, sayuran dan daging
ayam. Makanan yang dikonsumsi merupakan makan yang dimasak oleh dirinya atau menantu
pasien. Untuk minum menggunakan air tanah yang dimasak. Pasien mengatakan dirinya sering
mencuci tangan sebelum makan, namun biasanya tidak menggunakan sabun. Riwayat makan
makanan pedas maupun berminyak disangkal oleh pasien.
IV. GENOGRAM

Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan suami , seorang anak, seorang menantu,
dan seorang cucu. Jumlah keseluruhan yang tinggal dirumah adalah 5 orang. Hubungan yang
baik terjalin antara pasien dengan keluarganya.

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

:Perempuan

:Pasien

: Meninggal
V. Riwayat Personal “SCREEM”

a. Social : Hubungan antara keluarga terjalin dengan baik. Pasien tinggal bersama suami,
seorang anak, seorang menantu, dan seorang cucu. Kesehariannya pasien lebih sering
bersama dengan keluarganya dan di sawah.

b. Culture : Pasien dan keluarganya merupakan orang suku Jawa. Orang tua pasien asli dari
Bantul.

c. Religious : Pasien dan keluarganya menganut agama Islam dan tidak mengeluhkan adanya
kendala dalam menjalankan ibadah. Saat ini lebih banyak melakukan ibadah di rumah
dikarenakan pandemi.

d. Education : Pasien merupakan lulusan SD

e. Ekonomi : Pasien dan suami adalah seorang petani, anak pasien bekerja sebagai karyawan
swasta, sedangkan menantu pasien merupakan seorang penjual sayur di pasar, namun
akhir-akhir ini lebih fokus menjaga anak. Penghasilan sebulan dalam keluarga ini sekitar
Rp.3.000.000,- 5.000.000. Pemasukan perbulan dari keluarga ini dapat dibilang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi, kondisi ekonomi
keluarga pasien tergolong cukup dalam memenuhi kebutuhannya.

f. Medical : Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan berupa “Kartu Indonesia
Sehat” BPJS PBI. Setiap kali pasien sakit, pasien berobat ke Puskesmas Pundong.

VI. Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
: Sedang
1. Keadaan umum
2. Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4 V5 M6
3. Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,6 0C
 Nafas : 18x/menit

b. Status Lokalis
1. Kepala
Normochepali, jejas (-), konjungtiva anemis (-/-), sklea ikterik (-/-), pupil isokor, reflex
cahaya (+/+), bibir agak kering, mukosa bibir tidak sianosis, otorrhea (-/-), rhinorrhea (-/-).
2. Leher
Jejas (-), KGB tidak teraba membesar, nyeri tekan (-), krepitasi (-). JVP tidak meningkat,
tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid.
3. Thorax Paru
 Inspeksi : jejas (-), pergerakkan dada nampak simetris, tidak terlihat ketinggalan gerak
saat bernapas.
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, fremitus normal, pengembangan dada
simetris
 Perkusi : sonor (+/+)
 Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+) , wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tidak nampak
 Palpasi : iktus kordis teraba pada SIC V, linea midclavicularis sinistra
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : suara jantung S1& S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
 Inspeksi : jejas (-), dinding abdomen tidak tampak distensi
 Auskultasi : BU (+), peristaltik usus dalam batas normal
 Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen
 Palpasi : supel, nyeri tekan minimal (+), turgor kulit baik
5. Ekstremitas
 Atas : Kulit nampak utuh, akral teraba hangat, CRT <2 detik
 Bawah : Kulit nampak utuh, akral teraba hangat, CRT <2 detik

VII. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

VIII. Diagnosis
Diare cair akut tanpa dehidrasi

IX. Tatalaksana
A. Terapi Medikamentosa
R/Attapulgite tab No X
S3dd. II tab (bila diare)

R/Omeprazole tab No X
S2dd. I tab (sebelum makan)

R/Parcetamol 500mg tab NoX


S3dd. I tab (setelah makan)

BAB IV
PEMBINAAN

Pembinaan berupa pemberian edukasi yang dilakukan pada hari Jumat, 30 Oktober 2020
pukul 14.00 – 16.00 WIB. Pembinaan dilakukan dengan memberikan edukasi di rumah pasien
dengan menggunakan media berupa poster yang dibagikan pada pasien dan keluarganya. Sebelum
pembinaan penulis menayakan beberapa hal mengenai indikator PHBS untuk menilai penerapan
PHBS di rumah tangga pasien. Pembinaan yang diberikan meliputi penjelasan singkat mengenai
waspada beberapa penyakit yang sering terjadi saat musim hujan, salah satunya diare. Setelah itu
diberikan edukasi mengenai pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara menanggulangi diare,
termasuk cara mencegah kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) dan cara mengobati dehidrasi serta
memberikan edukasi mengenai tanda bahaya atau red flag dari penyakit diare. Selain itu,
memberikan edukasi tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah
tangga, seperti pengertian, tujuan, manfaat bagi rumah tangga dan bagi masyarakat, serta 10
indikator PHBS rumah tangga, terutama menekankan pada indikator menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat dan memberantas jentik
di rumah serta edukasi 6 langkah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air mengalir dan 5
waktu penting CTPS.
Pada akhir pembinaan, terdapat sesi tanya-jawab seputar materi edukasi yang telah
diberikan, dimana pemberi edukasi memberikan pertanyaan yang memicu pasien untuk mereview
kembali materi pembinaan yang telah diberikan dan mengevaluasi pemahaman dari pasien
mengenai materi yang telah disampaikan serta untuk mengetahui bahwa tujuan dari promosi
kesehatan ini tercapai. Hasil yang didapatkan, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi berjalan dengan optimal.
BAB V
ANALISA KASUS DAN DETERMINAN

I. ANALISA KASUS
Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Bantul, angka diare di kabupaten Bantul cukup
tinggi namun jumlah penderita diare di wilayah kerja puskesmas Pundong tidak termasuk dalam
daftar 10 besar penyakit di Puskesmas Pundong pada tahun 2018. Kunjungan kasus diare pada
bulan Januari-Oktober 2020 yaitu 94 kasus. Kasus diare pada bulan Januari hingga Oktober 2020
didapatkan jumlah kunjungan pasien laki - laki, yaitu 38 kasus, lebih banyak dibandingkan
perempuan, yaitu 36 kasus. Kelompok usia yang paling banyak menderita diare adalah kelompok
usia 20-44 tahun yaitu sebanyak 20 kasus (33%), lalu diikuti oleh kelompok usia 0-4 tahun dan 60-
69 dengan jumlah kasus sama yaitu sebanyak 10 kasus. Berdasarkan wilayah di Kecamatan
Pundong, data tahun 2018 menunjukkan kasus diare paling banyak didapatkan di desa Srihardono
yaitu sebanyak 242 kasus. Pada desa Panjangrejo, didapatkan pasien diare sebanyak 239 kasus,
yang merupakan penderita diare terbanyak urutan ke-2. Kasus diare terendah berasal dari desa
Seloharjo sebanyak 208 kasus.
Pada kasus ini didapatkan pasien perempuan berusia 62 tahun, bertempat tinggal dusun
Jamprit, Panjangrejo, Bantul datang ke Puskesmas Pundong dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari
sebelum ke puskesmas. Pasien mengeluhkan BAB dengan konsistensi cair, volume banyak, lebih
dari 4 kali dalam sehari, berwarna kekuningan, tidak terdapat lendir ataupun darah. Keluhan disertai
dengan mual namun tidak muntah, pusing, badan terasa lemas, dan tidak disertai penurunan nafsu
makan. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut pada bagian atas hilang timbul, tidak menjalar ke dada.
Pasien tinggal bersama dengan suami, anak beserta istri dan cucu. Aktivitas pasien sehari-
hari mengurus rumah, cucu dan sesekali membantu suami ke sawah. Pendidikan terakhir pasien
adalah Sekolah Dasar. Kondisi ekonomi pasien tergolong cukup sebab anak pasien beserta
menantunya telah bekerja sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Pengetahuan pasien mengenai diare diperkirakan masih kurang. Pengetahuan pasien yang
kurang tepat yaitu personal hygiene tidak terlalu mempengaruhi terjadinya diare. Pasien mengaku
selalu mencuci tangan dengan air namun jarang menggunakan sabun, karena pasien merasa bahwa
mencuci tangan dengan air saja sudah cukup. Pasien sudah memahami bahwa kebersihan makanan
mempengaruhi terjadinya diare. Pasien sudah beberapa kali mengalami diare akibat kurang menjaga
personal hygiene.
Berdasarkan segitiga epidemiologi, suatu penyakit terjadi karena interaksi antara pejamu
(host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment). Dalam konteks penyakit diare,
ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain yang kemudian akan memudahkan agen untuk
menyebabkan terjadinya diare. Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut:
A. Faktor Pejamu (Host)
1. Usia
Lansia merupakan kelompok rentan terkena diare dibandingkan usia muda.
Bertambahnya usia seseorang akan diikuti dengan penurunan daya tahan tubuh. Selain itu,
fungsi kognitif juga akan ikut menurun sehingga lansia sulit mempertahankan perilaku
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap yang dapat menjaga kesehatan tubuhnya.
Kondisi tersebut menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada lansia.
2. Perilaku dan kebiasaan
Perilaku pejamu (host) mulai dari penanganan sarana air bersih sampai pada tahap
konsumsi dan besarnya paparan patogen dapat mempengaruhi kejadian diare. Dimana
perilaku terhadap kebersihan dan sanitasi yang buruk serta tingginya paparan patogen akan
meningkatkan peluang untuk terjadinya diare.
Kebiasaan mencuci tangan merupakan hal penting, sebab tangan secara langsung akan
kontak dengan makanan. Makanan yang telah diolah dengan higienis tetapi ketika dijamah
oleh tangan yang kotor menyebabkan makanan terkontaminasi oleh bibit penyakit termasuk
diare. Perilaku mencuci tangan merupakan kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan penting dalam pencegahan penularan kuman infeksi penyebab penyakit.
Membersihkan tangan dilakukan dengan air bersih yang cukup menggunakan sabun dan
sikat kuku sebelum menjamah makanan, memegang peralatan makan, sebelum makan,
setelah keluar dari kamar kecil atau WC serta sesudah membuang tinja.
B. Penyebab Penyakit (Agent)
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus
penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia, Norwalk
virus, Astrovirus,Adenovirus (tipe 40, 41), Small bowel structured virus, Cytomegalovirus.
2. Bakteri
Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropatho-genic E. coli (EPEC), Enteroaggregative E.
coli (EAggEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC), Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Shigella
spp., Campylobacter jejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholerae 01, dan V. choleare 0139,
Salmonella (non-thypoid).
3. Protozoa
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora
belli, Cyclospora cayatanensis.
4. Helminths
Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria philippinensis, Trichuris trichuria.

C. Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri host, baik benda mati, benda
hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen
tersebut, termasuk host yang lain. Penyebab dari diare bisa karena kondisi lingkungan buruk
yang menjadi habitat dari patogen, sanitasi dan kebersihan rumah tangga yang buruk,
sumber air minum yang tercemar, serta pajanan pada sampah yang padat. Selain itu,
perubahan cuaca akan mempengaruhi tingkat kejadian diare, seperti pada musim hujan
karena air hujan dapat menyapu materi feses dan kotoran yang tertumpuk di tanah selama
musim kemarau sehingga membuat sumber air atau sesuatu yang berada di sekitarnya
terkontaminasi dan musim kemarau karena patogen di saluran air yang bertambah. Curah
hujan yang tinggi seringkali dapat berakibat terjadinya banjir maka kontaminasi bakteri
ataupun virus dari lingkungan yang buruk dengan adanya banjir akan meningkat. Semakin
baik tingkat kebersihan lingkungan maka semakin baik pula kondisi kesehatan seseorang.
BAB V
STRATEGI DAN PROGRAM PENANGANAN

Adapun strategi untuk menghadapi masalah diare cair akut di Puskesmas Pundong, sebelumnya
dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT.

INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W)


 Fasilitas kesehatan yang  Sistem pencatatan dan pelaporan yang
cukup memadai kurang optimal
 Adanya program promosi  Kurangnya SDM untuk mengedukasi
kesehatan yakni PHBS, sehingga penerapan program tidak efektif
STBM

EKSTERNAL
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
 Akses ke fasilitas  Mensosialisasikan fasilitas  Menambahkan tenaga kesehatan dengan
kesehatan yang kesehatan bagi penderita membuka lowongan kerja atau mencari
mudah dijangkau Diare di puskesmas tenaga kesehatan yang bersedia menjadi
 Memberikan edukasi saat programmer diare
menunggu di ruang tunggu  Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan
Puskesmas terkait pentingnya di puskesmas yang sudah ada, sehingga
PHBS dan STBM dalam dapat melakukan pembinaan dan
pencegahan diare penyuluhan yang lebih maksimal terkait
Diare
 Meningkatkan semangat kerja dari tenaga
kesehatan dapat dengan cara pemberian
reward
Ancaman (T) Strategi ST. Strategi WT
 Kurangnya  Edukasi dibuat lebih menarik  Lebih melibatkan peran serta tokoh
pengetahuan dan dengan tanya jawab masyarakat ataupun organisasi
kesadaran pada  Meningkatkan frekuensi masyarakat setempat dalam mendukung
keluarga dan kegiatan-kegiatan edukasi penanganan Diare
masyarakat dan penyuluhan kepada  Memberi materi serta menyediakan
mengenai Diare masyarakat sarana penyuluhan seperti brosur, poster
yang dapat diingat dengan mudah dan
dapat dipahami oleh masyarakat
BAB VI
REFLEKSI

Dalam refleksi kasus ini, saya mendapatkan pembelajaran bahwa pengetahuan dan kesadaran
pasien dan keluarganya mengenai pencegahan diare masih terbatas dan kurang tepat. Hal ini
disebabkan karena informasi yang beredar di masyarakat kurang tepat dan kurang lengkap.
Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarganya berdampak pada swamedikasi, care-seeking
behaviour, dan penanganan diare yang tidak tepat. Pada lingkup komunitas, peningkatan jumlah
kunjungan diare di Puskesmas Pundong juga dipengaruhi oleh banyaknya kebiasaan masyarakat di
Bambanglipuro yang berisiko menimbulkan diare. Kondisi ini perlu menjadi prioritas pemecahan
masalah dan tanggung jawab bersama dari semua pihak, baik tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Refleksi saya sebagai dokter nantinya saat sudah terjun di masyarakat adalah ikut
mendekatkan diri dengan masyarakat dan menggali faktor risiko penyakit, sehingga saya tidak hanya
memahami masalah kuratif, namun mengerti permasalahan mendasar mengapa diare ataupun
penyakit lainnya dapat terjadi di masyarakat. Cara ini diharapkan dapat membangun rasa
kepercayaan, keterbukaan, dan kerjasama yang lebih erat antara pihak pelayanan kesehatan dan
masyarakat untuk bersama-sama menuntaskan permasalahan penyakit yang ada. Selain itu, seorang
dokter juga harus dapat memberikan edukasi yang benar, aplikatif, dan sesuai dengan kondisi pasien
sehingga dapat diterima dan mudah diterapkan.
BAB VII
KESIMPULAN

Kasus diare cair akut banyak ditemukan di wilayah Puskesmas Pundong, terutama pada saat
musim hujan. Angka kejadian diare akut oleh berbagai sebab dirasakan meningkat dari tahun ke
tahun, diperberat dengan belum membaiknya sanitasi lingkungan pada masyarakat di Indonesia
baik di perkotaan maupun di pedesaan serta kebiasaan hidup yang mempengaruhi personal
hygiene. Promosi kesehatan merupakan metode yang memiliki potensi yang cukup tinggi untuk
mengatasi diare cair akut di Pundong.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, L.Z. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.42(7) pp 504-508.

Dinas Kesehatan DIY. Profil Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul.2019

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Pemerintah Kabupaten Bantul. (2020). Daftar Kunjungan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Pundong.
Diakses 29 Oktober 2020 dari https://dgskesehatan.bantulkab.go.id/v2/login.

Nurhari dkk. 2016. The Relation Betwen Climate Variation and The Incidence of Diarrhea In
Semarang 2011-2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(4) pp 794-800.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Indikator PHBS

Jawaban
No. Indikator / Pertanyaan
Ya Tidak
1 Persalinan ditolong oleh Ada Balita Ditolong Nakes
Tidak ditolong
tenaga kesehatan
Tidak Nakes
ada Balita v
2 Pemberian Asi eksklusif Ada bayi Eksklusif
Tidak Eksklusif
pada bayi usia 0 - 6 bulan usia 0- 6
Tak ada bayi usia 0- 6 bulan v
bulan Ditimbang
3 Menimbang berat badan Ada
Tidak ditimbang
bayi setiap bulan bayi Tak ada bayi v
4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan v
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun v
6 Menggunakan jamban sehat v
7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan v
lingkungannya
8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari v
9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga V
10 Tidak Merokok V
Lampiran 2. Poster Waspada Beberapa Penyakit Yang Sering Terjadi Saat Musim Hujan
Lampiran 3. Poster PHBS Rumah Tangga
Lampiran 3. Poster CTPS
Lampiran 4. Foto Kegiatan Pembinaan

Anda mungkin juga menyukai