1
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan simbolisasi dari pikiran berupa kode yang telah kita
pelajari; atau suatu sistem yang telah disepakati yang memungkinkan kita untuk
mengomunikasikan ide-ide serta mengekspresikan keinginan dan kebutuhan kita.
Membaca, menulis, gerakan tubuh, dan berbicara adalah semua bentuk dari bahasa.
Bahasa terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bahasa reseptif: memahami apa yang
tertulis atau apa yang dikatakan, dan bahasa ekspresif: kemampuan untuk berbicara
dan menulis.1
Pada umumnya bila seorang anak pada umur 2 tahun belum dapat
mengucapkan kata-kata harus dicari penyebabnya. Anak disebut slow talker bila
perkembangan lainnya normal, kecuali terlambat dalam bicara dan pada anamnesis
didapatkan di dalam keluarga juga terdapat anggota keluarga lain yang terlambat
bicaranya. Seorang anak rata-rata mulai mengeluarkan kata-kata tunggal antara umur
10-12 bulan, mulai mengucapkan kalimat pendek pada umur 18 bulan dan kalimat
sempurna kira-kira pada umur 30 bulan.4
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Di bawah 12 bulan
3
12 sampai 15 bulan
Anak pada usia ini pada normalnya harus mengoceh lebih banyak lagi dan
sedikitnya mengeluarkan satu atau lebih kata yang bermakna (tidak termasuk
mama dan dada). Kata benda biasanya muncul lebih awal seperti baby dan
ball. Anak seharusnya juga mampu untuk memahami dan menuruti satu
perintah (contoh, tolong ambilkan mainanmu.).
18 sampai 24 bulan
2 sampai 3 tahun
Pada usia ini anak akan mengalami perkembangan bahasa yang pesat dan
perbendaharaan kata yang amat meningkat. Mereka sudah bisa menggabungkan
tiga atau lebih kata-kata menjadi satu kalimat. Kemampuan anak dalam
memahami bahasa juga meningkat pada usia 3 tahun. Mereka mulai memahami
apa maksud dari taruh di meja itu atau taruh itu di bawah tempat tidur. Anak
juga sudah harus mulai bisa menyebutkan warna dan memahami konsep
deskriptif (contonya membedakan besar dan kecil).
2. Epidemiologi
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering terdapat pada
anak-anak. Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orang tua (di luar gangguan
4
pendengaran serta celah pada palatum), maka angka kejadiannya adalah 0,9 %
pada anak di bawah umur 5 tahun dan 1,94 % pada anak yang berumur 5-14
tahun. Dari hasil evaluasi langsung terhadap anak usia sekolah, angka
kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang berdasarkan hasil wawancara.
Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak adalah
sekitar 4-5 %.2
5
3. Etiologi
1. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang Terlambat
b. Tekanan keluarga Gagap
c. Keluarga bisu Terlambat pemerolehan bahasa
d. Di rumah menggunakan bahasa
bilingual Terlambat pemerolehan struktur bahasa
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan Terlambat pemerolehan bahasa
b. Gangguan serius pada orang tua Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
c. Gangguan serius pada anak Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital Terlambat/gangguan bicara yang permanen
b. Didapat Terlambat/gangguan bicara yang permanen
4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat Terlambat bicara
b. Perkembangan lambat, tetapi masih Terlambat bicara
6
dalam batas rata-rata
c. Retardasi mental Pasti terlambat bicara
5. Cacat bawaan
a. Palatoschizis Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya
b. Sindrom down Kemampuan bicaranya lebih rendah
6. Kerusakan otak
Mempengaruhi kemampuan mengisap,
a. Kelainan neuromuskular menelan,
mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan
bicara
dan artikulasi seperti disartria
b. Kelainan sensorimotor Mempengaruhi kemampuan mengisap
dan menelan, akhirnya menimbulkan gangguan
artikulasi, seperti dispraksia
Berpengaruh pada pernafasan, makan dan
c. Palsi serebral timbul
juga masalah artikulasi yang dapat
mengakibatkan disartria dan dispraksia
d.Kelainan persepsi Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa,
simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya
menimbulkan kesulitan belajar di sekolah
Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu
harus dicari dalam keluarga apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga.
Di samping itu kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada
perempuan. Hal ini karena pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi
verbal hemisfer kiri lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer
kanan yang lebih baik, yaitu untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.
7
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
b. Sistem masukan/input
8
d. Sistem produksi
Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut, dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk
berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran
udara lewat laring, faring, dan rongga mulut.
4. Patofisiologi
a) sinyal bunyi mula-mula diterima oleh area auditorik primer yang nantinya
akan menyandikan sinyal tadi dalam bentuk kata-kata
b) kata-kata lalu diinterpretasikan di area Wernicke
c) penentuan buah pikiran dan kata-kata yang akan diucapkan juga terjadi di
dalam area Wernicke
d) penjalaran sinyal-sinyal dari area Wernicke ke area Broca melalui fasikulus
arkuatus
e) aktivitas program keterampilan motorik yang terdapat di area Broca untuk
mengatur pembentukan kata
f) penjalaran sinyal yang sesuai ke korteks motorik untuk mengatur otot-otot
bicara.
Apabila terjadi kelainan pada salah satu jalannya impuls ini, maka akan terjadi
kelainan bicara.
9
Apek sensorik pada komunikasi
Bila ada kerusakan pada bagian area asosiasi auditorik dan area
asosiasi visual pada korteks, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan
untuk mengerti kata-kata yang diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini
secara berturut-berturut disebut sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia
reseptif visual atau lebih umum , tuli kata-kata dan buta kata-kata (disebut
juga disleksia).
10
kerusakan atau kehancuran. Oleh karena itu, tipe afasia ini disebut afasia
Wernicke.
Bila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke belakang
ke regio girus angular, (2) ke inferior ke area bawah lobus temporalis, dan (3)
ke superior ke tepi superior fisura sylvian, maka penderita tampak seperti
benar-benar terbelakang secara total (totally demented) untuk mengerti bahasa
atau berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita afasia global.
11
afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, yang
terletak di regio prefontal dan fasial premotorik kortekskira-kira 95 persen
kelainannya di hemisfer kiri. Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang
dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot
lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.
Artikulasi
5. Manifestasi Klinik
Klasifikasi kelainan bahasa pada anak menurut Rutter (dikutip dari Toback C.)
berdasarkan atas berat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut:
12
Keterlambatan akuisisi dari bunyi kata-kata, bahasa
Ringan normal Dislalia
Keterlambatan lebih berat dari akuisisi bunyi kata- Disfasia
Sedang kata ekspresif
dan perkembangan bahasa terlambat
Berat Keterlambatan lebih berat dari akuisis dan bahasa, Disfasia reseptif
gangguan pemahaman bahasa dan tuli persepsi
Sangat
berat Ganggauan pada seluruh kemampuan bahasa Tuli persepsi dan
tuli sentral
1. 2 primer ekspresif:
- disfraksia verbal
- gangguan defisit produksi fonologi
2. defisit represif dan ekspresif
- gangguan campuran ekspresif- represif
- disfasia verbal auditori agnosia
3. 2 defisit bahasa yang lebih berat
- gangguan leksikal-sintaksis
- gangguan semantik-pragmatik
13
disertai dengan gangguan tingkah laku (autisme). Rehabilitasi pada anak ini lebih
memerlukan terapi wicara yang intensif.
Beberapa anak bicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti,
bahkan pada orang-orang yang selalu kontak dengannya. Sehingga mereka sering
marah dan frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengegerti oleh
sekitarnya. Mereka ini tidak ada gangguan dalam pengertian, tetap terdapat gangguan
defisit fonologi.
14
yang tepat. Anak ini biasanya bicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
pendek untuk umurnya. Terapi bicara akan membantu melatih anak mencari kata-kata
yang tepat pada saat bicara, tetapi prognosis selanjutnya masih belum banyak
diketahui.
Beberapa anak ada yang bicaranya lancar dan dapat menggunakan kata-kata
yang tepat, tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik. Mereka tidak
mengerti tata bahasa. Gejalanya mirip gangguan bicara pada anak denga hidrosefalus
dan oleh Rapi dan Allen disebut gangguan semantik pragmatik. Anak ini pada
umumnya menderita gangguan hubungan sosial dan didiagnosis sebagai gangguan
perkembangan pervasif. Mereka punya sedikit teman sebaya dan tidak pernah mau
belajar aturan permainan dan bicara dari teman sebayanya. Ada baiknya anak ini
diajar keterampilan berbicara, bahkan diperlukan psokolog dan ahli terapi tingkah
laku.
Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya
terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.
Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri.
Pada umur 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata
jangan, da-da, dan sebagainya.
Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.
Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,
kemari, berdiri).
Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
15
Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari
2 buah kata.
Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat
sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase.
Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga.
Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana.
Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan kata tanya yang sederhana.
Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang di luar
keluarganya.
Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat,
ba untuk ban, dan lain-lain).
Setelah berusia 4 tahun tidak lancar berbicara/gagap.
Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.
Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasaliatas yang nyata
atau mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak
dapat didengar serta terus-menerus memperdengarkan suara yang serak.
6. Diagnosis
a. Anamnesis
16
Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan
kalau dijumpai gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan. Kesulitan
tidur dan makan sering dikeluhkan orang tua pada awal gangguan autisme.
Pertanyaan bagaimana anak bermain dengan temannya dapat membantu
mengungkap tabir tingkah laku. Anak dengan autisme lebih senang bermain
dengan huruf balok atau magnetik dalam waktu yang lama. Mereka dapat saja
bermain dengan anak sebaya, tetapi dalam waktu singkat menarik diri.
b. Instrumen penyaring
c. Pemeriksaan fisik
17
Mengamati anak saat bermain dengan alat permainan yang sesuai
dengan umurnya, sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan tingkah
laku. Idealnya pemeriksa juga bermain dengan anak tersebut dan kemudian
mengamati orang tuanya saat bermain dengan anaknya. Tetapi ini tidak praktis
dilakukan pada ruangan yang ramai. Pengamatan anak saat bermain sendiri,
selama pengambilan anamnesis dengan orang tuanya, lebih mudah
dilaksanakan. Anak yang memperlakukan mainannya sebagai objek saja atau
hanya sebagai titik pusat perhatian saja, dapat merupakan petunjuk adanya
kelainan tingkah laku.
e. Pemeriksaan laboratorium
f. Konsultasi
18
tes bahasa, keampuan kognitif dan tingkah laku. Tes intelegensia dapat
dipakai sebagai perbandingan fungsi kognitif anak tersebut. Masalah tingkah
laku dapat diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan instrumen seperti
Vineland Social Adaptive Scale Revised. Child Behaviour Checklist, atau
Childhood Autism Rating Scale. Konsultasi ke psikiater anak dilakukan bila
ada gangguan tingkah laku yang berat.9
19
Pemahaman bahasa
Normal Terlambat
Tuli Gangguan
Immatur, Dispraksia dalam
perkembangan berbicara
yang tidak
sempurna,
gangguan Perkembangan
bahasa yang tidak Autisme
ekspresif sempurna,
retardasi mental
Immatur,
disartria
20
7. Penatalaksanaan
Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan
membantu anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan pada
masa sekolah.2
8. Prognosis
9. Pencegahan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dihindari untuk untuk
mencegah adanya masalah keterlambatan bicara pada anak - di luar adanya kelainan
organik dan bawaan pada anak. Hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai
berikut:10
21
1. Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua
Sering orang tua malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan
hanya bicara satu dua patah kata saja yang isinya instruksi atau jawaban
sangat singkat. Selain itu, anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk
mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif)
karena orang tua terlalu memaksakan dan memasukkan segala instruksi,
pandangan mereka sendiri atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi
kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktor
yang mempengaruhi kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan
berbahasa.
2. Pengaruh televisi
Sejauh ini, terlalu banyak menonton televisi pada anak-anak usia batita
merupakan faktor yang membuat anak lebih menjadi pendengar pasif. Pada
saat menonton televisi, anak akan akan lebih sebagai pihak yang menerima
tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi
suguhan yang ditayangkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak
dimengerti oleh anak dan bahkan sebenarnya traumatis (karena menyaksikan
adegan perkelahian, kekerasan, seksual, atau pun acara yang tidak disangka
memberi kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan
22
karena memampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya,
dalam jangka waktu tertentu yang mana seharusnya otak mendapat banyak
stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk kemudian memberikan feedback
kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalah
televisi (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya), maka
sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan terhambat
perkembangannya.
23
c. Tidak menganggap bahwa anak mampu
Seringkali orang dewasa berbicara atas nama anak, sehingga mereka kelihatan
tidak berbicara.
Sekalipun untuk niat dan tujuan yang baik, seringkali anak dijejali
dengan terlalu banyak bahasa, sehingga mereka kewalahan. Rasanya seperti
anak yang sedang belajar menangkap bola, lalu dilempari beberapa bola
sekaligus.
24
g. Kurangnya obrolan sosial
25
BAB III
KESIMPULAN
Secara umum, gangguan berbahasa dapat dibagi dalam tiga tipe, yaitu: (1)
Kegagalan memperoleh kemampuan berbahasa apapun. Keadaan ini misalnya
terdapat pada anak yang menderita retardasi mental berat; (2) Kendala kemampuan
bahasa yang telat didapat, yang dapat disebabkan oleh trauma fisik damupun psikis,
atau oleh gangguan neurologist; (3) Gangguan perkembangan berbahasa. Tipe inilah
yang dikategorikan dalam gangguan perkembangan spesifik. Terdapat dua sub tipe,
yaitu (a) tipe reseptif, yaitu kesukaranuntuk menrima dan mengerti bahasa yang
dibicarakan, dan (b) tipe ekspresif, yaitu kesukaran dalam mengekspresikan bahasa
secara verbal.11
Deteksi dan penanganan dini pada gangguan keterlambatan bicara dan bahasa
dapat membantu baik anak atau orang tua untuk memperkecil kesulitan di masa
sekolah anak.3
26
DAFTAR PUSTAKA
27
8. Arthur C. Guyton, John E. Hall, Neurofisiologi Motorik dan Integratif, dalam
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
9. Forfar and Arneils. Psychomotor and Intellectual Development, dalam
A.G.M. Campbell, Neil Mc Intosh (eds): Textbook of Paediatrics, 4th.
10. Nugrahani Y. Ganguan Bicara Pada Anak. Available at::
http://www.scribd.com/doc/57278932/Referat-Gangguan-Bicara-Pada-Anak-
Yunita#download Accessed on 8th March 2014.
11. A.H. Markum. Gangguan Perkembangan Bahasa, dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak Jilid 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 1991, 2, 65.
28