DISUSUN OLEH :
SITI JAMIATURROHMAH
TW/12/00309
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas laporan Mata Kuliah
Dislogia pada Program Studi Terapi Wicara Politeknik Al Islam Bandung.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan kuasa
dan kehendaknya penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil identifikasi dan
assesment Mata Kuliah Dislogia yang berjudul “Kasus Dislogia Pada Retardasi
Mental Jenis Kelamin Perempuan 15 Tahun 5 Bulan Di Slb C Sukapura Bandung”.
Adapun tujuan penyusun dalam menyusun laporan ini adalah untuk menyampaikan
hasil dari praktek lapangan sebagai tugas mata kuliah Dislogia yang dilaksanakan
di SLB C Sukapura Bandung.
Selama penulisan laporan dan pengerjaan laporan ini, penyusun dengan
segala kerendahan hati ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan dan motivasi, kepada DRA. HJ. Popon, A.Md.TW; MM.Pd. Penyusun
senantiasa berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi
maupun bagi semua pihak. Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini
masih jauh dari sempurna, maka penyusun senantiasa mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sebagai bahan perbaikan dan
penyempurnaan untuk penyusunan laporan praktikum yang selanjutnya.
Semoga Allah SWT senantiasa, melimpahkan segala rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12 Tes DQ
vi
BAB I IDENTIFIKASI
1. Landasan Teori
1.1 Definisi
Dislogia adalah Tidak sempurnanya bicara yang disebabkan karena adanya
kerusakan mental. (L.E Travis 1971;11)
Dislogia adalah suatu bentuk kelainan dimana perkembangan mental intelektual
tidak sesuai dengan perkembangan anak dan akan berdampak pada kemampuan
bahasa bicara. Sehingga dalam berkomunikasi akan mengalami gangguan.
Retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah
yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul
pada masa perkembangan. (Crocker AC 1983)
Retardasi mental sebagai suatu kondisi dimana fungsi intelektual yang secara
signiifikan berada di bawah rata-rata. Jika pengukuran fungsi intelektual dapat
dilakukan dengan tes intelegensi secara individual. Seseorang bisa dikatakan
mengalami retardasi mental jika mempunyai fungsi sosial yang lemah. Retardasi
mental haruslah di identifikasi sebagai suatu kondisi kronis yang menetap atau tidak
bisa diubah yang terjadi sebelum berusia 18 tahun maka tidak dapat diklasifikasikan
sebagai retaldasi mental. (Semiun, 2006)
1
Anak ini dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan
kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan
disekolah biasa secara klasikal.
1.2 Penyebab
a. Masalah gen
Retardasi mental adalah masalah yang bisa diturunkan oleh anggota keluarga yang
memiliki retardasi mental. Gen dapat diwariskan dari kedua orangtuanya, sehingga
bayi mungkin akan menerima gen yang tidak normal dan gen tersebut berubah saat
bayi berkembang. Bayi yang memiliki maslah gen seperti ini berpotensi besar
memiliki keterbatasan pada proses perkembangannya.
Masa kehamilan mengambil peranan penting bagi pertumbuhan janin. Ibu yang
mungkin mendapatkan penyakit atau infeksi dapat membahayakan bayi.
Penggunaan obat tertentu juga dapat menyebabkan masalah bagi bayi. Yang paling
penting jangan membiarkan seorang ibu hamil untuk mengonsumsi alkohol dan
narkoba karena dapat merusak perkembangan otak bayi.
2
e. Infeksi otak serius
Sebuah infeksi kepala serius dapat melukai otak dan menyebabkan retardasi mental
pada setiap titik selama hidup. Beberapa cacat ini bersifat sementara dan lain-lain
bisa permanen.
Tidak memiliki kemampuan untuk mengerti situasi yang serius dan tidak
dapat pula berperilaku sesuai dengan situasi umum yang berlaku, terlebih
lagi mereka tidak dapat merespon tindakan dengan cara impulsive.
Menurut Carles Van Ripper dalam buku Speech correction klasifikasi mental
retardasi dibagi menjadi :
3
Educable mental retardation memiliki ciri tingkat IQ 50-75, mulai berbicara
sangat lambat, mampu mempelajari bahasa yang digunakan, panjang
kalimat, kelengkapan kalimat dan struktur kalimat yang dibuat sangat
terbatas, mengalami kesulitan pada penggunaan kata subyek dan kata kerja.
Trainable Mental Retardation memiliki ciri tingkat IQ 20-50, pembelajaran
yang diberikan adalah kemampuan untuk mengurus diri sendiri, memiliki
kemampuan bahasa yang terbatas, dapat mengerti dan mengungkapkan
pesan yang diberikan, kosa kata dan tata kalimat terbatas atau sederhana,
terjadi omisi pada artikulasi, suka meniru dan berbicara dengan bahasa yang
tidak tepat, menggunakan bahasa yang sering didengar dilingkungan.
Custodial Mental Retardation memiliki ciri IQ dibawah 20, tidak memiliki
kemampuan bahasa secara verbal, bahasa ekspresi lebih diberikan dalam
bentuk tangis, jeritan atau rintihan, mampu merespon untuk hal – hal yang
berhubungan dengan makanan dan keperluan kamar mandi serta tidak
terampil dalam mengurus diri sendiri.
4
2.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan
beberapa pertanyaan kepada klien atau keluarga tentang masalah yang dihadapi.
Wawancara bertujuan untuk mengetahui berbagai macam keluhan kesehatan klien
saat ini, riwayat kesehatan individu dan keluarga, status sosial ekonomi, latar
belakang demografi dan psikososial. (Diyono dan Mulyanti, 2013:28)
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang berlangsung antara narasumber dan pewawancara dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang diperlukan tentang diri klien atau hal lain yang
berhubungan dengan kondisi bahasa-bicara dan menelan klien.
Penulis melakukan wawancara langsung kepada ibu klien di rumah klien di
jalan Kebon Jayanti, Kiara Condong, Bandung. Wawancara ini bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang identitas klien, keluhan orangtua, pemeriksaan ahli,
riwayat ibu selama kehamilan, kelahiran, dan setelah kelahiran, riwayat kesehatan
anak, riwayat perkembangan motorik, riwayat perkembangan bahasa bicara,
tingkah laku dan hubungan sosial klien. Penulis menggunakan format yang
disediakan oleh Politeknik Al- Islam Bandung. ( Lampiran 2 )
2.1.3 Observasi/pengamatan
Observasi merupakan tekhnik atau pendektana untuk mendapatkan data
primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. ( Jogiyanto, 2008:35)
Observasi merupakan peninjauan secara disengaja, langsung, cermat,
sistematis, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran dan data konkrit tentang
kondisi klien yang berhubungan dengan kemampuan bahasa-bicara dan menelan.
Melalui observasi langsung pada klien, terapis wicara harus memerhatikan tahapan
perkembangan normal sesuai dengan usia kalender, usia mental, dan gejala-gejala
yang menjadi ciri khas pada masing-masing diagnosis spesifik.
Penulis melakukan pengamatan langsung kepada klien di SLB C Sukapura
Kota Bandung dengan tujuan agar memperoleh data mengenali kondisi umum
klien, Kemampuan Wicara Klien, Kemampuan Organ Wicara, Kemampuan
motorik baik motorik kasar maupun motorik halus, Kemampuan sensorik
5
pendengaran, Koordinasi Visuomotor, dan Keseimbangan, Kemampuan bahasa
reseptif dan ekspresif, Kemampuan suara dan irama kelancaran, emosi, perilaku,
kebiasaan, dan kesan intelegensia. Format yang penulis gunakan adalah format
observasi yang diperoleh dari Politeknik Al Islam Bandung (lampiran 3).
2.1.4 Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan
suatu nilai tentang tingkah laku atau presentasi anak tersebutyang kemudian dapat
di bandingkan dengan nilai yang tercapat oleh anak-anak lain atau standar yang di
tetapkan. (Wayan Nurkencana,1993)
Suatu cara pemeriksaan yang bertujuan untuk dapat mengukur kemampuan
dasar/awal klien dengan menggunakan alat ukur yang obyektif dan subyektif yang
berkaitan dengan perilaku komunikasi dan menelan klien.
Tes yang dilakukan diantaranya :
a. Tes Bidang Wicara
1) Pemeriksaan Alat Wicara
Bertujuan untuk mengetahui kondisi alat wicara klien berkaitan dengan
kesiapannya berbicara. Didalam tes ini pula terdapat pergerakan oral yang disengaja
seperti senyum, menjulurkan lidah dan lain-lain yang bertujuan untuk mengetahui
fungsi alat wicara klien. Tes ini Dilakukan dengan cara saling berhadapan dan klien
diberi instruksi sesuai format tes. (Lampiran 4)
2) Pemeriksaan Kemampuan Wicara
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan bunyi bahasa klien. Tes
ini dilakukan dengan cara klien diminta untuk menirukan kata yang dilakukan oleh
penulis sesuai dengan format tes. (Lampiran 5)
b. Tes Artikulasi
Tes artikulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan ucapan
pasien dan apabila terjadi penyimpangan artikulasi pada tingkat kata. Tes ini
dilakukan dengan cara pasien diminta untuk meniru kata yang diucapkan oleh
penulis sesuai dengan format tes. (Lampiran 6)
6
c. Tes Bidang Bahasa
1) Deteksi Dini Gangguan Kemampuan Berkomunikasi (DDGKB)
DDGKB ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
pemahaman bahasa klien. Tes ini dilakukan sebagai penuntun untuk melakukan
pemeriksaan gangguan kemampuan berkomunikasi pada anak, antara penulis
dengan klien duduk berhadapan, penulis memperlihatkan gambar dan memberikan
intruksi sesuai dengan materi tes yang terdapat dalam DDGKB yang dimulai dari
usia 6 bulan hingga 13 tahun. (Lampiran 7)
2) Pemariksaan Bahasa Secara Auditory (PBSA)
Untuk dapat megetahui kemampuan bahasa (bahasa reseptif klien) dan untuk
memastikan klien tidak mengalami gangguan pendengaran. (Lampiran 8)
d. Tes Bidang Suara
Tes ini bertujuan untuk mengetahui nada, kualitas, dan kenyaringan yang
dimiliki klien saat klien berbicara. (Lampiran 9)
e. Tes Bidang Irama Kelancaran
Tes ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perpanjangan,
pengulangan, dan penghentian dalam berbicara, bercerita, bernyanyi dan berhitung.
(Lampiran 10)
7
f. Anamnesa Makan dan Minum
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan makan
dan minum klien. Dilakukan dengan cara mengamati makan dan minum klien yang
dapat menyebabkan ada tidaknya masalah makan dan minum. (Lampiran 11)
g. Tes Lateralisasi (Tes Dexter Quotient)
Tes ini bertujuan untuk mengetahui lateralisasi tangan mana yang dominan
digunakan oleh klien (Lampiran 12).
Usia : 48 tahun
8
Pekerjaan : Wiraswasta
Usia : 48 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
9
Saat penulis mencoba berinteraksi dengan klien, respon bicara klien sudah bisa
menjawab pertanyaan, bernyanyi, dan bercerita.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh penulis pada pemeriksaan alat wicara
(PAW), sebagai berikut :
Tabel 1. Pemeriksaan Alat Wicara
Alat Peringkat
Struktur
Terapi Kemampuan Wicara
A Bibir Struktur bibir saling bersentuhan ketika
oklusi, ukurannya normal, tidak ada
tanda-tanda kelainan, dapat melakukan
Peringkat 1
protusi, dapat digerakan kesamping,
sudut mulut simetris, dan aktifitas
rahang lancar.
B Gigi Oklusi gigi normal, hubungan antara
gigi seri depan kebelakang normal,
kondisi tepi-tepi gigi seri normal, Peringkat 1
hubungan gigi secara vertikal normal,
dan tidak menggunakan alat bantu.
C Lidah Lengkung kaki gigi cukup, lidah dapat
menekuk ke bawah dan keatas,
Peringkat 1
pergerakan lidah memproduksi
konsonan dalam 5 detik rata-rata.
D Langit- Keutuhan bentuk normal, tidak ada
langit fistula di palatum, tidak ada celah di
Peringkat 1
keras aveolar, keadaan lengkung palatum
normal.
E Phalato Keutuhan bentuk langit-langit lembut
pharynx normal dan memuaskan, uvula normal, Peringkat 2
oropharynx normal, gerakan ketika
10
berfonasi a jelas gerakannya, tidak ada
omisi.
F fauces Tonsil normal, pilar normal, gerakan
Peringkat 2
jika berfonasi jelas.
G Nasal Septum normal, fungsi gerak bernafas
Cavities normal, tidak terlihat pharyngeal flap, Peringkat 1
tidak menggunakan obturator.
Keterangan :
Peringkat 1 : Normal
Peringkat 2 : Deviasi normal, kemungkinan tidak mempengaruhi wicara
Peringkat 3 : Deviasi sedang, kemungkinan mempengaruhi wicara mengalami
kelainan
Peringkat 4 : Deviasi berat, dapat menghampbat produksi wicara normal, perlu
dilakuakan perubahan struktur, dengan alat tanpa pelayanan terapi wicara.
Dari hasil tabel diatas klien tidak mengalami kelainan pada alat wicaranya
seperti bibir, gigi, lidah, langit-langit keras, langit-langit lembut, fauces dan nasal
cavities. Sehingga dapat hasil berada pada peringkat 1 yaitu kondisi alat wicara
normal dan tidak mengalami kelainan.
Tabel 2. Pergerakan Oral Yang Disengaja
No Gerakan Oral Respon
1 Menjulurkan lidah 4
2 Meniup 4
3 Menunjukkan gigi 8
4 Memonyongkan bibir 2
5 Menjulurkan lidah ke dagu dan kehidung 2
6 Menggigit bibir bawah 3
7 Bersiul 1
8 Menjilat bibir 1
9 Mendahak 1
11
10 Menggerakkan lidah ke luar masuk 4
11 Merapatkan gigi sekali 4
12 Tersenyum 4
13 Menyentuhkan lidah ke alveolar sambil
2
berbunyi/mendecak
14 Menggerakkan gigi seperti orang kedinginan 1
15 Menjulurkan lidah ke arah dagu 4
16 Batuk 6
17 Menggembungkan pipi 6
18 Menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan 4
19 Tunjukkan bagaimana mencium seseorang 4
20 Memonyongkan mulut dan tersenyum 6
Jumlah 71
Skala :
8 : Bila tugas/perintah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan tepat, langsung (
tanpa mencoba-coba) dan tanpa diberi contoh oleh tester .
7 : Bila tugas/perintah yang biberikan dapat dilaksanankan dengan tepat setelah
mencoba dan mencari-cari, akan tetapi gerakan dapat dilaksanakan tanpa diberi
contoh oleh tester.
6 : Bila tugas/perintah yang diberikan dapat dilaksanakan tetapi tidak sempurna,
kekuatan, ketepatan, kecepatan tidak sempurna, tetapi tugas itu tidak diberi contoh
oleh tester.
5 : Bila tugas/perintah dapat dilaksanakan hanya sebagian, bagian penting tidak ada
tetapi masih diberikan contoh oleh tester.
4 : Sama dengan skala 8, tetapi diberi contoh oleh tester.
3 : Sama dengan skala 7, tetapi diberi contoh oleh tester.
2 : Sama dengan skala 6, tetapi diberi contoh oleh tester.
1 : Sama dengan skala 5, tetapi diberi contoh oleh tester.
Dari hasiI pergerakan oral yang disengaja dari 20 item tes yang di berikan
klien hanya tidak mampu melaksanakan 4 item tes , yaitu bersiul, menjilat bibir,
mendahak dan menggerakkan gigi seperti orang yang kedinginan, dengan rata-rata
12
skala 4 yaita tugas/perintah yang diberikan dapat dilaksanakan klien dengan tepat
tetapi diberikan contoh oleh tester.
Huruf Konsonan
Konsonan I
P M W Y
B N H
Konsonan II
D T G K F
Konsonan III
V L J C
Konsonan IV
Z jet S R Q X
13
PO APO IPO EPO OPO UPO OP
14
TO ATO ITO ETO OTO UTO OT
15
RO ARO IRO ERO ORO URO OR
16
KO AKO IKO EKO OKO UKO OK
keterangan :
(x) = klien tidak dapat menirukan ucapan dengan benar, bunyi suku kata yang
diucapkan berbeda
17
2. Sindroma yang berhubungan dengan Bahasa
Berdasakan hasil wawancara dengan ibu klien, klien memahami perintah dan
pertanyaan, misalnya perintah untuk mengikuti ucapan peneliti dan melakukannya
dengan baik. Kemudian klien mampu memahami pertanyaan seperti “apa hobinya”
dan anak menjawab dengan baik dan jelas.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, untuk usianya yang
sekarang 14 tahun klien mampu berkomunikasi dengan baik, dan klien mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penulis.
Kategori Tanggapan
Kata Tanggapan benar
bahasa klien
Bunga
Burung
Kucing
Perahu
Kambing X
Paku
Tangan
Kata benda Anak perempuan
Anak laki-laki X
Nelayan X
Merah
Hitam
18
Kuning
Besar
Kata sifat Kecil
Tinggi
Empuk
Sepasang
Dua
Jenis kata
Beberapa
Banyak
Empat
Kedua
Bilangan Sedikit
Separuh
Tumpukan kursi X
Itu
19
Diatas meja X
Didalam kotak
Makan
Lompat X
Berlari X
Datang
Pergi X
Menangkap
Memberi X
Mereka
Dia
Saya
20
Kata tanya Kapan kamu bangun? X
Setangkai
Sebuah meja X
Penggolongan
Jenis kata Seekor domba sedang
benda
X
makan
Awalan
pe+kata Petinju
benda
Awalan
ber+kata Bersepeda X
benda
Awalan ber-
kata benda Bergaris –garis
jamak
Morfologi Awalan
Terjatuh X
ter+kata sifat
Awalan ter-
Tertutup
kata kerja
Awalan
Setinggi pohon
se+kata sifat
21
Kata
Tukang cat X
majemuk
Dia menggambar X
Tidak hitam
22
Lawan kata Bukan bola maupun meja X
Pergi! X
Imperative
Jangan menyebrang X
Benda+ kata
Kucing tanpa mata
benda
Pengandaian Beruang
23
Berdasarkan hasil tes PBSA (Pemahaman Bahasa Secara Auditori) yang
dilakukan oleh penulis, diperoleh data bahwa dari 101 item tes, 58 tes dapat
terjawab dengan benar.
A. BILABIAL N S O D A Keterangan
B. APICO ALVEOLAR N S O D A
24
/-n- / Nanas √ Nanas
C.DORSOVELAR N S O D A Keterangan
D. LAMINOPALATAL N S O D A Keterangan
/-c/
25
/ny-/ Nyala √ Nyala
E. LABIODENTAL N S O D A Keterangan
/-v/
F.SIBILANT
N S O D A Keterangan
APICOALVEOLAR
G.GLOTAL N S O D A Keterangan
26
H. ROLL/APICO
N S O D A Keterangan
ALVEOLAR
J. KONSONAN KLUSER
N S O D A Keterangan
(KONSONAN DOBEL)
27
/st/ Stabil √ Stabil
JUMLAH 64 3 3 0 0
Keterangan :
N : Normal
S : Subitusi (penggantian)
O : Omisi (penghilangan)
D : Distorsi (pengkacauan)
A : Adisi (penambahan)
(√) : Klien meniru ucapan yang diucapkan penulis
Berdasarkan hasil Artikulasi Katergori Kata, dari 70 item tes yang diujikan,
klien mampu mengucapkan/menirukan dengan benar kata yang diucapkan penulis
sebanyak 64 item (kata), dan klien mengalami kesalahan artikulasi berupa
Substitusi 3 item (kata), Omisi 3 item (kata), Distorsi 0 item (kata) dan Adisi 0 item
(kata).
3. Sindroma yang Berhubungan dengan Suara
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang dilakukan oleh penulis diperoleh data
yang berhubungan dengan suara sebagai berikut:
a. Nada
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang dilakukan olch penulis, pada saat klien
berbicara, membaca dan menyanyi nada yang dihasilkan klien terdengar monoton.
b. Suara
28
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang dilakukan oleh penulis, pada saat klien
berbicara, membaca dan menyanyi suara yang dihasilkan klien tidak terdengar
serak (normal).
29
c. Kenyaringan
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang dilakukan oleh penulis, pada saat klien
berbicara, membaca dan menyanyi suara klien terdengar keras dan tidak nyaring.
30
b. Motorik Halus
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang dilakukan klien mampu menggambar
dan mewarnai, mampu menggenggam, mengambil dengan 2 jari dan 3 jari
menyesuaikan besar benda yang akan diambilnya.
c. Visuomotor Koordinasi
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang dilakukan penulis, diketahui bahwa
klien dapat menyusun balok serta mampu membedakan warna pada baloknya,
menggambar meskipun belum baik, mewarnai meskipun belum baik, dan dapat
memasang puzzle dengan benar.
d. Keseimbangan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, diketahui bahwa klien dapat
menaiki tangga meskipun berpegangan pada pegangan tangga.
3. Kemampuan Sensorik
a. Sensori Pendengaran/S1
Dari hasil observasi dan tes yang dilakukan penulis, saat ini klien tidak
mengalami gangguan pendengaran. Klien mampu merespon bunyi-bunyian di
sekitarnya. Dan saat namanya dipanggil, klien dapat merespon.
b. Sensor Penglihatan/S2
Dari hasil observasi dan tes yang dilakukan penulis diketahui bahwa klien
mampu melihat, membedakan dan mengetahui nama benda yang diberikan oleh
penulis, seperti balok, puzzle dan kartu fonem. Tetapi kemampuan melihat klien
terbatas, klien hanya mampu melihat berbagai obyek dalam ruangan atau
lingkungan yang mempunyai pencahayaan yang baik.
c. Sensori Taktil kinestetik/S3
Dari hasil observasi dan tes yang dilakukan penulis, diketahui bahwa
kemampuan kinestetik klien dapat bekerja dengan baik, klien bisa merasakan
sentuhan dan mampu membedakan sentuhan kasar dan halus.
d. Tingkah Laku dan Sosial
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu klien diketahui bahwa tingkah laku di
rumah cenderung pendiam. Saat di sekolah klien dapat bermain dengan teman
sebayanya. Namun saat dilingkungan rumah, klien hanya bermain sendiri atau
31
bermain dengan anak-anak dibawah usianya didalam rumah. Tidak ada komunikasi
di lingkungan rumahnya dengan anak seusianya.
e. Kesan Intelegensia
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis, klien dalam berkomunikasi
dengan baik. Klien dapat mengenal warna, tahu konsep waktu. Klien mampu
melakukan training toilet dengan baik.
f. Emosi
Berdasarkan hasil observasi/pengamatan secara langsung, emosi klien stabil,
tidak mudah marah. Dalam kesehariannya emosi klien periang, tetapi dalam
lingkungan baru, emosi klien cenderung pemalu dan pendiam.
32
3.3 Prognosa
Pemahaman lisan klien dan kemampuan klien tidak sesuai dengan usia
kalendernya (15-16 tahun). Berdasarkan hasil analisa data dan diagnosa diatas
prognosa klien ringan dengan data sebagai berikut :
33
4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental sebagai suatu kondisi dimana fungsi intelektual yang secara
signifikan berada di bawah rata-rata. Jika pengukuran fungsi intelektual dapat
dilakukan dengan tes intelegensi secara individual. Seseorang bisa dikatakan
mengalami retardasi mental jika mempunyai fungsi sosial yang lemah. Retardasi
mental haruslah di identifikasi sebagai suatu kondisi kronis yang menetap atau tidak
bisa diubah yang terjadi sebelum berusia 18 tahun.
4.2 Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
http://hanifwildanpurnama.blogspot.com/2013/11/laporan-kasus-disaudia-untuk-
memenuhi.html?m=1
https://www.halopsikolog.com/retardasi-mental-adalah-tuna-grahita/253/
http://antoekpsikologi.blogspot.co.id/2012/12/laporan-observasi-dan-wawancara-
di-slb.html
https://www.google.co.id/amp/s/twsurakarta.wordpress.com/2009/03/02/dislogia/
amp/
https://www.alomedika.com/informed-consent-bukanlah-sekedar-lembar-
persetujuan-medis
http://dosensosiologi.com/teknik-pengumpulan-data/
35