Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIK

REHABILITASI BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (RBM)


PADA MASA PANDEMI COVID-19

DI DESA GINUNGGUNG KECAMATAN GALANG KABUPATEN


TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH
TANGGAL 05 APRIL S/D 30 APRIL 2021

Disusun Oleh:
KHOFIFAH INDAH SARI
NIM. P27229018076

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Laporan Praktik RBM Semester VI


Program Pendidikan Diploma III Terapi Wicara

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN TERAPI WICARA POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI SARJANA TERAPAN TERAPI WICARA DAN BAHASA
TAHUN 2021
PERSETUJUAN

Telah Disetujui oleh Pembimbing sebagai Laporan Pelaksanaan RBM


Pada Masa Pandemi COVID-19 Mahasiswa Prodi D-III Terapi Wicara Jurusan
Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta pada:
Hari :...........................
Tanggal :...........................

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Anisyah Dewi S.F.,A.Md.TW.,M.PD Liza Laela Abida S.Tr.Kes


NIP. 919770129201801201 NIP. 919960630201901201

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
taufik, serta hidayahNya, penulis dapat melaksanakan RBM dan menyelesaikan
laporan ini dengan lancar. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Wiwik Setyaningsih, SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Terapi Wicara yang
telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membantu dan
mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan Rehabilitasi Bersumber
Masyarakat ini.
2. Roy Romey Daulas M, SST.TW, SKM, MPH selaku Ketua Prodi D-III Terapi
Wicara yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membantu
dan mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan Rehabilitasi
Bersumber Masyarakat ini.
3. Anisyah Dewi S.F.,A.Md.TW.,M.PD selaku pembimbing pertama yang telah
banyak memberikan bimbingannya kepada penulis.
4. Liza Laela Abida S.Tr.Kes selaku pembimbing kedua yang telah banyak
memberikan bimbingannya kepada penulis.
5. Semua pihak yang telah berjasa atas terselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan penulis memohon maaf
apabila terdapat pihak-pihak yang belum tercantumkan. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi institusi pada khususnya dan pihak-pihak lain yang berkaitan dalam
kepentingan ini.

Tolitoli, 30 April 2021

Penyusun

iii
Daftar ISI

Judul.................................................................................................................i
Lembar Persetujuan Pembimbing................................................................ii
Kata Pengantar...............................................................................................iii
Daftar Isi .........................................................................................................iv
Daftar Tabel....................................................................................................v
Daftar Lampiran.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan.......................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................1
2. Tujuan Kegiatan.............................................................................2
3. Gambaran Profile Lahan.................................................................3
B. Rencana Tindakan..............................................................................4
C. Implementasi Dan Evaluasi Penyuluhan............................................7
BAB II PEMBERDAYAAN KELUARGA..................................................9
A. Tujuan Teori.......................................................................................9
1. Pengertian Dan Defenisi.................................................................9
2. Etiologi/Penyebab...........................................................................10
3. Karakteristik...................................................................................12
B. Data Kasus..........................................................................................13
1. Identitas Klien.................................................................................13
2. Data Demografi Keluarga...............................................................14
3. Data Yang Berhubungan Dengan Faktor Penyebab.......................14
4. Data Yang Berhubungan Dengan Sindrome/Gejala Bahasa..........15
5. Analisa Data...................................................................................17
6. Perencanaan Therapy......................................................................18
C. Rencana Tindakan..............................................................................22
BAB III PROJECT EDUKASI......................................................................26
A. Deskripsi Alat.....................................................................................26
B. Cara Penggunaan................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel Kegiatan Penyuluhan

2. Tabel Kegiatan Pemberdayaan

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Bukti pelaksanaan penyuluhan masyarakat

2. Bukti pemberdayaan keluarga

3. Bukti penyerahan project

4. Bukti konsultasi kepada pembimbing

vi
BAB I

PELAKSANAAN PENYULUHAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Rehabilitasi adalah upaya untuk memulihkan keberfungsian orang
yang mengalami gangguan atau hambatan, baik secara fisik, mental,
psikologis, sosial, dan ekonomi sehingga dapat berfungsi kembali secara
wajar. Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) menurut Slamet (1998)
adalah “Aktivitas rehabilitasi bagi penyandang disabilitas dengan
menggunakan suber daya manusia dengan kata lain, bahwa aktivitas
rehabilitasi didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan masyarakat”.
RBM menggunakan peran masyarakat dan keluarga dengan cara mengikut
sertakan, menggerakan, atau memobilisasikan potensi sumber daya
masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut
kegiatan.
Penyandang disabilitas merupakan istilah yang digunakan untuk
penyandang cacat. Menurut Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2011
mengenai Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities
(CRPD), istilah penyandang cacat diganti menjadi istilah penyandang
disabilitas. Kondisi disabilitas mengarah kepada keterbatasan fungsi individu
di masyarakat yang disebabkan oleh kondisi hambatan/kerusakan organ
tubuh sehingga menghalangi kesempatan untuk hidup sebagaimana
masyarakat lainnya dan kemampuan untuk mengakses sumber
kemasyarakatan yang ada. UU RI No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan
CRPD menyebutkan bahwa: Penyandang disabilitas adalah orang yang
memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap

1
2

masyarakatnya dapat memenuhi hambatan yang menyulitkan untuk


berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Tujuan utama rehabilitasi dalam penelitian ini adalah membantu
penyandang disabilitas mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental,
sosial, vokasional, dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Fokus
rehabilitasi dalam penelitian ini adalah individu secara holistic dalam
konteks ekologinya, bukan hanya pada keterbatasan keterbatasan fungsional
akibat disabilitasnnya. Perspektif holistic dan ekologis mencakup aspek-
aspek fisik, mental, dan spiritual individu yang bersangkutan maupun
hubungannya dengan keluarganya, pekerjaannya dan keseluruhan
lingkungannya sebagai suatu kesatuan yang utuh.Sedikitnya ada 2 (dua)
tujuan RBM, yaitu:
Untuk memungkinkan terciptanya kemandirian (self-reliance) pada
penyandang masalah sosial, keluarga dan masyarakat dimana mereka
tinggal. RBM mengupayakan penyandang masalah sosial memiliki akses
terhadap pelayanan khusus yang mereka butuhkan, sementara mereka tetap
berada didalam masyarakat dan mendukung masayarakat mereka, serta
menikmati suatu gaya hidup seperti anggota masyarakat yang lainnya.
Mereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
diri mereka sendiri, keluarga dan masyarakat mereka.
Untuk pendidikan masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam
pengintegrasian penyandang masalah sosial. Kegiatan pendidikan
masyarakat tentang penyandang masalah sosial dari RBM ini mengupayakan
penyediaan informasi yang jelas tentang masalah yang dihadapi dan cara-
cara yang mungkin ditempuh untuk menanganinya. Sehingga sikap, harapan
dan tindakan masyarakat akan berubah, dan dapat menerima penyandang
masalah sosial sebagai bagian dari masyarakat.
Salah satu cara untuk memperoleh pengalaman yaitu dengan
melakukan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM), dimana RBM
3

ini dilaksanakandi RT. 001/ RW. 001, Kecamatan Galang, Kabupaten


Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam RBM juga diusahakan adanya
pengetahuan dan ketrampilan dari professional kepada keluarga dan
masyarakat agar mereka mau dan mampu terlibat dalam upaya membantu
kemandirian hidup difabel agar kualitas hidupnya meningkat.
2. Tujuan Kegiatan
a. Tujuan Umum
Mampu memberikan pemberdayaan masyarakat terhadap
permasalahan dengan upaya memberikan edukasi penatalaksanaan
terapi wicara pada gangguan komunikasi dan menelan.
b. Tujuan Khusus
Meningkatan pemahaman khususnya pada kasus Skrining
Keterlambatan Perkembangan Bahasa pada Anak di RT. 001/ RW. 001,
Kecamatan Galang, Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Gambaran Profil Lahan
a. Waktu
Waktu pelaksanaan RBM dilakukan pada tanggal 05-30 April
2021.
b. Tempat/Lokasi
Tempat/ lokasi RBM dilakukan di RT. 001/ RW. 001,
Kecamatan Galang, Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah.
c. Gambaran Lokasi RBM
Kondisi masyarakat RT 001/RW 001, Galang, Tolitoli yaitu
Jumlah penduduk 72 orang KK(Kepala keluarga), berdasarkan
informasi langsung dari ketua RT 001 pendidikan masyarakatnya terdiri
dari: lulus Sekolah Dasar 50%, Lulus Sekolah Menengah Pertama 40%,
lulus Sekolah Menengah Akhir/sederajat 10%, Lulus S1 10%, dan
Lulusan S2 10%. Kondisi kesehatan masyarakat dikatakan oleh bidan
desa setempat adalah 80% masyarakat perokok aktif, 10% mengalami
4

stroke , 10% diabetes dan 20% mengalami keterlambatan bahasa pada


anak-anak.
Secara umum pekerjaan masyarakat di RT 001/RW 001 ,Galang,
Tolitoli berdasarkan data dari sekertaris RT setempat yaitu: 10% PNS,
20% sebagai karyawan swasta, 20% sebagai wiraswasta 10% sebagai
buruh dan 40% wanita menjadi ibu rumah tangga.
Penyuluhan RBM dilaksanakan di lingkup RT 001/RW
001,Galang, Tolitoli Penyuluhan dilaksanakan secara daring
(WhatsApp), hal ini dikarenakan masyarakat belum diperkenankan
kesibukan masing-masing warga dan mematuhi protokol kesehatan yang
dianjurkan.
B. RENCANA TINDAKAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : Skrining Keterlambatan Perkembangan Bahasa
pada anak Penyaji : Khofifah indah sari
Sasaran : Ibu-ibu warga Rw 001,Rt 001
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Minggu, 18 April 2021
Tempat : Desa Ginunggung Rw 001 Rt 001

A. LATAR BELAKANG
Fungsi keluarga berpengaruh terhadap perilaku anak dan juga
insiden keterlambatan bicara pada anak, keluarga yang mengabaikan dan
kesibukan orangtua sehingga anak dibekali dengan gadget untuk bermain
sehingga tenang dan hal tersebut membuat kemampuan anak dalam bicara
dan bahasa tidak terlatih dengan baik (Restiyani, 2013). Seorang anak
dinilai memiliki keterlambatan bicara dan bahasa jika perkembangan bicara
dan bahasanya secara signifikan berada di bawah milestone anak
Perkembangan bicara dan bahasa anak tersebut masih dalam sekuen/urutan
5

yang benar, namun lebih lambat dari yang diharapkan. Sedangkan anak-
anak dengan gangguan bicara dan bahasa, perkembangan bicara dan
bahasanya secara kualitatif berbeda dari anak pada umumnya Hartono
(2018). Berdasarkan data dari bidan desa Rt 04 Rw 03 Tohudan prevalensi
keterlambatan bahasa pada balita 2 dari 86 orang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang “Skrining Keterlambatan
Perkembangan Bahasa pada Anak”, masyarakat dapat memahami
tentang permasalahan bahasa yang dialami anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan “Skrining Keterlambatan Perkembangan
Bahasa pada Anak”, masyarakat mampu menjelaskan kembali tentang :
a. Memahami pengertian bahasa
b. Memahami pengertian keterlambatan bahasa
c. Mengetahui tahapan skrining perkembangan bahasa anak
d. Mengetahui tahapan perkembangan menurut milestone.
C. SASARAN
Penyuluhan ini ditujukan kepada masyarakat di Ibu-ibu
POSYANDU Rt 001 Rw 001
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari, tanggal : Minggu, 18 April 2021
Waktu : 15:00 sampai selesai
Tempat : WhatsApp grup POSYANDU Rt 011
E. MATERI
1. Pengertian Bahasa
Pengertian tentang bahasa telah dkemukakan oleh para ahli.
Bloom & Lahey mengungkapkan bahasa adalah suatu kode di mana
6

gagasan / ide tentang dunia / lingkungan diwakili oleh seperangkat


lambang yang telah disepakati bersama untuk melangsungkan
komunikasi. Bahasa merupakan sarana dimana seseorang dapat
mengungkapkan ide, konsep atau perasaannya dengan menggunakan
seperangkat lambang yang telah disepekati bersama.
2. Pengertian Keterlambatan Bahasa
Keterlambatan bahasa beresiko kesulitan dalam mengembangkan
bahasa seiring bertambahnya usia. Keterlambatan bahasa yang memiliki
keterlambatan pada bahasa ekspresif dan reseptif beresiko besar hasil
yang buruk dalam pemulihan dibanding keterlambatan dengan
kemampuan pemahaman bahasa yang berada dalam kisaran normal
(Marchman & Fernald, 2013).
3. Skrining perkembangan bahasa anak
7

F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 5 menit  Salam perkenalan
 Menjelaskan kontrak dan tujuan WhatsApp

 Penyuluhan Grup

2. Pelaksanaan 40 menit  Menjelaskan tentang :


1. Pengertian bahasa
2. Pengertian keterlambatan bahasa PPT
3.skrining perkembangan bahasa anak
 Diskusi
3. Penutup 5 menit  Menutup penyuluhan dengan
kesimpulan WhatsApp
Grup

G. METODE
Ceramah dan Tanya jawab online
H. MEDIA DAN ALAT
PPT
C. Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan
1. Implementasi Kegiatan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada tanggal 18 April 2021, melalui
daring (group Whatsapp). Tema yang diangkat untuk penyuluhan
berdasarkan survey pada google form yang telah diisi oleh warga setempat.
Kegiatan dilaksanakan pada pukul 13:00-15:00 WIB, penyuluhan dilakukan
dengan bantuan powerpoint kemudian memberikan voice note kepada warga
beserta penjelasannya, tersebut berisi pengertian, skrining perkembangan
bahasa dan bicara..
2. Evaluasi Penyuluhan
8

Setelah penyuluhan dilakukan, warga menjadi lebih paham dan


mengerti permasalahan bahasa dan bicara pada autisme. Warga pun cukup
antusias untuk bertanya tentang permasalahan tersebut. Kendala saat
penyuluhan diadakan adalah menunggu warga untuk stand by saat
penyuluhan, sehingga kegiatan diundur dari waktu yang ditentukan.
BAB II

PEMBERDAYAAN KELUARGA

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian dan Defenisi
Berbicara adalah tindakan berkomunikasi dengan ekspresi artikulasi
verbal, sedangkan berbahasa adalah pengetahuan mengenai sistem simbol
yang digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal. Anak dinilai
mempunyai keterlambatan dalam berbicara jika perkembangan bicara secara
signifikan berada di bawah normal dibandingkan anak seusianya.1
Gangguan berbicara dan berbahasa adalah masalah yang sangat umum pada
anak usia 3-5 tahun.(Burhany et. al 2012). Bahasa merupakan sarana untuk
berkomunikasi antar manusia yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna
dan mampu membawakan pikiran danperasaan, baik mengenai hal-hal yang
bersifat konkret maupun abstrak.(Masitoh 2019)
Berbagai gangguan yang nampak biasanya terjadi pada umur kurang
dari 5 tahun. Saat teman-teman sebayanya sudah bisa mengucapkan kata
tertentu dia masih menggumam seperti suara nafas. Seperti contoh anak
sudah bisa mengucap beberapa kata, namun diumur tertentu menghilang,
termasuk mengoceh dari yang sebelumnya aktif menjadi pasif dan
pendiam.Gangguan bicara terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran
bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya
akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara. Gangguan bicara juga
berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut
seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan
gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara
yang “tidak normal” (sengau,serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk

9
10

mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme


motorik oral dalam fungsinya untuk bicara.(Masitoh 2019).
Gangguan dalam berbicara dapat merupakan suatu hal normal
dalam perkembangan bicara anak, namun dapat pula menjadi suatu gejala
dari gangguan psikiatri, neurologis maupun gangguan perilaku anak.
Keterlambatan dalam gangguan perkembangan berbicara dapat merupakan
gejala dari berbagai penyakit, seperti keterbelakangan mental, gangguan
pendengaran, gangguan bahasa ekspresif, kurang psikososial, autisme,
bisu elektif, afasia reseptif, dan cerebral palsy. Gangguan berbicara
dapat disebabkan sekunder karena keterlambatan dari perkembangan
atau bilingualisme. (Burhany et. al 2012)
Prevalensi gangguan bicara berupa keterlambatan bahasa dengan
kosakata ekspresif kurang dari 50 kata dan atau tidak adanya kombinasi
kata, diperkirakan terjadi pada 15% anak usia 24-29 bulan.2,4 Prevalensi
gangguan berbicara dan berbahasa bervariasi antara 1%-32% pada
populasi normal,  dipengaruhi berbagai faktor seperti usia anak, dan
metode yang digunakan untuk menegakkan diagnosis. Prevalensi
gangguan bicara pada anak prasekolah 3%-15%. (Burhany et. al 2012).
Saurina (2016) juga menyampaikan bahwa data Depkes RI pada tahun 2013 
di 
Indonesia sekitar 16% anak balita mengalami gangguan perkembangan, baik
perkembangan motoric halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan
kurang, maupun speech and language delay.
2. Etiologi / Penyebab
Menurut Masitoh (2019), penyebab keterlambatan bicara pada anak,
umumnya adalah:
a. Rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin
belajar berbicara sama baiknya seperti teman-teman sebayanya, yang
kecerdasannya normal atau tinggi.
11

b. Kurang motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat


berkomunikasi secara memadai dari dorongan orang tua/orang dewasa.
c. Terbatasnya kesempatan praktik berbicara karena ketatnya batasan
tentang seberapa banyak mereka diperbolehkan berbicara dirumah.
d. Ketidakmampuan mendorong / memotivasi anak berbicara, bahkan pada
saat anak mulai berceloteh.
e. Permasalahan ekonomi dan sosial pada keluarga misalnya: anak-anak
dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali
menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal(cepat) dan lebih
baik. Sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan
berbicara pada anak. Anak yang berasal dari golongan yang lebih
rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut
bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak
menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak

Menurut Masitoh (2019) yang dikutip Nurhidayati, dkk (2013:4) ada


beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai
berikut.

a. Faktor Medis
Faktor medis yang paling banyak berperan dalam kesulitan
belajar bahasa adalah tidak atau kurang berfungsinya sistem syaraf
pusat yang disebabkan oleh adanya cidera atau memar. Cidera atau
memar pada otak dapat terjadi karena berbagai kejadian seperti trauma
ketika ibu sedang mengandung, penggunaan obat berlebihan, kelahiran
muda (premature), benturan, fisik, dan keracunan
b. Kondisi Fisiologis
Yang dimaksud dengan kondisi fisiologis adalah kemampuan
dari organ-organ yang terkait dalam menjalankan fungsinya untuk
mendukung terhadap kelancaran anak dalam meniti tugas
12

perkembangan bicara dan bahasanya. Organ-organ


tersebut meliputi susunan syaraf (syaraf senso-motoris), kondisi organ
pendengaran dan organ bicara.
c. Kondisi Lingkungan
Lingkungan keluarga hendaknya menciptakan situasi yang kond
usif, untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bicara dan 
bahasa anak. Peran aktif orang tua atau keluarga dalam memberikan sti
mulasi verbal, dapat mendorong anak untuk lebih meningkatkan kualitas 
atau kuantitas kemampuan bicara dan bahasanya.
3. Karakteristik
Menurut Dewanti, dkk 2012 keterlambatan dalam gangguan
berbicara dapat merupakan gejala dari berbagai penyakit seperti :
a. Keterbelakangan mental
b. Gangguan pendengaran.
c. Gangguan bahasa ekspresif.
d. Kurang psikososial.
e. Autism.
f. Bisu selektif
g. Afasia reseptif
h. Cerebral palsy.
Menurut Khoiriyah, dkk 2016 karakteristik gangguan dalam berbicara yaitu :
a. Tidak banyak berbicara (cenderung pendiam).
b. Belum mampu berbicara dengan lancer.
c. Kurangnya penguasaan kosa kata.
d. Pengucapan kata yang masih keliru.
e. Pengungkapan kalimat yang tidak jelas.
f. Cadel dan serta tidak dapat fokus (konsentrasi) pada waktu yang telah
ditentukan.
13

Karakteristik diagnosis gangguan berbahasa berdasarkan DSM-5 adalah :


a. Kesulitan yang menetap untuk memperoleh dan menggunakan bahasa
pada berbagai modalitas (misalnya secara wicara, tertulis, bahasa
isyarat, atau lainnya) karena adanya kekurangan dalam pemahaman atau
produksi yang meliputi sebagai berikut:
1) Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata)
2) Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk menyusun kata
dan akhiran kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat
berdasarkan aturan tata bahasa dan morfologi)
3) Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk menggunakan kosakata
dan menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau
menggambarkan suatu topik atau serangkaian kejadian atau untuk
melakukan percakapan)
b. Kemampuan berbahasa secara bermakna dan terukur berada di bawah
yang diharapkan untuk usia yang sesuai, menyebabkan keterbatasan
fungsional pada komunikasi efektif, partisipasi social, pencapaian
akademik, atau performa dalam pekerjaan, secara individual atau dalam
kombinasi.
c. Awalan gejala adalah pada periode perkembangan awal
d. Kesulitan ini tidak disebabkan oleh gangguan pendengaran atau
gangguan sensoris lainnya, disfungsi motorik, atau kondisi medis atau
neurologis lainnya dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh hendaya
intelektual 6 (gangguan perkembangan intelektual) atau penundaan
perkembangan global.
B. Data Kasus
1. Indentitas Klien
Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi diperoleh data bahwa,
klien berinisial An. K yang sekarang berusia 5 tahun 5 bulan. Klien lahir
pada tanggal 06 Oktober 2015 dan beragama Islam .Klien bertempat tinggal
14

di desa Ginunngung, Galang, Tolitoli, Sulawesi Tengah. Klien merupakan


anak Pertama dari 3 bersaudara, klien memilik 2 adik dengan inisial An. S (1
tahun) dan An. Y (3 Bulan). Klien merupakan anak dari pasangan Ny D (29
tahun) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan Tn B (31 Tahun) yang
bekerja sebagai Petani . Klien merupakan anak yang pemalu apabila bertemu
dengan orang baru.
2. Data demografi keluarga
Berdasarkan Hasil Wawancara diperoleh data bahwa. Klien tinggal
bersama orang tuanya di Desa Ginunggung, Galang, Tolitoli, Sulawe Tengah
dan lebih banyak mengabiskan waktunya bersama orang tua dan saudaranya.
Sehingga terlihat klien terkesan menutup diri dari pergaulan di sekitarnya.
Klien memiliki saudara dengan permasalahan bahasa dan bicara. Keluarga
klien berasal dari keluarga menengah kebawah. Keluarga klien ingin
memasukan/mengikutkan anak mereka untuk menjalani terapi akan tetapi
terkendala masalah waktu dan biaya.
3. Data yang berhubungan dengan faktor penyebab
a. Riwayat kondisi sekarang
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh data
bahwa, klien sudah dapat berbicara pada tahap kata akan tetapi klien
terkesan masih lebih sering menggunakan gesture (gerak tubuh). Apa
yang klien katakan masih sulit dipahami oleh lawan bicara. Klien
terkesan pemalu ketika bertemu dengan orang baru sehingga kadang-
kadang mengabaikan/ menolak stimulus yang diberikan
b. Riwayat kondisi dahulu
1) Riwayat Pre-Natal
Berdasarkan hasil Wawancara diperoleh data bahwa ibu
mengandung pada usia 24 Tahun. Ibu mengaku tidak ada
permasalahan pada saat mengandung dan ibu juga tidak pernah
mengkomsumsi obat-obatan tertentu
15

2) Riwayat Natal
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa pada
masa persalinan bayi lahir dengan berat 3,3 kg dengan kondisi bayi
normal langsung menangis
3) Riwayat Post-Natal
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa
perkembangan motoric anak seperti ; Merangkak, Duduk, Berdiri,
dan Lari terkesan terlambat apabila dibandingkan dengan anak
seusianya. Klien tidak memiliki permasalahan kesehatan yang
serius yang membuat klien harus di rawat inap di rumah sakit
c. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
Berdasakan hasil wawancara dan observasi, Klien merupakan
anak ke-1 dari 3 bersaudara. klien memiliki adik perempuan dengan
inisial An S (1 tahun) dan adik laki-laki dengan inisial An. Y (3 bulan).
Klien merupakan anak dari pasangan Ny D (29 tahun) yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan Tn B (31 Tahun) yang bekerja sebagai
Wiraswasta. Bahasa sehari-hari yang digunakan klien adalah Bahasa
Bugis dan klien lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaa ibu dan
saudaranya. Klien merupakan anak yang pemalu apabila bertemu
dengan orang baru. Klien berasal dari keluarga menengah kebawah dan
Keluarga klien mendukung adanya tindakan pemberdayaan keluarga
yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan selama kurang lebih 60
menit dalam jangka waktu 1 bulan.
4. Data yang berhubungan dengan sindroma/gejala bahasa, wicara, suara, irama
kelancaran dan menelan.
a. Sindroma Bahasa
Berdasarkan hasil observasi dan tes diperoleh data bahwa pada
saat tes bahasa reseptif dan bahasa ekspresif menggunakan ROWPVT
dan EOWPVT, klien terkesan tidak kooperatif dan tidak merespon
16

stimulus yang diberikan sehingga diperoleh hasil bahasa reseptif klien


berada di bawah rata-rata dan bahasa ekspresif klien belum dapat di
lakukan tes dikarenakan klien tidak merespon stimulus yang diberikan.
b. Sindroma Wicara
Berdasarkan hasil Observasi dan tes diperoleh data bahwa
Respirasi Klien terskesan tidak bermasalah, klien menggunakan pola
respirasi saat inhalasi melalui nasofaring dan ekhalasi melalui orofaring.
Untuk aspek fonasi /a/ anak bisa secara spontan selama kurang lebih 10
detik. Aspek resonansi anak terkesan normal, tidak mengalami
hiponasal dan hipernasal. Pada aspek Artikulasi, belumdapat dilakukan
tes artikulasi dikarenakan anak masih menolak apabila diberikan
stimulus, akan tetapi pada fonem bilabial klien seperti ; /p/, /b/, /m/
terkesan mengalami subtitusi/omisi saat klien berbicara spontan.
Sedangkan untuk aspek prosodi terkesan normal.
c. Sindroma Suara
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa aspek suara
meliputi nada, klien terkesan normal, klien menggunakan nada ketika
mengoceh. Pada aspek kualitas terkesan normal tidak harshness,
hoarseness, maupun breathiness, dilihat ketika klien tertawa. Aspek
kenyaringan klien terkesan nyaring karena saat tertawa,berteriak, dan
mengoceh suara klien dapat didengar oleh orang-orang di sekitarnya.
d. Sindroma Irama Kelancaran
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa secara
keseluruhan dari aspek irama kelancaran baik repetition, prolongation,
maupun blocking, belum dapat disimpulkan karena klien masih
berkomunikasi pada tahp kata.
e. Sindroma Kemampuan menelan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh data
bahwa ketika klien sedang makan dan minum, kemampuan menelan
17

klien baik, klien mampu menghisap menggunakan sedotan dengan baik,


mengunyah dengan tidak meninggalkan sisa dan klien tidak mengalami
tersedak saat menelan makanan atau minuman.
5. Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh data bahwa
klien berinisial An.K yang sekarang berusia 5 tahun 5 bulan. Klien lahir
pada tanggal 05 Oktober 2015 dan beragama Islam. Klien bertempat tinggal
di desa Ginunggung, Galang, Toli-toli. Klien merupakan anak ke-1 dari 3
bersaudara, klien memiliki Adik dengan inisial An.S (1 tahun) dan An.Y (3
Bulan). Klien merupakan anak dari pasangan Ny D (29 tahun) yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan Tn B (31 Tahun) yang bekerja sebagai
Wiraswasta. Klien merupakan anak yang pemalu apabila bertemu dengan
orang baru. Klien sudah dapat berbicara pada tahap kata akan tetapi klien
terkesan masih lebih sering menggunakan gesture (gerak tubuh). Apa yang
klien katakan masih sulit dipahami oleh lawan bicara.
Pada Riwayat natal, Bayi lahir dengan kondisi normal dengan berat
badan 3,3 kg.
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien adalah Bahasa Bugis dan
klien lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaa ibu dan saudaranya.
Klien lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sehingga terkesan klien
tidak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Klien berasal dari
keluarga menengah kebawah. Menurut Masitoh (2019) Permasalahan
ekonomi dan sosial pada keluarga misalnya: anak-anak dari golongan yang
lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka
(anak) belajar berbicara lebih awal(cepat) dan lebih baik. Sangat kurang
kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak. Anak
yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak
mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan
18

waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu


perkembangan bicara pada anak.
Berdasarakan hasil tes ROWPVT kemampuan bahasa klien berada di
bawah rata-rata sedangkan untuk tes EOWPVT belum dapat di lakukan
dikarenakan klien tidak kooperatif dan menolak stimulus yang diberikan.
Pada aspek artikulasi, klien terkesan melakukan subtitusi/omisi pada
konsonan bilabial seperti /p/, /b/, dan /m/
a. Diagnosis
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa klien An.K dapat di
diagnosis keterlambatan bahasa dan bicara
b. Prognosis
Berdasarkan Analisis data dapat disimpulkan bahwan prognosis
klien baik apabila melihat limitasi dan asset yang dimiliki oleh klien
6. Perencanaan Terapi
a. Tujuan Jangka Panjang
1) Meningkatkan bahasa reseptif anak sesuai dengan usia
perkembangan
2) Meningkatkan bahasa ekspresif anak sesuai dengan usia
perkembangan
3) Meningkatkan kemampuan produksi artikulasi anak sesuai dengan
usia perkembangan nya.
b. Tujuan Jangka Pendek
1) Agar klien mampu memahami kategori anggota tubuh dengan
tingkat keakuratan 60% selama 3 sesi terapi secara berturut-turut.
2) Agar klien mampu menamai kategori anggota tubuh dengan tingkat
keakuratan 60% selama 3 sesi terapi secara berturut-turut.
3) Agar anak mampu memproduksi fonem bilabial dengan tingkat
keakuratan 80% selama 3 sesi terapi secara berturut-turut
19

c. Materi Terapi
1) Latihan memahami kategori anggota tubuh hidung, telinga, mata,
tangan , kaki, kepala, rambut, gigi
1) Latihan menamai kategori anggota tubuh hidung, telingah, mata,
tangan, kaki, kepala, rambut, dan gigi.
2) Latihan produksi artikulasi fonem bilabial menggunakan flash card
kategori anggota tubuh hidung, telingah, mata, tangan, kaki, kepala,
rambut, dan gigi
d. Metode Terapi
Dalam melaksanakan terapi tentu sangat dibutuhkan suatu
metode untuk melaksanakan program yang telah dibuat. Adapun metode
yang digunakan selama proses terapi adalah drill.
1) Metode Drill
a) Sumber Metode
Penjelasan mengenai metode drill berasal dari buku
Language Disorder from Infancy Through Adolescence
Assessment & Intervention. Second Edition, oleh Shriberg dan
Kwiatkowski (1982) dalam Paul (2001).
b) Dasar Pemikiran
Drill secara umum didefinisikan sebagai salah satu dari
berbagai aktivitas klinis yang didalamnya terdapat tingkatan
pada strukturnya. Struktur tertinggi dalam kerangkanya adalah
drill.
c) Tujuan Metode
Tujuan dari metode drill ini adalah agar klien mampu
memahami kata benda berdasarkan metode terapi yang
dilaksanakan setelah itu diharapkan klien mampu memberikan
respon sesuai instruksi atau stimulus yang diberikan oleh
penulis.
20

d) Langkah- Langkah Metode


Langkah langkah metode drill antara lain:
(1) Memberikan instruksi kepada klien tentang respon yang
benar dan memberi stimulus untuk latihan, seperti
pengenalan kata benda kategori peralatan makan dan
pengucapan “papapa, bababa, mamama” yang dilakukan
secara berulang. Stimulus yang diberikan sesuai dengan
tujuan dan dikontrol.
(2) Memberikan bantuan (prompts) untuk memberitahu
kepada klien cara merespon dengan benar, contohnya
meniru. Ketika prompts diberikan, klien diharapkan
membari respon terhadap stimulus yang diberikan.
(3) Penggunaan prompts secara bertahap akan dikurangi
apabila klien mampu merespon dengan benar.
(4) Jika salah satu respon sesuai dengan yang diharapkan,
maka klien mendapatkan hadiah (reward) sebagai
penguat (reinforcement) dengan pujian secara verbal,
tepuk tangan ataupun tos.
(5) Motivating Event juga diberikan apabila terapi sudah
dilaksanakan, penulis akan mengajak klien untuk
melakukan permainan menggunakan puzzle yang
berfungsi sebagai suatu motivasi untuk klien.
2) Phonetic Placement
a) Sumber Metode
Metode ini diambil dari buku yang berjudul Clinical
Management of Articulatory and Phonologic Disorder Second
Edition karya Curtis E. Weiss, Mary E. Gordon, dan Herold S.
Lillywhite tahun 1987.3)
21

b) Dasar Pemikiran
Menurut Scripture (1923) untuk dapat menggunakan
alat wicara secara benar, seseorang harus merasakan gerakan-
gerakan dan mendengarkan bunyi selagi memproduksi.
Seseorang yang mempunyai penyimpangan artikulasi harus
mengembangkan kemampuan penempatan artikulator-
artikulator tersebut pada posisi apa saja yang diperlukan
untuk tujuan bicara.
c) Tujuan Metode
Secara implisit tujuan dari metode ini adalah
memperbaiki bunyi-bunyi artikulasi. Dimulai dari
memproduksi bunyi secara satuan, selanjutnya
dikembangkan menjadi suku kata, kata, frase, kalimat dan
persiapan untuk dialog
d) Langkah Langkah Metode
(1) Dimulai dengan memproduksi bunyi secara satuan, tounge
spatel untuk menggerakkan atau menahan artikulator pada
tempatnya.
(2) Memanipulasi artikulator dengan menggerakkan jari
praktikan.
(3) Memberi instruksi dan penjelasannya.
(4) Indikator nafas (aliran udara) untuk mulut dan hidung.
(5) Rekaman grafik seperti spectrogram.
e. Alat Terapi
Alat Terapi yang digunakan selama proses terapi yaitu flash card
kategori anggota tubuh (hidung, telingah, mata, tangan, kaki, kepala,
rambut, gigi)
22

C. Rencana Tindakan

TINDAKAN PEMBERDAYAAN KELUARGA


Nama Mahasiswa : Khififah Indah Sari
Sasaran : Keluarga Tn B
Tempat : Desa ginunggung RT 001 RW 001 Kota Lama
A. RINGKASAN PERMASALAHAN KLIEN
Berisi tentang ringkasan permasalahan klien sampai dengan perencanaan
program terapi yang telah ditetapkan.
Nama inisal An.K jenis kelamin laki-laki tinggal bersama orang tua, orang tua
klien bernama Ny.D dan Tn. B, saat ini klien berusia 5 tahun 5 bulan dengan
kondisi Keterlambatan bahasa dan bicara. Kondisi klien saat ini mampu
berkomunikasi pada tahap satu kata dengan kemampuan bahasa reseptif klien
yang berada di bawah rata-rata, dan pada saat bicara, fonem /p/, /b/ ,/m/ terkesan
mengalami subtitusi dan/ omisi saat berbicara spontan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pemberdayaan keluarga, tentang intervensi terapi
wicara pada An.T dengan kasus Keterlambatan Bahasa dan bicara di Desa
Ginunggung RT 001 RW 001 Kota lama, diharapkan keluarga mampu dan
memliki gambaran tentang intervensi terapis wicara pada kasusu
keterlambatan bahasa dan bicara.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pemberdayaan keluarga An.K dengan intervensi terapi
wicara pada kasus keterlambatan bahasa dan bicara, keluarga mampu :
a. Memahami defenisi dari keterlambatan bahasa dan bicara
b. Memahami ciri- ciri dan penyebab keterlambatan bahasa dan bicara
c. Memahani program- program yang menunjang anak dalam
melaksanakan terapi mandiri kedepannya.
C. SASARAN
23

Pemberdayaan ini diberikan kepada keluarga Tn.B untuk kasus keterlambatan


bahasa dan bicara pada An.K
D. KEGIATAN PEMBERDAYAAN

No Masalah Tindakan Tanggal Pelaksanaan


1. Ketidakahuan klien dan - Pengkajian TW
keluarga mengenai 18 April 2021
keterlambatan bahasa - Penentuan Plan of
dan pola asuh yang Action pada kasus
benar terhadap tumbuh keterlambantan
kembang anak bahasa dan bicara

2. Ketidakmampuan klien - Latihan Menamai 20 April 2021


dalam keterlambatan Kategori anggota 22April 2021
bahasa dan bicara pada tubuh 24 April 2021
bahasa reseptif dan - Latihan memahami 27 April 2021
ekspresif yang tidak kategori anggota
sesuai dengan usia tubuh dengan intruksi
kronologis dan “ambil”
ketidakjelasan saat - Latihan Produksi
memproduksi fonem fonem /p/, /b/, /m/
bilabial
3. Ketidaktahuan keluarga - Memberikan edukasi 28 April 2021
mengenai kasus tentang stimulasi yang
keterlambatan bahasa bagus diberikan
dan bicara dan kepada anak untuk
kurangnya keterlibatan meningkatkan
keluarga dalam dalam kemampuan bahasa
proses intervensi dan bicara anak
- Memberikan  contoh
24

cara intervensi
sederhana pada keluar
ga tentang kasus
keterlambatan bahasa
dan bicara

E. METODE
Metode yang digunakan untuk pemberdayaan adalah drill untuk
kemampuan bahasa dan phonetic placement untuk kemampuan bicara
F. MEDIA DAN ALAT
Media dan alat yang digunakan untuk pemberdayaan
Flash card kategori anggota tubuh.
D. Implementasi dan Evaluasi Pemberdayan
Ketidaktahuan keluarga dan klien Tn. B mengenai permasalahan yang
dialami oleh An.K dengan kasus keterlambatan bahasa dan bicara. Untuk
menambah wawasan keluarga Tn.B mengenai kasus keterlambatan bahasa dan
bicara. Praktikan memberikan pemberdayaan kepada keluarga Tn.B dengan
memberikan intervensi sederhana kepada An T dan mencontohkan nya ke
keluarga Tn B dengan harapan kedepannya Orang tua dapat memberikan terapi
mandiri ke anak sehingga perkembangan anak bisa lebih baik.
Beberapa Hambatan yang dialami oleh praktikan dalam melakukan
pemberdayaan ke keluarga Tn.B seperti kesulitan melakukan observasi dan tes
dikarenakan anak masih belum kooperatif pada pertemuan ke 1 & 2. Selain
daripada itu Keluarga Tn.B mau terbuka dan bekerja sama mengikuti
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sehingga praktikan berharap kondisi
An. K kedepannya bisa lebih baik.
25
BAB III
PROJECT EDUKASI

A. Deskripsi Alat
Salah satu alat pelindung diri yang digunakan yaitu handscoon sedangkan
media terapi yang digunakan yaitu meja, kursi, bolpoint, kertas, leaflet PPT dan
flashcard kategori Hewan dan ALFABET . Media flashcard terdiri dari hewan
sapi , kucing , kambing, kelinci , kuda. Dan Flashcard kategori Alfabet yaitu A,
B, ,C,D ,E, F terapis untuk dibawa kemana-mana, diameternya tidak terlalu besar
sehingga dapat disimpan di dalam saku, dapat dibuat sendiri sesuai kebutuhan
klien, flashcard dapat diaplikasikan pada permasalahan gangguan bicara.
Flashcard dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif, dengan media tersebut klien dapat memahami benda dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Cara Penggunaan
Langkah pertama memposisikan klien pada tempat duduk yang sudah
disediakan, selanjutnya lakukan pendekatan kepada klien dengan berjabat tangan.
Ajak bermain dahulu menggunakan puzzel supayaa klien tidak merasa takut,lalu
masuk ke materi menggunakan flashcard kategori hewan dan kategori alfabet,
untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif. Ambil flashcard kategori
anggota tubuh mata dan hidung lalu terapis meminta untuk mengidentifikasi sapi,
sebelum nya terapis memberitau semua binatang yang ada di kategor, semisal
kilen bisa melakukan apa yg terapis instruksikan maka klien berhak
memdapatkan reward yang itu berupa tos, lalu kategori alfabet klien di mitan
untuk mengidentifikasi misal tunjuk huruf C dan di sebelah nya ada pengecoh
yaitu huruf M, semisal klien mamapu mengikuti intruksi dari terapis maka klien
berhak mendapaatkan reward yaitu berupa htos dari terapis, terapis mengulang

26
27

intruksi yang tadi di berikan sampek 3 kali berturut-turut sampek klien mengalami
konsisen.
28

DAFTAR PUSTAKA

Burhany., ET.al.1996. Disartia-Apraksia Verbal Deskripsi, Pemeriksaan. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Froma, P, R. Dan Collen, K, W. 2015. Treatment Resuarce Manual Of Speech


Language Pathology. 5 ed. New York: Cangege Learning

Iskandar, J., 2011. Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: Andi Offset

Marchman., Dan Femaid. 2013. Faktor Resiko Penyebab Autis Dan Usia Produktif.
Profesi, Volume 10, pp. 52-56.

Masitoh. 2019. Perbedaan Resiko Stroke Berdasarkan Faktor Resiko Biologi Pada
Usia Produktif. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(1), pp. 113-125.

Anda mungkin juga menyukai