IDENTIFIKASI
A. Landasan Teoritis
berkaitan dengan gangguan atau kerusakan mental. Yang dapat menyebabkan tidak
sempurnanya wicara berupa artikulasi, bahasa, suara, dan irama kelancaran atau
komunikasi verbal akibat adanya gangguan atau kerusakan mental yang kemudian
akan menimbulkan gangguan artikulasi berupa Substitusi, Omisi, Distorsi, dan Adisi
wicara. Penyebab kerusakan mental antara lain fungsi ingatan dan fungsi intelektual
sangat mundur.
mental.
Dari definisi kedua tentang Dislogia memberikan pemahaman bahwa Dislogia
lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial.
Untuk kondisi yang diakibatkan gangguan intelektual serta kesulitan dalam adaptasi
Deficiency) mengutip dari Grossman (1973) tentang definisi Mental Retardasi yaitu:
The American Association of Mental Deficiency defines Mental Retardation more
berfungsi di bawah rata-rata, yang bermula sewaktu masa perkembangan dan disertai
2) Penyebab
Menurut Lumbantobing dalam bukunya Anak dengan Mental Terbelakang (199:19-
3) Karakteristik
a) Menurut Curtis E. Weiss :
Symptoms of mental retardation :
Indistinct articulation
Omissions, substitutions, and distortions of phonemes
Faulty juncture
Delayed language development
Voicing errors
Impaired intelligibility
Tongue thrust, drooling, or incorrect tongue carriage
Inferior voice quality and inflection
Slowed speaking rate
Higher prevalence of dysfluency and hearing problems
Longer stimulus-response latency period
Poor retention and carry-over abilities
Poorer physical coordination especially of the articulators
Social adjustment problems
Academic problems
Diffuse brain damage
( Curtis E. Weiss. 1987. 249 )5
Artinya :
5
a) Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara langsung dengan orang tua klien
yakni ibu klien di Klinik Bina Wicara Vacana Mandira, dalam hal ini ibu klien
pertanyaan sesuai dalam format wawancara umum dari Klinik Bina Wicara Vacana
Mandira. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh data yang terkait
dengan masalah klien yaitu mengenai identitas klien, riwayat ibu saat kehamilan dan
kelahiran klien, riwayat setelah kelahiran klien, riwayat perkembangan motorik klien,
riwayat perkembangan bahasa bicara klien, riwayat perilaku anak dan hubungan
sosial, serta riwayat keluarga. Hasil wawancara tersebut direkam menggunakan alat
b) Observasi
mengamati langsung kondisi objek yang ditelitinya. (Titi Priyono. 2006. 8)17
7
Dalam hal ini penulis melakukan observasi tanpa dikondisikan oleh penulis dan juga
melakukan pemeriksaan dengan diberi stimulus oleh penulis secara langsung terhadap
klien di dalam ruangan terapi Klinik Bina Wicara Vacana Mandira dengan
menggunakan format observasi dan pemeriksaan umum dari Klinik Bina Wicara
Vacana Mandira. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
diantaranya reseptif dan ekspresif, kemampuan wicara klien diantaranya fone dan
organ bicara klien, kemampuan pernafasan klien, tingkah laku klien, dan kesan
langsung dengan obyek yang diamati dengan menggunakan format yang telah
c) Tes
Test adalah suatu alat yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan terhadap
Tes yang dilakukan untuk keperluan pemeriksaan gangguan bahasa, wicara, suara,
dan irama kelancaran. Dalam hal ini yang melakukan tes adalah penulis (tester)
8
format yang telah ditetapkan. Adapun tes yang penulis gunakan dan lakukan sebagai
berikut :
Tes ini dilakukan penulis kepada klien untuk mengetahui kemampuan organ wicara
klien dengan cara memeriksa struktur dan fungsi organ wicara klien dengan
menggunakan format pemeriksaan alat wicara yang terdiri dari pemeriksaan : bibir,
gigi, lidah, langit-langit keras, palatopharynx, fauces, nasal cavities, pergerakan oral
yang disengaja dan melakukan gerakan yang disengaja. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui struktur dan fungsi organ artikulasi klien, apakah normal atau ada
2. Tes Artikulasi
Test artikulasi dilakukan dengan cara, meminta klien untuk menirukan ujaran kata
yang diucapkan oleh penulis sesuai dengan materi tes yang ada dalam format tes
artikulasi. Materi tes ini berjumlah 70 item dan materi tes ini belum
data mengenai kemampuan klien pada segi artikulasi dalam tingkat fonem,
hal. 58)
9
Penulis melakukan tes ini kepada klien dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
pemahaman bahasa klien terhadap stimulus verbal yakni dari penulis. Tes ini terdiri
dari 101 butir tes, kategori bahasa yang dinilai oleh butir pada jenis kata, morfologi,
kategori tata bahasa, dan struktur sintaksis yang sesuai dengan materi yang terdapat di
dalam format tes. Tes ini dilakukan secara langsung berhadapan antara penulis
dengan klien, kemudian penulis membacakan stimulus verbal lalu klien menunjuk
gambar yang benar pada buku tes tersebut sebagai tanggapan atas rangsangan verbal
dari penulis. Klien dianggap paham apabila ia mampu menunjuk gambar sesuai
Tes DDGKB penulis lakukan terhadap klien untuk mendeteksi gangguan kemampuan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada pada buku. Adapun materi tes ini terdiri
dari materi tes usia 6 bulan sampai 7 tahun, penulis melakukan tes sesuai dengan usia
5. Studi Dokumen
Dalam hal ini penulis melakukan studi dokumen yang bertujuan untuk memperoleh
Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan tes maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Identitas
Pekerjaan : PNS
Pekerjaan : Karyawati
No. Hp : 087882878334
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan ibu klien didapat data bahwa pada saat
mengandung klien ibu berusia 35 tahun. Ibu tidak pernah minum obat-obatan kecuali
obat dari resep dokter berupa vitamin Polit Acid dan Obimin AF. Ibu meminum
vitamin tersebut dari awal kehamilan sampai dengan 9 bulan, tetapi pada awal
mual ditambah lagi emosi ibu yang labil dan setelah 3 bulan sudah tidak mual dan
emosi ibupun stabil. Proses kelahiran dibantu dokter dengan cara Caesar pada usia
kandungan 9 bulan karena menurut dokter faktor usia ibu yang sudah tua, padahal
pada saat itu ibu belum ada reaksi apa-apa. Setelah lahir klien mengalami menggigil
kedinginan disertai kejang dan beberapa saat dari setelah lahir klien tidak mau minum
ASI ataupun susu sama sekali sampai 3 hari. Bayi kuning dengan kadar bilirubin
sekitar 12 mg/dl tetapi tepatnya ibu lupa, kemudian klien dimasukkan ke dalam
inkubator selama 2 hari. Pada saat klien berusia 6 bulan, mengalami panas tinggi
selama 1 minggu setelah diimunisasi DPT 3 dan Polio 3. Pada uisa 7 bulan klien sakit
panas mencapai suhu 38oC disertai kejang selama < 5 menit, kemudian dibawa ke R.S
Siloam Graha Medika diberi stesolit di duburnya oleh dokter dan kemudian dilakukan
pemeriksaan EEG hasilnya klien memiliki gejala epilepsi. Setelah itu mendapat resep
obat dari dokter berupa Nootropil dan Depakot harus rutin diminum selama 6 bulan
tetapi ibu hanya meminumkan kepada klien selama 1 bulan saja. Dari usia 7 bulan
12
sampai dengan 4 tahun klien sudah mengalami kejang demam sebanyak 5 kali tetapi
dalam rentang waktu yang lama. Pada usia 4 tahun sampai sekarang klien rutin
minum obat kejang, dan selama minum obat tersebut klien tidak pernah mengalami
kejang lagi. Dari hasil penuturan ibu klien, klien sering sakit-sakitan seperti diare,
batuk-batuk, dan flu dari kecil hingga saat ini. Apabila klien stess dan trauma karena
suatu hal akibatnya klien tidak mau makan dan minum, kemudian klien selalu di
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan, tes, dan studi
Sebelum klien diterapi belum dapat mengeluarkan 1 katapun. Dari hasil pengamatan
penulis, diketahui bahwa klien hanya mampu mengujar /a/, /e/ dan konsonan /b/, /y/.
Sedangkan kemampuan klien dalam segi fonem, klien hanya memproduksi 1 kata
yaitu /bey/ untuk /bel/. Penulis melakukan tes artikulasi dengan jumlah sebanyak 59
item dari 70 item yang tersedia dalam format, dilakukan dengan cara meniru ujaran
penulis dan hasilnya klien tidak ada respon sama sekali. Dari hasil tes artikulasi
13
diatas, diketahui bahwa dari 59 item yang diteskan kepada klien hasilnya semua
Untuk kemampuan organ bicaranya dari hasil pengamatan penulis di luar ruang
dan kiri, serta menjilat bibir. Berdasarkan hasil Pemeriksaan Alat Wicara struktur
organorgan artikulasi klien seperti: bibir, gigi, lidah, langit-langit keras, dan nasal
cavities normal, untuk fungsi dari organ-organ artikulasi tidak dapat diperiksa karena
klien tidak merespon instruksi dari penulis. Sedangkan pergerakan oral yang
disengaja dilakukan sesuai dengan format PAW yang telah disediakan, dari 20 item
yang diperintahkan penulis klien mampu merapatkan gigi sekali dan tersenyum tetapi
menggigit bibir bawah, bersiul, menjilat bibir, mendahak, menggerakan lidah keluar
Diketahui data bahwa perkembangan bahasa klien pada tahap reflek vocalization kira-
kira usia 3 bulan tetapi sewaktu klien masih bayi jarang menangis, pada tahap
14
babbling 24 bulan, lalling 24 bulan, echolalia 36 bulan, dan true speech 36 bulan.
Berdasarkan hasil pengamatan dari segi reseptifnya, saat diminta oleh terapis untuk
menunjuk gambar /bis/, /kereta api/, /becak/, dan /pesawat terbang/ klien menunjuk
gambar sesuai yang diperintahkan dengan benar. Begitu pula ketika diminta terapis
untuk menunjuk kipas angin, Bu Amenah, tempat pensil syuni klien merespon
dengan cara melirik ke arah benda yang diperintahkan. Saat diminta oleh penulis
/apel/, /anggur/, dan /terong/ klien mengambil sesuai yang diperintahkan penulis
dengan benar tetapi dengan stimulus yang diulang-ulang dari penulis. Tetapi saat
penulis perintahkan untuk ambil bola kemudian berikan ke ibu Amenah terus syuni
duduk disini!, klien hanya diam tidak merespon walaupun perintahnya diulang-ulang
oleh penulis. Untuk kemampuan ekspresif dari hasil pengamatan penulis, saat diminta
terapis untuk meniru /bis/ dan /becak/ klien tidak merespon sama sekali. Dan ketika
diminta oleh penulis untuk menceritakan dari gambar situasi di Kebun binatang, klien
tidak mampu menceritakan situasi dari gambar tersebut walaupun sudah diberi sedikit
rangsangan dari penulis dan klien cenderung melihat gambarnya saja. Penulis
meminta klien untuk meniru pada tingkat suku kata seperti /ma-ma/ dan /a-yah/ klien
diam saja dan tidak merespon. Saat ditanya sesuatu oleh penulis maupun terapis
iya atau hanya menggeleng-gelengkan kepala saja untuk tidak seperti syuni mau
mampu berkomunikasi secara verbal hal ini juga diperkuat dalam hasil wawancara
15
dengan ibu klien bahwa sebelum diterapi jika klien menginginkan sesuatu klien
menunjuk sesuatu yang diinginkan seperti ingin pipis, minum, dan makan contohnya
seperti ingin minum klien membuka mulutnya hh , ingin pipis klien memegang
celana, apabila ingin makan klien membuka mulutnya dan bunyinya a.... Penulis
ini dilakukan untuk mengukur kemampuan berbahasa klien, dimana tes DDGKB
terdiri dari 2 aspek yaitu kemampuan lisan dan pemahamam lisan. Tes DDGKB
dilakukan sesuai dengan umur klien yaitu pada bagian usia 5 - 6 tahun dengan 8 item
tes di dalamnya diketahui bahwa kemampuan klien tidak sesuai dengan usia klien
saat ini 5 tahun 3 bulan. Untuk lebih jelas mengenai hasil pelaksanaan tes DDGKB
Nilai Nilai
No Usia Anak Pemahaman Lisan Kemampuan Lisan
+/- +/-
kualitas) mengklasifikasi)
Keterangan Tabel
+ : mampu
- : tidak mampu
Penulis juga melakukan Tes Pemahaman Bahasa Secara Auditori sebanyak 20 butir
dari 101 butir yang tersedia dalam format karena klien tidak respon sama sekali
sampai butir yang ke-20. Adapun 20 butir tersebut terdiri dari 9 butir kata benda, 1
butir bilangan, 1 butir pemerian kata benda, dan 5 butir kata sifat. Adapun hasil dari
tes Pemahaman Bahasa Secara Auditori dapat dilihat pada tabel berikut :
No.
No. Butir Butir Hasil
Urut
Dari hasil tes pemahaman bahasa secara auditori di atas, diketahui bahwa 20 butir
dari 101 butir yang tersedia klien hanya diam saja tidak ada respon sama sekali.
suara klien pada unsur nada tidak monoton saat mengucapkan kata /bey/, pada unsur
18
kenyaringannya nyaring saat mengujar kata /bey/ pada jarak 1 meter, sedangkan
unsur kualitasnya tidak hipernasal dan hiponasal dan juga tidak serak. Penulis juga
melakukan pemeriksaan suara yang meliputi unsur suara yaitu: nada, kualiatas dan
a) Nada
Pada unsur nada belum dapat diketahui karena kemampuan verbal klien sangat
terbatas. Karena dari pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis, klien
hanya mampu mengujar 1 kata saja. Saat bernyanyi balonku, tidak terdengar jelas
b) Kualitas
Saat bernyanyi balonku unsur kulitasnya tidak hipernasal dan hiponasal dan juga
c) Kenyaringan
Selain itu juga, penulis melakukan pemeriksaan pernapasan yang meliputi unsur
pernapasan yaitu: cara dan pola pernapasan, tekanan aliran udara, serta ritme
Tes ini dilakukan dengan cara memegang antara bagian dada dan perut pada saat
klien bernafas biasa, hasilnya diketahui bahwa klien menggunakan pola pernafasan
campuran dominan perut dan bernafas melalui hidung baik saat inhalasi maupun
ekshalasi.
Tes ini dilakukan dengan cara klien diminta untuk meniup lilin ataupun tisu dengan
jarak 30 cm dengan posisi mulut sejajar dengan lilin ataupun tisu yang diletakkan di
atas meja dan dilakukan dengan 3 kali kesempatan dan hasilnya sebagai berikut:
(a)Meniup lilin
Meniup lilin Tidak padam Tidak padam Tidak padam Tidak padam
Meniup tisu Tidak Jatuh Tidak Jatuh Tidak Jatuh Tidak Jatuh
c) Ritme pernafasan
Untuk mengetahui ritme pernafasan klien, penulis melakukan tes ritme pernafasan,
dilakukan selama 60 detik dengan cara merasakan ekshalasi dan inhalasi klien saat
posisi klien tidur terlentang. Berikut tabel hasil tes ritme pernafasan klien:
Dari table di atas diketahui bahwa ritme pernafasan klien rata-rata 31,6 bpm.
Dari pengamatan penulis belum dapat diketahui irama kelancaran klien karena
kemampuan verbal klien sangat terbatas, tetapi pada saat klien mengujar kata /bey/
tidak ada pengulangan, tidak terputus-putus dan tidak ada penghentian. Pada saat
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi umum baik klien secara fisik tidak memiliki
kecacatan tetapi ukuran kedua kakinya kecil tidak seperti anak seusianya. Klien tidak
memakai alat bantu seperti Alat Bantu Dengar, kacamata, sepatu khusus maupun
kursi roda. Bentuk gigi klien kecil-kecil berwarna cokelat serta struktur giginya
jarang dan berantakan. Pada saat pertama kali penulis bertemu dengan klien, lidahnya
21
besar, klien drooling dan salah penempatan ujung lidah klien menjulur ke arah depan
motorik klien dimulai dari tengkurap 4 bulan, merangkak 8 bulan, duduk 12 bulan,
berdiri 36 bulan, dan berjalan 36 bulan. Klien mampu berdiri dan berjalan karena
diterapi di Fisioterapi selama 1 bulan dan dilatih terus di rumah dengan ibunya.
Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan penulis terhadap klien
diketahui bahwa:
kasar klien terkesan kurang baik. Hal ini terlihat saat klien tidak mampu
melambungkan bola karet besar ke arah terapis. Penulis meminta klien untuk lompat
dari atas kursi, klien hanya diam saja tidak merespon. Ketika diminta oleh penulis
untuk melompat dengan bergantian kaki, klien juga diam saja tidak merespon.
Kemampuan motorik halus klien terkesan kurang baik, hal ini terlihat pada saat klien
melakukan tos dengan terapis tidak ada kekuatan sehingga tosnya tidak ada bunyinya.
masih berupa coret-coretan garis. Ketika diminta untuk menangkap bola, klien tidak
mampu menahan kedua tangannya untuk menangkap bola sehingga bolanya jatuh.
c) Visuomotor Koordinasi
memasukkan tali ke lubang papan jahit berbentuk baju tetapi tidak sampai selesai.
Penulis meminta masukkan uang koin ke lubang celengan, klien memasukkan uang
koinnya satu per satu sampai habis. Tetapi saat diminta untuk memasukan kancing ke
d) Keseimbangan
Untuk keseimbangan klien terkesan kurang baik, pada saat di luar ruang terapi klien
Ketika diminta untuk berjalan di satu garis lurus, salah satu kaki klien keluar dari
garis dan badannya goyang-goyang seperti ingin jatuh. Penulis meminta klien untuk
jongkok dan klien melakukannya dengan cara pegangan terapis sampai hitungan
sepuluh.
e) Lateralisasi
Untuk lateralisasi berdasarkan pemeriksaan terlihat klien lebih sering menggunakan
tangan kanan, dilihat saat klien membuka pintu, mengambil tas dan tempat pensil,
a) Pendengaran
23
terhadap klien, didapat pada tahap sensasi: klien mencari bunyi ketika penulis
membunyikan lonceng di bawah meja, pada tahap persepsi: klien dapat membedakan
bunyi lonceng dan kerincingan, sedangkan pada tahap meaning: klien menunjuk
b) Penglihatan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, klien terus menerus melihat ke arah penulis
ketika penulis berada di dalam ruangan. Saat penulis melakukan pemeriksaan, pada
tahap sensasi: klien melihat kartu gambar hewan dan miniatur hewan ketika penulis
meletakkannya di atas meja. Pada tahap persepsi: klien mampu menyamakan miniatur
hewan dengan kartu gambar hewan seperti /anjing/, /angsa/, /ayam/, /kucing/, dan
/kuda/ dengan benar sesuai perintah penulis. Pada tahap meaning: klien paham saat
diminta untuk menunjuk kartu gambar /anjing/, /angsa/, /ayam/, /kucing/, dan /kuda/.
c) Taktil Kinestetik
badannya ketika dikelitiki oleh terapis. Pada saat penulis melakukan pemeriksaan
terhadap klien, pada tahap sensasi: ketika klien diminta untuk memegang amplas dan
persepsi: klien tidak mampu membedakan rasa kasar dan halus. Pada tahap meaning:
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu klien, diperoleh data bahwa sehari-hari
klien dekat sekali dengan ayahnya. Penyesuaian diri terhadap lingkungan di rumah
dan di sekolahnya kurang baik, tetapi apabila klien sudah dekat dan kenal lama
dengan orang lain klien mau bermain dengan teman-temannya. Hobi klien adalah
bernyanyi walaupun pengucapannya tidak bisa dan tidak dimengerti orang lain. Dari
penuturan ibu klien, apabila klien marah karena keinginannya tidak dituruti ia suka
memukul-mukul kepalanya sendiri dan pernah memukul kepala orang lain tanpa
sebab. Dari hasil pengamatan penulis, klien memiliki kontak mata ketika belajar dan
memperhatikan terapis dan penulis. Klien kooperatif saat bermain dan mengerjakan
perintah terapis sedangkan saat penulis ajak bermain dan beri perintah klien kurang
kooperatif. Klien kurang tertarik dengan mainan, pada saat diberikan boneka barbie
klien menolaknya. Sifatnya yang pemalu dan sensitif terhadap orang lain, maka klien
sulit sekali untuk beradaptasi dengan orang baru. Pada saat penulis mendekatinya
klien kurang nyaman seperti ingin menangis karena ada orang baru (penulis) dan
tangannya.
Saat diberikan puzzle berbentuk jam oleh terapis, klien menyelesaikannya dalam
waktu 10 menit tetapi ada 3 potong yang salah kemudian dibantu oleh terapis.
Berdasarkan kemampuan anak usia 5 tahun dari segi reseptif dan ekspresif,
menyelesaikan puzzle, respon terhadap stimulus, serta tes balok diperoleh kesan
Dari hasil wawancara, ibu klien pernah memeriksakan klien ke dokter ahli saraf
berupa USG dan EEG. Untuk USG menurut dokter baik tetapi untuk hasil EEG klien
1. Analisa data
Dari sejumlah data yang diperoleh melalui wawancara, pengamatan, dan tes serta
ditunjang dengan keterangan data ahli yang terkait maka ada beberapa data yang
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan ibu klien didapat data bahwa pada saat
mengandung klien ibu berusia 35 tahun. Menurut penulis, kehamilan di usia 35 tahun
untuk kehamilan anak pertama merupakan kehamilan resiko tinggi karena pada ibu
yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta
26
kandungan dan kemungkinan bisa melahirkan anak dengan retardasi mental. Hal ini
didukung pula pendapat dari Sidarta Ilyas dalam buku Ilmu Kesehatan Anak yang
menyatakan bahwa:
bahwa:
Beberapa kemungkinan faktor penyebab retardasi mental, yaitu: Faktor ibu: - Usia
ibu waktu melahirkan penderita kurang dari 16 tahun atau lebih dari 40 tahun (bagi
yang baru pertama kali hamil usia lebih dari 35 tahun).(Lumbantobing. 1997. 19-20)
Diketahui pula data bahwa sewaktu ibu mengandung, ibu meminum vitamin Obimin
AF untuk perkembangan janin di dalam kandungan dari dokter pada awal kehamilan
hingga 9 bulan. Saat ibu mengkonsumsi vitamin tersebut merasa mual kemudian
muntah sampai dengan usia kandungan 3 bulan dan setelah 3 bulan sudah tidak mual
lagi. Penulis berpendapat dalam masa 3 bulan pertama tersebut kemungkinan ibu
paling rawan dalam kehamilan, jadi status gizi ibu hamil pada waktu pertumbuhan
dan selama hamil secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
bayi yang belum dilahirkan berasal dari aliran darah ibu melalui plasenta. Makanan
ibu harus mengandung cukup protein, lemak, dan karbohidrat untuk menjaga
kesehatan bayi.
sistem saraf pusat. Karena dalam trimester I masa paling penting di dalam
pertumbuhan organ janin dimana sedang berlangsung periode semua organ penting
terus tumbuh dengan cepat dan saling berkaitan serta aktivitas otak sangat tinggi,
berpengaruh di dalam perkembangan otak dan tubuh janin. Hal ini diperkuat pendapat
Akibat lain dari KEP (Kekurangan energi dan protein) adalah kerusakan struktur
SSP terutama pada tahap pertama pertumbuhan otak (hiperplasia) yang terjadi selama
dalam kandungan. Kekurangan gizi pada masa dini perkembangan otak akan
menghentikan sintesis protein dan DNA. Akibatnya adalah berkurangnya
pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otak yang berukuran normal.
Dampaknya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak pada masa kehidupan
mendatang, sehingga berpengaruh pada intelektual anak. (Soetjiningsih. 1995. 101)
28
akibatnya gangguan bukan hanya pada pertumbuhan fisik anak saja tetapi juga pada
menyebabkan anak menjadi retardasi mental. Penyebab malnutrisi pada ibu hamil di
Diperburuk lagi keadaan saat setelah lahir klien mengalami seperti kedinginan
menggigil disertai kejang secara spontan dan tangisan yang nyaring. Bidan Febri
menyatakan bahwa: Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor,
(http://bidanshop.blogspot.com/2009/12/epilepsi-dalam-kehamilan.html).
Penulis berpendapat bahwa kejang yang di alami klien saat setelah lahir merupakan
gejala epilepsi. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Zainal Muttaqin (2001) yang
dikutip oleh Bidan Febri dalam sebuah website, bahwa: Penderita epilepsi cenderung
untuk mengalami serangan kejang secara spontan, tanpa faktor provokasi yang kuat
atau yang nyata. Timbulnya bangkitan kejang yang tidak dapat diprediksi pada
penderita epilepsi selain menyebabkan kerusakan pada otak, dapat pula menimbulkan
kehamilan.html).
...kekurangan gizi yang berat dan lama pada ibu yang dapat mengakibatkan
defisiensi mental atau beberapa abnormalitas fisik seperti rakhitis (rickets), epilepsi,
Menurut penulis, kemungkinan serangan epilepsi yang dialami klien saat setelah lahir
merupakan gejala dari gangguan saraf pusat akibat gangguan pada ibu ketika hamil
janin yang sedang berkembang berupa kerentanan untuk terjadinya kejang dan dapat
mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zainal Muttaqin (2001) yang dikutip oleh Bidan Febri dalam sebuah
website, bahwa:
(http://bidanshop.blogspot.com/2009/12/epilepsi-dalam-kehamilan.html)
30
Dan dari hasil EEG diketahui bahwa klien memilki gejala epilepsi. Menurut penulis,
serangan epilepsi dapat menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, apabila
serangan epilepsi itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan
sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat
kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal.
Gejala epilepsi merupakan salah satu gejala penyerta dari penyandang retardasi
mental. Hal ini diperkuat oleh pendapat Lumbantobing yang menyatakan bahwa:
Retardasi mental sering disertai kerusakan otak yang fokal atau yang luas, dan sering
disertai gangguan susunan saraf pusat lainnya. Lumpuh otak (cerebral palsy), epilepsi
gangguan visus, dan pendengaran, lebih sering dijumpai pada penyandang retardasi
Jadi, dari ke-2 hal di atas yang saling berkaitan diduga penyebab utama anak
Beberapa hari setelah lahir klien tidak mau minum ASI ataupun susu formula sama
sekali sampai 3 hari sehingga bayi kuning dengan kadar bilirubin mencapai sekitar 12
mg/dl tetapi tepatnya ibu lupa. Jika dilihat dari kadar bilirubinnya, klien menderita
hiperbilirubinemia. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Asril Aminullah bahwa:
Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologik tersebut tidak
selalu sama pada tiap bayi. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, bayi
dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12
mg/dl atau lebih pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila
kadarnya lebih dari 10 mg/dl (A.H. Markum. 1991. 314-315).
31
pada hari ketiga bayi sudah tidak kuning lagi. Menurut penulis, terjadinya
ASI ataupun susu formula sama sekali sampai 3 hari. Bayi yang kurang minum dapat
mengalami dehidrasi karena tidak mendapat masukan air yang memadai. Hal ini
sesuai dengan pendapat Asril Aminullah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
(1991: 315) menyatakan bahwa: ....... Beberapa faktor lain yang juga merupakan
hipoglikemia, dan polisitemia. Hingga saat ini klien sering mengalami sakit-sakitan
seperti diare, batuk-batuk, dan flu dari kecil kemungkinan hal tersebut dampak dari
saat setelah lahir klien tidak mau minum ASI ataupun susu formula sehingga tubuh
klien rentan terhadap penyakit karena terserang bakteri dan virus. Sebab ASI
mempunyai antibodi yang dapat melindungi tubuh bayi dari mikroorganisme yang
masuk ke dalam tubuhnya. Seperti yang diungkapkan oleh Suharti Agusman, dkk
bahwa: Antibodi dalam ASI dan kolostrum yang ditelan bayi dapat melindunginya
1991. 135). Menurut pendapat penulis, kemungkinan pemberian ASI kepada bayi
mempunyai keuntungan psikologik, yaitu menjalin hubungan kasih sayang yang lebih
erat antara ibu dan bayi. Jalinan ibu-anak ini merupakan penunjang bagi
ASI akan memenuhi kriteria sehat, yaitu sehat fisis, mental dan sosial. Pendapat
Secara umum dapat dikatakan bahwa bayi yang memperoleh kasih sayang sejak
pertama dilahirkan dan mendapat ASI sekurang-kurangnya untuk waktu 1 tahun, akan
lebih sayang kepada orang tua, lebih pandai dan lebih mampu berkomunikasi; dengan
perkataan lain ia lebih sehat dalam arti sehat fisis, mental dan sosial. (A. H.
Markum. 1991. 21)
Jadi penulis dapat menganalisa bahwa secara sepintas pengenalan ibu dengan bayi
sedini-dininya dan pemberian ASI tersebut seperti masalah sepele, tetapi akibat
Pada saat di luar ruang terpai klien mampu menjulurkan lidahnya ke depan, ke kanan
dan kiri, tetapi pada saat diminta untuk melakukan pergerakan oral yang disengaja
klien tidak mampu melakukannya walaupun sudah diberikan contoh oleh penulis.
Klien drooling, salah penempatan ujung lidah yang menjulur ke depan, serta
karena klien tidak mampu mengontrol otot-otot organ artikulasi. Sehingga penulis
masalah pada fungsi lidah. Ini merupakan salah satu ciri pada anak mental retardasi
yaitu adanya kesalahan dari sikap lidah dan miskin koordinasi khususnya pergerakan
organ artikulasi sesuai dengan pendapat Curtis E. Weiss bahwa: Symptoms of mental
the articulators. (Curtis E. Weiss. 1987. 249) yang artinya Gejala dari mental
33
retardasi antara lain; ....kesalahan dalam bersikap lidah, miskin koordinasi khususnya
Dari hasil wawancara diketahui data bahwa riwayat perkembangan bahasa bicara
klien pada tahap reflek vocalization kira-kira usia 3 bulan tetapi sewaktu klien masih
bayi jarang menangis, pada tahap babbling 24 bulan, lalling 24 bulan, echolalia 36
bulan, dan true speech 36 bulan. Menurut penulis, riwayat perkembangan bahasa
bicara klien dari mulai reflek vocalization sampai true speech tidak sesuai dengan
usia normal dan terbilang sangat terlambat. Hal tersebut merupakan karakteristik dari
anak mental retardasi yang umumnya terlambat dalam perkembangan bahasa bicara.
Hal ini sesuai dengan pendapat M. F. Berry & Jon Eisenson, yang dikutip oleh Ki
Pranindyo H. A, bahwa: untuk tahap refleks vocalization usia 0-1,5 bulan, tahap
babling 1,5-6 bulan, tahap lalling 6-9 bulan, tahap echolalia 9-12 bulan, tahap true
Pendapat penulis sesuai dengan pernyataan Lee Edward Travis, yakni: We have
established that the mentally retarded are slower than the normal in acquiring speech
oral language (Lee Edward Travis. 1979. 803). Artinya: Kita tidak bisa
memungkiri bahwa perkembangan bahasa bicara pada anak mental retardasi lebih
Dalam hal ini juga sesuai dengan pendapat Bryne dan Shervain dikutip oleh Curtis E.
normal namun tidak ada kemajuan pada tahap echolalia. Hal ini sesuai dengan
berhenti pada tahap echolalia dan tidak menunjukkan adanya kemajuan yang normal
Dari hasil pengamatan mengenai kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada saat
ini, untuk segi reseptif klien paham untuk perintah sederahana seperti menunjuk
pensil syuni. Tetapi saat penulis melakukan pemeriksaan terhadap klien untuk
penulis, klien hanya paham benda-benda yang sering dijumpainya (familiar) dan
pemikirannya selalu konkrit tidak bisa berpikir abstrak. Ini merupakan ciri-ciri anak
dengan intelegensi di bawah rata-rata atau disebut mental retardasi. Sesuai dengan
apa yang ditemukan oleh Curtis E. Weiss yang menyatakan bahwa: Mental
retardation: sentence should keep short and simple, the language should concrete
35
and the words familiar to the client (Curtis E. Weiss. 1987. 250). Yang penulis
artikan bahwa: kalimat yang digunakan dalam percakapan dengan individu yang
mengalami retardasi mental sebaiknya pendek dan sederhana, bahasa yang digunakan
juga harus konkrit dan kata-kata yang ada di dalamnya juga merupakan kata-kata
Menurut penulis, dengan adanya gangguan intelektual yang dimilki oleh klien pada
umumnya mereka kurang cerdas, mudah lupa, kurang mampu untuk mengikuti alur
pikir logis, sulit menguasai konsep-konsep. Saat dilakukan Tes DDGKB kemampuan
reseptif dan ekspresif klien mencapai usia setingkat anak 6 bulan 1 tahun, begitu
pula dengan Tes Pemahaman Bahasa Secara Auditori klien tidak merespon sama
keterbelakangan mental hal ini akan berdampak pada perkembangan bahasa bicara
karena pencapaian tingkat kecerdasan selalu di bawah rata-rata anak seusianya dan
expected age; may be due to slow maturation. (L. Nicolosi. 1989. 141)
36
dalam memahami dan atau memproduksi bahasa pada usia yang sesuai; dapat
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa kemampuan ekspresif klien tidak sesuai
dengan usia klien saat ini yaitu 5 tahun 3 bulan, dimana seharusnya pada usia saat
ini, klien sudah mampu menguasai lebih banyak kata-kata atau bahkan dalam bentuk
didukung oleh pendapat M. F Berry & Jon Eisenson, L. Nicolosi & Collins yang
Kemampuan ekspresif anak pada usia 5 - 6 tahun yaitu: a). Mampu mengucapkan
2500 kata-kata, b). Rata-rata panjang kalimat 5 - 6 kata-kata, c). Mampu
menggunakan semua kata ganti dengan benar dan mantap, d). Mampu menggunakan
kata sifat komparatif: besar - lebih besar - terbesar, nyaring lebih nyaring
ternyaring, e). Mampu menjawab menggunakan kata depan di, ke, dari (Ki
Pranindyo H. A. 2003. 13-14).
Mengenai riwayat perkembangan motorik klien diketahui bahwa perkembangan
motorik dimulai dari tengkurap 4 bulan, merangkak 8 bulan, duduk 12 bulan, berdiri
36 bulan, dan berjalan 36 bulan. Klien mampu berdiri dan berjalan karena diterapi di
Fisioterapi selama 1 bulan dan dilatih terus di rumah dengan ibunya. Berdasarkan
data tersebut, menurut penulis riwayat perkembangan motorik klien dari mulai
dengan adanya data yang memperlihatkan beberapa usia perkembangan motorik klien
yang tidak sesuai dengan perkembangan motorik normal. Pernyataan ini dan pendapat
37
yang normal yaitu, untuk tengkurap 0-3 bulan, merangkak 3-6 bulan, duduk 6-9
bulan, berdiri 9-12 bulan dan berjalan 12-18 bulan (A. H Markum. 1991. 25-26)1.
keterlambatan. Hal ini merupakan ciri dari anak mental retardasi yang terlambat pada
perkembangan motorik/geraknya.
Didukung pula pendapat dari Mosier, Grossman dan Dingman (1965) yang dikutip
adanya masalah yang klien alami kemungkinan berhubungan dari pengaruh kapasitas
dikemukakan oleh Charles Van Riper & Lon Emerick dalam bukunya Speech
menyatakan bahwa:
38
penyimpangan yaitu klien menggunakan pola pernafasan dominan perut dan rata-rata
ritme pernafasannya sebanyak 31,6 bpm. Seperti yang dikutip L. E Travis bahwa:
58 bpm (rata-rata 33,3), 1,5 - 2 tahun 19,5 - 45 bpm (rata-rata 27,8), 5 - 10 tahun : 15
Menurut D.K Wilson bahwa: Descriptive terms given to the given voice problems in
mental retardation were Hoarse, Husky, aspirate hypernasal, hyponasal pitch, sing-
Artinya: Bentuk dari kesalahan suara terjadi pada anak mental retardasi adalah
serak, aspirasi, hipernasal, hiponasal, nada, bernyanyi monoton, rata dan gangguan
kenyaringan.
Kemampuan motorik klien antara lain motorik kasar, motorik halus, visoumotor
motorik berupa postur dan koordinasi saraf-otot yang baik, fungsi penglihatan yang
merupakan indikator dari intelegensi klien yang kurang baik. Adanya permasalahan
pada otak kecil klien. Fungsi otak kecil itu sendiri merupakan pusat kekuatan dan
koordinasi gerak, lebih lanjut hal ini dapat mempengaruhi kematangan motorik bicara
keterampilan motorik halus dan keterampilan motorik bicara. (Ki Pranindyo H.A.
2001. 4)
40
Akibat kemampuan bahasa yang masih sangat terbatas akan berpengaruh kurangnya
pemahaman terhadap respon yang datang seperti data yang diperoleh ketika klien
diulang-ulang dari penulis klien tidak langsung merespon tetapi harus diberi contoh
terlebih dahulu seperti merapatkan gigi sekali dan tersenyum. Klien tidak mampu
melakukan semua gerakan yang disengaja. Saat terapis melakukan oral motor
terhadap klien, lidah klien sangat sensitif sekali sehingga mengalami reflek muntah.
bahwa untuk mencapai suatu tingkat perkembangan, bentuk atau struktur otak
tertentu dan penghubungan antar sel otak harus utuh supaya dapat berkembang dan
berfungsi dengan baik. Serebelum atau otak kecil atau otak belakang, mengendalikan
gerakan tubuh dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang
Menurut pendapat penulis, seorang anak dapat melakukan koordinasi gerakan tangan,
kaki maupun kepala secara sadar, setelah sel-sel saraf otaknya maupun organ-organ
(1987. 249)
Artinya: ciri dari mental retardasi tidak dapat memahami konsep dengan cepat
Klien mempunyai sifat yang pemalu, hal ini menyebabkan klien menjadi sulit untuk
sehingga lebih banyak bergantung pihak luar. Seperti yang dijelaskan oleh Melly
Yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk
dapat mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial, sesuai
dengan apa yang diharapkan dari kelompok umur dan budayanya. Pada pasien
retardasi mental tampak jelas adanya gangguan dalam perilaku adaptifnya, dan yang
terutama menonjol adalah kesukaran untuk menyesuaikan diri dengan masyrakat
lingkungannya. Tingkah lakunya tampak kekanak-kanakan, tidak sesuai dengan
umurnya (A.H. Markum. 1991. 65)1.
Klien pernah melakukan tes IQ di sekolahnya oleh Eko Budhi Purwanto, MM., Psi.,
pada tanggal 24 Juli 2010 dan laporan hasil pemeriksaannya adalah tingkat
kecerdasan (IQ) klien= 86. Dengan hasil tersebut dinyatakan bahwa klien termasuk
Mental retardasi ringan. Hal ini sesuai dengan penggolongan Anak Mental Retardasi
Keperawatan bahwa:
Untuk kondisi yang diakibatkan gangguan mental intelektual serta gangguan adaptif
Deficiency) mengutip dari Grossman (1973) tentang definisi Mental Retardasi yaitu:
The American Association of Mental Deficiency defines Mental Retardation more
berfungsi di bawah rata-rata, yang bermula sewaktu masa perkembangan dan disertai
on Mental Disorder (AAMD) dari Grossman (1983), bergeser dan digantikan dengan
artikulasi, drooling, penempatan lidah yang tidak tepat serta didukung dengan adanya
maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa klien menunjukkan gejala-gejala yang
2. Diagnosa
Berdasarkan hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosa klien mengarah
ekspresifnya.
c) Pola pernafasan klien yang salah yaitu dominan perut.
d) Adanya gangguan persepsi dan meaning auditori serta gangguan persepsi dan
keseimbangan.
f) Salah penempatan posisi lidah pada saat diam yaitu ujung lidah agak menjulur
3. Prognosa
Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa prognosa klien buruk dengan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. A.H. Markum. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta; Balai Penerbit
FKUI; 1991.
Aditama; 2006.
4. Charles Van Riper & Lon Emerick. Speech Correction: An Introduction to Speech
Pathology and Audiology. New Jersey: Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs;
1984.
Articulation and Phonologic Disorders. Baltimore: The Williams & Wilkins; 1987.
1987.
8. http://bidanshop.blogspot.com/2009/12/epilepsi-dalam-kehamilan.html (disitasi
Desember 2009)
Wicara; 2010.
Wicara; 2003.
12. Lee Edward Travis. Handbook of Speech Pathology And Audiology. New York:
14. Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana; 2007.
FKUI; 1997.
Kebudayaan; 1996.
( Lampiran 1 )
FORMAT WAWANCARA
A. Jatidiri
1. Nama dan Jenis Kelamin : F. A. A
2. Tempat Tanggal Lahir : 29 Agustus 2005 / 5 tahun 3 bulan
3. Status dalam keluarga : Anak kandung ke 1 dari 1 bersaudara
4. Nama / Umur / Pekerjaan
Ayah : S. M. / 45 tahun / PNS
Ibu : W / 41 tahun / Karyawati
5. Suku Bangsa : Jawa - Indonesia
6. Agama : Kristen Katolik
7. Alamat : Jl. Kramat III Gg. Listrik 1 no. 1
Jakarta Pusat
No. Hp : 087882878334
B. Rujukan
Meminta kepada orang tua untuk menceritakan mengapa sampai datang ke Klinik?
Menurut ibu klien, karena dalam usianya si anak belum ada bicara / bicaranya
belum bisa / mengalami keterlambatan bicara dan perkembangan tubuhnya juga
terlambat tidak seperti anak seusianya. Ibu mengetahui Klinik Vacana Mandira
mencari di internet. Klien terapi di Klinik Vacana Mandira sejak usia 4 tahun
lebih.
C. Pemeriksaan Ahli
Meminta kepada orang tua untuk menceritakan pernahkah dilakukan pemeriksaan
terhadap anak oleh ahli lain sebelum datang ke Klinik?
Pernah. R. S. Cikini ke dokter anak, R. S. Siloam Graha Medika melakukan
pemeriksaan USG dan EEG, dan R. S. C. M. Spesialis Saraf kemudian dirujuk ke
dokter Spesialis Gizi. Pada bulan Juni dilakukan Tes IQ di sekolahnya.
Meminta kepada orang tua untuk menceritakan kejadian-kejadian yang dialami selama
mengandung sampai melahirkan?
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan ibu klien didapat data bahwa pada saat
mengandung klien ibu berusia 35 tahun dan selama mengandung ibu tidak pernah
jatuh, sakit, dan pingsan. Ibu tidak pernah minum obat-obatan kecuali obat dari
resep dokter berupa vitamin Polit Acid dan Obimin AF. Ibu meminum vitamin
tersebut dari awal kehamilan sampai dengan 9 bulan, tetapi pada awal kehamilan
sampai dengan 3 bulan meminum Obimin AF ibu merasa mual ditambah lagi
emosi ibu yang labil dan setelah 3 bulan sudah tidak mual dan emosi ibupun
stabil. Proses kelahiran dibantu dokter dengan cara Caesar pada usia kandungan
9 bulan karena menurut dokter faktor usia ibu yang sudah tua, padahal pada saat
itu ibu belum ada reaksi apa-apa.
radang pita suara sampai suaranya hilang karena menangis terus menerus dan
diopname selama 1 minggu pada saat klien berusia 1,5 tahun. Dari hasil
penuturan ibu klien, klien sering sakit-sakitan seperti (diare), batuk-batuk, dan flu
dari kecil. Apabila klien stess dan trauma karena suatu hal, klien sering masuk
rumah sakit dan dirawat hingga 1 minggu karena tidak mau makan dan minum.
4. Bicara
- Fone : Menurut ibu sebelum klien diterapi, klien belum bisa mengucapkan
vokal ataupun konsonan.
- Fonem: Menurut Sebelum diterapi klien hanya mampu
mengucapkan papapapapa (bunyi tidak bermakna).
I. Riwayat Keluarga
Meminta kepada orang tua untuk menceritakan
1. Kesehatan keluarga
Menurut penuturan ibu klien, di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai masalah
kesehatan/penyakit yang serius.
2. Bahasa yang dipergunakan
Bahasa yang dipergunakan di rumah adalah bahasa Indonesia.
3. Kemungkinan adanya kelainan bahasa bicara dalam keluarga
Tidak ada.
4. Tanggapan keluarga terhadap kelainan bahasa bicara anak
Keluarga mendukung dan memberikan dukungan seperti sabar, pelana-pelan pasti
bisa.
J. Saran
51
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
( Arum Cahyaningrum )
( Lampiran 2)
52
A. Jatidiri
1. Nama dan Jenis Kelamin : F. A. A
2. Tempat Tanggal Lahir : 29 Agustus 2005 / 5 tahun 3 bulan
B. Kondisi Umum
Klien secara fisik tidak memiliki kecacatan dan tidak memakai alat bantu
seperti Alat Bantu Dengar, kacamata, sepatu khusus maupun kursi roda.
Bentuk gigi klien kecil-kecil berwarna cokelat serta struktur giginya jarang
dan berantakan. Pada saat pertama kali penulis bertemu dengan klien, klien
drooling dan posisi lidah agak menjulur ke luar.
C. Kemampuan Motorik
1. Motorik Kasar
(i) Klien duduk di kursi tanpa bantuan, klien menarik dan mendorong
meja sampai mejanya berpindah tempat.
(ii) Penulis meminta klien untuk lompat dari atas kursi, klien hanya diam
saja tidak merespon. Ketika diminta oleh penulis untuk melompat
dengan bergantian kaki, klien hanya diam saja tidak merespon.
Motorik Halus
4. Lateralisasi
(i) Pada saat pengamatan penulis, terlihat klien lebih sering
menggunakan tangan kanan, saat klien membuka pintu, mengambil
tas dan tempat pensil, mengambil buku dari dalam tas, mengambil
benda yang jatuh.
(ii) Untuk lateralisasi berdasarkan pemeriksaan penulis, saat diminta
mengusap hidung, memegang pensil, mengambil koin, dll. Klien
lebih sering menggunakan tangan kanan.
D. Kemampuan Sensorik
1. Pendengaran
(i) Ketika dipanggil namanya, klien merespon dengan menengok ke arah
yang memanggil.
(ii) Sensasi: klien mencari bunyi ketika penulis membunyikan lonceng di
bawah meja.
Persepsi: klien dapat membedakan bunyi lonceng dan kerincingan.
Meaning: klien menunjuk lonceng ketika penulis membunyikan
lonceng.
2. Penglihatan
(i) Ketika penulis berada di dalam ruangan, klien terus menerus melihat
ke arah penulis.
(ii) Sensasi : klien melihat gambar hewan dan miniatur hewan ketika
penulis meletakkannya di atas meja.
54
E. Kemampuan Bahasa
1. Reseptif
(i) Saat diminta oleh terapis untuk menunjuk gambar /bis/, /kereta api/,
/becak/, dan /pesawat terbang/ klien menunjuk gambar sesuai yang
diperintahkan dengan benar. Ketika diminta terapis untuk menunjuk
kipas angin, Bu Amenah, tempat pensil syuni klien merespon
dengan cara melirik ke arah benda yang diperintahkan.
(ii)Ketika penulis perintahkan untuk ambil bola kemudian berikan ke ibu
Amenah terus syuni duduk disini!, responnya klien hanya diam dan
tidak melakukan perintah tersebut. Saat diminta oleh penulis
mengambil miniatur buah-buahan seperti /pisang/, /jagung/,
/belimbing/, /wortel/, /apel/, /anggur/, dan /terong/ klien mengambil
sesuai yang diperintahkan penulis dengan benar tetapi stimulus yang
diualng-ulang dari penulis.
2. Ekspresif
(i) Saat diminta terapis untuk meniru /bis/ dan /becak/ klien diam saja
tidak ada respon dan hanya menatap mata terapis.
(ii) Ketika ditanya sesuatu mau atau tidak, klien menjawab dengan
mengangguk-anggukan kepala untuk iya atau hanya menggeleng-
gelengkan kepala saja untuk tidak. Ketika ditanya oleh penulis
seperti syuni mau mainan ini? klien hanya menggelang-gelengkan
55
kepalanya saja. Dan ketika diminta untuk meniru penulis, klien diam
saja dan tidak merespon.
F. Kemampuan Wicara
1. Fone
(i) Klien mampu berujar vokal /a/, /e/ dan konsonan /b/, /y/.
(ii) Kemampuan fone klien baik vokal maupun konsonan tidak dapat
terdeteksi karena klien tidak merespon ketika penulis meminta untuk
meniru maupun menamai.
2. Fonem
(i) Klien mengujar tingkat kata yaitu /bey/ untuk /bel/.
(ii) Kemampuan fonem klien tidak dapat terdeteksi karena klien tidak
merespon ketika penulis meminta untuk meniru maupun menamai.
G. Kemampuan Suara
(i) Suara klien pada unsur nada tidak monoton saat mengucapkan kata
/bey/. Pada saat menangis unsur kenyaringannya nyaring, sedangkan
unsur kualitasnya tidak hipernasal maupun hiponasal dan juga tidak
serak.
(ii)Ketika diminta untuk bernyanyi suara klien pada unsur nada tidak
dapat terdeteksi karena syair nyanyiannya tidak terdengar jelas oleh
penulis ataupun terapis, pada unsur kenyaringannya nyaring sedangkan
pada unsur kualitasnya tidak hipernasal maupun hiponasal dan juga
tidak serak.
J. Kemampuan Pernafasan
56
(i) Cara bernafas klien saat inhalasi dan ekshalasi dari dan melalui
hidung. Pola pernafasan klien campuran dominan perut.
(ii)Ketika diminta penulis untuk meniup lilin, bubble, terompet, tissue,
dan pluit klien menolak dengan cara menutup mulutnya dengan tangan
dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
K. Tingkah Laku
(i) Klien kooperatif saat diajak bermain oleh terapis. Klien memiliki
kontak mata ketika diajak bicara oleh terapis.
(ii)Ketika penulis bertemu dan berkenalan pertama kali dengan klien,
klien malu dan terus menerus melihat ke arah penulis. Klien memiliki
kontak mata ketika penulis mengajak berbicara. Klien kurang
kooperatif saat diajak bermain oleh penulis. Klien sulit sekali
beradaptasi dengan orang baru (penulis). Respon klien saat diberi
perintah oleh penulis lebih banyak menggunakan gesture seperti
lirikan mata, mengangguk atau menggeleng-gelengkan kepala. Respon
klien terhadap stimulus yang datang cukup lama. Apabila klien
merespon segala bentuk instruksi dari penulis, instruksi tersebut harus
terus menerus diulang.
L. Kesan Intelegensi
(i) Saat diberikan puzzle berbentuk jam oleh terapis, klien
menyelesaikannya dalam waktu 10 menit tetapi ada 3 potong yang
salah kemudian dibantu oleh terapis.
(ii)Berdasarkan kemampuan anak usia 5 tahun dari segi reseptif dan
ekspresif, menyelesaikan puzzle, serta tes balok diperoleh kesan bahwa
intelegensi klien di bawah rata-rata normal.
M. Diagnosa
Dislogia Mental Retardasi
N. Saran
Terapi Wicara
( Arum Cahyaningrum )
( Lampiran 3)
TES ARTIKULASI
NAMA : F. A. A
TANGGAL PERIKSA :
/-p/ atap
/b-/ baju
/-b-/ abu
/-b/ lembab
/m-/ muka
/-m-/ lampu
/-m/ kolam
B. APICO
ALVEOLAR
/t-/ tangan
/-t-/ tutup
/-t/ kabut
/d-/ daun
/-d-/ dada
/-d/ ahad
58
/n-/ nangka
/-n-/ nanas
/-n/ makan
/l-/ lari
/-l-/ palu
/-l/ kapal
C. DORSO VELAR
/k-/ kayu
/-k-/ paku
/-k/ katak
/g-/ gula
/-g-/ gagak
/-g/ bedug
/-/ ngilu
/--/ tangga
/-/ pedang
D. LAMINO
PALATAL
/t-/ cangkir
/-t-/ kacang
/-t/ -
/d-/ jalan
/-d-/ rujak
/-d/ bajaj
/-/ nyala
59
/--/ -
/-/ nyanyi
E. LABIODENTAL
/f-/ film
/-f-/ kafan
/-f/ arif
/v-/ visa
/-v-/ teve
/-v/ -
F. SIBILANT
APICOALVEOL
AR
/s-/ sapi
/-s-/ susu
/-s/ bekas
/z-/ zat
/-z-/ zamzam
/-z/ -
G. GLOTAL
/h-/ hangat
/-h-/ ahad
/-h/ basah
H. ROLL atau
APICOALVEOL
AR
/r-/ radio
60
/-r-/ koran
/-r/ bakar
I. SEMI VOWEL
/w-/ waduk
/-w-/ pawai
/-w/ dancow
/j-/ yakin
/-j-/ payung
/-j/ cowboy
J. KONSONAN
KLUSTER
(KONSONAN
DOBEL)
/br/ brosur
/dw/ dwiwarna
/fr/ fraksi
/gr/ gratis
/kl/ klinik
/kr/ kramat
/pr/ program
/sk/ skema
/sp/ spasi
/st/ stabil
/sw/ swasta
61
Jakarta, ...................................
( Arum Cahyaningrum )
(Lampiran 4)
A. BIBIR
1. Struktur
a. Apakah saling bersentuhan ketika dilakukan oklusi gigi ?
Ya ; Tidak
c. Apakah ada tanda-tanda dari cleft lip atau tanda-tanda kekurangan dalam struktur yang
lain ?
Ya ; Tidak
2. Fungsi
a. Apakah bisa protusi ?
Ya ; Tidak
Kanan ; Ya ; Tidak
B. GIGI
1. Struktur
a. Bagaimana hasil bentukan setelah dilakukan oklusi ?
Normal ; Netroclusi ; Distoclusion ; Mesioclusion
Bentuk Campuran ;
C. LIDAH
1. Struktur
Ukuran sehubungan dengan lengkung kaki gigi :
2. Fungsi
a. Apakah lidah dapat melekuk ke atas dan ke bawah ?
Ya ; Tidak
64
b. Berapa kali ujung lidah dapat menyentuh alveolar tanpa suara dalam waktu 5 detik ?
Pelaksanaan 1 : - kali ; 2 : - kali ; 3 : - kali
c. Berapa kali ujung lidah dapat menyentuh alveolar tanpa suara dalam waktu 5 detik ?
Pelaksanaan 1 : ......... kali ; 2 : ......... kali ; 3 : ......... kali
e. Berapa kali lidah bagian belakang dapat menyentuh langit-langit lembut dalam waktu 5
detik ?
Pelaksanaan 1 : ......... kali ; 2 : ......... kali ; 3 : ......... kali
g. Berapa kali bagian tengah lidah dapat menyentuh palatum durum dalam 5 detik ?
Pelaksanaan 1 : ......... kali ; 2 : ......... kali ; 3 : ......... kali
D. LANGIT-LANGIT KERAS
1. Struktur
a. Keutuhan
Normal ; Cleft perbaikan ; Cleft tidak perbaikan
65
E. PALATOPHARYNX
1. Struktur
a. Langit-langit lembut
1) Keutuhan
Normal ; Cleft perbaikan ; Cleft tidak perbaikan ; Simetris ; Tidak
simetris
2) Kepanjangan
Pendek ; Sangat pendek ; Memuaskan
b. Uvula
Normal ; Menyimpang dari garis normal ke kanan ; Menyimpang dari garis
normal ke kiri ; Tidak ada
c. Oropharynx
1) Kesan kedalaman
Dangkal ; Normal ; Dalam
2) Kesan keluasan
Sempit ; Normal ; Luas
2. Fungsi
a. Langit-langit lembut
1) Bagaimana pergerakannya selama perpanjangan fonasi /a/ ?
Tidak ada ; Sedikit gerakan ; Jelas gerakannya
b. Oropharynx
1) Bagaimana gerakan ke tengah (mesial movement) dari dinding-dinding pharynx
lateral selama fonasi /a/ (pakai alat)
Tidak ada ; Sedikit gerakan ; Jelas gerakannya
4) Apakah ada nasal emisi yang tidak konsisten selama bicara atau meniup ?
Ya ; Tidak
5) Apakah ada tanda / gerakan yang mengawali sewaktu akan memproduksi konsonan
bertekanan ?
Ya ; Tidak
Peringkat 1 ; 2 ; 3 ; 4
F. FAUCES (Ruang yang dikelilingi oleh soft palate, palatine arches dan base of the
tongue)
1. Struktur
a. Tonsil
Normal ; Membesar ; Mengecil ; Tidak ada
b. Pillars
Normal ; Ada bekas luka ; Bengkak ; Tidak ada
2. Fungsi
a. Bagaimana gerakan ke belakang selama fonasi /a/ ?
Tidak ada ; Sedikit gerakan ; Jelas gerakannya
b. Septum kiri
Tidak ada ; Sedikit ; Jelas
c. Septum kanan
Tidak ada ; Sedikit ; Jelas
2. Fungsi
68
d. Obturator
Ya ; Tidak
1. Menjulurkan lidah 0
2. Meniup 0
3. Menunjukkan gigi 0
4. Memonyongkan bibir 0
5. Menjulurkan lidah ke arah hidung 0
6. Menggigit bibir bawah 0
7. Bersiul 0
8. Menjilat bibir 0
9. Mendahak 0
10. Mengerakkan lidah keluar masuk 0
11. Merapatkan gigi sekali 2
12. Tersenyum 2
13. Menyentuh lidah ke alveolar sambil berbunyi / mendecak 0
14. Mengerakkan gigi seperti orang kedinginan 0
15. Menjulurkan lidah ke dagu 0
16. Batuk 0
17. Mengembungkan pipi 0
18. Mengerakkan lidah ke kiri dan ke kanan 0
19. Tunjukkan bagaimana mencium seseorang 0
20. Memonyongkan mulut dan tersenyum 0
_________________
Jumlah 4
69
Peringkat 3 :
Peringkat 2 :
Peringkat 1 :
6. Hubungan kelainan-kelainan ini dengan apa yang anda dapat dari tes bicara dari klien.
Beri pendapat ( ulasan ) tentang kelainan ( yang berhubungan dengan kelainan ) yang
harus di ambil untuk membuat program perbaikan bicara untuk kelainan klien.
(Arum Cahyaningrum)
70
Skala 8, apabila tugas / perintah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan tepat, langsung
( tanpa mencoba-coba ) dan tanpa diberi contoh oleh tester.
Skala 7, apabila tugas / perintah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan tepat setelah
mencoba dan mencari cari, akan tetapi gerakan dapat dilaksanakan tanpa diberi contoh oleh
tester.
Skala 6, apabila tugas / perintah yang diberikan dapat dilaksanakan tetapi tidak sempurna,
kekuatan, ketepatan dan kecepatan tidak sempurna, akan tetapi tugas itu tidak diberi contoh
oleh tester.
Skala 5, apabila tugas / perintah dapat dilaksanakannya hanya sebagian, bagian penting tidak
ada akan tetapi masih tetap tidak diberikan contoh oleh tester.
O.I.( Oral Irrelevant ) : termasuk beberapa gerakan oral yang lain, termasuk wicara.
Occlusi : Penutupan
Neutroclusion : Hubungan kedua rahang normal, hanya gigi depan > maju
Open bite : Bilamana gigi depan tidak saling kontak ( terdapat celah ) akibat
kesalahan sunan gigi, sedangkan gerakan sudah kontak.
Normal ialah bilamana gigi atas menutup hanya sepertiga bagian gigi bawah.
Rotated : Serempetan
Jimbled : Kacau
Jumlah gigi normal Bawah : Anak anak = 20 buah, 10 buah gigi atas, 10 buah gigi
Dewasa = 32 buah, 16 buah atas, 16 buah bawah
Dental appliances : Penggunaan alat Bantu gigi
Prothesis : Gigi palsu
Peringkat 1 : Normal
Peringkat 4 : Deviasi berat, dapat menghambat produksi wicara normal, perlu dilakukan
perubahan struktur, dengan atau tanpa pelayanan Speech Therapy.
72
Penjelasan :
Apabila kita tetapkan penderita pada peringkat 4, berarti penderita tidak dapat memproduksi
bunyi-bunyi atau kualitas sebelum dilakukan perubahan kemampuan fungsinya dari struktur
yang dikenai. Jika dirasakan perlu pengubahan fisik terlebih dahulu sebelum fungsinya dapat
dirubah, rangkaian program yang dibuat tidak meliputi pengubahan tingkah laku wicara
sampai menunjukkan adanya perubahan. Langkah selanjutnya tinggal menyiapkan
pengiriman ke ahli fisik terkait.
Apabila kita menetapkan penderita pada peringkat 3, berarti kita akan mencoba kepada
penderita untuk melakukan kompensasi seperlunya sehubungan dengan kelainan strukturnya.
Pengubahan struktur pada kasus ini tidak diperlukan, kalau tidak benar-benar mempengaruhi
atau melibatkan beberapa struktur yang berhubungan. Pada keadaan tertentu, penetapan
peringkat 3, mempunyai arti pula bahwa kita akan melakukan terapi wicara dengan program
yang didasarkan atas pengalaman, hal seperti tersebut dapat dibenarkan.
Apabila kita menetapkan penderita pada peringkat 2, menunjukkan bahwa strukturnya tidak
begitu jelas, kegagalannya dalam batas-batas ukuran normal. Penyimpangan yang dimilikinya
tidak mempengaruhi wicara.
2. Ujung lidah dapat menyentuh alveolar tanpa suara dalam 5 detik = 17,5 kali
3. Ujung lidah dapat menyentuh sudut mulut dalam 5 detik = 17,5 kali
5. Belakang lidah ( dorsum ) dapat menyentuh velar tanpa suara dalam 5 detik =
17,5 detik
73
7. Daun lidah ( tengah / lamino ) dapat menyentuh palatum durum tanpa suara
(Lampiran 5)
FORMULIR TES
42. 2 Itu
43. 2 Petinju
44. 1 Terletak di atas meja
45. 3 Di bawah meja
46. 2 Di dalam kotak
47. Anak laki-laki itu ada di
1
sebelah mobil
48. Kucing itu ada di antara
2
mobil
49. Anjing itu ada di depan
1
mobil
50. 1 Petani
51. 3 Tukang cat
52. 2 Setangkai
53. 3 Nelayan
54. 2 Lebih kecil
55. 1 Agak tinggi
56. 2 Paling gemuk
57. 1 Bersepeda
58. 2 Tukang sayur
59. 2 Mereka
60. 2 Dia
61. 3 Saya
62. Ibu memberikan bola
3
kepadanya
63. Anjing-anjingnya hitam
1
putih
64. 1 Ibu akan belanja
65. 2 Kita sedang makan apel
66. 1 Tumpukan kursi
67. 1 Bergaris-garis
68. 1 Terjauh
69. 2 Sebuah meja
70. Seekor domba sedang
1
makan
71. 3 Ikan-ikan sedang makan
72. 2 Dia sedang menjahit
73. 1 Dia belum melompat
74. Dia sudah selesai
3
mengecat
75. 3 Singa sudah makan
76. Dia akan memukul
1
bola
77. Dia masih menebang
2
pohon
76
Keterangan :
Bila anak salah menunjuk gambar, dikolom hasil. Ditulis nomor gambar yang ditunjuk.
Bila anak benar menunjuk gambar, dikolom hasil. Ditulis nomor gambar sesuai dengan
nomor butir.
(Lampiran 7)
SURAT PERNYATAAN
No. Hp : 087882878334
Siloam Graha Medika dengan hasil anak memiliki gejala epilepsi. Tetapi hasilnya
Tanda Tangan
(Lampiran 9)
80