Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI BERMAIN “WICARA”


Pengantar
Topik : Terapi Bermain Pada Anak Di Panti Bhakti Luhur
Sub Topik : Terapi Bermain Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Tempat : Wisma Paul Panti Bhakti Luhur TropodoSurabaya
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Desember 2018
Waktu/Jam : 1 x 35 menit / 09.00 -10.30 WIB
Sasaran :

1. Anak yang sulit untuk berkomunikasi


2. Anak yang dirawat di ruang Aula
3. Anak mempunyai keterbatasan fisik
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Tidak dalam kondisi kritis
Pemateri : Mahasiswa Profesi NersSTIKES EKA HARAP

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi wicara diharapkan dapatmeminimalkan dampak
mengembangkan sensori motik anak, imajinasi anak, dan dapat bersosialisasi
dengan teman dan perawat.

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :

1) Bisa merasa tenang selama kegiatan


2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan perawat
3) Mau melaksanakan anjuran perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat mengembangkan imajinasinya
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah
Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
3. Materi Ajar
1) Pengertian terapi wicara
2) Keuntungan terapi wicara
4. Metode
1) Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi wicara yang
meliputi waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait
dengan program terapi.
2) Diawal terapi, anak diperkenalkan dengan kertas bergambar dan crayon,
lalu diberikan penjelasan mengenai terapi wicara.
3) Setelah itu dengan panduan leader, anak diberi contoh bagaimana cara
berbicara yang baik dan benar.
4) Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama terapi wicara.
5) Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi wicara habis, anak
dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak
selama terapi wicara berlangsung.
6) Fasilitator melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap
perilaku anak dan proses jalannya terapi wicara.
5. Media
1) Kertas huruf dan bergambar hewan
6. Pengorganisasian
Fasilitator : Oktavia
7. Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN
NO FASE
Penyuluh Peserta
1 Pembukaan 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
5 menit mengucapkan salam. 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi 4. Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu anak dan
pengasuh
2 Pelaksanaan Memberikan penjelasan tentang : 1. Memperhatikantikan
(Isi) 2. Memperhatikan
1. Pengertian terapi wicara
20 menit 3. Bertanya
2. Keuntungan terapi wicara
4. Antusias saat
3. Metode terapi wicara
menerima peralatan
4. Hal yang perlu diperhatikan
5. Memulai untuk
5. Menjelaskan tata cara
menunjuk huruf dan
pelaksanaan terapi wicara
gambar hewan
6. Memberikan kesempatan
6. Mendengarkan
kepada anak untuk bertanya
7. Memperhatikan
jika belum jelas
7. Membagikan kertas huruf dan
bergambar hewan
8. Fasilitator mendampingi anak
dan memberikan motivasi
kepada anak
9. Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan telah
selesai
10. Memberikan pujian terhadap
anak yang benar menyebutkan
huruf dan menyebut nama
3 Evaluasi 1. Memotivasi anak untuk 1. Menceritakan
7 menit menyebutkan huruf apa yang 2. Gembira
tunjukan
2. Membagikan reward kepada
seluruh peserta
4 Terminasi 1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
3 menit pujian kepada seluruh anak 2. Mendengarkan
yang telah mengikuti program 3. Menjawab salam
terapi wicara
2. Mengucapkan terima kasih
kepada anak
3. Mengucapkan salam penutup

8. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 2 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Wisma ALMA (aula)
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2) Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan terapi wicara
b. Anak mengikuti terapi wicara dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk terapi wicara
3) Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Menyebutkan huruf dan gambar yang sesuai
MATERI TERAPI WICARA

1. Definisi
Terapi Wicara adalah ilmu yang mempelajari perilaku komunikasi yang
normal dan abnormal, yang digunakan untuk memberikan terapi (proses
penyembuhan) pada klien yang mengalami gangguan perilaku komunikasi yg
meliputi kemampuan bahasa, bicara, suara, irama kelancaran. Sehingga mereka
mampu berinteraksi dengan lingkungan secara wajar, tidak mengalami gangguan
psiko-sosial serta mampu meningkatkan hidup dengan optimal.
Berbicara dan berbahasa adalah kemampuan fundamental bagi manusia,
baik untuk pergaulan sosial maupun kehidupan intelektual pribadi. Gangguan
bicara dan berbahsaa merupakan sumber disabilitas yang besar. Paul Broca
menyatakan bahwa terapi afasia yang dilakukan dengan cermat dapat memberikan
kemajuan dalam kemampuan berbahasa. Ia merawat seorang pasien afasia untuk
beberapa bulan. Setiap kali ia mengunjungi pasien tadi, ia berbincang-bincang dan
ia berhasil mengembangkan jumlah kosa kata pasien secara bermakna.

2. Etiologi
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai
berikut:

1) Gangguan Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan disekitarnya.Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada
keterlambatan bicara.Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa
karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan.Infeksi bisa terjadi bila mengalami
infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran.Kelainan bawaan
biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang
dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat
ketulian.Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat,
infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat
(hiperbilirubin).
Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu
bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan
pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9
bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan
hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya
kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degenerative.

2) Kelainan Organ Bicara


Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula
(rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi
septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan
menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”.
Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”,
”s”, ”z” dan ”th”.
Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi
berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi
seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

3) Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan
anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari
gangguan bahasa.Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu
disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.

4) Genetik Heriditer Dan Kelainan Kromosom


Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua.Biasanya
juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil.Biasanya
keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX
terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi
bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa
kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat
dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
5) Kelainan Sentral (Otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk
menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa
yang selalu lebih rendah.Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan
kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk
kesulitanbelajar.

6) Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena
autism.Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

7) Mutism Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak
mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang
tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya
anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang
disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.
Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral
dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

8) Gangguan Emosi Dan Perilaku Lainnya


Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.Biasanya
diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya.

9) Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga
mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan
bicara pada anak.Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada
gangguan pencernaan dan kulit.
Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi
usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat
perkmbanganbicaranya.

10) Deprivasi Lingkungan


Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari
lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak
berat.Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami
kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena
penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena
kurang gizi atau penelantaran anak.
Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan
bicara adalah.

1) Lingkungan yang sepi


Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila
stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan
menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
2) Status ekonomi social
Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum
mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik
dibandingkan anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak
terampil.
3) Tehnik pengajaran yang salah
cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan
keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena
perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari
lingkungan.
Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak
menyenangkanbicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan
dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara
lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
1) Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan
terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang
berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan
mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya.
2) Anak kembar
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan
lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling
memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai
perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru
pada keadan kemampuan bicara yang sama –sama belum bagus.
3) Bilingual (2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara,
namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan
memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith
meneliti pada kelompok anak bilingual tampak mempunyai perbendaharaan
yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak
dengan kecerdasan yang tinggi.
4) Keterlambatan fungsional
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya
mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: ciri khas adalah anak tidak
menunjukkan kelainan neurologis lain.

3. Tanda Gejala
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus
waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau
penyimpangan perkembangan.Demikian pula bila terjadi penurunan kemampuan
berbahasa dan bicara seorang anak kita harus lebih mewaspadainya.Misalnya pada
umur tertentu anak sudah bisa memanggil papa atau mama tetapi beberapa bulan
kemudian kemampuan tersebut menghilang.Demikian pula dengan penurunan
kemampuan mengioceh, yang sebelumnya sering jadi berkurang atau
pendiam.Beberapa tanda bahaya komunikasi yang yang harus diwaspadai
terjadinya keterlambatan dan gangguan berbahasa dan bicara dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
1) 4 – 6 BULAN
a) Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
b) Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
2) 8 – 10 BULAN
a. Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
b. Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
c. 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
3) 12 – 15 BULAN
a. 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
b. 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
c. 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan
sesuatu;
d. 15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”;
e. 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
f. 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
4) 18 – 24 BULAN
a. 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke
sesuatu yang menarik perhatian;
b. 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
c. 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
d. 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
e. 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan
telepon;
f. 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
g. 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya
5) 30 – 36 BULAN
a. 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
b. 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat
dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
6) 3 – 4 TAHUN
a. 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan
tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
b. 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”;
c. 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap
Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk
keterlambatan yang berat.
Ciri ketelambatan Bicara Berat
1) bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
2) tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.
Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan,

1) tidak bicara sampai usia 15 bulan


2) tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan
Karakteristik berbagai keterlambatan Bicara
Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif Kemampuan Pola
pemecahan perkembangan
masalah visuo-
motor
Keterlambatan Normal Kurang normal Normal Hanya ekspresif
fungsional yang terganggu
Gangguan Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi
pendengaran
Redartasi Kurang normal Kurang normal Kurang normal Keterlambatan
mental global
Gangguan Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi, deviansi
komunikasi
sentral
Kesulitan normal,kurang Normal normal,kurang Disosiasi
belajar normal normal
Autis Kurang normal normal,kurang Tampaknya Deviansi, disosiasi
normal normal,
normal, selalu
lebih baik dari
bahasa
Mutisme Normal Normal normal,kurang
elektif normal
DAFTAR PUSTAKA

Caroline Bowen. Speech And Language Development In Infants And Young


Children, dalam Caroline Bowen Phd Speech-Language Pathologist. Didapatkan
dari URL: http://www.speech-language-therapy.com/devel1.htm. Diakses pada
tanggal 22 Mei 2010.
Soetjiningsih. Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak, dalam I.G.N.Gde Ranuh
(ed): Tumbuh Kembang Anak. EGC, Surabaya, 18, 237-247.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gangguan Bicara Pada Anak, dalam Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2013,
6, 102-105.
Nemours Foundation. Delayed Speech Or Language Development, dalam Kids
Health For Parents. Didapatkan dari URL:. Diakses pada tanggal 22 Mei 2017.
Screening for Speech and Language Delay in Preschool Children: Systematic
Evidence Review for the US Preventive Services Task Force, dalam Official
Journal Of The American Academy Of Pediatrics. Didapatkan dari URL:
http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/full/117/2/e298. Diakses pada
tanggal 22 Mei 2017.
Come Unity. Children with Communication Disorders, dalam Children’s
Disabilities And Special Needs. Didapatkan dari URL:
http://www.comeunity.com/disability/speech/communication.html. Diakses pada
tanggal 22 Mei 2012.
Arthur C. Guyton, John E. Hall, Neurofisiologi Motorik dan Integratif, dalam
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
Lundsteen SW, Tarrow NB. Guiding young children’s learning.New York; Mc
Graw Hill; 2011.

Anda mungkin juga menyukai