Anda di halaman 1dari 29

KASUS DISAUDIA

DI RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

Oleh :
Ari Putra Azis
Desyana Putri Nurma Intani
Octi Vikamitasari
Satria Wahyu Utama
Definisi dan Pengertian

ada 2 macam definisi mengenai


ketunarunguan: Secara medis
ketunarunguan berarti kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar
yang disebabkan oleh kerusakan dan
non-fungsi dari sebagian atau seluruh
alat-alat pendengaran. Dan secara
pedagogis ketunarunguan ialah
kekurangan atau kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan
hambatan dalam perkembangan
sehingga memerlukan bimbingan dan
Disaudia adalah gangguan
artikulasi yang berhubungan
dengan kesulitan audio
feedback yang mungkin terjadi
sebagai akibat dari gangguan
pendengaran (Nicolosi, 1989).
Penyebab Gangguan

Faktor non-genetik
Infeksi maternal
Premature.
Berat badan lahir rendah.
Cedera lahir.
Racun termasuk obat-obatan dan alkohol yang
dikonsumsi oleh ibu selama kehamilan
Komplikasi yang terkait dengan faktor Rh dalam
darah / ikterus
Diabetes ibu
Toksemia selama kehamilan
Kekurangan oksigen ( anoxia ).
Cont..
Faktor genetik
Faktor genetik (keturunan) yang
diduga menyebabkan lebih dari 50%
dari semua gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran dari cacat
genetik terjadi pada saat lahir atau
masa perkembangan. Kebanyakan
gangguan pendengaran genetik dapat
digambarkan sebagai autosomal resesif
atau autosomal dominan
Karakteristik
(Hidayat, dkk. 2006:129)

Karakteristik fisik
a. gerak kaki dan tangannya lincah/cepat
b. gerakan matanya cepat
.Karakteristik bicara/bahasa
a. miskin dalam kosakata
b. kurang menguasai irama dan gaya
bahasa
Karakteristik kepribadian
a. ketidakmampuan dalam penyesuaian
mental maupun emosi
b. berkepribadian tertutup (introvert)
.Karakteristik emosi dan sosialnya
a. kurang mampu dalam mengendalikan
emosinya
b. rendah diri dan merasa diasingkan
Prevelensi Kasus

Tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%)


penduduk dunia yang menderita gangguan
pendengaran dan lebih kurang
setengahnya (75-140 juta) terdapat di Asia
Tenggara.
Data yang ada di Indonesia, angka
kelahiran sekitar 2,6%, maka setiap
tahunnya akan ada 5200 bayi tuli di
Indonesia (Depkes, 2010).
Data yang ada di RSU Banyumas , jumlah
kunjungan kasus gangguan pendengaran
rawat jalan pada tahun 2016 ada 196,
rawat inap ada 3 total 199 (4,9)% dari
Prognostik teoritik

tergantung beberapa hal yaitu :


deteksi dini, penggunaan alat bantu dengar
(ABD), berat atau ringan gangguan
pendengaran yang dialami, waktu
terjadinya disaudia serta penan orang tua
Identitas klien
Nama : An. AK
tanggal lahir : 23 Maret 2013
jenis kelamin : Perempuan
Nama Ayah :Tn. AI
pekerjaan Ayah : pegawai swasta
Nama Ibu : Ny. NW
pekerjaan Ibu : PNS
Alamat : Perumahan Bukit Kalibagor Indah
Blok D1 No. 10, Banyumas.
Riwayat Kondisi Sekarang

klien menderita gangguan


pendengaran dengan derajat
keparahan telinga kanan 65dB dan
kiri 60dB. Klien diketahui mengalami
gangguan pendengaran saat usia 2
tahun. Klien tidak mengalami
gangguan motorik kasar maupun
motorik halus. Klien sudah mampu
berbicara tetapi masih terdapat
banyak kesalahan artikulasi.
Pembendaharaan kata klien pun
Riwayat Kondisi Dahulu

Riwayat Prenatal
Ibu mengalami bintik-bintik merah pada
tubuh serta nyeri pada usia kandungan
4 bulan (virus rubella).

Riwayat Natal
anak lahir pada saat usia kandungan 9
bulan secara normal dengan berat
badan 2900 gram dan klien langsung
menangis.
Cont..
Riwayat Post Natal
perkembangan motorik klien dapat
merangkak pada usia 10 bulan,
duduk pada usia 5 bulan, berdiri 10
bulan, jalan pada usia 14 bulan
makan sendiri pada usia 12 bulan dan
memakai baju sendiri pada usia 3
bulan.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan
Keluarga
klien berasal dari keluarga dengan
status ekonomi menengah atas dan
merupakan anak tunggal dengan
status keluarga anak kandung, tidak
ada anggota keluarga lain yang
mengalami gangguan pendengaran
ataupun gangguan bahasa bicara.
Keluarga selalu memberi motivasi
kepada klien dan sangat mendukung
untuk tindakan terapi yang dilakukan.
Cont..
Perilaku klien cukup kooperatif,
namun sensitif terhadap hal-hal yang
tidak disukai. Interaksi klien dengan
orang lain terkesan kooperatif dan
lingkungan tempat tinggal klien
cukup kondusif untuk kondisi klien
dengan gangguan pendengaran yang
klien alami.
Data yang berhubungan dengan
permasalahan bahasa, bicara, suara,
irama kelancaran dan menelan.
Sindroma yang berhubungan dengan
bahasa
Hasil tes ACLC = kategori A :39 dari
50, kategori B :70%, kategori C :30%
dan kategori D : 20% sehingga dapat
disimpulkan pemahaman klien cukup
bagus.
Cont..
Berdasarkan hasil tes Exprssive One Word
Language Age klien adalah 3 tahun 4 bulan. Dapat
disimpulkan kemampuan bahasa ekpresif klien
sesuai batas rata-rata.

Sindroma yang berhubungan dengan wicara


respirasi : tidak ada permasalahan
fonasi : klien mampu berfoasi /a/ selama 5 detik
resonansi : tidak ada permasalahan
artikulasi : beberapa fonem yang mengalami
gangguan artikulasi ( terlampir)
prosodi : tidak ada permasalahan
Sindroma yang berhubungan dengan suara
Nada : tidak terdapat permasalahan
Kualitas : pada saat fonasi tidak
ditemukannya gangguan nasal baik
hipernasal ataupun hiponasal.
Kenyaringan : suara klien terkesan nyaring
dan terkadang sangat kecil.
Sindroma yang berhubungan dengan irama
kelancaran
tidak ada permasalahan
Sindroma yang berhubungan dengan
kemampuan menelan
tidak ada permasalahan
Data ahli yang berkaitan
klien mengalami gangguan pendengaran
dengan derajat keparahan telinga kanan
65dB dan kiri 60 dB yang diketahui dari tes
ASSR.(terlampir)
Analisis

Ibu mengalami (virus rubella).


Klien menderita gangguan pendengaran
moderete.
Klien masih memilik kesalahan artikulasi.
Diagnosis

Berdasarkan hasil Assessment dan analisis


data didapat bahwa klien mengalami
Disaudia.
Prognosis
ASET LIMITASI
Klien sudah mampu melakukan Rutinas terapi kurang

komunikasi dua arah

Tingkat dB termasuk sedang 60 dan 65 Aspek bicara masih terganggu

(Artikulasi )

Atensi klien cukup bagus

Motivasi keluarga sangat mendukung

Klien kooperatif

Pemahaman klien cukup bagus


Perencanaan Terapi

Tujuan Jangka Panjang (Long Term Goal)


Meningkatkan kemampuan bicara anak sesuai
dengan usia perkembangan dalam waktu 1
tahun
Tujuan Jangka Pendek (Short Term Goal)
Agar anak mampu meningkatkan kemampuan
artikulasi /h-/ dengan tingkat keakuratan 80%
selama 3 sesi berturut-turut dalam waktu 1 bulan
Agar anak mampu meningkatkan kemampuan
artikulasi /-h-/ dengan tingkat keakuratan 80%
selama 3 sesi berturut-turut dalam waktu 1 bulan

Materi Terapi
Latihan kemampuan artikulasi /h-/ (hitam,
hutan, hantu, hujan, hewan)
Latihan kemampuan artikulasi /-h-/ (bihun,
pohon, pahit, paha, tahu)
Metode Terapi
metode Motokinestetik
Alat terapi
Kartu artikulasi /h-/ dan /-h-/
Puzzle
Daftar kata /h-/ dan /-h-/
Rencana pelaksanaan Terapi
Semua sesi terapi di laksanakan di ruangan terapi
wicara RSU Banyumas dan Rumah Klien. Setiap
sesi terapi berdurasi 30 menit dengan frekuensi
kedatangan 2 kali seminggu.
Pelaksanaan Terapi
a. Ruang Lingkup Tempat: Ruang terapi unit Terapi
Wicara RSU Banyumas.
b. Ruang Lingkup Durasi/Waktu terapi: 30 menit
setiap satu sesi terapi.
c. Ruang Lingkup Frekuensi: dua kali pertemuan
dalam satu minggu.
Hasil Proses Terapi
Artikulasi /h-/

Materi Pertemuan
I II III IV

Hantu 0% 0% 20% 20%

Hitam 0% 0% 0% 20%

Hutan 0% 0% 0% 0%

Hujan 0% 0% 0% 0%

Hewan 0% 0% 0% 0%

Keberhasilan 0% 0% 20% 40%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tujuan terapi untuk


memproduksi /h-/ belum mencapai target. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa untuk materi kata hewan, hutan dan hujan tidak mengalami
pengingkatan. Pada pertemuan 1-4 belum mencapai keberhasilan
sebanyak 80% sehingga dapat di simpulkan bahwa target tidak
tercapai.
Hasil proses terapi
artikulasi /-h-/
Materi Pertemuan

I II III IV

Pohon 0% 0% 0% 20%

Paha 0% 0% 0% 0%

Pahit 0% 0% 0% 0%

Bihun 0% 0% 0% 0%

Tahu 0% 0% 0% 0%

Keberhasilan 0% 0% 0% 20%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tujuan terapi


untuk memproduksi /-h-/ belum mencapai target. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa untuk materi kata paha, pahit,bihun dan tahu
tidak mengalami pengingkatan. Pada pertemuan 1-4 belum
mencapai keberhasilan sebanyak 80% sehingga dapat di
simpulkan bahwa target tidak tercapai.
Hasil Perbandingan sebelum
dan sesudah terapi pada
No Materi Kemampuan
produksi /h-/ tingkat kata
Sebelum Sesudah

Respon

1. hantu /antu/ /hantu/

2. hitam /itam/ /hitam/ Hasil Perbandingan sebelum


3. hutan /utan/ /utan/ dan sesudah terapi pada
kemampuan artikulasi /-h-/
4. hujan /ujan/ /ujan/
No Materi Kemampuan
5. hewan /ewan/ /ewan/
Sebelum Sesudah

Respon

1. pohon /poon/ /pohon/

2. paha /paa/ /paa/

3. pahit /pait/ /pait/

4. bihun /biun/ /biun/


5. tahu /tau/ /tau/
Kesimpulan

Program terapi yang dilakukan pada


klien untuk memproduksi fonem /h-/dan
/-h-/tingkat kata belum berhasil dilakukan.
Hal ini disebabkan olehketerbatasan
feedbeck auditori pada /h-/ dan /-h-/. Selain
itu durasi pertemuan terapi yang singkat,
variasi metode dan program terapi yang
belum sesuai dengan kondisi klien (evaluasi
program) kemungkinan berpengaruh
terhadap ketidak berhasilan terapi.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai