Anda di halaman 1dari 11

1.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LABIOPALATOSCHIZIS


1. Pengkajian

a) Biodata

1. Nama bayi : untuk mengenal dan memanggil dan menghindari terjadinya kekeliruan

2. Umur bayi : untuk mengantisipasi diagnose dan terapi yang diberikan

3. Berat badan: untuk mengetahui berat badan bayi.

4. Jenis kelamin

mencocokan jenis kelamin sesuai nama anak

5. Anak ke

Untuk mengetahui paritas dari orang tua

b) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau tanda gejala yang menyebabkan klien dibawa
berobat. Pada kasus Labiopalatoskisis keluhan utama biasanya terdapat celah/
belahanpada daerah bibir dan kulit tampak kuning (Muslihatun, 2010).
c) Riwayat kesehatan
1) Prenatal
Adanya satu atau lebih faktor predisposisi terjadinya labio /palato skisis antara lain
toksisitas selama kehamilan.
2) Post Natal
Kondisi labio palato skizis adanya riwayat kesulitan dalam proses meneteki, mudah
tersedak, distres pernafasan, dispnea

d) Riwayat kebutuhan sehari-hari

Yaitu istirahat, eliminasi, dan nutrisi pada bayi baru lahir dengan dengan
Labiopalatokisis
Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik/Lemah

b. Kesadaran : Composmentis : kesadaran penuh, respon cukup terhadap


rangsangan, apatis : acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar, samnolen : tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, tidak memberi respon tetapi masih ada rangsangan
kuat, sopor : hanya berespon terhadap rangsangan kuat dengan refleks pupil terhadap
cahaya, koma : tidak ada respon terhadap rangsangan apapun.
c. TTV : suhu : 36,6-37,50C (normal)

Bila suhu <36,50C hipotermi dan >37,50C hipertermi


HR : 120-160 kali/menit (normal) Bila HR <120 dan >160 asiksia
RR : 40-60 kali/menit (normal)

Bila <40 :brakipnea dan >60 :takipnea

2. Pemeriksaan Antropometri meliputi :

a. Berat badan : berat badan normal untuk bayi baru lahir adalah : 2500-4000
gram (Sudarti,dkk 2011).
b. PanjangBadan normal bayi baru lahir adalah : 45-50 cm

c. Lingkar Kepala normal bayi baru lahir adalah : 33-35 cm

d. Lingkar dada normal bayi baru lahir : 30-33 cm.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : adakah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan ubun-ubun


tertutup (Sudarti,dkk 2011).
b. Mata : adakah kotoran mata atau tidak, adakah warna kuning di sclera atau
tidak, ada warna putih pucat dikonjungtiva atau tidak.Pada kasus ikterus warna
kuning pada daerah sklera
c. Hidung : lubang hidung simetris atau tidak, bersih, tidak ada pernapasan
cuping hidung. Pada kasus ikterus kuning terjadi pada daerah muka sampai ke hidung
(Muslihatun, 2010)
d. Telinga : simetris atau tidak, ada kelainan atau tidak.

e. Mulut : adakah sianosis dan bibir kering atau tidak. Pada kasus
Labiopalatokisis terdapat celah pada bibir bagian atas sampai ke palatum refleks
mengisap kurang baik (Elmeida, 2015
f. Dada: simetris atau tidak, frekuensi bunyi jantung ada atau tidak, adakah
kelaian atau tidak. (Muslihatun, 2010)
g. Abdomen : adakah kelainan pada bentuk atau tidak, adakah pembesaran hati
dan limpa atau tidak, ada perdarahan tali pusat atau tidak. (Muslihatun, 2010)
h. Genitalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada skrotum atau tidak,
perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora atau tidak (Sudarti,
2011).
i. Anus : ada lubang atau tidak, mekonium sudah ada atau belum (Sudarti, 2011)
j. Ektremitas : adakah oedema atau tidak, adakah tanda sianosis atau tidsak,
apakah akral dingin atau hangat, apakah ada kelainan polidaktil dan sindaktil atau
tidak (Sudarti, 2011).

4. Pemeriksaan penunjang

Menururt (Nabiel,2014) Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui


dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta rontgent.
Pada pasien dengan Labiopalatoskisis

2. Analisa Data

Analisa Data merupakan langksh selanjutnya setelah dilakukan proses Pengkajian.


Dari data Pengkajian yang diperoleh bias jadi ditemukan beberapa gangguan atau keluhan.
Gangguan atau keluhan tersebut yang kemudian dianalisis hingga menemukan masalah
keperawatan .Analisis data terdiri dari data, etiologi dan masalah keperawatan. Data dibagi
menjadi dua yaitu data subjektif (DS) dan data Objektif (DO).

1). Data subjektif meliputi:

a. Ibu mengatakan keadaan bayi saat lahir

b. Ibu mengatakan kecemasan atau rasa ketidaknyamanan


pada bayinya

2). Data obyektif meliputi:

a. Keadaan umum : keadaan umum saat bayi datang ke rumah sakit.

b. Kesadaran bayi saat datang ke rumah sakit

c. Masalah

Permasalahan yang ditakutkan dapat mempengaruhi keadaan bayi

d. Kebutuhan hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum diidentifikasi dalam


diagnosa dan masalah.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medik dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen
dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi),
tanda dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2008)

Diagnose yang mungkin muncul pada anak labiopalatochizis :

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi lelah


menghisap, intake makanan dan minuman pada anak tidak adekuat.
2. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan aspirasi ke dalam saluran pernapasan dan
masuknya cairan ke saluran telinga
5. Resiko perubahan perilaku orang tua yang berhubungan dengan cacat fisik
yang sangat nyata pada bayi.
6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian makan,
dan perawatan dirumah

4. Rencana Asuhan Keperawatan

1) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi lelah menghisap,
intake makanan dan minuman pada anak tidak adekuat.

Tujuan : bayi dapat terpenuhi nutrisinya secara adekuat setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x24 jam

Kriteria hasil :

• Nutrisi bayi terpenuhi

• Mempertahankan BB dalam batas normal.

• Bayi dapat tidur nyenyak

Intervensi :

1. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

R/ Memberikan informasi sehubungan dgn keb nutrisi & keefektifan terapi.

2. Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan lubang
yang sesuai untuk pemberian minum

R/ Untuk mempermudah menelan dan mencegah aspirasi.

3. Tepuk punggung bayi setiap 15ml 30ml minuman yang diminum, tetapi
jangan diangkat dot selama bayi menghisap.

R/ Karena cenderung menelan banyak udara dan mencegah cedera pada bayi
4. Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.

R/ Untuk mengetahui kemampuan menelan dan menghisap pada bayi.

5. Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan

R/ Mempertahankan nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi

6. Mempertahankan nutrisi adekuat

R/ Nutrisi yang adekuat dapat mempertahankan atau menambah berat badan


bayi

7. Kaji kemampuan menelan dan menghisap

R/ Bila kemampuan menelan dan menghisap baik maka nutrisi yang masuk
dapat terpenuhi.

8. Tempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong
makan/minuman kedalam

R/ Posisi tempat dot yang tepat mencegah resiko aspirasi dan memberikan
kenyamanan posisi pada bayi.

2) Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan

Tujuan : anak tidak akan mengalami aspirasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …x 24 jam

Dengan kriteria hasil :

• Menunjukkan peningkatan kemampuan menelan.

• Bertoleransi terhadap asupan oral dan sekresi tanpa aspirasi.

• Bertoleransi terhadap pemberian perenteral tanpa aspirasi

Intervensi :

1. Jelaskan pada orang tua cara/ teknik menyusui yang benar

R/ ibu dapat mengerti cara yang benar dalam memberikan ASI sehingga bayi
terhindar dari aspirasi.
2. Tempatkan pasien pada posisi semi-fowler atau fowler.

R/ Agar mempermudah mengeluarkan sekresi.

3. Gunakan dot khusus yang agak panjang

R/ untuk meminimalkan terjadinya aspirasi

4. Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan


selama makan, sesuai dengan kebutuhan.

R/ Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan


menelan terganggu.

5. Pantau status pernafasan selama pemberian makan tanda-tanda aspirasi selama


proses pemberian makan dan pemberian pengobatan.

R/ Perubahan yg terjadi pada proses pemberian makanan dan pengobatan bisa


saja menyebabkan aspirasi

3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.

Tujuan :Rasa cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam

Kriteria hasil :

• Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan.

• Menghindari sumber kecemasan bila mungkin.

• Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

Intervensi :

1. Jelaskan pada keluraga keadaan yang diderita anaknya

R/ pemahaman ibu tentang keadaan yang diderita anaknya mengurangi


kecemasan keluarga, karena keadaan anak masih bisa diatasi.

2. Kaji tingkat kecemasan keluarga.

R/ Untuk mengetahui seberapa besar kecemasan yang dirasakan keluarga


sekarang.
3. Berikan penyuluhan pada keluarga tentang penyakit dan proses
penyembuhannya.

R/ Untuk mengetahui bagaimana untuk memudahkan memberikan support


atau penyuluhan.

4. Anjurkan keluarga mengungkapkan dan atau mengekspresikan perasaan


(menangis)

R/ membantu mengindentifikasikan perasaan atau masalah negatif dan


memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau berduka.
Klien dapat juga merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karean
sperasaannya bahwa ia telah gagal, bahwa ia sebagai wanita lemah, dan bahwa
harapannya tidak terpenuhi.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan aspirasi ke dalam saluran pernapasan dan


masuknya cairan ke saluran telinga

Tujuan : bayi tidak mengalami infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan


.....x/24jam

Kriteria hasil :

• Mencegah infeksi :Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.

• Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.

• Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.

Intervensi :

1. Jelaskan pada orang tua penyebab dari resiko infeksi

R/ penyebab dari resiko infeksi ialah karena masuknya cairan/susu ke dalam


saluran pernapasan dan telinga.

2. Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan, kepala agak sedikit
tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat
pneumonia.

R/ Meningkatkan mobilisasi sekret, menurunkan resiko pneumonia.


3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik profilaksis

R/ pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan resiko infeksi.

4. Observasi tanda-tanda infeksi

R/ deteksi dini terhadap tanda-tanda infeksi

5) Resiko perubahan perilaku orang tua yang berhubungan dengan cacat fisik yang
sangat nyata pada bayi

Tujuan : pasien atau keluarga memperlihatkan penerimaan terhadap bayi

Kriteria hasil:

• Keluarga membicarakan perasaan dan kekhawatiran mengenai cacat yang


disandang anaknya. Koreksi dan prospeknya di masa mendatang.

• Keluarga memperlihatkan sikap menerima bayinya.

Intervensi:

1. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perasaan


mereka.

R/ untuk mendorong koping keluarga

2. Perlihatkan perilaku menerima bayi dan keluarganya

R/ karena orang tua sensitive terhadap perilaku afektif anaknya

3. Tunjukkan dengan perilaku bahwa anak adalah manusia yang berharga

R/ untuk mendorong penerimaan bayi cacat fisik.

6) Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian makan, dan


perawatan dirumah.

Tujuan : keluarga memahami teknik pemberian makanan yang tepat pada anak.

Kriteria hasil :
• Keluarga memahami teknik pemberian makan yang tepat

• Keluarga dapat menjelaskan dan memperagakan kembali teknik pemberian


yang benar.

Intervensi :

1. Jelaskan pada keluarga teknik pemberian makanan yang tepat

R/ teknik pemberian makan yang tepat ialah puting /dot khusus harus
diposisikan ke belakang dan di sepanjang sisi mulut di sisi noncleft, menekan
pipi bersama-sama di sekitar puting untuk meningkatkan suction lisan.posisi
bayi tegak.

2. Minta ibu memperagakan kembali apa yang sudah di ajarkan oleh perawat.

R/ untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu tentang tekni pemberian


makanan yang tepat.

3. Observasi ketepatan ibu dalam mengaplikasikan yang telah di ajarkan.

R/ menilai ketepatan teknik pemberian makanan.

5. Implementasi Keperawatan

Menurut Asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dari rencana keperawatan


untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

6.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesahatan lainnya. Penilaian evaluasi
keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien

Anda mungkin juga menyukai