Anda di halaman 1dari 550

Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab!

1. Hal-hal yang tidak lazim dan sering terjadi merupakan pengertian dari?
Abnormalitas
Normalitas
Kebiasaan
Perilaku menyimpang
2. Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi penting dari fungsi
kemanusiannya disebut juga dengan?
Anak berkebutuhan khusus
Anak spesial
Anak khusus
Anak sehat
3. Pilihan berikut termasuk dalam tahap perkembangan lingkup anak khusus, KECUALI?
Prenatal
Adolescent
Infancy
Early childhood
4. Perilaku dianggap abnormal apabila menimbulkan?
Penyesalan
Kebahagiaan
Penderitaan
Rasa syukur
5. Kurangnya Phonological Awareness tidak berkaitan dengan ketidakberfungsian salah satu
bagian otak, melainkan berkaitan dengan masalah dalam koneksi antara bagian di dalam otak.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh?
George Reid Lyon
Sigmund Freud
Carl Gustav Jung
Abraham Maslow
6. Treatment yang tepat untuk anak yang mengalami Shuttering atau gagap dalam berbicara
adalah?
Memaksa anak untuk berbicara dengan lancar
Menggunakan kalimat panjang
Menggunakan kalimat pendek
Latihan bernafas
7. Berikut ini termasuk perilaku abnormal, KECUALI?
Pelanggaran Norma
Distress Pribadi
Disabilitas
Konformitas
8. Kondisi yang membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu di masa
mendatang, merupakan salah satu penyebab tingkah laku abnormal yaitu?
Primary Cause
Predosposing Cause
Precipitating Cause
Reinforcing Cause
9. Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperkuat tingkah laku abnormal yang
sudah terjadi, merupakan salah satu penyebab tingkah laku abnormal yaitu?
Primary Cause
Predosposing Cause
Precipitating Cause
Reinforcing Cause
10. Setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan, merupakan
salah satu penyebab tingkah laku abnormal yaitu?
Primary Cause
Predosposing Cause
Precipitating Cause
Reinforcing Cause
11. Kondisi yang tanpa kehadirannya tidak akan muncul suatu gangguan, merupakan salah satu
penyebab tingkah laku abnormal yaitu?
Primary Cause
Predosposing Cause
Precipitating Cause
Reinforcing Cause
12. Berikut ini termasuk dalam faktor biologis penyebab tingkah laku abnormal, KECUALI?
Gen
Toksin
Neurotransmitter
Deprivasi Parental
13. Perilaku abnormal merupakan pola-pola emosi, pikiran dan perilaku yang dianggap patologis
karena satu atau lebih alasan seperti jarang terjadi, bertentangan dengan nilai/norma kelompok,
menimbulkan stres pribadi, menunjukan adanya ketidakmampuan dan tidak diharapkan.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh?
Gerald C. Davison & John M. Neale
Ivan P. Pavlov & B.F. Skinner
Sigmund Freud & Carl Gustav Jung
Abraham Maslow & Carl Rogers
14. Masalah perkembangan bahasa dimana anak sulit untuk mengendalikan kecepatan ucapan
dan/atau lambat dalam belajar mengartikulasikan suara tertentu disebut juga dengan?
Expressive Language Disorder
Receptive Language Disorder
Phonological Disorder
Mixed Expressive-Receptive Language Disorder
15. Penyebab tingkah laku abnormal berdasarkan salah satu faktor psikososial yaitu kurangnya
rangsangan emosi dari orang tua seperti pujian disebut juga dengan?
Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat
Struktur keluarga yang tidak sehat
Trauma pada masa kanak-kanak
Deprivasi Parenatal
16. Tidak dapat membedakan bentuk dan detail secara jelas seperti membaca, melihat simbol,
dan lain-lain. Definisi tersebut merupakan definisi dari?
Color Vison Deficiecy
Colour Blind
Blindness
Monochromacy
17. Adi memiliki seorang kakek yang sudah cukup berumur. Kakeknya sudah sama sekali tidak
dapat melihat pada indra pengelihatannya. Dari kasus tersebut kakek Adi termasuk kedalam
kategori blindness?
Buta total
Buta parsial
Buta sebagian
Buta warna
18. Seorang yang dinyatakan tuna netra atau buta jika ketajaman visualnya tidak melebihi?
20/20 feet
200/20 feet
20/200 feet
200/22 feet
19.
1) Saat persalinan terjadi benturan
2) Terinfeksi bakteri
3) Premature
4) Kecelakaan
Dari poin diatas, merupakan sumber yang terjadi pada saat?
Prenatal
Postnatal
Perinatal
Posprenatal
20. Berikut ini yang bukan termasuk kedalam karakteristik blindness adalah?
Adanya penglihatan yang samar-samar/kabur sewaktu digunakan untuk penglihatan jarak dekat,
jarak jauh atau keduanya
Adanya kelainan mata yang disebabkan karena kesalahan refraksi, kelainan fungsi otot, kelainan
lain seperti katarak
Adanya medan penglihatan yang terbatas
Mata yang dapat menglihat jelas pada jarak tertentu
21. Perhatikan gambar berikut!

Gambar tersebut merupakan kelainan yang disebut dengan?


Gambar Tanpa Teks
Hyeropia
Myopia
Hypermetroia
Distorsia
22.
1) Tidak ada modelling untuk belajar
2)Tidak bisa bereksplorasi
3) Tidak bisa belajar dari interaksi lingkungan
4) Perkembangan motorik terbatas
Dari poin diatas, merupakan hambatan belajar para penderita?
Blind young
Blind children
blind old
blind elderly
23. Ketunanetraan anak dapat menyebabkan keterbatasan dalam berbagai hal komunikasi,
mengenal dunia sekitar, keindahan alam, dan keluasan bergerak. Pernyataan tersebut termasuk
kedalam fungsi?
Fungsi Kognitif
Fungsi Motorik
Fungsi Emosi
Fungsi Afektif
24. Terhambat, karena memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi secara emosional melalui
ekspresi atau reaksi-reaksi wajah, serta gestur untuk menyampaikan perasaan yang dirasakan.
Pernyataan tersebut merupakan perkembangan dari?
Mental
Sikap
Afeksi
Emosi
25. Prinsip dalam pembelajaran blind children yang dedifinisikan dengan penggunaan semua
alat indera yang masih berfungsi secara menyeluruh mengenai suatu objek, merupakan prinsip
dari?
Multi sensory oncoming
Multi sensory approaching
Multi sensory approach
Multi sensory coming
26. Kesulitan dalam pemerolehan dan penggunaan bahasa yang berkaitan dengan pemahaman
dan produksi kosa kata, struktur kalimat dan kemampuan bercakap-cakap disebut juga dengan?
Language disorder
OCD
Eating disorder
Skizofrenia
27. Terjadi pada saat anak kesulitan mengendalikan kecepatan ucapannya, atau lambat dalam
belajar mengartikulasikan suara tertentu. Disebut juga dengan?
Language disorder
Employee disorder
Faking bad disorder
Phonological disorder
28.
1) Mixed expressivereceptive language disorder
2) Expressive language disorder
3) Stuttering
4) Gangguan phonological
5) Organizational Citizen Behavior
6) Anoreksia Nervousa
Dari poin diatas, manakah yang termasuk dalam communication disorder (gangguan
komunikasi)?
1,2,3,4
2,5,6,3
1,6,5,2
5,6,3,1
29. Indikasi bahwa performa yang lemah dalam phonological awareness berhubungan dengan
kurangnya aktivitas otak di bagian?
Lobus oksipital
Lobus temporal kiri
Lobus temporal kanan
Lobus sentral
30. Kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa dengan berbicara jelas dibawah rata-rata
anak dalam usia mentalnya disebut dengan?

Expressive Language Disorder


Communication Disorder
Clap Disorder
Silent Disorder
31. Cara berbicara yang ditandai dengan pengulangan suara atau perpanjangan suku kata atau
kata atau sering gugup atau terhenti sehingga mengganggu irama alur bicara disebut dengan?
Stunting
Autisme
Stuttering
Ear infection
32. Faktor yang paling kuat penyebab stuttering adalah?
Genetik
Lingkungan
Makanan
Obat-obatan
33. Salah satu treatment yang paling tepat untuk anak yang mengalaim stuttering adalah?
Berbicara dengan cepat
Menggunakan kalimat-kalimat panjang
Menggunakan kalimat pendek dan sederhana
Menggunakan bahasa asing
34.
1) Perkembangan kosakata yang terbatas
2) Memendekan ucapan yang panjang
3) Kesulitan dalam memilih dan mengganti kata-kata yang tepat
4) Meludah saat berkata
5) Mengucapkan kalimat berulang-ulang
Dari poin diatas, manakah yang termasuk Kesulitan-kesulitan yang tampak belakangan dalam
Expressive Language Disorder?

3,4,5
2,3,5
1,2,3
1,3,5
35. Penelitian anatomi dan neuroimaging menunjukkan bahwa kekurangan dalam phonological
awareness berkaitan dengan masalah dalam koneksi antara bagian di dalam otak, bukan tidak
berfungsinya salah satu bagian otak. Pernyataan tersebut di kemukakan oleh?
George Reid Lyon
Ivan Pavlov
Mikhail Kalashnikov
Alexander Volkanovski
36. Cerebral Palsy biasa disebut sebagai?
Lumpuh kaki
Lumpuh otak
Kelainan janin
Lahir premature
37. Saat bayi lahir dalam keadaan tidak sadar, tidak menangis, mengalami kejang, atau
kekurangan oksigen dan mengakibatkan jaringan otak rusak disebut sebagai?
Kelahiran yang sulit
Asfiksia
Hipoksis Iskemik Ensefalopati
Rubella
38. Jenis cerebral palsy spastik mengalami kerusakan di cortex motoric otak besar sebanyak?
6-10 %
9-12 %
10-15 %
70-80 %
39. Jenis – jenis cerebral palsy dibawah ini yaitu, KECUALI?
Spastik
Assesment
Ataksik
Diskinetik
40.
1) Mengeluarkan ai liur terus menerus
2) Mudah mengalami dislokasi/cidera pada senid
3) Mengalami penyakit asam lambung
Dari poin diatas, merupakan masalah yang dihadapi dari penderita penyakit?
Cerebral palsy
ADHD
Autism
Poliomielitis
41. Perkembangan motorik yang terlambat menyebabkan hilangannya keseimbangan seperti saat
anak belajar duduk merupakan kelainan?
Diskinetik
Spastik
Ataksi
Campuran (kombinasi)
42. Membantu pasien menangani kesulitan dalam beraktivitas merupakan terapi?
Psikologis
Terapi bicara
Terapi berjalan
Terapi okupasi
43. Terapi yang dapat dijalankan oleh penderita cerebral palsy adalah, KECUALI?
Gizi
Fisioterapi
Membaca
Orthotic
44. Seorang ibu yang mengalami kelahiran dengan lama dikarenakan kepala bayi lebih besar dari
panggul sang ibu disebut sebagai?
Orhotic
Kelahiran yang sulit
Lahir premature
Hipoksis Iskemik Ensefalopati
45. Cara untuk menghindari resiko cerebral palsy adalah, kecuali?
Mengkonsumsi makanan tinggi gula
Mengikuti pola hidup sehat
Rutin memeriksakan diri
Melakukan tindakan pencegahan
46. Andi memiliki kebiasaan mengetukan jari-jarinya, ia juga kerap mendorong anak lain di
sekolahnya tanpa alasan, Andi juga diketahui sulit untuk berkonsentrasi di waktu tertentu. Ciri-
ciri yang dimiliki Andi tersebut termasuk?
ADHD
Tantrum
Anorexia
OCD
47.
1. Obat-obatan
2. Penanganan Psikologis
3. Terapi Bermain
4. Menambah Jam Bermain
Di atas ini yang termasuk dalam penanganan ADHD adalah?
1 dan 2
1 dan 3
2 dan 3
2 dan 4
48. Gagal dalam memberikan perhatian pada hal-hal mendetail, melakukan kesalahan dalam
mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lainnya termasuk ciri-ciri dari?
Inatensi
Hiperaktivitas
Impulsivitas
Agresivitas
49.Sering menjawab tanpa pikir terhadap pertanyaan sebelum pertanyaan selesai termasuk ciri
dari?
HIperaktivitas
Agresivitas
Konformitas
Inatensi
50. Beberapa gejala Hiperaktivitas, Impulsivitas, atau kurang perhatian yang menyebabkan
gangguan pada anak dapat terjadi pada usia?
Sebelum usia 7 tahun
Setelah usia 7 tahun
Usia 10 tahun
Setelah usia 10 tahun
CONDUCT DISORDER

2 Definisi Conduct Disorder


Conduct disorder adalah suatu gambaran perilaku berulang dan menetap dimana hak dasar
orang lain atau norma sosial yang sesuai pada anak seusianya dilanggar, perilaku tersebut
menyebabkan gangguan dalam fungsi sehari-hari baik di rumah atau di sekolah (perilaku
antisosial).

3 DSM-IV-TR mendefinisikan Conduct Disorder sebagai perilaku dengan pola berulang dan
terus-menerus yang melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial atau aturan
yang berlaku.

4 Tingkat keparahan dari perilaku antisosial ini dibagi menjadi:


Ringan (beberapa masalah perilaku dan menimbulkan bahaya yang sedikit terhadap orang
lain).Sedang (masalah perilaku meningkat ke tingkat yang lebih parah).Berat (banyaknya atau
masalah perilaku mereka menyebabkan efek yang merugikan orang lain).

5 Tanda-tanda khas dari Conduct Disorder :


Gambaran perilaku anak remaja yang mengalami conduct disorder terdiri dari 4 kelompok antara
lain :Agresi fisik / mengancam yang diarahkan keorang lain / binatangMerusak barang milik
orang lainPerilaku tidak jujur, mencuriPelanggaran yang serius terhadap norma sosial yang
sesuai dengan anak / remaja yang seusianya.

5 Tanda-tanda khas dari Conduct Disorder :


Gambaran perilaku anak remaja yang mengalami conduct disorder terdiri dari 4 kelompok antara
lain :Agresi fisik / mengancam yang diarahkan keorang lain / binatangMerusak barang milik
orang lainPerilaku tidak jujur, mencuriPelanggaran yang serius terhadap norma sosial yang
sesuai dengan anak / remaja yang seusianya.

6 Definisi Conduct Disorder


Conduct disorder adalah suatu gambaran perilaku berulang dan menetap dimana hak dasar
orang lain atau norma sosial yang sesuai pada anak seusianya dilanggar, perilaku tersebut
menyebabkan gangguan dalam fungsi sehari-hari baik di rumah atau di sekolah (perilaku
antisosial).

7 Apa tanda-tanda anak yang mengalami conduct disorder ?


Sering berbohong,Sering mengancam,Sering mengintimidasi/menekan/bulli terhadap teman atau
orang lain,Sering memulai perkelahian fisik,Menggunakan senjata/benda yang menyebabkan
bahaya fisik yang serius bagi orang lain (misalnya, pemukul, batu, botol pecah
dll),Menyakiti/kejam kepada orang lain atau teman,Menyakiti/kejam kepada binatang

8 Mencuri dengan terang-terangan (menjambret, merampas)


Mencuri secara sembunyi-sembunyi misalnya mengambil uang didompet orangtua, mengambil
barang ditoko secara sembunyi-sembunyi, pemalsuan dllSecara sengaja menimbulkan
kebakaranSecara sengaja merusak barang milik orang lain (mencoret-coret dinding, mengores
kendaraan dengan benda tajam dll)Membongkar masuk kedalam rumah, bangunan, atau
kendaraan orang lainSering memanfaatkan orang lain dengan tujuan mendapat keuntungan
atau menghindari kewajiban.Sering keluar pada malam hari tanpa tujuan yang jelas /
nongkrong, walaupun dilarang orang tua.Sering kabur dari rumah.Sering membolos dari sekolah.

9 Masalah Perilaku & Perilaku Antisosial


kenakalan merupakan bagian dari perkembangan yang normal.DSM IV menetapkan bahwa
kategori harus digunakan hanya dalam kasus-kasus dimana perilaku tersebut merupakan gejala
dari disfungsi yang mendasari secara langsung daripada menjadi reaksi langsung terhadap
lingkungan sosial. DSM IV menunjukkan bahwa untuk membuat penilaian perilaku harus dengan
prosedur klinis dengan mempertimbangkan konteks sosial ekonomi dimana masalah perilaku itu
terjadi.

10 Etnis dan Kelas SosialKonsistensi sosial menemukan bahwa gangguan perilaku lebih umum
terjadi di kalangan remaja dari golongan ekonomi kurang mampu.Para peneliti banyak
membicarakan tentang risiko yang terkait dengan tumbuh dalam keadaan ekonomi yang kurang
mampu ketika ia menjelajahi konteks budaya. Begitu kelas sosial dikendalikan, tidak ada lagi
perbedaan etnis atau ras dalam prevalensi gangguan perilaku.

11 Tipologi dari Perilaku Antisosial


Onset Anak vs Onset RemajaGangguan pada usia sebelum 10 tahun terkait dengan agresi
terbuka dan kekerasan fisik, dan cenderung disertai dengan berbagai masalah, seperti defisit
neuropsikologi, kurangnya perhatian, impulsif, dan kinerja sekolah yang buruk. Hal ini sering
terjadi pada anak laki-laki dan diprediksikan perilaku antisosial ini terganggunya hubungan
orangtua dan anak.

12 Onset RemajaGangguan pada usia remaja menggambarkan diri mereka yang mencari jati
diri, terasing, tak berperasaan dan tidak terikat terhadap orang lain dan keluarga. Mereka juga
lebih cenderung melakukan tindak kekerasan dan hukuman yang tidak proporsional karena
kejahatan seperti : penyerangan, perkosaan dan penggunaan senjata mematikan.

13 Merusak / Tidak Merusak dan Terbuka / Rahasia


Frick dan koleganya (1993) mengidentifikasikan dua dimensi perilaku yang berbeda. Dimensi
pertama pada perilaku merusak atau tidak merusak. Dimensi kedua pada perilaku terbuka atau
rahasia. Mereka juga menemukan bahwa ada tipe yang berbeda dalam onset umur. Mereka
yang terlibat dalam perusakan alat-alat properti menunjukkan onset usia rata-rata 7,5 sementara
mereka yang menunjukkan perilaku pelanggaran status memiliki onset usia rata-rata 9.

14 Agresi Proaktif vs Agresi Reaktif


Reaktif atau pembalasan agresi, adalah reaksi defensif terhadap ancaman yang dirasakan dan
disertai oleh kemarahan dan permusuhan.Proaktif atau instrumental agresi, tanpa alasan,
berdarah dingin, dan umumnya digunakan untuk kepentingan pribadi atau untuk mempengaruhi
dan memaksa orang lain.

15 Anak dengan agresi reaktif lebih mungkin berasal dari keluarga yang melecehkannya secara
fisik, menjadi temperamental, kemampuan hubungan interpersonal yang rendah, keterampilan
pemecahan masalah yang rendah, rasa bermusuhan dan menolak secara sosial rekan-rekan
proaktif mereka. Anak dengan agresi proaktif menampilkan yang sebaliknya.

16 PenggangguDiawali dengan tindak bullying yang didapat saat sekolah, anak menjadi korban
dan menderita sakit hati, kecemasan yang signifikan, masalah somatik, rendah diri, kurangnya
perhatian, dan bahkan dapat bunuh diri. Sedangkan dalam beberapa kasus ada yang
menyebabkan kebodohan sosial seperti, ketidakmampuan sosialisasi, keterbatasan bicara dan
terasing dari rekan-rekannya.

17 Sifat Berperasaan atau Tidak Emosional dan Psikopati Remaja


Hare (1996), menemukan bahwa diantara mereka dengan perilaku antisosial, ada bagian yang
menunjukkan ciri-ciri kepribadian psikopatik. Ciri-ciri ini mencakup perasaan (kurangnya
penyesalan, empati, atau rasa bersalah), ego, pesona dangkal, impulsif, emosi dangkal,
manipulativeness, dan tidak adanya hubungan yang bermakna.Psikopat adalah individu yang
melakukan tindakan antisosial dan lainnya, tidak keluar dari kebutuhan , mereka tidak merampok
karena mereka miskin atau menyerang keluar pada orang lain untuk membela diri, tetapi karena
mereka mendapatkan kesenangan dari berburu atau memanipulasi orang lain.

18 Komorbiditas dan diagnosis diferensial.


Perilaku antisosial sering terjadi dengan gangguan lainnya. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) dan ODD (Oppositional Defiant Disorder) adalah kategori diagnostik yang paling sering
dikaitkan dengan CD.Komorbiditas remaja dengan ADHD dan CD juga kalangan yang paling
terganggu. Mereka menampilkan tingkat yang lebih tinggi dari agresi fisik, masalah perilaku yang
lebih gigih, prestasi sekolah yang rendah, dan penolakan lebih dari rekan-rekan dari tipe "murni"
perilaku antisosial.ODD  pola perilaku yang negatif, menantang, dan tidak taat

19 Gangguan belajar yang berhubungan dengan CD, terutama gangguan membaca


Gangguan belajar yang berhubungan dengan CD, terutama gangguan membaca. Dalam
beberapa remaja, masalah pembelajaran dapat menyebabkan frustrasi, sikap oposisi, dan
perilaku di sekolah dan dengan demikian diagnosis perilaku antisosial. Remaja dengan ADHD
yang menduduki di antara mereka yang memiliki keduanya melakukan dan gangguan belajar,
dan mungkin tumpang tindih gangguan ini dengan ADHD yang menyumbang terjadinya kejadian
mereka. Sebuah variabel ketiga yang dapat menjelaskan hubungan ini merugikan sosial
ekonomi. CD juga terjadi dengan penyalahgunaan zat dan dapat menjadi pelopor untuk itu,

20 Etiology The Biological Context


Moffit dan Lynam (1994): Temperamen mungkin memiliki pengaruh terhadap CD.tipikal difficult
temperament, memberi kecenderungan pada anak untuk memiliki impulsifitas, kecenderungan
cepat marah, dan juga menjadi overaktif.Genetis juga dipertimbangkan memiliki keterkaitan
dengan CD, namun adanya peran lingkungan yang membentuk perilaku anak juga tidak dapat
disingkirkan.

21 Konsumsi bahan-bahan berbahaya yang dapat membahayakan janin, meningkatkan risiko


anak memiliki perilaku agresif 10 tahun kemudianBahan-bahan biokimia (yang terdapat pada
tubuh) juga diperkirakan memiliki hubungan dengan CD:Testosterone (pada hewan)
menyebabkan perilaku agresifSerotonin dan Cortisol (pada manusia)

22 The Individual Context


Self-Regulationpenting untuk dapat berperilaku sesuai dengan norma dan juga mengontrol
perilaku impulsifnya sejalan dengan perkembangan usiabiasanya anak-anak usia pra-sekolah
memiliki dorongan yang kuat untuk memuaskan perilaku mereka yang agresif dan cenderung
untuk menjadi egosentris, maka diperlukan pengenalan pengendalian emosi diri.diperlukannya
ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak agar dapat terjadinya internalisasi nilai-nilai
orangtua pada anak

23 Emotion RegulationAnak-anak yang dalam keluarganya sering terjadi konflik, memiliki


orangtua yang buruk dalam aspek penanganan perilaku anak-anakmereka sangat berisiko untuk
gagal dalam mengembangkan strategi yang adekuat untuk dapat mengatasi emosi negatif dan
mengatur ekspresi yang mereka tampilkan

24 Prosocial Development: Perspective-Taking, Moral Development, and Empathy


kemampuan untuk dapat melihat berbagai permasalahan dari sudut pandang yang lain,
merupakan suatu dasar yang penting untuk mengembangkan moral reasoning dan empatianak-
anak yang dikategorikan “nakal” lebih tidak matang secara kognitif dalam hal moral reasoning
dan anak-anak dengan CD juga lebih tidak merasakan empati

25 hal yang mendasari perilaku agresi merupakan skema kognitif:


Social CognitionEron dan Huesmann (1990):hal yang mendasari perilaku agresi merupakan
skema kognitif:sebuah panduan untuk menginterpretasikan dan melakukan respon terhadap
kejadian-kejadian yang berasal dari masa lampau dan digunakan sebagai panduan bagi perilaku
dimasa mendatang.

26 Substance AbuseNational Center on Addiction and Substance Abuse (2004):4 dari 5 anak
yang terjerat kasus karena tindakan kriminal memiliki catatan sejarah pernah mengonsumsi
bahan-bahan atau zat-zat terlarang, atau sedang berada dalam pengaruh alkohol saat mereka
melakukan aksinya tersebut

27 The Family Context Attachment


Insecure attachment yang dimiliki anak dengan orangtuanya diyakini memiliki hubungan
terhadap masalah perilaku yang dialami anak, seperti membantah dan melakukan
kekerasanFamily DiscordPerselisihan dalam keluarga merupakan sumber yang sangat potensial
untuk memicu perilaku antisosial pada anak, terutama pada anak laki-laki (Shaw et al.,
1994).(Kruttschnitt & Dornfeld, 1993) menyatakan Anak-anak yang mengalami kekerasan dalam
rumahnya juga memulai berperilaku “nakal” pada usia lebih awal dan melakukan perilaku
melanggar yang lebih serius

28 Vaden-Kierman dkk (1995) menemukan fakta bahwa anak laki-laki yang tumbuh tanpa figur
seorang ayah dalam rumahnya lebih cenderung untuk memiliki perilaku agresif dibanding anak
laki-laki yang tumbuh dengan kedua orangtua yang lengkap.Stres dalam keluarga juga
meningkatkan kecenderungan anak mengalami CD

29 Parent Psychopatology
Konsumsi bahan-bahan/zat-zat terlarang oleh orang tua, terutama pada ayah, diprediksi memiliki
pengaruh pada CD yang dialami anak.Depresi yang dialami ibu juga dihubungkan dengan
masalah perilaku pada anak, sebagaimana juga yang terjadi pada penyimpangan-penyimpangan
yang lain (Cummings & Davies, 1994a)

30 Harsh Parenting and the Intergenerational Transmission of Agression


Eron dan Huesmann (1990) melakukan penelitian selama 22 tahun, dengan mengumpulkan data
dari 82 partisipan ketika mereka berumur 8 dan 30 tahun, sehingga dapat dikoleksi data dari
orangtua mereka dan anak yang berumur 8 tahun tersebut.Keterkaitan terhadap perilaku agresif
yang erat sangat jelas terlihat antara kakek/nenek, orangtua, dan anak-anak. Dipercaya karena
adanya modeling.

31 Parenting Inconsitency and


Lack of Monitoringsebuah inkonsistensi campuran antara kekerasan dan juga kelalaianKelalaian
dapat terlihat dalam beberapa kejadian yang melibatkan kurangnya pengawasan
orangtua.kurangnya pengetahuan orangtua mengenai kegiatan anak dan memberi peringatan
kepada anak tempat mana saja yang boleh dan tidak boleh dikunjungi juga beserta siapa anak
boleh bepergian

32 Coercion TheoryPatterson melihatnya sebagai suatu perilaku negatif yang dilakukan


seseorang dan didukung atau diperkuat oleh orang lainPatterson dkk (1982):anak-anak dengan
perilaku antisosial lebih cenderung untuk diberi reinforcement positif oleh orangtua mereka,
sementara orangtuanya secara tidak langsung mendapatkan reinforcement negatif.

33 Transactional Processes
Campbell (1997):ibu yang mengalami stres menjadi lebih sulit dan negatif ketika berusaha untuk
melakukan coping pada perilaku anaknya yang impulsive dan tidak patuh.Dumas, La Freinere
dan Serketich:anak-anak yang berperilaku agresif lebih cenderung untuk melakukan teknik
aversif dalam berperilaku, dan ibu mereka cenderung untuk merespon secara tidak
teratur/”sembarangan” dan gagal untuk membuat pembatasan terhadap perilaku coercion yang
lebih buruk yang dapat dilakukan sang anak.
34 A Developmental Perspective on Parenting and Conduct Disorder
memfokuskan pada masalah attachment pada masa-masa awal perkembangan anak, mulai dari
lahir hingga umur dua tahun (Shaw Bell (1993; et al., 2000)).perawatan yang tidak konsisten dan
meragukan, orangtua yang tidak responsif/cekatan dapat menyebabkan perkembangan dari
perilaku anak yang lekas marah, impulsif, dan juga menjadikan anak memiliki tipikal difficult

35 Specificity of Parenting Effects


Kim dkk (2003):dari sampel 897 anak-anak amerika keturunan Afrika dan membedakan mereka
dalam dua kelompok, yang berumur 10 dan 12.anak-anak yang mengalami CD dan Depresi
menerima perawatan yang lebih tidak memadai dari orangtuanya dibandingkan dengan anak-
anak yang hanya mengalami depresi.

36 The Social Contextpada anak usia pra-sekolah, dipercaya berhubungan dengan peer
rejection/penolakan oleh kawan sebaya.saat anak yang berperilaku agresif mungkin
dikucilkan/ditolak oleh rekan-rekannya yang berperilaku prososial, mereka condong untuk
diterima di kelompok teman sebaya yang antisosial yang dapat mentolerir atau memaklumi
masalah perilaku yang dialami.Menyebabkan anak menjadi lebih nyaman menghabiskan waktu
dengan kelompoknya tersebut

37 The Cultural Context The Neighborhood


Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang erat dengan kemiskinan dan kekerasan lebih
cenderung untuk mengembangkan perilaku antisosial dan CD (Osofsky, 1995).Secara jelas,
budaya geng pada daerah pelosok kota menyediakan alternative bagi para pemuda yang
mungkin berpikir harus bergabung untuk dapat “selamat”.Peneliti mengumpulkan data dari 294
anak laki-laki amerika ketrurunan afrika dan juga yang berasal dari Amerika Latin, yang dipantau
perkembangannya setiap tahun selama 6 tahun.

38 Hasilnya menunjukkan bahwa pengasuhan yang baik oleh orangtua dapat menurunkan
tingkat efek dari disorganisasi komunitas.

39 EthnicityPada anak-anak Amerika keturunan Afrika versus anak-anak Amerika keturunan


Eropa, ditemukan anak-anak Amerika keturunan Afrika lebih banyak yang tinggal di kawasan
yang terpisah (secara sosial), yang dicirikan dengan tingginya angka kejahatan, kurangnya
sumber-sumber penghidupan yang layak, dan juga kemiskinan.

40 School EnvironmentKetika anak merasa dikucilkan di sekolahnya, baik oleh guru maupun
oleh teman-temannya, anak akan cenderung untuk meningkatkan perilakunya yang negatif dan
juga memiliki harapan juga kepercayaan yang rendah terhadap diri mereka sendiri yang pada
akhirnya membatasi diri mereka untuk dapat melakukan tindakan yang prososial.

41 Media Influencesstudi laboratorium menunjukkan bahwa meningkatnya tontonan terhadap


hal-hal yang bersifat agresif dapat meningkatkan terjadinya perilaku agresif yang lebih
lanjut.Anak-anak yang sering menonton adegan kekerasan di televisi pada saat sekolah dasar
akan lebih sering terlibat dalam hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas dan kekerasan seperti
orang dewasa.

42 Sex Role Socialization


Cohen dkk (1996):masculine socialization pada perkembangan perilaku agresi pria.Mereka
menjelaskan bahwa etik maskulin bagi orang Amerika Selatan sebagai suatu “culture of
honor”/”budaya kehormatan” yang mengharuskan seorang pria agar dapat menggunakan
kekuatan fisiknya untuk mempertahankan dirinya dari berbagai cercaan terhadap reputasi yang
mereka terima.Diinterpretasikan sebagai hasil social learning
43 Intervention Behavioral Approach: parent Management Training
dikembangkan oleh Patterson, berdasarkan model dari hubungan maladaptive orangtua-anak
sebagai pusat dari penyebab/etiologi CDpenggunaan reinforcement positif untuk perilaku
prososial yang muncul dan penggunaan hukuman ringan seperti kursi “time-out”.

44 Multisystemic Therapy
Treatment yang dilakukan bersifat untuk individual dan flexible, menawarkan berbagai jenis
intervensi tergantung dari kebutuhan-kebutuhan khusus yang dimiliki anak.Terapis menerapkan
suatu model yang aktif, praktis, dan berfokus pada pendekatan memberi solusi.

45 PreventionKombinasi dari pelatihan manajemen keluarga untuk orangtua dan pelatihan


kemampuan pemecahan masalah interpersonal untuk anak-anak memiliki dampak yang baik
bagi pencegahan perilaku agresi untuk anak usia TK dan usia sekolah yang berisiko

46 Prevention of school Violence


Salah satunya adalah dengan cara mencegah bullying yang terjadi di sekolah yang dapat
menimbulkan dampak yang buruk bagi perkembangan anak di sekolah (U.S. Department of
Education 2002).Keuntungan dari program tersebut adalah bahwa guru lebih dilatih untuk
mengimplementasikan dan dapat menyediakan penguatan pada saat pembelajaran di kelas
maupun ketika di lapangan bermain saat jam sekolah.
Anak Berbakat
Kristina Martha M.Psi,Psi
Dalam konsep luas, anak berbakat istimewa cerdas istimewa akan
mengarah pada anak yang memiliki kecakapan intelektual
superior, yang secara potensial dan fungsional mampu mencapai
keunggulan akademik di dalam kelompok populasinya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata cerdas memiliki arti
sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti
Definisi Anak Berbakat atau memahami sesuatu), dan bakat adalah dasar (kepandaian,
sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Dari definisi
tersebut, maka anak berbakat adalah anak yang mempunyai
kemampuan yang unggul dari anak rata-rata atau normal baik
dalam kemampuan intelektual maupun non intelektual sehingga
membutuhkan layanan pendidikan secara khusus.
Berikut faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya bakat,
yaitu:
▪ Hereditas
Hereditas adalah karakteristik-karakteristik bawaan yang diwariskan
dari orang tua biologis, meliputi kecerdasan, kreatif produktif,
kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Pada
setiap individuter dapat faktor bawaan yang diwariskan dari orang
tua, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda antara satu orang
Faktor Penyebab dengan orang lain meskipun dua orang bersaudara.
Timbulnya Bakat
▪ Lingkungan
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam
mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak
mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tapi tanpa
adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya, baik itu
keluarga maupun masyarakat tempat ia bersosialisasi, maka ia tidak
akan dapat mengembangkan bakatnya dengan maksimal.
▪ Anak berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan yang
berbeda dengan anak lain pada umunya (Clark, dalam
Somantri, 2002). Hasil studi juga menemukan bahwa anak-anak
berbakat memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak
normal. Mereka cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam
kosa kata dan menggunakannya secara luwes, memiliki
Ciri-ciri Anak Berbakat informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran,
cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah
memahami dalil-dalil dan formulaformula, kemampuan analisis
yang tajam, gemar membaca, peka terhadap situasi yang terjadi
di sekelilingnya, kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat
besar.
1. Genius (IQ lebih dari 180)
Anak dalam kelompok ini memiliki kecerdasan yang sangat luar
biasa. Bakat dan keistimewaannya telah tampak sejak kecil,
misalnya sejak umur dua tahun sudah dapat membaca dan umur
empat tahun bisa berbahasa asing. Anak genius memiliki sifat-sifat
positif sebagai berikut: daya abstraksinya baik sekali, mempunyai
banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif dan suka menganalisis. Anak
Jenis-jenis Anak Berbakat genius juga memiliki sifat-sifat negatif, diantaranya; cenderung
hanya mementingkan dirinya sendiri (egosentris),
temperamentalsehingga mudah menunjukkan emosi marah, tidak
mudah bergaul, senang menyendiri karenasibuk melakukan
penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
2. Gifted (IQ 140 – 179)
Anak dalam kelompok ini bakatnya juga sudah tampak sejak kecil
dan prestasi yang dimiliki biasanya melebihi teman sebayanya. Jika
dibandingkan dengan orang normal, kemampuan adjustment

Jenis-jenis
terhadap berbagai problem hidup lebih baik yaitu suatu proses
psikososial yang berlangsung dengan cara mengelola tuntutan dalam

Anak Berbakat keseharian dengan memodifikasi diri dan lingkungan disekitarnya.


Anak gifted di antaranya memiliki karakteristik: mempunyai
perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang
membaca, dan senang akan koleksi.
3. Sangat Superior (IQ 130 – 139)
Anak sangat superior berada pada tingkat tertinggi dalam kelompok
superior. Umumnya tidak ada perbedaan mencolok dengan
kelompok superior.

4. Superior (IQ 120 – 129)


Anak dalam kelompok ini memiliki prestasi belajar yang cukup

Jenis-jenis
tinggi. Secara umum anak dalam kelompok ini juga memiliki
kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak pada

Anak Berbakat umumnya. Ciri-cirinya antara lain cakap dalam membaca dan
berhitung, perbendaharaan bahasanya luas, cepat memahami
dibandingkan dengan anak-anak yang termasuk kelompok pandai.
Kesehatan dan ketahanan fisiknya pun lebih baik daripada anak-anak
normal.
Ada beberapa hal positif yang ada pada anak berbakat, yaitu:
1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik
berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit
2. Dapat mendominasi diskusi
3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya
4. Sukaribut atau tidak mampu menahan kegelisahannya ketika
merasa bosan
Dampak dari Anak Berbakat 5. Memilih kegiatan membaca daripada berpartisipasi aktif
dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur
tertentu
7. Jika memimpin diskusi akan membawa diskusi ke situasi yang
harus selalu tuntas lalu menjadi frustrasi jika aktivitas sehari-
hari tidak berjalan sebagaimana mestinya
anak keberbakatan, termasuk ke dalam Anak Berkebutuhan
Khusus, karena dengan kemampuan intelektual dan non
intelektualnya yang tinggi justru akan membuat anak mengalami
Permasalahan yang kesulitan dalam berinteraksi sosial atau tidak mampu
Dihadapi Anak Berbakat bersosialisasi dengan baik, sehingga anak akan merasa dirinya
berbeda/aneh atau lingkungan yang melabelkan aneh karena
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak lazim.
Secara umum, permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak berbakat di
antaranya, yaitu:
1. Labeling
Memberikan label pada anak berbakat bahwa ‘ia berbakat’ dapat menimbulkan
harapan terhadap kemampuan anak tersebut dan dapat mengakibatkan beban
mental jika anak tersebut tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh si
pemberi label.
2. Memberi Nilai (Grading) dalam Bentuk Angka
Permasalahan Pemberian angka bagi anak berbakat dapat menimbulkan permasalahan jika
angka yang dimilikinya tidak menggambarkan kemampuannya. Angka
yang Dihadapi seringkali tidak cermat, artinya sering kurang mencerminkan kemampuan yang
sebenarnya. Terutama bagi anak berbakat, penilaian dalam bentuk angka turut

Anak Berbakat berbicara, karena mereka sangat sensitif, angka ini menjadi kepedulian yang
besar yang terkadang juga terlalu berlebihan. Disarankan agar pemberian
angka harus dilakukan secara hati-hati dan lebih mengacu kepada penilaian
berdasarkan kriteria.
Mengatasi penilaian yang kurang cermat bagi anak berbakat dapat
dilakukan dengan self-diagnose. Pemeriksaan kembali pekerjaan dapat
menjadikan siswa menyadari apa kesalahannya dan mengapa kesalahan-
kesalahan tersebut dibuatnya.
3. Underachievement
Underachievement pada anak berbakat adalah kinerja anak yang
secara signifikan berada di bawah potensinya (Kitano and Kirty,
1996). Anak tidak menunjukkan perilaku sesuai tingkat
intelektualnya dikarenakan kurangnya stimulus dan kepercayaan dari
lingkungan, misalnya anak berbakat yang seperti tidak mampu
menuntaskan soal-soal ujian karena merasa jenuh oleh situasi
monoton ketika pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena anak
Permasalahan berbakat mengalami berbagai tekanan baik dari rumah, sekolah
maupun teman sebayanya.
yang Dihadapi 4. Konsep diri
Anak Berbakat Konsep diri terbentuk bukan hanya dari cara orang lain memandang
tentang dirinya, tetapi juga ketika dirinya menghayati pengalaman
tersebut. Anak-anak yang berbakat memiliki sikap yang sangat
ambivalent terhadap keberbakatannya, dan cenderung
mempersepsikan dirinya secara positif, namun mengganggap bahwa
lingkungannya yaitu teman sebaya dan gurunya memiliki pandangan
negatif terhadap dirinya.
INTELLECTUAL
DISABILITY
DOSEN: KRISTINA MARTHA , M. PSI., PSIKOLOG
DEFINISI

Intellectual Mental Tuna


Disability Retarded Grahita
• Intellectual disability merupakan istilah yang digunakan dalam DSM V untuk menunjukkan gangguan
mental retarded.
• Istilah yang digunakan mengacu pada DSM V yaitu intellectual disability Menurut American Psychiatric
Association (2013), intellectual disability merupakan gangguan dengan onset selama masa perkembangan
yang diikuti oleh kurangnya intelektual, fungsi adaptif dalam konseptual, sosial, dan keterampilan praktis.
• Kekurangan pada fungsi intelektual seperti penalaran atau pemikiran, penyelesaian masalah, perencanaan,
berpikir abstrak, berpendapat, kemampuan akademik, dan belajar dari pengalaman, diperkuat dengan
asesmen klinis dan dengan standar tes inteligensi individual.
• Kekurangan fungsi adaptif, satu atau lebih aktivitas pada keterampilan sehari-hari, seperti komunikasi,
kemampuan bersosialisasi, hidup mandiri di berbagai lingkungan seperti di rumah, sekolah, tempat bekerja
dan komunitasnya.
• Keterbatasan fungsi adaptif dapat dinilai dari tiga area kemampuan, yaitu konseptual, sosial,
dan praktis yang diperlukan seseorang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
• Area konseptual meliputi keterampilan dalam berbahasa, membaca, menulis, matematika,
penalaran, pengetahuan, dan memori.
• Area sosial meliputi empati, peniliaian sosial, dan kemampuan komunikasi interpersonal,
sedangkan area praktis meliputi kemampuan perawatan diri.4 Untuk menilai ada tidaknya
keterbatasan fungsi adaptif, harus terdapat defisit yang bermakna pada paling sedikit satu dari
ketiga area tersebut.
• Hal ini menunjukkan bahwa tiap-tiap penderita DI memiliki pola keterbatasan yang bervariasi
dan tidak selalu memiliki defisit pada ketiga area.
DEFINISI SECARA INTERNASIONAL HARUS
MEMENUHI 3 KRITERIA:
• Keterbatasan intelegensi : IQ ≤ 70
• Keterbatasan kemampuan untuk hidup dan bekerja di komunitas, termasuk komunikasi,
perawatan diri dan kemampuan sosial
• Keterbatasan intelegensi dan kemampuan hidup sebelum usia 18 tahun
INSIDENSI DAN PREVALENSI

• Belum terdapat data yang menyebutkan jumlah secara pasti penyandang disabilitas
intelektual
• Secara internasional: 1-3% dari keseluruhan populasi
THE AMERICAN PHSYCHOLOGICAL ASSOCIATION ( APA )
MEMBUAT KLASIFIKASI ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL

• Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tingkat kecerdasan atau skor IQ, yaitu:
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
MILD (RINGAN)
• Mereka termasuk yang mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan.
• Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok, walaupun perkembangan fisiknya sedikit
agak lambat dari pada anak rata-rata.
• Tinggi dan berat badan mereka tidak berbeda dengan anak-anak lain.
• Biasanya rentang perhatian mereka juga pendek sehingga sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu yang
lama.
• Mereka kadang-kadang memperlihatkan rasa malu atau pendiam.
• Namun hal ini dapat berubah bila mereka banyak diikutkan untuk berinteraksi dengan anak lainnya.
• Di luar pendidikan, beberapa keterampilan dapat mereka lakukan tanpa harus mendapat pengawasan,
seperti keterampilan mengurus diri sendiri, seperti makan, mandi, dan berpakaian.
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
MODERATE (MENENGAH)
• Mereka digolongkan sebagai anak yang mampu latih, di mana mereka dapat dilatih untuk beberapa
keterampilan tertentu.
• Meski sering berespon lama terhadap pendidikan dan pelatihan, jika diberikan kesempatan pendidikan
yang sesuai, mereka dapat dididik untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan-
kemampuan tertentu.
• Mereka dapat dilatih untuk mengurus dirinya serta dilatih beberapa kemampuan membaca dan menulis
sederhana.
• Mereka menampakkan kelainan fisik yang merupakan gejala bawaan, namun kelainan fisik tersebut tidak
seberat yang dialami anak-anak pada kategori severe dan profound.
• Mereka juga menampakkan adanya gangguan pada fungsi bicaranya
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
SEVERE
• Mereka tidak mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain meskipun pada tugas-tugas
sederhana.
• Mereka membutuhkan perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti.
• Mereka juga mengalami gangguan bicara.
• Tanda-tanda kelainan fisiknya antara lain lidah seringkali menjulur keluar, bersamaan dengan keluarnya air
liur.
• Kepalanya sedikit lebih besar dari biasanya.
• Kondisi fisik mereka lemah.
• Mereka hanya bisa dilatih keterampilan khusus selama kondisi fisiknya memungkinkan.
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
PROFOUND
• Memiliki masalah yang serius, baik menyangkut kondisi fisik, inteligensi, serta program pendidikan yang
tepat bagi mereka.
• Umumnya mereka memperlihatkan kerusakan pada otak serta kelainan fisik yang nyata, seperti
hydrocephalus, mongolism, dan sebagainya.
• Mereka dapat berjalan dan makan sendiri.
• Namun, kemampuan berbicara dan berbahasa mereka sangat rendah.
• Kelainan fisik lainnya dapat dilihat pada kepala yang lebih besar dan sering bergoyang-goyang.
• Penyesuaian dirinya sangat kurang dan bahkan sering kali tanpa bantuan orang lain mereka tidak dapat
berdiri sendiri.
• Mereka nampaknya membutuhkan pelayanan medis yang baik dan intensif
PENYEBAB

NON-ORGANIK ORGANIK

• Kemiskinan, sosiokultural 1. Prakonsepsi: kelainan kromosom


2. Pranatal: gangguan pertumbuhan otak karena
kelainan kromosom,infeksi TORCH, teratogen, dll
3. Perinatal: sangat prematur, asfiksia, trauma lahir,
dll
4. Postnatal: trauma kepala berat, gizi buruk, infeksi
PENYEBAB DISABILITAS INTELEKTUAL

• Sering penyebabnya tidak diketahui.


• Sekitar 5% kasus terkait dg keturunan (kelainan gen/kromosom). Misalnya: fragile x
syndrome (disebabkan cacat pd kromosom yg menentukan jenis kelamin) & down
syndrome (kelebihan 1 kromosom). Cacat gen, misalnya phenylketonuria (PKU) dpt
menyebabkan ID jk tdk diketahui & diobati sejak awal.
• Perilaku ibu selama hamil: kurang gizi, konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat,
& merokok.
• Penyakit selama kehamilan:TORCH, hipertensi, paparan radiasi.
Kelainan Sistem Saraf
• Cacat lahir yg mempengaruhi kepala, otak, & sistem saraf pusat: cacat saluran saraf
(hidrosefalus)
• Kesulitan saat proses melahirkan: prematur,cedera kepala selama melahirkan, atau kekurangan
oksigen
• Anak yg lahir dg kecerdasan normal dpt menderita ID karena sakit atau cedera. Penyakit yg dpt
mengakibatkan ID (bila tdk diobati dg baik): cacar air, campak, infeksi bakteri Hib➡️meningitis &
ensefalitis➡️menyebabkan pembengkakan otak➡️kerusakan otak & ID. Anak dg cedera
otak,krn kecelakaan atau penganiayaan➡️kerusakan otak➡️ID.
Faktor Lingkungan
• Faktor lingkungan dpt mempengaruhi perkembangan mental, misalnya pengabaian scr
emosional maupun fisik.
• Stimulasi sangat penting utk perkembangan anak. Anak yg diabaikan, misalnya tdk mendpt
nutrisi yg cukup,
dpt terganggu perkembangan otaknya.
• Anak yg tinggal di rumah dg cat yg mengandung timbal (Pb) berisiko keracunan Pb➡️ID
DETEKSI DINI

• Menggunakan DDST (Denver Development Screening Test) → terjadi gangguan pada


aspek personal sosial, bahasa, maupun motorik
• Setelah umur 6 tahun dapat dilakukan tes IQ
By: Kristina Martha
Pendahuluan

 Cerebral Palsy pertama kali dijelaskan pada tahun 1862 oleh seorang ahli bedah ortopedi
bernama william James Little. Sebuah gangguan motorik yang di sebabkan oleh kerusakan
yang tidak progresif pada perkembangan otak. Pada dasarnya cerebral palsy akan
menunjukkan berbagai macam gangguan klinis dari kerusakan korteks serebral atau
kerusakan subkortikal yang terjadi selama awal tahun kehidupan. Cerebral palsy sangat
beresiko tinggi terjadi pada bayi premature.
 Cerebral palsy selalu dikaitkan dengan banyak defisit seperti keterbelakangan mental,
gangguan bicara,bahasa dan oromotor. Penilaian menyeluruh terhadap perkembangan saraf
anak dengan Cerebral Palsy harus mencakup evaluasi terkait defisit sehingga Program
intervensi dini yang komprehensif dapat direncanakan dan dilaksanakan.
What is Cerebral Palsy
(CP)
Cerebral Palsy: "paralisis otak".
Cerebral Palsy merupakan suatu
kelainan fungsi otak dan syaraf
yang sedang tumbuh. Kerusakan
tersebut menyebabkan
gangguan keseimbangan dan
gerakan. Cerebral palsy
disebabkan oleh kerusakan otak
yang mengakibatkan gangguan
pada fungsi motorik, koordinasi,
alat indera dan fungsi ingatan,
Secara lahiriah anak-anak CP
mengalami cacat jasmani, namun
tetap memiliki potensi-potensi
bawaan sebagaimana anak-
a n a k n o r m a l .
 Cerebral palsy pada dasarnya adalah  Cerebral palsy adalah gangguan yang
gangguan terhadap pergerakan dan tidak progresif dari fungsi otak yang di
postur tubuh. Hal ini di istilahkan sebagai sebabkan faktor prenatal pada kasus
“payung” yang mencakup gangguan berat. Asal dari faktor prenatal tersebut
pengontrolan gerakan akibat adanya lesi belum di ketahui sebabnya, perinatal
atau kelainan terhadap perkembangan faktor seperti asphyxia dan trauma lahir
otak di awal tahap kehidupan dengan bertanggung jawab terhadap terjadinya
latar belakang penyakit yang tidak kurang lebih 10 persen dari kasus
progresif. Ini dapat di tetapkan sebagai tersebut. Saat di lakukan pemeriksaan
static encephalopathy yang dimana, ,akan di temukan hasil abnormal dari
meskipun kelainan atau kerusakan lesi pemeriksaan neurologis terhadap
primer tetap, namun tampakan pola klinis neonatus tersebut . resiko cerebral palsy
mungkin dapat berubah seiring rendah pada neonatus tanpa gejala meski
berjalannya waktu karna pertumbuhan pada saat terjadi komplikasi persalinan.
dan perkembangan plastisitas dan
pematangan sistem sararf pusat.
 Sifat kelainan tidak progresif. Kelainan yang timbul
tergantung dari tingkat kerusakan otak yang terjadi dan
penanganan CP. Semakin awal terdiagnosis dan tertangani
maka kelainan yang timbul akan semakin minimal. Di
beberapa negara, CP merupakan penyebab
tersering physical disability. Insidensi: kurang lebih 1 dari
1000 bayi yang dilahirkan.
 Early Signs
Pada saat lahir bayi CP dapat terlihat
lemah dan terkulai atau mungkin
normal. Perkembangan lambat
dibanding anak seusianya. Tidak dapat
menggunakan tangan atau hanya
menggunakan satu tangan. Mengalami
masalah dalam makan: menyedot,
mengunyah, menelan. Tubuh tmpak
kaku seperti papan sehingga sulit untuk
digendong. Bayi jarang menangis atau
tersenyum. Sulit untuk berkomunikasi:
tidak ada respon. Munculnya refleks
abnormal pada bayi.
 Intelegensia
Intelegensia tidak terlalu terganggu,
walaupun terkadang tampak lambat
dalam memberikan respon. Terkadang
anak CP tampak "bodoh" dan lambat
karena gerakannya yang terhambat.
Setengah dari CP mengalami retardasi
mental. Anak CP membutuhkan latian
dan bantuan untuk dapat menunjukkan
kemampuannya.
Penyebab Anak Cerebral Palsy
 Pada masa prenatal , anak terkena infeksi misalnya:
TORCH atau sifilis. Kelainan kandungan yang menyebabkan
peredaran darah bayi terganggu: tali pusat tertekan. Rh
bayi tidak sama dengan ibunya. Ibu mengalami trauma.
Bisa juga karena bayi/janin terkena radiasi.
Pada masa perinatal, bisa dikarenakan anoksia, persalinan
dengan alat (forcep), perdarahan otak, bayi prematur,
bayi postmatur, bayi kembar, hiperbilirubinemia.
Pada masa postnatal terjadi trauma kepala. Meningitis
yang terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan. Terkena
penyakit typoid atau diphteri. Keracunan carbon
monoxida, tercekik, tumor otak, dan bisa juga karena
keracunan logam berat.
Tipe Cerebral Palsy
Paralisis Spastik
Kerusakan terjadi pada cortex cerebri. Daerah tertentu pada cortex cerebri memiliki fungsi
untuk mengendalikan tonus otot agar tetap normal. Apabila terjadi kerusakan maka tonus otot
akan berlebihan atau disebut mengalami spastik (mengejang) dan tonus otot akan berkurang
atau spastisitas semakin melemah (paralysis).
Jenis posisi spastik:
Athetosis
 Kerusakan terjadi pada basal
ganglia atau traktus
ekstrapiramidal yang berfungsi
utama mengendalikan pola gerak.
Geajalanya yaitu gerakan-gerakan
yang tidak terkoordinir dan tidak
terkontrol kadang dapat terjadi
pada bibir, mata, lidah, atau pada
bagian tubuh yang lain. Otot-otot
tidak pernah mengalami
kekejangan ataupun kelemahan
(kelumpuhan).
 Ataxia
Ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan kehilangan
keseimbangan. Sering terjatuh karena jalannya tidak seimbang, terhuyung-huyung,
bagaikan seseorang yang sedang mabuk. Letak kerusakan terjadi pada cerebellum.
 Tremor
Ditandai adanya gerakan-gerakan kecil yang tidak disadari, irama gerakan umumnya tetap
sehingga mirip dengan getaran. Karna gerakannya tidak disadari, maka sulit dikendalikan.
Lokasi kerusakan menurut beberapa ahli terletak pada ganglia basal atau extra pyramidal
tract.
 Rigid
Ditandai oleh adanya otot dan gerakan yang sangat kaku (rigid). Rigiditas menyerupai
gerakan robot yang sedang berjalan, gerakannya lambat dan tidak halus. Penyebab gerakan
yang kaku ini menurut para ahli dikarenakan adanya kerusakan pada extrapyramidal tract.
 Mixed
Tipe cerebral palsy yang ditandai oleh adanya gerakan campuran. Kadang-kadang
gerakannya kaku, kadang kejang-kejang, atau juga tremor. CP tipe ini menurut para ahli
jumlahnya sedikit.
 Penanganan Medis??
Kerusakan yang terjadi di otak, sifatnya permanen. Obat-obatan yang diberikan hanya
bersifat suportif 9suplemen untuk stamina). Operasi dipertimbangkan jika terjadi
kontraktur.
Pemeriksaan khusus diperlukan pada anak yang dicurigai atau terbukti cerebral palsy.
pemeriksaan tersebut adalah:
 Semua anak dengan cerebral palsy harus melakukan pemeriksaan penglihatan dan pendengaran
yang segera dilakukan setelah diagnosis cerebral palsy ditegakkan. Kerusakan dari indera
tersebut sangat mempengaruhi pendidikan dan pelatihan anak.
 Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menilai cairan cerebrospinal ,dilakukan paling tidak satu
kali pada anak yang dicurigai cerebral palsy untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit
degeneratif ,tumor intracranial, subdural hygroma . Pada pasien cerebral palsy cairan
cerebrospinal normal.
 Pemeriksaan EEG dilakukan terutama pada pasien dengan hemiparesis atau tetraparesis karena
beresiko tinggi kejang.
 Indikasi ultrasound dan computerized tomography kepala sangat membantu dalam penegakan
diagnosis dan mengeliminasi kemungkinan diagnosis lainnya. CT dan MR akan menunjukkan
perkembangan kerusakan dan lokasi dari infark, kontusio, atau hemorrhage.
 Penilaian psikologis perlu dilakukan untuk tingkat pendidikan yang di butuhkan anak
 Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental. anak yang di
curigai harus di screening untuk melihat kelainan metabolic seperti hypoglycemia,
hypothyroidism, and aminoacidurias.
Terapi
Pengobatan kasual pada cerebral palsy tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini diperlukan
teamwork dengan rencana pendekatan kepada masalah individu anak. Anak, orang tua, dokter anak, dokter
saraf, ahli terapi fisik, psikiater dan pihak sekolah harus turut serta . secara garis besar , penatalaksanaan
penderita cerebral palsy adalah sebagai berikut:
1. Aspek medis
a. Aspek medis umum :
 Gizi : masalah gangguan pola makan yang berat pada anak dengan cerebral palsy tampak pada
beberapa kelompok anak yang tidak menjaga status gizi normal dan menandakan kegagalan
pertumbuhan. Masalah pola makan mereka biasanya di awali dari saat lahir dan mereka bisa di
identifikasi dini dari lama waktu mengunyah dan menelan jumlah standar makanan dan dibandingkan
dengan control berat badan mereka. (Gisel & Patrick 1988) . nutrisi yang adequate pada anak tersebut
tidak dapat dicapai dengan tambahan makanan dari nasogastric tube bahkan dengan gastrostomy
walaupun metode tersebut mungkin bermanfaat. Pencatatan rutin perkembangan berat badan anak
perlu dilaksanakan.
 Aspek medis lain : Disfungsi traktus urinarius bawah pada anak dengan cerebral palsy
dengan inkontinensia urinarius sebagai gejala paling umum. Pengobatan berdasarkan
temuan urodynamic dan adanya infeksi saluran kemih adalah antibiotic propilaxis dan
kateterisasi intermittent. Masalah gangguan tidur biasa terjadi pada pasien cerebral
palsy ,pengobatan pada gangguan tidur berat pada anak cerebral palsy dengan
memberikan melatonin oral dosis 2-10 mg tiap waktu tidur. Osteopenia adalah masalah
yang lebih umum pada cerebral palsy biasa nya di terapi dengan biophosphonates
selama 12-18 bulan dan menunjukkan peningkatan densitas tulang sekitar 20-40%.
b. Terapi obat-obatan : obat pada gangguan motorik cerebral palsy dibatasi, namun tetap harus di
berikan utamanya pada bentuk spastic. Diazepam jarang digunakan karena kurang membantu dan
dapat menyebabkan kantuk dan kadang menimbulkan hipotonia namun pada syndrome dyskinetic
kadang dapat mengurangi gerakan involunter . Lioresal (baclofen) telah terbukti sangat efektif pada
beberapa kasus hemiplegia dan diplegia dalam mengurangi spatisitas dan memudahkan fisioterapi
namun kontraindikasi pada anak dengan riwayat seizures.
c. Terapi aspek orthopedic : kontribusi orthopedic penting, perencanaan yang
hati-hati dari prosedur orthopedic berpengaruh terhadap pengobatan, dan hal
tersebut membantu ahli bedah mengedintifikasi pasien lebih dini sehingga
mereka dapat merencanakan kemungkinan intervensi yang akan di lakukan
bersama, dengan pendekatan kolaborasi dengan spesialis anak, fisioterapis dan
orang tua. Splint dan calipers di batasi pada pasien cerebral palsy meski dalam
beberapa kasus hal terssebut berguna. Splint soft polyurethane foam telah
terbukti sangat efektif dalam mengurangi flexi berat pada lutut . Pemberian
boots dan sepatu membutuhkan pertimbangan pelan-pelan dan ahli bedah
orthopedic berkontribusi banyak dalam hal ini. Bentuk spastic dari cerebral
palsy paling sering di lakukan pembedahan. Elongasi tendon Achilles pada satu
atau kedua sisi dan prosedur untuk mengurangi adduksi hip dan flexi lutut
adalah prosedur yang relative simple dan sangat membantu fungsinya. Waktu
pembedahan sangat penting dan harus selalu di kombinasi dengan fisioterapy.
d. Fisioterapi : tindakan ini harus segera di lakukan secara intensif . orang tua turut membantu
program latihan di rumah. Untuh mencegah kontraktur perlu di perhatikan posisi penderita pada
waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat di anjurkan untuk sementara tinggal di suatu
pusat latihan . fisioterapi dilakukan sepanjang penderita hidup.
2. Aspek non medis :
Pendidikan dan pekerjaan : penderita cerebral palsy dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya . di
sekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersamasama dengan anak yang normal .
mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal yaitu pulang kerumah dengan
kendaraan bersama-sama sehingga mereka merasa tidak di asingkan , hidup dalam suasana normal .
orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan . Untuk mendapatkan pekerjaan di populasi
biasa sangat sulit dengan kecacatan yang di alami sang anak, prospek untuk pekerjaan saat anak
sudah melewati bangku sekolah harus di fikirkan dan di rencanakan matang-matang.
Kelompok 1
Adika Pratama (10520012)
Maria Tri Cahyaningrum (10520582)
Muchalal Rifky Juwanto (10520624
Rana Adinda Nugroho (11520180)
Sarasalifa Aisyah Z. (10520954)
Yusta (11520123)
#1

Normalitas dan
Abnormalitas
#2

Penyebab Tingkah
Laku Abnormal
Biologis
Gangguan secara Genetik, turunan dari
neurobiologis yaitu pada salah satu pihak orang tua
otak dan sistem saraf atau keduanya. Maka,
yang tidak berfungsi akan lebih mudah untuk
semestinya. Efek lebih menjadi abnormal jika
besar terjadi disaat masa terpapar dengan
kehamilan, ibu dari lingkungan
kandungan tidak memiliki
Kromosom. Jika ada
pola hidup yang sehat
kegagalan dalam
secara fisik dengan
membelah atau bertautan
mengkonsumsi alcohol,
akan muncul hambatan
serta merokok. Keadaan
perkembangan misalnya:
mental ibu terganggu juga
Down Syndrome
akan mempengaruhi
kandungan
Perkembangan anak Psikososial
bergantung pada kondisi
sosial dan lingkungan
termasuk keluarga, teman,
dan sosial budaya yang Orang tua, teman,
lebih luas. Dalam kasus pekerjaan, ketersediaan
antar saudara, lingkungan dukungan dari keluarga,
sama dengan keluarga serta program
adalah awal bagaimana pemerintah seperti
anak akan terbentuk Kesehatan gratis,
kemudian lingkungan komunitas yang
yang berbeda (pengaruh memberikan aktivitas
teman, sekolah) membuat
positif dan negative akan
tiap saudara memiliki
membentuk kerangka
reaksi dan perilaku yang
sosial anak yang lebih
berbeda dalam menyikapi
besar (Sameroff, 2010)
sekitarnya.
TIPE-TIPE
ATTACHMENT
Secure
Anak mudah Anxious, Avoidant Type Anxious Resistant Type
berkomunikasi dengan Anak tidak mudah Anak tidak bisa mengatur
baik and memanfaatkan berkomunikasii, percaya rasa takut berlebihnya
hubungan yang bahwa dirinya mudah sehingga suka melebih-
supportive pada dirinya. disakiti dan tidak lebihkan perasan dan
Walaupun mereka akan mempercayai orang lain. mempercayai dirinya
menderita stress secara Menimbulkan conduct secara negative.
psikologi, tapi tidak akan disorder, aggressive Menimbulkan phobia,
mudah memiliki gangguan behavior, depresi anxiety disorder, depresi

Disorganized, Disoriented Type


Anak tidak bisa membentuk pertemanan dengan orang
lain, tidak ramah pada banyak orang. Konsesus belum
jelas tapi dapat terkena personality disorder

Sosial Kultural
Menurut Walker, dkk
(dalam Mangunsong 2011) Tiap daerah, kota, hingga
anak, keluarga dan
negara memiliki sosial
sekolahnya melekat pada
budaya dan kultural yang
budaya yang
berbeda dalam
mempengaruhi mereka.
mempengaruhi anak.
Nilai dan standar tingkah
laku telah diberikan Contoh: Pandangan
kepada anak dalam bahwa anak jago
berbagai kondisi budaya, matematika maka pintar,
tuntutan, larangan, dan jika tidak bisa akan
model. dipandang bodoh dan
memiliki gangguan
#3

Tinjauan Normalitas
dan Abnormalitas
Behaviour
Perspektif psikologis memandang bahwa reaksi dan
regulasi emosi merupakan aspek utama dari
perkembangan yang mempengaruhi kualitas interaksi
sosial seseorang. Jika seseorang tidak memiliki
kemampuan dalam mengelola dan meregulasi emosi
maka ia akan kesulitan dalam berinteraksi sosial
secara berkualitas.

Hal ini menjadi penyebab munculnya perilaku


maladaptif (abnormal). Selain itu, perspektif psikologis
menyediakan pendekatan belajar (Skinner, Pavlov, dan
Bandura) untuk memahami sebab munculnya
hambatan perkembangan (abnormalitas) yaitu
abnormalitas atau hambatan perkembangan dapat
muncul karena dipelajari.
Psikologi Kognitif
Pendekatan kognitif terhadap psikologi abnormal
berfokus pada pikiran dan kekuatannya untuk
memengaruhi cara kita berperilaku dan merasa.
Pendekatan ini mempelajari bagaimana informasi
diproses di otak dan dampak pemrosesan ini pada
perilaku. Para teoritis kognitif berargumentasi bahwa
skema tertentu dan interpretasi irasional merupakan
faktor utama dalam abnormalitas.

Untuk memahami perilaku kita harus memahami pikiran


termasuk bagaimana orang melihat diri mereka sendiri
dan dunia di sekitar mereka. Perilaku abnormal
disebabkan oleh proses berpikir yang salah dan tidak
rasional
Humanistik
Paradigma humanistik dan eksistensial memberi
penekanan yang lebih besar pada kebebasan manusia
untuk memilih, menganggap kehendak bebas
sebagaikarak tersistik terpenting manusia. Paradigma
humanistik dan eksistensial disebut sebagai
eksperiensial atau fenomenoligis. Adapun terapi yang
digunakan dalam paradigma ini yaitu terapi berpusat
pada klien (client centered therapy) oleh Calr
Rogers.

Intervensi terapetik Rogers yaitu meghindari menetapkan tujuan


bagi klien dalam terapi, tapi klien harus memimpin dan
menentukan arah pembicaraan dan sesi. Rogers beranggapan
bahwa manusia harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri,
bahkan pada saat mereka mengalami masalah.
Humanistik

Dalam intervensi humanistik, siswa yang mengalami


gangguan perilaku dibantu untuk menemukan
potensinya (kebermaknaan diri) dan
mengembangkannya baik yang bersifat akademis
maupun non-akademis (misalnya: seni, olahraga).
Intervensi ini juga berguna sebagai upaya penyaluran
energi dan katarsis pada hal-hal yang lebih positif.
#4

Total Blindness
(Tunanetra)
2 Kelompok Gangguan Penglihatan:

Anak melihat sebagian,


Anak tergolong buta meliputi anak dengan
akademis (educationally penglihatan yang masih
blind), mencakup siswa yang berfungsi secara cukup, di
tidak dapat lagi menggunakan antara 20/70-20/200
penglihatannya untuk tujuan (snellen chart), atau mereka
belajar huruf awas/cetak. yang mempunyai ketajaman
penglihatan normal tapi
medan pandangan kurang
dari 20 derajat.
Tunanetra golongan buta:

Mereka yang sama sekali tidak memiliki atau hampir


tidak memiliki persepsi visual.
Mereka yang hanya memiliki persepsi cahaya.
Mereka yang memiliki persepsi sumber cahaya. Mereka
menggunakan tanda-tanda braille sebagai media baca
dan pengajaran.
Faktor Penyebab
Total Blindness
Faktor Keturunan Faktor ketika lahir (Natal)
Kelahiran yang lama,
kehabisan cairan.
Faktor sebelum lahir Kelahiran dibantu alat
(Pranatal) mengenai saraf.
Ketika dalam kandungan
kekurangan gizi, terkena
infeksi, keracunan. Faktor sesudah lahir
Waktu hamil, ibunya (Postnatal)
menderita penyakit Sakit.
kronis. Penggunaan salah obat
Aborsi yang gagal. Kecelakaan
Karakteristik anak
Total Blindness
Magunsong (2009):
Tidak mampu membedakan Sangat sensitif/peka
warna/buta warna terhadap cahaya atau ruang
terang atau photophobia.

Penglihatan samar-samar
Adaptasi terhadap terang
untuk jarak dekat atau jauh.
dan gelap terhambat. Banyak
Hal ini dijumpai pada kasus terjadi pada proses penuaan.
myopia, hyperopia ataupun
astigmatismus. Semua ini Medan penglihatan yang
dapat diatasi dengan terbatas, misalnya hanya jelas
menggunakan kacamata melihat tepi/perifer atau
atau lensa kontak sentral. Dapat terjadi pada
salah satu atau kedua bola
mata.
#5

Definisi & Penyebab


Low Vision
Definisi
Seseorang yang di Walaupun low vision
karenakan gangguan dapat terjadi pada
berbagai usia, tetapi
ireversibel pada sistem
terutama terjadi pada
visual, tidak dapat usia lanjut. Hal ini
menggunakan sebagai akibat
penglihatannya dalam pertumbuhan populasi
melakukan aktivitas dan pergeseran
sehari-hari tanpa alat kelompok umur yang
lebi tua maka jumlah
bantu penglihatan yang
penduduk yang
khusus. memiliki resiko low
vision akan meningkat.
Penyebab
Penyebab utama low
vision di dunia adalah Faktor-faktor yang berhubungan
dengan keiainan refraksi yang
keiainan refraksi yang
tidak terkoreksi antara lain
tidak terkoreksi yang riwayat memakai kacamata
biasanya berakhir dalam keluarga, jarak pekerjaan
dengan kebutaan melihat dekat, belajar yang
terlalu lama, melihat televisi dan
komputer . Penelitian lain juga
menyatakan bahwa jenis kelamin
, diet dan status sosial ekonomi
berhubungan dengan
berkembangnya keiainan refraksi
#6

Definisi & Penyebab


Deafness

Gangguan pendengaran (hearing


impaired) tak terbatas pada individu
dengan kehilangan pendengaran yang
sangat berat.

Meliputi anak tuli, anak dengan


kehilangan pendengaran yang sangat
ringan, yang memungkinkan dia
mengerti pembicaraan tanpa
kesulitan berarti.

Faktor Penyebab
Deafness
Prematuritas
Faktor Keturunan (Heredity) Bayi premature (berat badan
antara 5 found – 8 ons atau
kurang/usia kehamilan kurang)
Faktor Ibu yang terkena banyak terdapat pada anak
Rubella (Maternal Rubella) tunarungu dibanding anak
Maternal rubella diidentifikasi mendengar, tetapi derajat
sebagai penyebab terbesar perbedaannya masih bisa
kehilangan pendengaran . dibantah.
Penyakit yang disebabkan
karena virus yang berbahaya Meningitis (Radang Selaput
dan sulit didiagnosa secara klinis Otak)
Meningitis menyangkut bakteri
yang menyerang labyrinth
Ketidaksesuaian antara
melalui system selsel udara
Darah Ibu dan Anak
pada telinga tengah

DAFTAR PUSTAKA

Desiningrum, Dinie R. (2016). Psikologianakberkebutuhankhusus.


Yogyakarta: psikosain
Lovitt, Thomas C. Introduction to learning disability. New Jersey:
Prentice Hall.
Mash, Eric J., Davis A Wolfe. (2006). Abnormal child psychology fifth
edition. California: Thomson Wadworth
Donald, D. Moores. (2001). Educating the deaf: psychology, principles,
and practices. Boston: Houghton Mifflin Company
Language Disorder
dan
Cerebral Palsy
Kelompok 2, 3PA26
Anggota Kelompok
1. Almira Enda Kusuma (10520077)
2. Dita Arrazzaq (10520304)
3. Jasmine Nurapriliani Putri (11520157)
4. Natasya Vinka Adhelia (10520728)
5. R. Ajeng Galuh Purwati (10520809)
6. Salsabila Reyda Wijayanti (10520937)
7. Syarah Adillah (11520027)
01
Language Disorder
Definisi
Language Disorder merupakan suatu gangguan
bicara dan bahasa, atau yang sering juga
disebut sebagai ketidakmampuan untuk
mengkode sebuah informasi, yang dapat
berupa keterlambatan bahasa reseptif,
ekspresif atau keduanya.
Karakteristik
01 Semantics
Anak memiliki kosa kata yang terbatas sehingga memahami arti dari
sejumlah kata yang terbatas serta menggunakan sejumlah kata
terbatas untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.

02 Syntax
Tata bahasa meliputi panjang ucapan yang terbatas dan
keanekaragaman jenis ujaran yang terbatas. Mereka lambat
menggunakan kalimat multiklausa seperti 'Di mana bola yang saya
mainkan kemarin?' Mereka akan dibatasi untuk menggunakan ucapan
yang tidak terlalu rumit seperti 'Di mana bolanya?' Kesulitan sintaksis
memprediksi masalah membaca dan mengeja nanti.
Karakteristik
Pragmatics
03 Terjadi ketika anak-anak tidak dapat menggunakan bahasa dan gerak tubuh dalam
hubungan atau konteks tertentu untuk memenuhi kebutuhan mereka atau
mencapai tujuan komunikasi tertentu.

Phonology
04 Dimanifestasikan sebagai artikulasi suara tertentu yang tidak akurat, biasanya
konsonan daripada vokal. Konsonan berikut cenderung menimbulkan kesulitan
paling banyak: R,l,F,dan S. Misalnya, kelalaian seperti eepuntuktidur; substitusi
seperti beriuntuksangat; dan pengurangan cluster seperti rimuntukkrim.

Fluency
05 Gagap dan kekacauan adalah masalah kefasihan yang khas dengan yang terakhir
melibatkan kecepatan bicara yang cepat dan akibat gangguan kelancaran dan yang
pertama melibatkan pengulangan, perpanjangan dan jeda yang mengganggu aliran ritme
bicara. Dalam DSM-5 gagap disebut sebagai gangguan kelancaran onset masa
kanak-kanak.
Faktor Penyebab!
Dalam buku “The Handbook of Child and Adolescent Clinical”
menyebutkan bahwa penyebab terjadinya masalah berbahasa disebabkan
oleh 2 faktor yaitu :

1. Genetik 2. Psikososial
mempengaruhi perkembangan menjadi penyebab utama dalam
bahasa melalui dampaknya terhadap kebanyakan kasus spesifik keterlambatan
perkembangan otak. Kelainan pada perkembangan bahasa. Namun, mereka
jenis sel otak tertentu (ectopias dan mungkin memainkan peran dalam
mempertahankan bahasa masalah
microgyri), gyri tambahan di frontal
(Whitehurst & Fischel, 1994). Status sosial
dan lobus temporal, lateralisasi
ekonomi rendah, ukuran keluarga besar dan
serebral anomali dan proporsi yang
pola interaksi orang tua-anak bermasalah
tidak biasa di tempat yang berbeda yang melibatkan masalah perilaku menjadi
daerah otak adalah jenis utama ciri banyak orang kasus gangguan bahasa,
kelainan otak yang terkait dengan dan semakin parah gangguan tersebut,
gangguan bahasa. semakin buruk masalah perilakunya.
Faktor Penyebab!
Menurut Efendi yang dikutip Nurhidayati, dkk (2013:4) ada beberapa
penyebab gangguan atau keterlambatan bicara yakni sebagai berikut :

1. Kondisi Medis 2. Kondisi Lingkungan


tidak atau kurang berfungsinya sistem Peran aktif orang tua atau keluarga
syaraf pusat yang disebabkan oleh adanya dalam memberikan stimulasi verbal, dapat
cidera atau memar. Dalam kaitan ini dikenal mendorong anak untuk lebih
afasia, yaitu hilangnya kemampuan bicara meningkatkan kualitas atau kuantitas
karena gangguan pada syaraf pusat. kemampuan bicara dan bahasanya.
Cidera atau memar pada otak dapat Lingkungan keluarga hendaknya
terjadi karena berbagai kejadian seperti mampu menciptakan situasi yang
trauma ketika ibu sedang mengandung, kondusif, untuk memberikan kontribusi
kelahiran muda (premature), benturan fisik, positif bagi perkembangan bicara dan
stroke, dan keracunan. bahasa anak.
Faktor Penyebab!

3. Kondisi Fisiologis
Kemampuan dari organ- organ yang terkait dalam menjalankan
fungsinya untuk mendukung terhadap kelancaran anak dalam meniti tugas
perkembangan bicara dan bahasanya. Organ-organ tersebut meliputi
susunan syaraf (syaraf senso-motoris), kondisi organ pendengaran dan
organ bicara.
02
Cerebral Palsy
Definisi
Cerebral Palsy (CP) merupakan sebuah kondisi dimana terjadi
kecacatan motorik (palsy) yang disebabkan oleh lesi statis, non
progresif di otak (cerebral). Peristiwa penyebabnya terjadi pada
anak usia dini, biasanya di didefinisikan kurang dari 2 tahun dan
memiliki kondisi yang stabil dan tidak progresif.

Cerebral Palsy (CP) ini juga merupakan gangguan permanen


dalam perkembangan gerakan dan postur, menyebabkan aktivitas
terbatas. Gangguan motorik cerebral palsy sering disertai dengan
gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, perilaku, epilepsi,
dan sekunder masalah muskuloskeletal.
Karakteristik
Secara umum anak dengan Cerebral Palsy memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1) Mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot,
2) Gerakan-gerakan tidak terkendali dan tidak terkoordinasi,
3) Keseimbangannya buruk,
4) Terdapat getaran-getaran kecil yang muncul tanpa terkendali.

Kondisi anak dengan Cerebral Palsy yang demikian


mengakibatkan anak membutuhkan bantuan dan layanan khusus
pada tingkatan tertentu.
Karakteristik
Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), karakteristik anak
dengan Cerebral Palsy diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:

Spasticity
01 anak yang mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, menyebabkan
sebagian otot menjadi kaku, gerakan-gerakan lambat dan canggung.

Athetosis
02 merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan ciri menonjol,
gerakan-gerakan tidak terkontrol, terdapat pada kaki, lengan, tangan, atau
otot-otot wajah yang lambat bergeliat-geliut tibatiba dan cepat.

Ataxia
03 ditandai gerakan-gerakan tidak terorganisasi dan kehilangan
keseimbangan. Jadi keseimbangan buruk, ia mengalami kesulitan untuk
memulai duduk dan berdiri.
Karakteristik
Tremor
04 ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya,
otot terlalu tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan
tahan-tahan dan kaku.

Rigiditi
05 ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari, dengan
irama tetap. Lebih mirip dengan getaran.

Campuran
06 yang disebut dengan campuran adalah anak yang memiliki beberapa jenis
kelainan cerebral palsy.
Karakteristik Berdasarkan Derajat
Kemampuan Fungsionalnya
Golongan Ringan
01 Cerebral Palsy golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anak-anak
sehat lainnya, kelainan yang dialami tidak mengganggu dalam kegiatan
sehari-hari, maupun dalam mengikuti pendidikan.

Golongan Sedang
02 Cerebral Palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan adanya pendidikan
khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak
memerlukan alat bantuan khusus untuk memperbaiki pola geraknya.

Golongan Berat
03 Cerebral Palsy yang termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang
sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup
tanpa bantuan orang lain.
Faktor Penyebab!

1. Resiko Perinatal 2. Riwayat Kesehatan


penyakit ibu selama kehamilan, paparan Riwayat medis seorang anak sering
teratogen selama kehamilan, komplikasi berisi prediktor disfungsi neuropsikologis, yang
selama persalinan, dan kekurangan lingkungan paling jelas adalah kelainan atau cedera otak
dini dapat memengaruhi fungsi neuropsikologis yang terdokumentasi. Memang, cedera kepala
selanjutnya. tertutup selama masa kanak-kanak dapat
Perkembangan awal anak patut mengganggu fungsi kognitif dan perilaku, serta
dipertimbangkan, termasuk keterampilan gangguan kejang.
bahasa, keterampilan motorik kasar dan halus,
fungsi atensi dan perilaku, interaksi sosial, pola
makan dan tidur, dan perkembangan
preferensi tangan.
Faktor Penyebab!

3. Sejarah Keluarga dan Sosial


memainkan peran penting dalam etiologi masalah belajar. Akibatnya,
informasi tentang sejarah keluarga kesulitan akademik, gangguan
kejiwaan, dan penyakit neurologis membantu untuk menunjukkan landasan
biologis potensial untuk defisit neuropsikologis selanjutnya
Video
Languange
Disorder
Video
Cerebral
Palsy
Thank
You!
KELOMPOK 3

Andini Marsha Zulkarnain (10520123)


Aurelia Paskalina Adriyani (10520192)
Ayu Lestari (11520155)
Juag Indah Nureanun (10520513)
Sazkya Dianur Putri
(10520959)
Zahra Putri Nurmayanti
(11520129)
Aulia Sasmita
(11517062)
DAFTAR ISI
ADHD (Attention
Intellectual Deficit

01 02
Disability Hyperactifity
● Definisi Disorder)
● Karakteristik ● Definisi
● Faktor - faktor penyebeb ● Karakteristik
● Faktor - faktor penyebeb

Autism Spectrum

03
Disorder (ASD)
● Definisi
● Karakteristik
● Faktor - faktor penyebeb
● Teknologi yang dapat
digunakan sebagai alat
bantu pembelajaran anak
dengan ASD
Intellectual
Disability
DEFINISI
INTELLECTUAL DISABILITY
Kecacatan intelektual, atau gangguan perkembangan
intelektual, menggambarkan kondisi heterogen yang
mempengaruhi populasi yang beragam. Tidak ada ciri-ciri
kepribadian unik yang mendefinisikan orang dengan
disabilitas intelektual, dan sejauh dimungkinkan
generalisasi, perlu diingat bahwa IQ seseorang
mengungkap sebanyak mungkin tentang pemikiran,
perilaku, dan aspirasi orang tersebut.
KARAKTER INTELECTUAL DISABILITY

Persyaratan diagnostik untuk keterbelakangan mental menurut DSM-IV-TR [2] mensyaratkan:


(1) Defisit signifikan dalam fungsi intelektual, umumnya ditunjukkan dengan IQ di bawah 70.
(2) Defisit bersamaan dalam fungsi adaptif.
(3) Onset sebelum usia 18 tahun.

Diagnosis selanjutnya dibagi menjadi ringan, sedang, dan kategori berat berdasarkan IQ. Tes
standar, atau skala, digunakan untuk mengevaluasi item 1 dan 2 di atas.
Faktor penyebab
Intectual Disability

Faktor Biologis Faktor Psikososial

➔ Genetik (keturunan) ➔ Ekonomi rendah


➔ Prenatal : Gangguan perkembangan selama ➔ Ketidakberuntungan
kehamilan. Contohnya seperti sindrom down atau sosial
kerusakan sindrom X. Sindrom down adalah ➔ Ibu hamil mengunaakann
penyebab paling umum terjadinya disabilitas obat-obatan terlarang,
alkohol
intelektual.
➔ Perinatal : prematuritas, berat badan lahir rendah, ➔ Kekerasan rumah tangga
cedera saat lahir, dan kelainan neonatal, gangguan ➔ Pelecehan dan
pernapasan atau anoksia. pelantaran anak
➔ Postnatal : cedera otak traumatis, malnutrisi, ➔ Pendidikan anak yang
tidak memadai
kekurangan oksigen, gangguan kejang dan
gangguan degeneratif
ADHD (Attention
Deficit
Hyperactifity
Disorder)
Definisi ADHD
Salah satu kondisi neuropsikiatri yang
paling umum pada masa kanak-kanak dan
remaja, dan juga salah satu kondisi
neurobiologis yang paling banyak diteliti
dalam kedokteran, dengan lebih dari 200
uji coba obat terkontrol plasebo
menunjukkan respon akut
Karakteristik ADHD
1. Inattention (kurangnya
2. Hyperactivity dan impulsivity
perhatian)
● Membuat kesalahan yang ceroboh ● Gelisah (mengetuk tangan/kaki)
● Sulit fokus dan mudah terdistraksi ● Tidak nyaman duduk diam terlalu lama
● Sering tidak mendengarkan saat diajak ● Sering berlari/manjat dalam situasi
berbicara yang tidak pantas
● Gagal mengikuti arahan/perintah ● Sering berbicara berlebihan
● Kesulitan dalam mengatur tugas dan ● Kesulitan untuk menunggu
aktivitas ● Sering menyela atau mengganggu
● Suka menghindari tugas-tugas yang sulit orang lain.
● Sering kehilangan barang
● pelupa
➔ Gejala diatas terjadi selama 6 bulan
➔ Sebagian gejala diatas muncul sebelum umur 12 tahun
➔ Sebagian gejala diatas muncul dalam dua atau lebih keadaan (rumah,
sekolah, kantor)
➔ Gejalanya dapat mengganggu kualitas, social, fungsi akademis atau
pekerjaan
➔ Gejala tidak terjadi secara eksklusif selama skizofren
Faktor penyebab ADHD
Menurut Friend (2005) faktor ADHD dapat dibagi
menjadi dua :
FAKTOR
FAKTOR LINGKUNGAN
PHYSIOLOGIS
Peneliti telah mengeksplorasi karakteristik Pola asuh yang permisif, kerusakan
orang tua, anak-anak yang memiliki orang otak karna kondisi prenatal, ibu hamil
tua ADHD beresiko mengalami 3 kali lipat yang merokok, minum alcohol atau
dibanding anak lainnya. Faktor lainnya menggunakan obat-obatan.
adanya perbedaan 3 bagian otak Komplikasi atau trauma pada saat
dibandingkan anak normal terutama kehamilan atau kelahiran, keracunan
prefrontal cortex, basal ganglia, dan timah, diet dan alergi makanan.
cerebellum. Ukuran otak anak ADHD
terlihat lebih kecil dengan aktivitas
metabolic yang lebih sedikit.
Autism Spectrum
Disorder (ASD)
Definisi Dikenal dengan istilah gangguan

ASD
perkembangan pervasif, merupakan
sekolompok keadaan keterlambatan dan
penyimpangan dalam perkembangan
You can
keterampilan sosial, enter adan
bahasa, subtitle here if you need it
komunikasi,
serta perilaku. Autisme merupakan istilah
yang pertama kali diperkenalkan oleh Leo
Kanner pada tahun 1943, psikiater dari John
Hopkins University ini menemukan
sekelompok anak dengan kelainan sosial yang
berat, hambatan dalam berkomunikasi dan
masalah perilaku. Autisme adalah gangguan
seumur hidup dalam interaksi sosial,
komunikasi, minat, dan aktivitas.
KARAKTERISTIK ASD
Gerakan motorik stereotipik atau
1 Kurangnya timbal balik
sosial-emosional
4 berulang, penggunaan objek, atau
keterampilan berbicara

Kurangnya komunikasi Menuntut kesetaraan, kepatuhan


2 nonverbal yang digunakan 5 saya pada kebiasaan sehari-hari,
pola perilaku verbal atau non-
dalam interaksi sosial
verbal yang gigih

Kurang dalam mengembangkan, Minat yang sangat terbatas,


3 mempertahankan, dan memahami 6 keterikatan yang tidak normal
hubungan dalam intensitas dan fokus

Hiper atau hiporeaktivitas


terhadap stimulasi sensorik atau
7 minat yang tidak biasa pada aspek
sensorik lingkungan
FAKTOR PENYEBAB ASD

Jenis kelamin. Faktor keturunan. Penularan selama


Anak laki-laki memiliki risiko hingga Orang tua yang mengidap autisme dalam kandungan.
4 kali lebih tinggi mengalami berisiko memiliki anak dengan
Contohnya, efek samping terhadap
autisme dibandingkan dengan anak kelainan yang sama
minuman beralkohol atau obat-
perempuan.
obatan (terutama obat epilepsi
untuk ibu hamil) selama dalam
kandungan.
Pengaruh gangguan Kelahiran prematur
lainnya, Khususnya bayi yang lahir
pada masa kehamilan 26
Seperti sindrom Down, distrofi otot, minggu atau kurang.
neurofibromatosis, sindrom
Tourette, lumpuh otak (cerebral
palsy) serta sindrom Rett.
TEKNOLOGI YANG DAPAT
DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT
BELAJAR ANAK ANAK ASD
Pada anaka yang mengalami ASD, perkembangan yang mencolok
yaitu terlambatnya atau munculnya persoalan perkembangan
komunikasi. Hal ini terjadi karena lemahnya proses belajar imitasi ,
atau meniru orang lain. Dari kesulitan belajar berkomunikasi
tersebut, maka perlu menambahkan media atau alat bantu anak
yang mengalami ASD untuk memahami bahasa agar dapat
berkomunikasi dengan baik. Metode alat bantu untuk membantu
anak yang mengalami ASD untuk belajar berkomunikasi ada
banyak contohnya seperti berikut:
lanjutan..

1 2 3
Augmentative and
Alternative Picture Exchange Aided Language
Communication Communication System Simulation (ALS)
(ACC) (PECS)

4 5
Pragmatic
Organization Treatment and Education of
Dynamic Display Autistic and Related
(PODD) Communication Handicapped
Children (TEACCH)
ANY
QUESTION?
THANK
YOU!
kelompok 4 kelas 3PA26
Faktor-
Faktor
yang
menyeba
bkan cd

Definisi karater
cd Materi yang akan istik cd
di bahas

Definisi
Karater ld
istik ld
Faktor-
Faktor
yang
menye
babkan
a. Agresi terhadap hewan dan manusia
• •
• •




a. Karakteristik Kepribadian b. Temperamen dan Karakter
c. Fungsi Kognitif d. Organik dan Neurologis

e. Dinamika Keluarga f. Faktor Sosial dan Lingkungan


a. Perkembangan terlambat d. Tak mencapai prestasi seperti yang diharapkan
Secara performance anak yang jauh tertinggal dengan Adanya kesenjangan antara potensi dan prestasi yangditunjukan anak
temanseusianya menjadi indikator adanya kelainan perkembangan dapat menjadi ciri utama bagi yang mengalamikesulitan belajar. Misal,
padaanak berkesulitan belajar. Perkembangan ini menyangkut anak 8 tahun kelas tiga SD, dengan IQ 139dengan kemampuanya bisa
keterlambatan berbahasa, misal: sulit mengerti kata -kata, sulit menguasai materi kelas 4 bahkan kelas 5.hambatan ini disebabkan
berbicara sesuai dengan anak sebayanya. ketidakmampuan belajar mandiri.

b. Penampilan tak konsisten. e. Masalah tingkah laku yang menetap


Anak kesulitan belajar mampu mengerjakan soal matematika dari guru Anak kesulitan belajar umumnya mempunyai masalah perilaku.
saat ini, tapi jika mendapat soal itu pada pekan depan ia tak mampu Masalah perilaku ini, seperti cepat mengambek dan marah. Anak yang
untuk menyelesaikannya. Kesulitan ini diprediksi karena kemampuan mengalami kesulitan persepsi visual dan bahasa akan sulit memahami
mengingatnya. Ketidak-konsisten anak kesulitan belajar juga bisa dan mengingat informasi, sehingga sering terkesan sukar diatur dan
berupa tulisan yang jelek namun hasil lukisanya bagus, dan bisa juga, kasar
lebih bisa mengerjakan sesuatu dengan baik di rumah daripada di
sekolah. f. Kurangnya kepercayaan diri dan harga diri
Anak sering menggangap dirinya bodoh karena tak dapatmeraih
c. Kehilangan minat belajar prestasi yang baik di sekolah, tak dapat memenuhi harapan orang tua,
Sebenarnya anak kesulitan belajar suka belajar, namun antusiamenya tak dapat diterima kelompok. Adanya rendah diri ini akan menurunkan
kian berkurang begitu masuk sekolah karena mengalami gangguan motivasi akademis mereka. Anak kesulitan belajar rentan terhadap
pemrosesan informasi yang butuh daya ingat dan pengorganisasian situasi yang membuat mereka mudah putus asa dan berhenti mencoba
informasi dalam jumlah besar. Tanda-tanda yang bisa dilihat dengan ( learned helpess).
jelas: suka menunda-nunda pekerjaan, seperti mengerjakan tugas
belum selesai dan mengatakan akan mengerjakannya di sekolah.
Back to Agenda Page
Addiction Technology
dan
Keberbakatan pada
Anak
Nama Kelompok 5
1. Amelia Rahmawati (1052010G)
2. Elshanda (10520333)
3. Novita Ramadhani (10520757)
4. Nur Lina Alam (105207G8)
5. Rifa Putri Shafiyyah (10520880)
G. Ruth Maharani J (10520913)
Internet Gaming Disorder
Menurut DSM-V (2013) Internet gaming kemudian dianggap bisa menyebabkan
adiksi oleh pemerintah Cina dan dibuat beberapa model penanganan. Beberapa
penelitian menunjukkan kondisi ini banyak ditemui di dalam kasus-kasus kesehatan
terutama di negara-negara Asia dan beberapa negara bagian Amerika.

Menurut Morhana,dkk (2010) Internet gaming disorder merupakan salah satu


bentuk penggunaan internet yang secara berkelanjutan berhubungan dengan
penggunaan internet yang bersifat patologis.

Menurut Kuss dan Griffiths (Beranuy, 2013) mendefinisikan adiksi sebagai bentuk
keterikatan mendalam terhadap suatu objek (dalam kasus ini adalah internet
gaming) dan mempengaruhi kognitif, emosi, dan perilaku yang menyebabkan
kerusakan signifikan dalam area berbeda di dalam kehidupan nyata mereka.

Kesimpulannya internet gaming disorder adalah kondisi patologis yang dapat


menyebabkan adiksi dan berdampak signifikan pada kehidupan nyata.
Menurut DSM-5 (2013), Internet Gaming Disorder
diindikasikan 5 atau lebih kriteria selama 12 bulan.
Faktor-faktor tersebut meliputi :

01.
03.
Preoccupation
Tolerance
Terobsesi dengan 02. 04.
permainan online dan Membutuhkan jumlah
selalu memikirkan Withdrawal Symptoms waktu yang semakin Unsuccessful
aktivitas bermain game, lama untuk merasa puas attempts to control
baik ketika sedang Mengalami gejala fisik dan dalam bermain game
bermain atau tidak. psikologis ketika tidak online. Tidak dapat
bermain game online, menghentikan atau
seperti kecemasan, mengurangi frekuensi
kegelisahan, dan bermain game online
ketidaknyamanan fisik. meskipun sudah
mencoba.
06
08
Continued excessive use
Escape
despite knowledge of
psychosocial problems Menggunakan permainan
online sebagai alat pelarian
Melanjutkan penggunaan yang dari masalah atau stres yang
berlebihan meskipun mengetahui sedang dihadapi.
dampak negatif pada aspek
psikologis dan sosial, seperti
pekerjaan, pendidikan, dan 09
hubungan sosial.
07
05 Jeopardizing or losing
Deceiving oneself or significant relationships,
Lost Of Interest others about the amount job, or educational or
of time spent gaming career opportunities
Kehilangan minat pada hobi because of gaming
atau aktivitas lainnya yang Membahayakan atau kehilangan
sebelumnya dilakukan sebelum Membohongi diri sendiri atau hubungan penting, pekerjaan,
terkena gangguan bermain game orang lain tentang jumlah waktu atau kesempatan pendidikan atau
online. yang dihabiskan untuk bermain karir karena bermain game
game online. online.
KARAKTERISTIK IGD
1. Gangguan Kontrol Impuls
2.Prioritas Gaming
Individu dengan IGD kesulitan untuk
Individu dengan IGD akan mengontrol dorongan mereka untuk
memprioritaskan bermain game di bermain game online, bahkan ketika
atas segala hal, bahkan ketika mereka mengalami konsekuensi negatif
kegiatan lainnya lebih penting, dalam kehidupan pribadi mereka.
seperti pekerjaan, pendidikan, atau
hubungan sosial
3. Kesulitan Menghentikan
4. Kecanduan Gaming Permainan
Individu dengan IGD mengalami Individu dengan IGD kesulitan
kecanduan terhadap game online, di menghentikan permainan, bahkan ketika
mana mereka terus-menerus bermain waktu yang dihabiskan untuk bermain
game untuk mendapatkan perasaan game telah melebihi waktu yang
euforia atau kegembiraan. direncanakan.
5. Mengabaikan Kebutuhan Dasar
Individu dengan IGD seringkali
mengabaikan kebutuhan dasar mereka,
seperti tidur yang cukup, makan dengan
teratur, atau menjaga kesehatan fisik
mereka.
CONTOH GAME ADDICTION
KEBERBAKATAN
PADA ANAK
(Akademis dan non Akademis)
Definisi Keberbakatan Pada Anak
● Menurut Renzulli (Davis and Rimm, 1989) mendefinisikan
keberbakatan merupakan suatu yang komplek dan ditegaskan
bahwa untuk mendefinisikan anak berbakat harus :
1) Didasarkan atas riset tentang karakteristik individu berbakat,
2) Memberikan bimbingan dalam proses identifikasi,
3) Memberikan arah dan berkaitan secara logik dengan pemrograman
praktek, dan
4) Mampu menggerakkan penelitian yang akan menguji validitas
definisi. Karena itu tidak ada definisi yang berdasarkan teori dapat
diterima secara universal.
Definisi Keberbakatan Pada Anak (lanj)
● Kemudian menurut Depdiknas (2003), anak berbakat adalah mereka yang oleh
psikolog dan atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai
prestasi memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi
pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan pada tugas yang
tergolong baik.

● Anak berbakat ialah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang


unggul, mampu memberikan prestasi atau memiliki kecerdasan yang tinggi
sedang keberbakatan harus ditinjau secara multi dimensional. (Meity H, Idris.
2014).

● Kesimpulan keberbakatan anak adalah mereka yang memiliki kemampuan yang


unggul juga memberikan prestasi sebagai peserta didik.
Karakteristik atau ciri-ciri anak yang memiliki :

Bakat Akademik Bakat Non Akademik

1). Memiliki atau tertarik pada bidang Memiliki ketertarikan pada suatu topik atau
akademis tertentu. bidang studi yang khusus
2). Memiliki pemahaman yang baik dalam Berpikir melalui pengalaman problem
bidang konsep dan metode di bidang solving yang tinggi
akademik tertentu
3). Mempunyai jiwa kompetisi dan motivasi Memiliki kemampuan memimpin
pada bidang akademik tertentu.
4). Memiliki kemampuan tinggi dalam belajar Memiliki kepedulian tinggi pada lingkungan
dan cepat dalam bidang akademik. sekitar dan orang lain.

5). Dapat menerapkan konsep akademik khusus Memiliki kemampuan untuk menghadapi
pada bidang-bidang lainnya. kesulitan seperti ketakutan fisik, psikologis,
dan moral
Faktor-faktor Keberbakatan pada Anak

Genetik Biologis Lingkungan


Penelitian dalam genetika Namun demikian faktor
perilaku menyatakan biologis juga tidak dapat Stimulasi, kesempatan, harapan,
bahwa setiap jenis dalam diingkari, karena faktor tuntutan, dan imbalan akan
perkembangan perilaku biologis yang tidak bersifat berpengaruh pada proses belajar
dipengaruhi secara genetik dan sangat seorang anak. Anak-anak yang
signifikan melalui berpengaruh pada memiliki potensi yang perlu
gen/keturunan. intelegensi adalah faktor gizi dikembangkan dan perlu memiliki
dan neurologik. keluarga yang penuh perhatian
dalam memberikan dorongan dan
imbalan-imbalan untuk
kemampuan mereka.
Contoh Keberbakatan pada Anak
Akademik
Contoh Keberbakatan Anak pada Non-
Akademik
TERIMA KASIH
Pendidikan
Khusus
] KELOMPOK 6 [
Anggota Kelompok 6
Amanda Ati Dini
Mona Yullianingsih Rahmadani
(10520097) (10520181) (10520301)

Helena Jade Rau Rengganis


Apriliani Tala Rajab Maharani
(10520453) (10520498) (10520863)
01
Isu dan Arah
Pendidikan Khusus
Pendidikan Khusus
Apa itu pendidikan khusus?
● Pasal 32 (1) memberikan batasan bahwa pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.
● Teknis layanan pendidikan khusus diselenggarakan
secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus
pada tingkat dasar dan menengah.
Pendidikan khusus:
Sekolah Luar Biasa (SLB)
01 Definisi

Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu sekolah yang dirancang khusus anak-anak
berkebutuhan dari satu jenis kelainan. Dalam satu unit SLB biasanya terdapat
berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP hingga lanjutan. Di indonesia kita
telah mengenal bermacam- macam SLB, antara lain :
1) SLB bagian A untuk anak tuna netra
2) SLB bagian B untuk anak tuna rungu
3) SLB bagian C untuk anak tuna Grahita
4) SLB bagian D untuk anak tuna daksa
5) SLB bagian E untuk anak tuna laras
6) SLB bagian F untuk anak tuna ganda
Pendidikan khusus:
Pendidikan Inklusif
01 Definisi

● Pendidikan inklusif merupakan sistem


penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak yang
memiliki keterbatasan tertentu dan anak-anak
lainnya yang disatukan tanpa mempertimbangkan
keterbatasan. Termasuk anak berkebutuhan
khusus dapat memperoleh layanan pendidikan
yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhannya.
Pendidikan khusus:
Pendidikan Inklusif
02 Isu-isu
Self-determination
Layanan pendidikan
dibentuk berdasarkan
keinginan dan kemampuan
individu
Isu Normalisasi Isu Deinstitusionalisasi
Siswa Siswa harus dipersiapkan
berkebutuhan quality-of-life-nya sebelum
khusus diberi pindah ke institusi Inklusif penuh
layanan pendidikan
yang sama dengan Kesadaran akan
siswa lain. keberagaman pada
pendidikan
Pendidikan khusus:
Homeschooling
01 Definisi 0
● Kemunculan home schooling atau home education yang ditulis oleh mary
griffith dalam buku berjudul “The Unschooling handbook, howe to use the
whole world as your child’s clasroom”.
● Home schooling pada dasarnya merupakan metode pembelajaran yang
menekankan pada masalah sikap dan pendekatan belajar yang lebih mandiri.
Pelajar bisa memiliki materi pelajaran yang mau dikaji tiap harinya sesuai
dengan minatnya.
● Proses belajar yang dilakukan homeschooling mengacu pada kurikulum
sekolah, keluarga dapat bebas memilih homeschooling yang mengacu pada
kurikulum nasional atau kurikulum lain.
● Home schooling pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sekolah Rumah Tunggal
b. Sekolah Rumah Majemuk
02
Penanganan dan
Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
Intervensi umum:
Terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
01 Terapi bagi Slow Learner

Strategi dalam pengajaran dan pembelajaran untuk anak dengan slow learner, yaitu:

a. Concrete instruction
b. Generalization
c. Organizing instruction
d. Increasing instructional efficiency
e. Academic motivation
f. Social and economic needs

Adapun tips pengajaran untuk anak dengan Slow Learner yaitu:

a. Menggunakan instruksi yang konkret


b. Memberikan kesempatan untuk pengulangan dan latihan yang lebih sering
c. Membangun dasar tata kelola waktu (basic time management)
d. Membuat aktivitas yang disukai anak
Intervensi umum:
Terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
02 Terapi bagi penderita autisme

Penderita autime mungkin menunjukan hasil yang buruk pada hal yang berhubungan
dengan bahasa dan logika tetapi mereka akan menunjukan hasil yang baik pada
kemampuan visual-spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term memory
yang baik, sehingga dibutuhkan terapi yang berbeda beda.
Jenis terapi yang biasa digunakan untuk anak penderita autisme yaitu:
a. Applied behavioral analysis (ABA)
b. Terapi wicara
c. Terapi okupasi
i. Terapi fisik
ii. Terapi sosial
iii. Terapi bermain
Intervensi umum:
Terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
03 Terapi bagi Asperger’s Syndrome

Anak yang mengalami Asperger’s Syndrome dapat diterapi melalui terapi


wicara. Seorang speech-language pathologists (SLP) akan fokus mengajari
anak mengenai aturan-aturan berbahasa dalam interaksi sosial mulai dari
belajar memposisikan diri saat berbicara dengan orang lain, memahami
bahasa tubuh, nada bicara, nuansa bahasa, belajar ekspresi wajah, membuat
kontak mata dan menggunakan ritme natural saat berbicara.
Intervensi umum:
Terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
03 Terapi bagi penyandang tuna grahita

Tuna Grahita merupakan istilah untuk anak atau individu yang mempunyai kemampuan
intelektual dibawah rata-rata. Tuna Grahita memiliki tiga tingkatan yaitu:
1. Tuna grahita ringan (mampu didik)
2. Tuna grahita sedang (mampu latih)
3. Tuna grahita berat

Jenis terapi yang dibutuhkan untuk anak tuna grahita yaitu:


a. Fisioterapi
b. Terapi wicara
c. Terapi okupasi
d. Terapi remedial
e. Terapi kognitif
f. Terapi sensori integrasi
g. Terapi snoezelen
Intervensi umum:
Terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
03 Terapi musik bagi penyandang tuna rungu

Terapi musik dapat:


1. Meningkatkan auditori, individu belajar untuk menginterprestasikan
dan mengikuti suara
2. Meningkatkan perkembangan percakapan dari segi ritme, intonasi
rate, dan tekanan suara
3. Meningkatkan perkembangan dan pendidikan bahasa dengan
mempelajari lagu yang dapat menstimulasi latihan dalam pembedaan
auditori, membedakan dan meleburkan bunyi huruf, pengucapan
suku-suku kata dan pelafalan kata.
03
Contoh Video Praktik
Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
Homeschooling
“Latihan Kontrol Emosi pada Anak Autistik”
SLB
“Latihan Berbaris pada Anak Tunarungu”
Terima kasih!
Referensi:

Desiningrum, D. R. 2016. Psikologi anak


berkebutuhan khusus. Psikosain.
Zaitun. 2017. Pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Kreasi Edukasi
PSIKOLOGI ANAK KHUSUS
Dosen: Kristinana Martha, M.Psi.,Psikolog
NORMAL DAN ABNORMAL
• Kriteria Normal dan Abnormal (Saanin, 1976)
1. Patological view; penyakit yang jelas gejala klinisnya
2. Statistical view; pendekatan matematis, pengukuran dan penilaian
3. Cultural view; disesuaikan kondisi lingkungan
4. Keseimbangan lingkungan; adaptasi dengan lingkungan
5. Kaidah ajaran agama
PENDEKATAN NORMAL &
ABNORMAL:

Kuantitatif Kualitatif
• Didasarkan pada norma numerik • Standar budaya; masyarakat
berdasarkan olahan statistik sebagai ukuran kesehatan dg
• Normalitas dilihat pada ukuran cultural relativity
rerata • Kemampuan menyesuaikan diri;
• di bawah atau diatas rerata kesulitan/gagal dalam menyesuaikan
disebut abnormal diri (penyesuaian dalam atau luar)
pada lingkungan.
• Dibawah (sub)normal dan diatas
(above average/ superior)normal
ABNORMALITAS
• Abnormal; menggambarkan kepribadian (inner personality) & perilaku luar
(outer behavior) yang diamati.
• Maladaptif; perilaku yang memiliki dampak merugikan individu dan atau
masyarakat.
• Perilaku menyimpang; Perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat
KARAKTERISTIK PERILAKU
ABNORMAL
• Perilaku tidak biasa • Jarang terjadi
• Melanggar norma sosial • Bertentangan dengan
• Persepsi atau nilai/norma kelompok
interpretasi yang salah • Menimbulkan stres
• Berada dalam stres pribadi
personal yang signifikan • Menunjukkan disability
• Perilaku maladaptif atau disfungsi
• Perilaku berbahaya • Tidak diharapkan
(Nevid, Rathus & Greene, 2008) (Davison & Neale, 2004)
ISTILAH PERILAKU ABNORMAL
• Abnormal/Psikopatologi; • Gangguan emosional; perubahan
menggambarkan kepribadian (inner emosional yang dapat berkembang
personality) & perilaku luar (outer menjadi patologis
behavior) yang diamati. • Gangguan perilaku; karena proses
• Gangguan mental; Semua bentuk belajar yang tidak semestinya
perilaku abnormal, (ringan sampai • Gila (insanty); istilah hukum yg
berat) mengidentifikasi individu scr mental
• Maladaptif; perilaku yang memiliki tdk mampu mengelola masalahnya
dampak merugikan individu/ atau melihat konsekuensi dr
masyarakat. tindakan2nya.
PENYEBAB ABNORMALITAS
(COLEMAN, BUTCHE, DAN CARSON,
1980)
• Primary Cause: kondisi yang tanpa kehadirannya suatu ganguan tidak akan
muncul
• Predisposing Cause: Kondisi yang mendahului dan merintis terjadinya
gangguan di masa mendatang
• Precipitating Cause: seolah penyebab utama, tapi sebenarnya hanya pintu
masuk
• Reinforcing Cause: peristiwa/info yang menguatkan penyebab lain
Klasifikasi Gangguan Jiwa

• WHO; DSM (Diagnostic Statistical Manual) for Mental Diorder disusun


pertama kali tahun 1934
• 1963, WHO menyusun penggolongan gangguan jiwa.
• 1965, disusun ICD-8 (International Classification of Diseases)
• 1952-1992 American Psychiatric Association (APA) menyusun dan merevisi
Diagnostic and Satistical Manual of Mental Disorder (DSM) I-IV
• Di indonesia, Depkes mengadopsi DSM dan ICD menjadi Pedoman
Penggolongan Diagnostik Gangguan
• Jiwa (PPDGJ) yang telah di revisi mulai I-III sejak tahun 1973 sampai 2002
MENDEFINISIKAN PERILAKU
ABNORMAL
• Perilaku yang tidak biasa
• Perilaku menyimpang; tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar
norma sosial
• Persepsi /interpretasi yang salah terhadap realita
• Stress personal yang berlebihan
• Perilaku maladaptif atau self-defeating
• Perilaku berbahaya
Anak berkebutuhan khusus

Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan


tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-
anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap
hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang
menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan
pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka akan dapat
memenuhi kebutuhan anak.
A. ISTILAH
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak
berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru
yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang
telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang
pernah dan mungkin masih digunakan sampai saat ini diantaranya anak cacat,
anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu
istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya
merupakan kependekan dari diference ability. Sejalan dengan perkembangan
pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-anak ini, maka
digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak
berkebutuhan khusus membawa konsekuensi yaitu cara pandang yang berbeda
dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih
digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik,
mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada
kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.
Contoh, seorang anak tunanetra, jelas dia memiliki keterbatasan pada
bidang penglihatannya, tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan
intelektual yang tidak berbeda dengan anak normal, maka untuk dapat
berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan alat bantu
kompensatif indera penglihatan seperti talking computer, talking books,
buku tulisan Braille dsb. Dengan dipenuhinya kebutuhan itu maka
tunanetra akan dapat berprestasi sesuai dengan kapasitas intelektualnya
dan mampu berkompetisi dengan anak normal.
Memahami anak berkebutuhan khusus tidak dapat dilepaskan dari adanya perbedaan,
penggunaan pendekatan perkembangan untuk melihat perbedaan pada anak usia dini
sangatlah tepat. Perkembangan anak-anak pada umumnya sering kita kenal dengan
perkembangan normatif artinya perkembangan yang sesuai dengan tahap dan tugas
perkembangan sesuai dengan usia anak. Perkembangan yang tidak sesuai dengan
perkembangan normatif dikenal dengan perkembangan nonnormatif yang mana
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan pada berbagai demensi perkembangan
normatif.
Perbedaan perkembangan inilah yang dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. Pada
prinsipnya ada 2 perbedaan yang dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan anak
berkebutuhan khusus perbedaan tersebut adalah:
1. Perbedaan interindividual
Berarti membandingkan keadaan individu dengan orang lain atau dengan standar tumbuh kembang
normatif dalam berbagai demensi diantaranya perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan
intelektual), kemampuan panca indera (sensory), kemampuan gerak motorik, kemampuan komunikasi,
perilaku sosial, dan keadaan fisik. Pada anak usia sekolah dapat digunakan perbedaan pencapaian prestasi
belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran. Hal ini dimungkinkan dengan adanya standar kompetensi
yang harus dimiliki siswa untuk setiap tingkat atau level kelas yang telah dirumuskan secara nasional.
Standardisasi alat ukur untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat kelas memang harus segera
diadakan sesuai dengan kurikulum yang telah disusun (curiculum based assesment). Jika memang prestasi
anak berada jauh di bawah standar kelulusan, maka dimungkinkan anak ini masuk kelompok anak
berkebutuhan khusus.
................
Selain perbedaan dalam prestasi akademik juga perbedaan kemampuan akademik. Untuk mengetahui
kemampuan akademik ini biasanya digunakan tes kecerdasan yang dapat mengukur potensi
kemampuan intelektual yang dinyatakan dengan satuan IQ. Secara teoretis keadaan populasi IQ anak
akan mengikuti kurve normal (Gb. 1), dimana anak yang memiliki IQ pada posisi ekstrim -2 dan +2
standar deviasi kurve normal, maka perlu diperhatikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Perbedaan
ini tidak sekedar berbeda dengan rerata normal, tetapi perbedaan yang signifikan, sehingga anak
tersebut memang memerlukan praktek pendidikan dan pengajaran khusus untuk mengembangkan
potensinya secara optimal.
2. Perbedaan intraindividual
Adalah suatu perbandingan antar potensi yang ada dalam diri individu itu sendiri, perbedaan ini
dapat muncul dari berbagai aspek meliputi intelektual, fisik, psikologis, dan sosial. Sebagai ilustrasi
ada seorang siswa yang memiliki prestasi belajar sangat cemerlang tetapi dia sangat tidak disenangi
oleh teman-temanya karena dia besifat tertutup dan individual, serta sulit diajak kerja sama. Dari
gambaran tersebut maka dapat dibandingkan antara kemampuan intelektual dan kemampuan sosial
siswa tersebut cukup signifikan, sehingga siswa tersebut memerlukan treatmen atau perlakuan
khusus agar potensinya dapat berkembang optimal. Untuk lebih dapat memahami perbedaan ini
dapat digunakan pendekatan multiple intelgen yang dikemukakan oleh Gardner, dapat juga dilihat
dari berbagai aspek inteligensi dari wechsler maupun Binet.
Selain masalah perbedaan, ada beberapa terminologi yang dapat digunakan untuk memahami anak berkebutuhan
khusus. Istilah tersebut yaitu:
1. Impairment
Merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis,
fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami
amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
1. Disability
Suatu keadaan dimana individu mengalami kekurang mampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan
impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan
berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
1. Handicaped.
Keadaan dimana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh, orang yang
mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan
kursi roda.
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual maupun intraindividual yang signifikan, dan
mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan
pendidikan dan pengajaran khusus. Sebagai catatan bahwa anak berkebutuhan khusus bukanlah anak sakit, tetapi
anak sehat memiliki kondisi sedemikan rupa, sehingga untuk mengembangkan potensinya memerlukan pemenuhan
kebutuhan khusus.
TERIMA KASIH
BLINDNESS
• DI INDONESIA ISTILAH TUNANETRA LEBIH DIKENAL DENGAN SEBUTAN BUTA KARENA
MERUJUK PADA ARTI KATA BLIND
• SEBELUM KITA MEMBAHAS TUNANETRA, ADA BAIKNYA KITA MEMAHAMI TERLEBIH DAHULU
APA ITU LEGALLY BLIND.
• SESEORANG DAPAT DIKATAKAN LEGALLY BLIND KARENA MELIBATKAN PROSES
PENGUKURAN KETAJAMAN PENGELIHATAN VISUAL SESEORANG DALAM UKURAN TERTENTU
YANG JELAS DAN PASTI.
• PENGUKURAN KETAJAMAN PENGLIHATAN DILAKUKAN DENGAN
MEMPERGUNAKAN INTERNATIONAL CHART YANG DISEBUT EYESIGHT-TEST.
• LEGALLY BLIND DIKLASIFIKASIKAN KE DALAM DUA KATEGORI, YAITU BLIND (BUTA TOTAL)
DAN LOW VISION (HALLAHAN, KAUFMAN, DAN PULLEN, 2009).
• TUNANETRA ADALAH INDIVIDU YANG MEMILIKI HAMBATAN DALAM PENGLIHATAN. TUNANETRA
• KETUNANETRAAN: YAITU TIDAK MEMILIKI PENGLIHATAN YANG CUKUP UNTUK DAPAT MEMBACA TULISAN
CETAK MESKIPUN DIBANTU DENGAN ALAT BANTU YANG PALING EFEKTIF YANG TERSEDIA.
• ORANG YANG MENGALAMI KEBUTAAN INI MUNGKIN MASIH MEMILIKI SEDIKIT SISA PENGLIHATAN UNTUK
KEGIATAN ORIENTASI DAN MOBILITAS ATAU KEGIATAN PRAKTIS LAINNYA.
• DAPAT DIKLASIFIKASIKAN KEDALAM DUA GOLONGAN YAITU: BUTA TOTAL (BLIND) DAN LOW VISION.
• DEFINISI TUNANETRA MENURUT KAU.FMAN DAN HALLAHAN (2006) ADALAH INDIVIDU YANG
• MEMILIKI LEMAH PENGLIHATAN ATAU AKURASI PENGLIHATAN KURANG DARI 6/60 SETELAH DIKOREKSI ATAU
TIDAK LAGI MEMILIKI PENGLIHATAN.
LEGALLY BLIND DIKLASIFIKASIKAN DLM 2
KATEGORI YAITU:
• BLIND ATAU BUTA TOTAL ADALAH • LOW VISION ADALAH ISTILAH PENDIDIKAN
YANG MERUJUK PADA INDIVIDU DENGAN
SESEORANG YANG MEMILIKI KONDISI
KERUSAKAN PENGELIHATAN DAN
KETAJAMAN PENGELIHATAN 20/200 KERUSAKAN INI TIDAK TERGOLONG BERAT.
ATAU KURANG DARI PENGELIHATAN INDIVIDU DENGAN LOW VISION MASIH BISA
ORANG YANG MEMAKAI KACAMATA MELIHAT DAN MEMBACA DENGAN ALAT
BANTU PENGLIHATAN SEPERTI KACA
ATAU JANGKAUAN PENGELIHATAN PEMBESAR DAN MEMBACA TULISAN YANG
YANG SANGAT SEMPIT DENGAN DICETAK DENGAN UKURAN YANG BESAR.
DIAMETER JANGKAUAN SECARA MEDIS, INDIVIDU DENGAN LOW
VISION MEMILIKI KETAJAMAN
PENGELIHATAN TIDAK LEBIH DARI 20 PENGELIHATAN ANTARA 20/70 DAN 20/200
DERAJAT. DIBANDING KEMAMPUAN PENGLIHATAN
ORANG YANG MENGGUNAKAN KACAMATA.
KETAJAMAN PENGLIHATAN:
PARA DOKTER SPESIALIS MATA MASIH MEMPERGUNAKAN SNELLEN CHART SEBAGAI ALAT

UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN KETAJAMAN PENGLIHATAN. TETAPI TERDAPAT JUGA SEJUMLAH ALAT LAIN YANG

RANCANGANNYA BERBEDA NAMUN TETAP MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP YANG SAMA. DI BEBERAPA

NEGARA DIPERGUNAKAN JENIS INSTRUMEN YANG LEBIH RUMIT KARENA INFORMASI YANG DIHASILKANNYA

LEBIH TEPAT.

KETAJAMAN PENGLIHATAN SERING DINYATAKAN DENGAN SKALA BERIKUT:

• 6/6 SAMPAI 6/18: PENGLIHATAN NORMAL

• 6/18 SAMPAI 3/60: KURANG AWAS HINGGA PENGLIHATAN TERBATAS

• 3/60 SAMPAI 1/60: PENGLIHATAN TERBATAS HINGGA KEBUTAAN SOSIAL

• KURANG DARI 1/60: KEBUTAAN SEJATI


• MEDAN PANDANG:
MEDAN PANDANG (WILAYAH CAKUPAN PENGLIHATAN) SEBESAR 10 DERAJAT ATAU KURANG PADA MATA
TERBAIK, BIASANYA DIANGGAP SEBAGAI CIRI KEBUTAAN.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KETUNANETRAAN
1. SEBAB-SEBAB YANG TERJADI PADA MASA
KEHAMILAN;
2. CEDERA KELAHIRAN
3. SEBAB-SEBAB YANG TERJADI SESUDAH
KELAHIRAN PADA MASA KANAK-KANAK
SEBAB-SEBAB MENURUT SAAT
KEJADIANNYA:
SEBAB-SEBAB SEBAB-SEBAB SEBAB-SEBAB
KETUNANETRAAN PADA KETUNANETRAAN PADA KETUNANETRAAN PADA
MASA PRANATAL: MASA NEONATAL: MASA KANAK-KANAK:
CEDERA KELAHIRAN DEFISIENSI VITAMIN A - XEROPHTHALMIA

SEBAB-SEBAB GENETIK – KELOMPOK YANG GONORRHEA (OPHTHALMIA NEONATORUM) CAMPAK


PALING HETEROGEN TRACHOMA (SATU PENYAKIT MATA YANG
RETINOPATHY OF PREMATURITY
MENULAR, YANG MENGAKIBATKAN PERADANGAN
SEBAB-SEBAB NON-GENETIK – RUBELLA PADA PERMUKAAN DALAM KELOPAK MATA)
BAWAAN
CEDERA TRAUMATIK PADA MATA (OCULAR
SINDROM TRAUMA – PADA ANAK USIA 5-14 TAHUN YANG
MERUPAKAN 60-80% DARI SEMUA KASUS
TRAUMA PADA MASA KANAK-KANAK)
GEJALA GANGGUAN PENGLIHATAN
CIRI-CIRI LOW VISION:
GEJALA-GEJALA BUTA TOTAL:
-MENCOBA “MELIHAT” APA YANG DIDEKATNYA;

-CORENA TIDAK BENING ATAU TIDAK RATA; -MENCOBA “MELIHAT TITIK-TITIK;

-DAPAT BERGERAK DENGAN PERCAYA DIRI DI LINGKUNGANNYA;


-CAIRAN AQUOUS KERUH;
-ORIENTASI “VISUAL” APABILA ADA RANGSANG CAHAYA PADA MATA;
-PUPIL TIDAK DAPAT BERAKOMODASI SECARA NORMAL;
-MENUNJUKKAN RESPON TERHADAP ADANYA CAHAYA DAN WARNA;

-IRIS TIDAK BEKERJA SESUAI FUNGSINYA; -MELIRIKKAN MATA TERHADAP SESUATU YANG KENA SINAR;

-DAPAT MENGHINDARI RINTANGAN-RINTANGAN/BENDA YANG BESAR;


-LENSA KERUH DAN TIDAK BERAKOMODASI;
-MENUNJUKKAN PERHATIAN KEPADA SESUATU YANG BERGERAK DI SEKITARNYA;
-CAIRAN VITREOUS TIDAK BENING; -TERKEJUT APABILA SESUATU YANG MENDEKAT SECARA TIBA-TIBA;

-RETINA MACULA TIDAK SENSITIVE TERHADAP CAHAYA; -MEMIRINGKAN KEPALA SECARA TIDAK WAJAR APABILA MELAKUKAN SUATU PEKERJAAN;

-MENUNJUKKAN TANDA-TANDA DAPAT MEN GIKUTI SESUATU DENGAN PENGLIHATANNYA;


-BOLA MATA TERLALU BESAR ATAU TERLALU KECIL;
-MENUNJUKKAN RESPON TERHADAP BAYANGAN;

-BOLA MATA TERTUTUP SELAPUT PUTIH; -MENCARI SESUATU YANG JATUH MENGGUNAKAN PENGLIHATANNYA;

-SYARAF MATA TIDAK BERFUNGSI NORMAL; -MENJADI PENUNTUN BAGI TEMAN-TEMANNYA YANG BUTA (TOTALLY BLIND);

-TERTARIK TERHADAP PERMAINAN YANG MENGGUNAKAN PENGLIHATAN;


-OTOT-OTOT MATA TIDAK BERAKOMODASI SECARA
-MENGERAK-GERAKKAN TANGANNYA APABILA SEDANG BERBICARA
NORMAL;
DEAFNESS
ISTILAH GANGGUAN PENDENGARAN (KETUNARUNGUAN) MENCAKUP KEDUA ISTILAH YAITU KURANG PENDENGARAN

(HARD OF HEARING) DAN TULI (DEAF).

ORANG YANG TULI (DEAF) ADALAH ORANG YANG MENGALAMI KETIDAKMAMPUAN MENDENGAR

(PADA TINGKAT 70 DB ISO ATAU LEBIH BESAR LAGI), SEHINGGA MENGALAMI HAMBATAN DALAM

MEMAHAMI PEMBICARAAN ORANG LAIN MELALUI PENDENGARANNYA SENDIRI, TANPA ATAU

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU DENGAR. SEDANGKAN ORANG YANG KURANG PENDENGARAN (HARD OF HEARING)

ADALAH SESEORANG YANG MENGALAMI KETIDAKMAMPUAN UNTUK MENDENGAR (BIASANYA PADA

TARAF 35 SAMPAI 69 DB) SEHINGGA MENGALAMI KESULITAN, TETAPI TIDAK MENGHALANGI ORANG

TERSEBUT DALAM MEMAHAMI PEMBICARAAN ORANG LAIN MELALUI PENDENGARANNYA SENDIRI,

TANPA ATAU DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU DENGAR.


SEBAB-SEBAB TERJADINYA
KETUNARUNGUAN
ADA LIMA FAKTOR YANG DIIDENTIFIKASI SEBAGAI PENYEBAB UTAMA KETUNARUNGUAN.
KELIMA FAKTOR TERSEBUT ADALAH FAKTOR KETUNARUNGUAN, FAKTOR IBU YANG TERKENA RUBELLA
(MATERNAL RUBELLA), KETIDAKSESUAIAN ANTARA DARAH IBU DAN ANAK (MOTHER – CHILD BLOOD
INCOMPATIBILITY), MENINGITIS DAN PREMATURITAS
1. FAKTOR KETURUNAN (HEREDITY)
ISTILAH KETUNARUNGUAN/KETULIAN YANG DITURUNKAN (HEREDITY DEAFNESS) ADALAH NAMA UMUM UNTUK BERMACAM-MACAM KONDISI, SEPERTI
KONINGSMARK (1969) YANG MENGIDENTIFIKASI 16 MACAM LEBIH KEHILANGAN PENDENGARAN YANG DISEBABKAN FACTOR KETURUNAN, YANG DIBEDAKAN OLEH
TIPE PERUBAHAN (TRANSMISSION) SEPERTI DOMINANT, RESESIF, DAN SEX LINKED; USIA TERJADINYA KELAINAN YAITU BAWAAN SEJAK LAHIR (CONGENITAL),
MASA REMAJA DAN MASA DEWASA; BERDASARKAN TIPE KEHILANGAN PENDENGARAN (KONDUKTIF DAN SENSORINEURAL); DAN BERDASARKAN FREKUENSI NADA
YANG DIBUAT (KETULIAN NADA RENDAH, NADA SEDANG, DAN NADA TINGGI). TOPIK YANG AKAN DIBAHAS SELANJUTNYA DIBATASI PADA INDIVIDU DENGAN
KETULIAN SENSORINEURAL BAWAAN YANG BERAT.

A. KETULIAN BAWAAN DOMINANT

DIPERKIRAKAN PERUBAHAN DOMINANT DARI KETULIAN YANG DITURUNKAN, BIASANYA DAPAT TERJADI ANTARA 10 – 15 % DARI KASUS KETULIAN BAWAAN
(BROWN, 1976; KONINGSMARK, 1982). PADA KEADAAN GEN YANG TUNGGAL DAPAT MENIMBULKAN KETULIAN.

B. KETULIAN BAWAAN RESESIF

KEKHASAN DARI KETULIAN INI ADALAH DITURUNKAN SECARA KLINIS OLEH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA. ORANG TUA TERSEBUT MEMPUNYAI PENDENGARAN
YANG NORMAL, TETAPI SECARA CARIER MEMPUNYAI GEN KETULIAN. SEBAGAI CONTOH KASUS, DAPAT DIJELASKAN SECARA SEDERHANA.

C. KETULIAN BAWAAN SEX LINKED (DIHUBUNGKAN DENGAN JENIS KELAMIN)

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SECARA GENETIC BERBEDA. PEREMPUAN MEMPUNYAI DUA KROMOSOSM X DAN LAKI-LAKI MEMPUNYAI SATU KROMOSOM X DAN
SATU KROMOSOM Y. JENIS KELAMIN ANAK DITENTUKAN OLEH KONTRIBUSI DARI AYAH, APAKAH KROMOSOM X ATAU KROMOSOM Y.
2. FAKTOR IBU YANG TERKENA RUBELLA
(MATERNAL RUBELLA)
MATERNAL RUBELLA DIIDENTIFIKASI SEBAGAI PENYEBAB TERBESAR KEHILANGAN PENDENGARAN PADA
PERTENGAHAN TAHUN 1960 DAN DIIKUTI SEBAGAI PENYEBAB UTAMA NON GENETIC UNTUK ANAK TUNARUNGU USIA
SEKOLAH SAMPAI PADA TAHUN 1975.
RUBELL ADALAH PENYAKIT YANG DISEBABKAN KARENA VIRUS YANG BERBAHAYA DAN SULIT DIDIAGNOSA SECARA
KLINIS. KIRA-KIRA 20 % DARI PEREMPUAN PADA MASA MELAHIRKAN DAPAT TERJANGKIT RUBELL, OLEH KARENA ITU
HARUS DUIPERKUAT DAYA TAHAN TUBUHNYA MELALUI IMUNISASI (MASLAND, 1978). JIKA MEREKA TERSERANG
RUBELLA SELAMA TRI SEMESTER PERTAMA (3 BULAN) KEHAMILAN ATAU LEBIH, DAPAT MEMBUNUH ATAU
MELUMPUHKAN JANIN MEREKA OLEH PENYILANGAN RINTANGAN PLASENTA YANG DAPAT MENYERANG JANIN.
KUMAN VIRUS DAPAT MEMBUNUH PERTUMBUHAN SEL-SEL DAN MENYERANG JARINGAN PADA MATA, TELINGA, DAN
ATAU ORGAN LAINNYA.
VERNON DAN HICK (1990) MENGATAKAN BAHWA SELAIN VIRUS RUBELLA, ADA SEKITAR 16 VIRUS YANG DIKETAHUI
SEBAGAI PENYEBAB KEHILANGAN PENDENGARAN. YANG SANGAT PENTING UNTUK DIKETAHUI ADALAH VIRUS
HERPES SIMPLEKS, VIRUS INI DAPAT MENYEBABKAN KETULIAN DAN KECACATAN LAINNYA PADA JANIN ATAU DAPAT
DITULARKAN KEPADA BAYI MELALUI SALURAN KELAHIRAN JIKA VIRUSNYA DALAM KEADAAN AKTIF .
3. KETIDAKSESUAIAN ANATARA DARAH IBU
DAN ANAK
WALAUPUN TIPE-TIPE LAIN DARI KETIDAKCOCOKKAN DARAH BERHUBUNGAN DENGAN KETUNARUNGUAN,
MISALNYA ABO, KOMPLIKASI FACTOR RH - MENUNJUKKAN SEBAGAI PENYEBAB UTAMA PADA TIPE INI. KESULITAN
TIMBUL SAAT SEORANG PEREMPUAN MEMPUNYAI RH – (IA TIDAK MEMPUNYAI FACTOR), MEMPUNYAI JANIN
DENGAN RH +. SISTEM PEMBUANGAN ANTIBODY PADA IBU AKAN SAMPAI PADA SIRKULASI JANIN DAN MERUSAK
SEL-SEL RH + PADA JANIN. HASILNYA DIKETAHUI SEBAGAI ERYTHROBLASTOSIS FETALIS YANG DAPAT
MENGALAHKAN SEL-SEL DARAH PADA JANIN. ANGKA KEMATIAN PADA KONDISI SEPERTI INI SANGAT TINGGI. PADA
ORANG YANG SELAMAT, DAPAT MENIMBULKAN KETULIAN, CELEBRAL PALSY, APHASIA, DAN MENTAL RETARDASI
YANG BERAT. VERNON (1976) MELAPORKAN BAHWA LEBIH DARI 70 % DARI ANAK DENGAN FACTOR RH –
MEMPUNYAI KECACATAN GANDA.
4. MENINGITIS (RADANG SELAPUT OTAK)
MENINGITIS MENYANGKUT BAKTERI YANG MENYERANG LABYRINTH MELALUI SYSTEM SEL-
SEL UDARA PADA TELINGA TENGAH. BEST (1963) MENERANGKAN BAHWA HAMPER 28 %
MENINGITIS MENJADI PENYEBAB TETAP UNTUK KETULIAN POST NATAL PADA POPULASI USIA
SEKOLAH. PERISTIWA YANG SERING TERJADI MENURUT HUDGINS, RIES, VERNON, (1973) ADALAH
KIRA-KIRA 5 – 7 % MERUPAKAN REFLEKSI KETURUNAN SEBAGAI HASIL DARI PENGEMBANGAN ANTI
BIOTIC DAN CHEMO THERAPY.
5. PREMATURITAS
UNTUK MEMBUKTIKAN PENGARUH PREMATURE TERHADAP KETULIAN SANGAT SULIT,
WALAUPUN DEMIKIAN PREMATURE (BERAT BADAN ANTARA 5 FOUND – 8 ONS ATAU KURANG/USIA
KEHAMILAN KURANG) BANYAK TERDAPAT PADA ANAK TUNARUNGU DISBANDING ANAK MENDENGAR,
TETAPI DERAJAT PERBEDAANNYA MASIH BISA DIBANTAH. KOMPLIKASI DAPAT TERJADI DENGAN
LAINNYA DAN DIIDENTIFIKASI SEBAGAI PENYEBAB UTAMA. SEBAGAI CONTOH PADA DATAVERNON
(1973), 45 % DARI KASUS DAN 14 % DARI KASUS FACTOR RH – ADALAH JUGA PREMATURE.
SELESAI
By: Kristina Martha
Pendahuluan

 Cerebral Palsy pertama kali dijelaskan pada tahun 1862 oleh seorang ahli bedah ortopedi
bernama william James Little. Sebuah gangguan motorik yang di sebabkan oleh kerusakan
yang tidak progresif pada perkembangan otak. Pada dasarnya cerebral palsy akan
menunjukkan berbagai macam gangguan klinis dari kerusakan korteks serebral atau
kerusakan subkortikal yang terjadi selama awal tahun kehidupan. Cerebral palsy sangat
beresiko tinggi terjadi pada bayi premature.
 Cerebral palsy selalu dikaitkan dengan banyak defisit seperti keterbelakangan mental,
gangguan bicara,bahasa dan oromotor. Penilaian menyeluruh terhadap perkembangan saraf
anak dengan Cerebral Palsy harus mencakup evaluasi terkait defisit sehingga Program
intervensi dini yang komprehensif dapat direncanakan dan dilaksanakan.
What is Cerebral Palsy
(CP) Cerebral Palsy: "paralisis otak".
Cerebral Palsy merupakan suatu
kelainan fungsi otak dan syaraf yang
sedang tumbuh. Kerusakan tersebut
menyebabkan gangguan
keseimbangan dan gerakan. Cerebral
palsy disebabkan oleh kerusakan
otak yang mengakibatkan gangguan
pada fungsi motorik, koordinasi, alat
indera dan fungsi ingatan, Secara
lahiriah anak-anak CP mengalami
cacat jasmani, namun tetap memiliki
potensi-potensi bawaan sebagaimana
a n a k - a n a k n o r m a l .
 Cerebral palsy pada dasarnya adalah  Cerebral palsy adalah gangguan yang
gangguan terhadap pergerakan dan tidak progresif dari fungsi otak yang di
postur tubuh. Hal ini di istilahkan sebagai sebabkan faktor prenatal pada kasus
“payung” yang mencakup gangguan berat. Asal dari faktor prenatal tersebut
pengontrolan gerakan akibat adanya lesi belum di ketahui sebabnya, perinatal
atau kelainan terhadap perkembangan faktor seperti asphyxia dan trauma lahir
otak di awal tahap kehidupan dengan bertanggung jawab terhadap terjadinya
latar belakang penyakit yang tidak kurang lebih 10 persen dari kasus
progresif. Ini dapat di tetapkan sebagai tersebut. Saat di lakukan pemeriksaan
static encephalopathy yang dimana, ,akan di temukan hasil abnormal dari
meskipun kelainan atau kerusakan lesi pemeriksaan neurologis terhadap
primer tetap, namun tampakan pola klinis neonatus tersebut . resiko cerebral palsy
mungkin dapat berubah seiring rendah pada neonatus tanpa gejala meski
berjalannya waktu karna pertumbuhan pada saat terjadi komplikasi persalinan.
dan perkembangan plastisitas dan
pematangan sistem sararf pusat.
 Sifat kelainan tidak progresif. Kelainan yang timbul
tergantung dari tingkat kerusakan otak yang terjadi dan
penanganan CP. Semakin awal terdiagnosis dan tertangani
maka kelainan yang timbul akan semakin minimal. Di
beberapa negara, CP merupakan penyebab
tersering physical disability. Insidensi: kurang lebih 1 dari
1000 bayi yang dilahirkan.
 Early Signs
Pada saat lahir bayi CP dapat terlihat
lemah dan terkulai atau mungkin
normal. Perkembangan lambat
dibanding anak seusianya. Tidak dapat
menggunakan tangan atau hanya
menggunakan satu tangan. Mengalami
masalah dalam makan: menyedot,
mengunyah, menelan. Tubuh tmpak
kaku seperti papan sehingga sulit untuk
digendong. Bayi jarang menangis atau
tersenyum. Sulit untuk berkomunikasi:
tidak ada respon. Munculnya refleks
abnormal pada bayi.
 Intelegensia
Intelegensia tidak terlalu terganggu,
walaupun terkadang tampak lambat
dalam memberikan respon. Terkadang
anak CP tampak "bodoh" dan lambat
karena gerakannya yang terhambat.
Setengah dari CP mengalami retardasi
mental. Anak CP membutuhkan latian
dan bantuan untuk dapat menunjukkan
kemampuannya.
Penyebab Anak Cerebral Palsy
 Pada masa prenatal , anak terkena infeksi misalnya:
TORCH atau sifilis. Kelainan kandungan yang menyebabkan
peredaran darah bayi terganggu: tali pusat tertekan. Rh
bayi tidak sama dengan ibunya. Ibu mengalami trauma.
Bisa juga karena bayi/janin terkena radiasi.
Pada masa perinatal, bisa dikarenakan anoksia, persalinan
dengan alat (forcep), perdarahan otak, bayi prematur,
bayi postmatur, bayi kembar, hiperbilirubinemia.
Pada masa postnatal terjadi trauma kepala. Meningitis
yang terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan. Terkena
penyakit typoid atau diphteri. Keracunan carbon
monoxida, tercekik, tumor otak, dan bisa juga karena
keracunan logam berat.
Tipe Cerebral Palsy
Paralisis Spastik
Kerusakan terjadi pada cortex cerebri. Daerah tertentu pada cortex cerebri memiliki fungsi
untuk mengendalikan tonus otot agar tetap normal. Apabila terjadi kerusakan maka tonus otot
akan berlebihan atau disebut mengalami spastik (mengejang) dan tonus otot akan berkurang
atau spastisitas semakin melemah (paralysis).
Jenis posisi spastik:
Athetosis
 Kerusakan terjadi pada basal
ganglia atau traktus
ekstrapiramidal yang berfungsi
utama mengendalikan pola gerak.
Geajalanya yaitu gerakan-gerakan
yang tidak terkoordinir dan tidak
terkontrol kadang dapat terjadi
pada bibir, mata, lidah, atau pada
bagian tubuh yang lain. Otot-otot
tidak pernah mengalami
kekejangan ataupun kelemahan
(kelumpuhan).
 Ataxia
Ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan kehilangan
keseimbangan. Sering terjatuh karena jalannya tidak seimbang, terhuyung-huyung,
bagaikan seseorang yang sedang mabuk. Letak kerusakan terjadi pada cerebellum.
 Tremor
Ditandai adanya gerakan-gerakan kecil yang tidak disadari, irama gerakan umumnya tetap
sehingga mirip dengan getaran. Karna gerakannya tidak disadari, maka sulit dikendalikan.
Lokasi kerusakan menurut beberapa ahli terletak pada ganglia basal atau extra pyramidal
tract.
 Rigid
Ditandai oleh adanya otot dan gerakan yang sangat kaku (rigid). Rigiditas menyerupai
gerakan robot yang sedang berjalan, gerakannya lambat dan tidak halus. Penyebab gerakan
yang kaku ini menurut para ahli dikarenakan adanya kerusakan pada extrapyramidal tract.
 Mixed
Tipe cerebral palsy yang ditandai oleh adanya gerakan campuran. Kadang-kadang
gerakannya kaku, kadang kejang-kejang, atau juga tremor. CP tipe ini menurut para ahli
jumlahnya sedikit.
 Penanganan Medis??
Kerusakan yang terjadi di otak, sifatnya permanen. Obat-obatan yang diberikan hanya
bersifat suportif 9suplemen untuk stamina). Operasi dipertimbangkan jika terjadi
kontraktur.
Pemeriksaan khusus diperlukan pada anak yang dicurigai atau terbukti cerebral palsy.
pemeriksaan tersebut adalah:
 Semua anak dengan cerebral palsy harus melakukan pemeriksaan penglihatan dan pendengaran
yang segera dilakukan setelah diagnosis cerebral palsy ditegakkan. Kerusakan dari indera
tersebut sangat mempengaruhi pendidikan dan pelatihan anak.
 Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menilai cairan cerebrospinal ,dilakukan paling tidak satu
kali pada anak yang dicurigai cerebral palsy untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit
degeneratif ,tumor intracranial, subdural hygroma . Pada pasien cerebral palsy cairan
cerebrospinal normal.
 Pemeriksaan EEG dilakukan terutama pada pasien dengan hemiparesis atau tetraparesis karena
beresiko tinggi kejang.
 Indikasi ultrasound dan computerized tomography kepala sangat membantu dalam penegakan
diagnosis dan mengeliminasi kemungkinan diagnosis lainnya. CT dan MR akan menunjukkan
perkembangan kerusakan dan lokasi dari infark, kontusio, atau hemorrhage.
 Penilaian psikologis perlu dilakukan untuk tingkat pendidikan yang di butuhkan anak
 Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental. anak yang di
curigai harus di screening untuk melihat kelainan metabolic seperti hypoglycemia,
hypothyroidism, and aminoacidurias.
Terapi
Pengobatan kasual pada cerebral palsy tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini diperlukan
teamwork dengan rencana pendekatan kepada masalah individu anak. Anak, orang tua, dokter anak, dokter
saraf, ahli terapi fisik, psikiater dan pihak sekolah harus turut serta . secara garis besar , penatalaksanaan
penderita cerebral palsy adalah sebagai berikut:
1. Aspek medis
a. Aspek medis umum :
 Gizi : masalah gangguan pola makan yang berat pada anak dengan cerebral palsy tampak pada
beberapa kelompok anak yang tidak menjaga status gizi normal dan menandakan kegagalan
pertumbuhan. Masalah pola makan mereka biasanya di awali dari saat lahir dan mereka bisa di
identifikasi dini dari lama waktu mengunyah dan menelan jumlah standar makanan dan dibandingkan
dengan control berat badan mereka. (Gisel & Patrick 1988) . nutrisi yang adequate pada anak tersebut
tidak dapat dicapai dengan tambahan makanan dari nasogastric tube bahkan dengan gastrostomy
walaupun metode tersebut mungkin bermanfaat. Pencatatan rutin perkembangan berat badan anak
perlu dilaksanakan.
 Aspek medis lain : Disfungsi traktus urinarius bawah pada anak dengan cerebral palsy
dengan inkontinensia urinarius sebagai gejala paling umum. Pengobatan berdasarkan
temuan urodynamic dan adanya infeksi saluran kemih adalah antibiotic propilaxis dan
kateterisasi intermittent. Masalah gangguan tidur biasa terjadi pada pasien cerebral
palsy ,pengobatan pada gangguan tidur berat pada anak cerebral palsy dengan
memberikan melatonin oral dosis 2-10 mg tiap waktu tidur. Osteopenia adalah masalah
yang lebih umum pada cerebral palsy biasa nya di terapi dengan biophosphonates
selama 12-18 bulan dan menunjukkan peningkatan densitas tulang sekitar 20-40%.
b. Terapi obat-obatan : obat pada gangguan motorik cerebral palsy dibatasi, namun tetap harus di
berikan utamanya pada bentuk spastic. Diazepam jarang digunakan karena kurang membantu dan
dapat menyebabkan kantuk dan kadang menimbulkan hipotonia namun pada syndrome dyskinetic
kadang dapat mengurangi gerakan involunter . Lioresal (baclofen) telah terbukti sangat efektif pada
beberapa kasus hemiplegia dan diplegia dalam mengurangi spatisitas dan memudahkan fisioterapi
namun kontraindikasi pada anak dengan riwayat seizures.
c. Terapi aspek orthopedic : kontribusi orthopedic penting, perencanaan yang
hati-hati dari prosedur orthopedic berpengaruh terhadap pengobatan, dan hal
tersebut membantu ahli bedah mengedintifikasi pasien lebih dini sehingga
mereka dapat merencanakan kemungkinan intervensi yang akan di lakukan
bersama, dengan pendekatan kolaborasi dengan spesialis anak, fisioterapis dan
orang tua. Splint dan calipers di batasi pada pasien cerebral palsy meski dalam
beberapa kasus hal terssebut berguna. Splint soft polyurethane foam telah
terbukti sangat efektif dalam mengurangi flexi berat pada lutut . Pemberian
boots dan sepatu membutuhkan pertimbangan pelan-pelan dan ahli bedah
orthopedic berkontribusi banyak dalam hal ini. Bentuk spastic dari cerebral
palsy paling sering di lakukan pembedahan. Elongasi tendon Achilles pada satu
atau kedua sisi dan prosedur untuk mengurangi adduksi hip dan flexi lutut
adalah prosedur yang relative simple dan sangat membantu fungsinya. Waktu
pembedahan sangat penting dan harus selalu di kombinasi dengan fisioterapy.
d. Fisioterapi : tindakan ini harus segera di lakukan secara intensif . orang tua turut membantu
program latihan di rumah. Untuh mencegah kontraktur perlu di perhatikan posisi penderita pada
waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat di anjurkan untuk sementara tinggal di suatu
pusat latihan . fisioterapi dilakukan sepanjang penderita hidup.
2. Aspek non medis :
Pendidikan dan pekerjaan : penderita cerebral palsy dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya . di
sekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersamasama dengan anak yang normal .
mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal yaitu pulang kerumah dengan
kendaraan bersama-sama sehingga mereka merasa tidak di asingkan , hidup dalam suasana normal .
orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan . Untuk mendapatkan pekerjaan di populasi
biasa sangat sulit dengan kecacatan yang di alami sang anak, prospek untuk pekerjaan saat anak
sudah melewati bangku sekolah harus di fikirkan dan di rencanakan matang-matang.
INTELLECTUAL
DISABILITY
DOSEN: KRISTINA MARTHA , M. PSI., PSIKOLOG
DEFINISI

Intellectual Mental Tuna


Disability Retarded Grahita
• Intellectual disability merupakan istilah yang digunakan dalam DSM V untuk menunjukkan gangguan
mental retarded.
• Istilah yang digunakan mengacu pada DSM V yaitu intellectual disability Menurut American Psychiatric
Association (2013), intellectual disability merupakan gangguan dengan onset selama masa perkembangan
yang diikuti oleh kurangnya intelektual, fungsi adaptif dalam konseptual, sosial, dan keterampilan praktis.
• Kekurangan pada fungsi intelektual seperti penalaran atau pemikiran, penyelesaian masalah, perencanaan,
berpikir abstrak, berpendapat, kemampuan akademik, dan belajar dari pengalaman, diperkuat dengan
asesmen klinis dan dengan standar tes inteligensi individual.
• Kekurangan fungsi adaptif, satu atau lebih aktivitas pada keterampilan sehari-hari, seperti komunikasi,
kemampuan bersosialisasi, hidup mandiri di berbagai lingkungan seperti di rumah, sekolah, tempat bekerja
dan komunitasnya.
• Keterbatasan fungsi adaptif dapat dinilai dari tiga area kemampuan, yaitu konseptual, sosial, dan
praktis yang diperlukan seseorang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
• Area konseptual meliputi keterampilan dalam berbahasa, membaca, menulis, matematika,
penalaran, pengetahuan, dan memori.
• Area sosial meliputi empati, peniliaian sosial, dan kemampuan komunikasi interpersonal,
sedangkan area praktis meliputi kemampuan perawatan diri.4 Untuk menilai ada tidaknya
keterbatasan fungsi adaptif, harus terdapat defisit yang bermakna pada paling sedikit satu dari
ketiga area tersebut.
• Hal ini menunjukkan bahwa tiap-tiap penderita DI memiliki pola keterbatasan yang bervariasi
dan tidak selalu memiliki defisit pada ketiga area.
DEFINISI SECARA INTERNASIONAL HARUS
MEMENUHI 3 KRITERIA:
• Keterbatasan intelegensi : IQ ≤ 70
• Keterbatasan kemampuan untuk hidup dan bekerja di komunitas, termasuk komunikasi,
perawatan diri dan kemampuan sosial
• Keterbatasan intelegensi dan kemampuan hidup sebelum usia 18 tahun
INSIDENSI DAN PREVALENSI

• Belum terdapat data yang menyebutkan jumlah secara pasti penyandang disabilitas
intelektual
• Secara internasional: 1-3% dari keseluruhan populasi
THE AMERICAN PHSYCHOLOGICAL ASSOCIATION ( APA )
MEMBUAT KLASIFIKASI ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL

• Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tingkat kecerdasan atau skor IQ, yaitu:
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
MILD (RINGAN)
• Mereka termasuk yang mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan.
• Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok, walaupun perkembangan fisiknya sedikit
agak lambat dari pada anak rata-rata.
• Tinggi dan berat badan mereka tidak berbeda dengan anak-anak lain.
• Biasanya rentang perhatian mereka juga pendek sehingga sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu yang
lama.
• Mereka kadang-kadang memperlihatkan rasa malu atau pendiam.
• Namun hal ini dapat berubah bila mereka banyak diikutkan untuk berinteraksi dengan anak lainnya.
• Di luar pendidikan, beberapa keterampilan dapat mereka lakukan tanpa harus mendapat pengawasan,
seperti keterampilan mengurus diri sendiri, seperti makan, mandi, dan berpakaian.
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
MODERATE (MENENGAH)
• Mereka digolongkan sebagai anak yang mampu latih, di mana mereka dapat dilatih untuk beberapa
keterampilan tertentu.
• Meski sering berespon lama terhadap pendidikan dan pelatihan, jika diberikan kesempatan pendidikan
yang sesuai, mereka dapat dididik untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan-
kemampuan tertentu.
• Mereka dapat dilatih untuk mengurus dirinya serta dilatih beberapa kemampuan membaca dan menulis
sederhana.
• Mereka menampakkan kelainan fisik yang merupakan gejala bawaan, namun kelainan fisik tersebut tidak
seberat yang dialami anak-anak pada kategori severe dan profound.
• Mereka juga menampakkan adanya gangguan pada fungsi bicaranya
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
SEVERE
• Mereka tidak mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain meskipun pada tugas-tugas
sederhana.
• Mereka membutuhkan perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti.
• Mereka juga mengalami gangguan bicara.
• Tanda-tanda kelainan fisiknya antara lain lidah seringkali menjulur keluar, bersamaan dengan keluarnya air
liur.
• Kepalanya sedikit lebih besar dari biasanya.
• Kondisi fisik mereka lemah.
• Mereka hanya bisa dilatih keterampilan khusus selama kondisi fisiknya memungkinkan.
KARAKTERISTIK ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
PROFOUND
• Memiliki masalah yang serius, baik menyangkut kondisi fisik, inteligensi, serta program pendidikan yang
tepat bagi mereka.
• Umumnya mereka memperlihatkan kerusakan pada otak serta kelainan fisik yang nyata, seperti
hydrocephalus, mongolism, dan sebagainya.
• Mereka dapat berjalan dan makan sendiri.
• Namun, kemampuan berbicara dan berbahasa mereka sangat rendah.
• Kelainan fisik lainnya dapat dilihat pada kepala yang lebih besar dan sering bergoyang-goyang.
• Penyesuaian dirinya sangat kurang dan bahkan sering kali tanpa bantuan orang lain mereka tidak dapat
berdiri sendiri.
• Mereka nampaknya membutuhkan pelayanan medis yang baik dan intensif
PENYEBAB

NON-ORGANIK ORGANIK
• Kemiskinan, sosiokultural 1. Prakonsepsi: kelainan kromosom
2. Pranatal: gangguan pertumbuhan otak karena
kelainan kromosom,infeksi TORCH, teratogen, dll
3. Perinatal: sangat prematur, asfiksia, trauma lahir,
dll
4. Postnatal: trauma kepala berat, gizi buruk, infeksi
PENYEBAB DISABILITAS INTELEKTUAL

• Sering penyebabnya tidak diketahui.


• Sekitar 5% kasus terkait dg keturunan (kelainan gen/kromosom). Misalnya: fragile x
syndrome (disebabkan cacat pd kromosom yg menentukan jenis kelamin) & down
syndrome (kelebihan 1 kromosom). Cacat gen, misalnya phenylketonuria (PKU) dpt
menyebabkan ID jk tdk diketahui & diobati sejak awal.
• Perilaku ibu selama hamil: kurang gizi, konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat,
& merokok.
• Penyakit selama kehamilan: TORCH, hipertensi, paparan radiasi.
Kelainan Sistem Saraf
• Cacat lahir yg mempengaruhi kepala, otak, & sistem saraf pusat: cacat saluran saraf
(hidrosefalus)
• Kesulitan saat proses melahirkan: prematur,cedera kepala selama melahirkan, atau kekurangan
oksigen
• Anak yg lahir dg kecerdasan normal dpt menderita ID karena sakit atau cedera. Penyakit yg dpt
mengakibatkan ID (bila tdk diobati dg baik): cacar air, campak, infeksi bakteri Hib➡️meningitis &
ensefalitis➡️menyebabkan pembengkakan otak➡️kerusakan otak & ID. Anak dg cedera
otak,krn kecelakaan atau penganiayaan➡️kerusakan otak➡️ID.
Faktor Lingkungan
• Faktor lingkungan dpt mempengaruhi perkembangan mental, misalnya pengabaian scr
emosional maupun fisik.
• Stimulasi sangat penting utk perkembangan anak. Anak yg diabaikan, misalnya tdk mendpt
nutrisi yg cukup,
dpt terganggu perkembangan otaknya.
• Anak yg tinggal di rumah dg cat yg mengandung timbal (Pb) berisiko keracunan Pb➡️ID
DETEKSI DINI

• Menggunakan DDST (Denver Development Screening Test) → terjadi gangguan pada


aspek personal sosial, bahasa, maupun motorik
• Setelah umur 6 tahun dapat dilakukan tes IQ
CONDUCT DISORDER

2 Definisi Conduct Disorder


Conduct disorder adalah suatu gambaran perilaku berulang dan menetap dimana hak dasar
orang lain atau norma sosial yang sesuai pada anak seusianya dilanggar, perilaku tersebut
menyebabkan gangguan dalam fungsi sehari-hari baik di rumah atau di sekolah (perilaku
antisosial).

3 DSM-IV-TR mendefinisikan Conduct Disorder sebagai perilaku dengan pola berulang dan
terus-menerus yang melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial atau aturan
yang berlaku.

4 Tingkat keparahan dari perilaku antisosial ini dibagi menjadi:


Ringan (beberapa masalah perilaku dan menimbulkan bahaya yang sedikit terhadap orang
lain).Sedang (masalah perilaku meningkat ke tingkat yang lebih parah).Berat (banyaknya atau
masalah perilaku mereka menyebabkan efek yang merugikan orang lain).

5 Tanda-tanda khas dari Conduct Disorder :


Gambaran perilaku anak remaja yang mengalami conduct disorder terdiri dari 4 kelompok antara
lain :Agresi fisik / mengancam yang diarahkan keorang lain / binatangMerusak barang milik
orang lainPerilaku tidak jujur, mencuriPelanggaran yang serius terhadap norma sosial yang
sesuai dengan anak / remaja yang seusianya.

5 Tanda-tanda khas dari Conduct Disorder :


Gambaran perilaku anak remaja yang mengalami conduct disorder terdiri dari 4 kelompok antara
lain :Agresi fisik / mengancam yang diarahkan keorang lain / binatangMerusak barang milik
orang lainPerilaku tidak jujur, mencuriPelanggaran yang serius terhadap norma sosial yang
sesuai dengan anak / remaja yang seusianya.

6 Definisi Conduct Disorder


Conduct disorder adalah suatu gambaran perilaku berulang dan menetap dimana hak dasar
orang lain atau norma sosial yang sesuai pada anak seusianya dilanggar, perilaku tersebut
menyebabkan gangguan dalam fungsi sehari-hari baik di rumah atau di sekolah (perilaku
antisosial).

7 Apa tanda-tanda anak yang mengalami conduct disorder ?


Sering berbohong,Sering mengancam,Sering mengintimidasi/menekan/bulli terhadap teman atau
orang lain,Sering memulai perkelahian fisik,Menggunakan senjata/benda yang menyebabkan
bahaya fisik yang serius bagi orang lain (misalnya, pemukul, batu, botol pecah
dll),Menyakiti/kejam kepada orang lain atau teman,Menyakiti/kejam kepada binatang

8 Mencuri dengan terang-terangan (menjambret, merampas)


Mencuri secara sembunyi-sembunyi misalnya mengambil uang didompet orangtua, mengambil
barang ditoko secara sembunyi-sembunyi, pemalsuan dllSecara sengaja menimbulkan
kebakaranSecara sengaja merusak barang milik orang lain (mencoret-coret dinding, mengores
kendaraan dengan benda tajam dll)Membongkar masuk kedalam rumah, bangunan, atau
kendaraan orang lainSering memanfaatkan orang lain dengan tujuan mendapat keuntungan
atau menghindari kewajiban.Sering keluar pada malam hari tanpa tujuan yang jelas /
nongkrong, walaupun dilarang orang tua.Sering kabur dari rumah.Sering membolos dari sekolah.

9 Masalah Perilaku & Perilaku Antisosial


kenakalan merupakan bagian dari perkembangan yang normal.DSM IV menetapkan bahwa
kategori harus digunakan hanya dalam kasus-kasus dimana perilaku tersebut merupakan gejala
dari disfungsi yang mendasari secara langsung daripada menjadi reaksi langsung terhadap
lingkungan sosial. DSM IV menunjukkan bahwa untuk membuat penilaian perilaku harus dengan
prosedur klinis dengan mempertimbangkan konteks sosial ekonomi dimana masalah perilaku itu
terjadi.

10 Etnis dan Kelas SosialKonsistensi sosial menemukan bahwa gangguan perilaku lebih umum
terjadi di kalangan remaja dari golongan ekonomi kurang mampu.Para peneliti banyak
membicarakan tentang risiko yang terkait dengan tumbuh dalam keadaan ekonomi yang kurang
mampu ketika ia menjelajahi konteks budaya. Begitu kelas sosial dikendalikan, tidak ada lagi
perbedaan etnis atau ras dalam prevalensi gangguan perilaku.

11 Tipologi dari Perilaku Antisosial


Onset Anak vs Onset RemajaGangguan pada usia sebelum 10 tahun terkait dengan agresi
terbuka dan kekerasan fisik, dan cenderung disertai dengan berbagai masalah, seperti defisit
neuropsikologi, kurangnya perhatian, impulsif, dan kinerja sekolah yang buruk. Hal ini sering
terjadi pada anak laki-laki dan diprediksikan perilaku antisosial ini terganggunya hubungan
orangtua dan anak.

12 Onset RemajaGangguan pada usia remaja menggambarkan diri mereka yang mencari jati
diri, terasing, tak berperasaan dan tidak terikat terhadap orang lain dan keluarga. Mereka juga
lebih cenderung melakukan tindak kekerasan dan hukuman yang tidak proporsional karena
kejahatan seperti : penyerangan, perkosaan dan penggunaan senjata mematikan.

13 Merusak / Tidak Merusak dan Terbuka / Rahasia


Frick dan koleganya (1993) mengidentifikasikan dua dimensi perilaku yang berbeda. Dimensi
pertama pada perilaku merusak atau tidak merusak. Dimensi kedua pada perilaku terbuka atau
rahasia. Mereka juga menemukan bahwa ada tipe yang berbeda dalam onset umur. Mereka
yang terlibat dalam perusakan alat-alat properti menunjukkan onset usia rata-rata 7,5 sementara
mereka yang menunjukkan perilaku pelanggaran status memiliki onset usia rata-rata 9.

14 Agresi Proaktif vs Agresi Reaktif


Reaktif atau pembalasan agresi, adalah reaksi defensif terhadap ancaman yang dirasakan dan
disertai oleh kemarahan dan permusuhan.Proaktif atau instrumental agresi, tanpa alasan,
berdarah dingin, dan umumnya digunakan untuk kepentingan pribadi atau untuk mempengaruhi
dan memaksa orang lain.

15 Anak dengan agresi reaktif lebih mungkin berasal dari keluarga yang melecehkannya secara
fisik, menjadi temperamental, kemampuan hubungan interpersonal yang rendah, keterampilan
pemecahan masalah yang rendah, rasa bermusuhan dan menolak secara sosial rekan-rekan
proaktif mereka. Anak dengan agresi proaktif menampilkan yang sebaliknya.

16 PenggangguDiawali dengan tindak bullying yang didapat saat sekolah, anak menjadi korban
dan menderita sakit hati, kecemasan yang signifikan, masalah somatik, rendah diri, kurangnya
perhatian, dan bahkan dapat bunuh diri. Sedangkan dalam beberapa kasus ada yang
menyebabkan kebodohan sosial seperti, ketidakmampuan sosialisasi, keterbatasan bicara dan
terasing dari rekan-rekannya.

17 Sifat Berperasaan atau Tidak Emosional dan Psikopati Remaja


Hare (1996), menemukan bahwa diantara mereka dengan perilaku antisosial, ada bagian yang
menunjukkan ciri-ciri kepribadian psikopatik. Ciri-ciri ini mencakup perasaan (kurangnya
penyesalan, empati, atau rasa bersalah), ego, pesona dangkal, impulsif, emosi dangkal,
manipulativeness, dan tidak adanya hubungan yang bermakna.Psikopat adalah individu yang
melakukan tindakan antisosial dan lainnya, tidak keluar dari kebutuhan , mereka tidak merampok
karena mereka miskin atau menyerang keluar pada orang lain untuk membela diri, tetapi karena
mereka mendapatkan kesenangan dari berburu atau memanipulasi orang lain.

18 Komorbiditas dan diagnosis diferensial.


Perilaku antisosial sering terjadi dengan gangguan lainnya. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) dan ODD (Oppositional Defiant Disorder) adalah kategori diagnostik yang paling sering
dikaitkan dengan CD.Komorbiditas remaja dengan ADHD dan CD juga kalangan yang paling
terganggu. Mereka menampilkan tingkat yang lebih tinggi dari agresi fisik, masalah perilaku yang
lebih gigih, prestasi sekolah yang rendah, dan penolakan lebih dari rekan-rekan dari tipe "murni"
perilaku antisosial.ODD  pola perilaku yang negatif, menantang, dan tidak taat

19 Gangguan belajar yang berhubungan dengan CD, terutama gangguan membaca


Gangguan belajar yang berhubungan dengan CD, terutama gangguan membaca. Dalam
beberapa remaja, masalah pembelajaran dapat menyebabkan frustrasi, sikap oposisi, dan
perilaku di sekolah dan dengan demikian diagnosis perilaku antisosial. Remaja dengan ADHD
yang menduduki di antara mereka yang memiliki keduanya melakukan dan gangguan belajar,
dan mungkin tumpang tindih gangguan ini dengan ADHD yang menyumbang terjadinya kejadian
mereka. Sebuah variabel ketiga yang dapat menjelaskan hubungan ini merugikan sosial
ekonomi. CD juga terjadi dengan penyalahgunaan zat dan dapat menjadi pelopor untuk itu,

20 Etiology The Biological Context


Moffit dan Lynam (1994): Temperamen mungkin memiliki pengaruh terhadap CD.tipikal difficult
temperament, memberi kecenderungan pada anak untuk memiliki impulsifitas, kecenderungan
cepat marah, dan juga menjadi overaktif.Genetis juga dipertimbangkan memiliki keterkaitan
dengan CD, namun adanya peran lingkungan yang membentuk perilaku anak juga tidak dapat
disingkirkan.

21 Konsumsi bahan-bahan berbahaya yang dapat membahayakan janin, meningkatkan risiko


anak memiliki perilaku agresif 10 tahun kemudianBahan-bahan biokimia (yang terdapat pada
tubuh) juga diperkirakan memiliki hubungan dengan CD:Testosterone (pada hewan)
menyebabkan perilaku agresifSerotonin dan Cortisol (pada manusia)

22 The Individual Context


Self-Regulationpenting untuk dapat berperilaku sesuai dengan norma dan juga mengontrol
perilaku impulsifnya sejalan dengan perkembangan usiabiasanya anak-anak usia pra-sekolah
memiliki dorongan yang kuat untuk memuaskan perilaku mereka yang agresif dan cenderung
untuk menjadi egosentris, maka diperlukan pengenalan pengendalian emosi diri.diperlukannya
ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak agar dapat terjadinya internalisasi nilai-nilai
orangtua pada anak

23 Emotion RegulationAnak-anak yang dalam keluarganya sering terjadi konflik, memiliki


orangtua yang buruk dalam aspek penanganan perilaku anak-anakmereka sangat berisiko untuk
gagal dalam mengembangkan strategi yang adekuat untuk dapat mengatasi emosi negatif dan
mengatur ekspresi yang mereka tampilkan

24 Prosocial Development: Perspective-Taking, Moral Development, and Empathy


kemampuan untuk dapat melihat berbagai permasalahan dari sudut pandang yang lain,
merupakan suatu dasar yang penting untuk mengembangkan moral reasoning dan empatianak-
anak yang dikategorikan “nakal” lebih tidak matang secara kognitif dalam hal moral reasoning
dan anak-anak dengan CD juga lebih tidak merasakan empati

25 hal yang mendasari perilaku agresi merupakan skema kognitif:


Social CognitionEron dan Huesmann (1990):hal yang mendasari perilaku agresi merupakan
skema kognitif:sebuah panduan untuk menginterpretasikan dan melakukan respon terhadap
kejadian-kejadian yang berasal dari masa lampau dan digunakan sebagai panduan bagi perilaku
dimasa mendatang.

26 Substance AbuseNational Center on Addiction and Substance Abuse (2004):4 dari 5 anak
yang terjerat kasus karena tindakan kriminal memiliki catatan sejarah pernah mengonsumsi
bahan-bahan atau zat-zat terlarang, atau sedang berada dalam pengaruh alkohol saat mereka
melakukan aksinya tersebut

27 The Family Context Attachment


Insecure attachment yang dimiliki anak dengan orangtuanya diyakini memiliki hubungan
terhadap masalah perilaku yang dialami anak, seperti membantah dan melakukan
kekerasanFamily DiscordPerselisihan dalam keluarga merupakan sumber yang sangat potensial
untuk memicu perilaku antisosial pada anak, terutama pada anak laki-laki (Shaw et al.,
1994).(Kruttschnitt & Dornfeld, 1993) menyatakan Anak-anak yang mengalami kekerasan dalam
rumahnya juga memulai berperilaku “nakal” pada usia lebih awal dan melakukan perilaku
melanggar yang lebih serius

28 Vaden-Kierman dkk (1995) menemukan fakta bahwa anak laki-laki yang tumbuh tanpa figur
seorang ayah dalam rumahnya lebih cenderung untuk memiliki perilaku agresif dibanding anak
laki-laki yang tumbuh dengan kedua orangtua yang lengkap.Stres dalam keluarga juga
meningkatkan kecenderungan anak mengalami CD

29 Parent Psychopatology
Konsumsi bahan-bahan/zat-zat terlarang oleh orang tua, terutama pada ayah, diprediksi memiliki
pengaruh pada CD yang dialami anak.Depresi yang dialami ibu juga dihubungkan dengan
masalah perilaku pada anak, sebagaimana juga yang terjadi pada penyimpangan-penyimpangan
yang lain (Cummings & Davies, 1994a)

30 Harsh Parenting and the Intergenerational Transmission of Agression


Eron dan Huesmann (1990) melakukan penelitian selama 22 tahun, dengan mengumpulkan data
dari 82 partisipan ketika mereka berumur 8 dan 30 tahun, sehingga dapat dikoleksi data dari
orangtua mereka dan anak yang berumur 8 tahun tersebut.Keterkaitan terhadap perilaku agresif
yang erat sangat jelas terlihat antara kakek/nenek, orangtua, dan anak-anak. Dipercaya karena
adanya modeling.

31 Parenting Inconsitency and


Lack of Monitoringsebuah inkonsistensi campuran antara kekerasan dan juga kelalaianKelalaian
dapat terlihat dalam beberapa kejadian yang melibatkan kurangnya pengawasan
orangtua.kurangnya pengetahuan orangtua mengenai kegiatan anak dan memberi peringatan
kepada anak tempat mana saja yang boleh dan tidak boleh dikunjungi juga beserta siapa anak
boleh bepergian

32 Coercion TheoryPatterson melihatnya sebagai suatu perilaku negatif yang dilakukan


seseorang dan didukung atau diperkuat oleh orang lainPatterson dkk (1982):anak-anak dengan
perilaku antisosial lebih cenderung untuk diberi reinforcement positif oleh orangtua mereka,
sementara orangtuanya secara tidak langsung mendapatkan reinforcement negatif.

33 Transactional Processes
Campbell (1997):ibu yang mengalami stres menjadi lebih sulit dan negatif ketika berusaha untuk
melakukan coping pada perilaku anaknya yang impulsive dan tidak patuh.Dumas, La Freinere
dan Serketich:anak-anak yang berperilaku agresif lebih cenderung untuk melakukan teknik
aversif dalam berperilaku, dan ibu mereka cenderung untuk merespon secara tidak
teratur/”sembarangan” dan gagal untuk membuat pembatasan terhadap perilaku coercion yang
lebih buruk yang dapat dilakukan sang anak.
34 A Developmental Perspective on Parenting and Conduct Disorder
memfokuskan pada masalah attachment pada masa-masa awal perkembangan anak, mulai dari
lahir hingga umur dua tahun (Shaw Bell (1993; et al., 2000)).perawatan yang tidak konsisten dan
meragukan, orangtua yang tidak responsif/cekatan dapat menyebabkan perkembangan dari
perilaku anak yang lekas marah, impulsif, dan juga menjadikan anak memiliki tipikal difficult

35 Specificity of Parenting Effects


Kim dkk (2003):dari sampel 897 anak-anak amerika keturunan Afrika dan membedakan mereka
dalam dua kelompok, yang berumur 10 dan 12.anak-anak yang mengalami CD dan Depresi
menerima perawatan yang lebih tidak memadai dari orangtuanya dibandingkan dengan anak-
anak yang hanya mengalami depresi.

36 The Social Contextpada anak usia pra-sekolah, dipercaya berhubungan dengan peer
rejection/penolakan oleh kawan sebaya.saat anak yang berperilaku agresif mungkin
dikucilkan/ditolak oleh rekan-rekannya yang berperilaku prososial, mereka condong untuk
diterima di kelompok teman sebaya yang antisosial yang dapat mentolerir atau memaklumi
masalah perilaku yang dialami.Menyebabkan anak menjadi lebih nyaman menghabiskan waktu
dengan kelompoknya tersebut

37 The Cultural Context The Neighborhood


Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang erat dengan kemiskinan dan kekerasan lebih
cenderung untuk mengembangkan perilaku antisosial dan CD (Osofsky, 1995).Secara jelas,
budaya geng pada daerah pelosok kota menyediakan alternative bagi para pemuda yang
mungkin berpikir harus bergabung untuk dapat “selamat”.Peneliti mengumpulkan data dari 294
anak laki-laki amerika ketrurunan afrika dan juga yang berasal dari Amerika Latin, yang dipantau
perkembangannya setiap tahun selama 6 tahun.

38 Hasilnya menunjukkan bahwa pengasuhan yang baik oleh orangtua dapat menurunkan
tingkat efek dari disorganisasi komunitas.

39 EthnicityPada anak-anak Amerika keturunan Afrika versus anak-anak Amerika keturunan


Eropa, ditemukan anak-anak Amerika keturunan Afrika lebih banyak yang tinggal di kawasan
yang terpisah (secara sosial), yang dicirikan dengan tingginya angka kejahatan, kurangnya
sumber-sumber penghidupan yang layak, dan juga kemiskinan.

40 School EnvironmentKetika anak merasa dikucilkan di sekolahnya, baik oleh guru maupun
oleh teman-temannya, anak akan cenderung untuk meningkatkan perilakunya yang negatif dan
juga memiliki harapan juga kepercayaan yang rendah terhadap diri mereka sendiri yang pada
akhirnya membatasi diri mereka untuk dapat melakukan tindakan yang prososial.

41 Media Influencesstudi laboratorium menunjukkan bahwa meningkatnya tontonan terhadap


hal-hal yang bersifat agresif dapat meningkatkan terjadinya perilaku agresif yang lebih
lanjut.Anak-anak yang sering menonton adegan kekerasan di televisi pada saat sekolah dasar
akan lebih sering terlibat dalam hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas dan kekerasan seperti
orang dewasa.

42 Sex Role Socialization


Cohen dkk (1996):masculine socialization pada perkembangan perilaku agresi pria.Mereka
menjelaskan bahwa etik maskulin bagi orang Amerika Selatan sebagai suatu “culture of
honor”/”budaya kehormatan” yang mengharuskan seorang pria agar dapat menggunakan
kekuatan fisiknya untuk mempertahankan dirinya dari berbagai cercaan terhadap reputasi yang
mereka terima.Diinterpretasikan sebagai hasil social learning
43 Intervention Behavioral Approach: parent Management Training
dikembangkan oleh Patterson, berdasarkan model dari hubungan maladaptive orangtua-anak
sebagai pusat dari penyebab/etiologi CDpenggunaan reinforcement positif untuk perilaku
prososial yang muncul dan penggunaan hukuman ringan seperti kursi “time-out”.

44 Multisystemic Therapy
Treatment yang dilakukan bersifat untuk individual dan flexible, menawarkan berbagai jenis
intervensi tergantung dari kebutuhan-kebutuhan khusus yang dimiliki anak.Terapis menerapkan
suatu model yang aktif, praktis, dan berfokus pada pendekatan memberi solusi.

45 PreventionKombinasi dari pelatihan manajemen keluarga untuk orangtua dan pelatihan


kemampuan pemecahan masalah interpersonal untuk anak-anak memiliki dampak yang baik
bagi pencegahan perilaku agresi untuk anak usia TK dan usia sekolah yang berisiko

46 Prevention of school Violence


Salah satunya adalah dengan cara mencegah bullying yang terjadi di sekolah yang dapat
menimbulkan dampak yang buruk bagi perkembangan anak di sekolah (U.S. Department of
Education 2002).Keuntungan dari program tersebut adalah bahwa guru lebih dilatih untuk
mengimplementasikan dan dapat menyediakan penguatan pada saat pembelajaran di kelas
maupun ketika di lapangan bermain saat jam sekolah.
Dosen: Kristina Martha
 ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder,
(Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan
Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
 Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari attention deficit disorder
yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkan 'hiper-
activity/hiper-aktif’ penulisan istilahnya menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD,
AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis penulisan
istilah itu, maksudnya sama.
 secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan
simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif,dan impulsif yang
dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.
 ADHD) adalah gangguan perkembangan yang meliputi kesulitan dalam memusatkan
perhatian, menjadi terlalu aktif (hiperaktif) dan berperilaku impulsif.
 Biasanya anak yang mengalami ADHD akan menjadi lebih baik saat dewasa, tetapi
pada beberapa kasus, meskipun sudah menjadi dewasa, mereka tetap mengalami
gangguan karena ADHD yang dialami.

Secara garis besar, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima
(DSM-5) yang menjadi panduan untuk Asosiasi Psikiater Amerika (American
Psychiatrist Association) membagi ADHD menjadi tiga jenis tipe, yaitu:
 Gejala yang dominan pada perilaku hiperaktif dan impulsif.
 Gejala yang dominan pada ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian.
 Campuran dari keduanya.
 Gejala-gejala ADHD pada anak diambil dari diagnosis dalam DSM-5. Berdasarkan DSM-5, gejala
terbagi menjadi dua, yaitu gejala tidak dapat memusatkan perhatian serta gejala perilaku
hiperaktif dan impulsif.
Pada gejala tidak dapat memusatkan perhatian, gejala yang mungkin terlihat adalah:
 Sulit untuk fokus pada tugas-tugas ataupun permainan yang dilakukan
 Terlihat seperti tidak mendengarkan orang lain meskipun orang tersebut telah berbicara
langsung kepada anak.
 Tidak dapat memusatkan perhatian pada hal-hal detail dan sering melakukan kesalahan-
kesalahan yang ceroboh pada pekerjaan sekolah.
 Sulit mengatur tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
 Mudah terdisktraksi.
 Lupa untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah dan sebagainya.
 Menghindari dan tidak menyukai pekerjaan yang membutuhkan perhatian, seperti tugas sekolah
dan sebagainya.
 Kehilangan benda-benda yang harus digunakan untuk aktivitas-aktivitas atau sekolah, seperti
pensi, dan sebagainya.
 Sulit mengikuti instruksi dan tidak dapat menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan yang diberikan.
Gejala perilaku hiperaktif dan impulsif yang dapat terlihat adalah:
 Bermain-main atau mengetuk-ngetukkan jemari, atau bergerak-gerak saat duduk.
 Tidak mampu atau merasa tidak nyaman saat harus diam dalam suatu periode
waktu tertentu
 Sulit untuk duduk diam saat di kelas atau situasi lainnya yang mengharuskan anak
untuk duduk.
 Berbicara terlalu banyak secara berlebihan.
 Sulit untuk melakukan aktivitas atau bermain dengan tenang.
 Sulit untuk menunggu giliran saat mengantri, bermain, ataupun dalam situasi
berkelompok.
 Memberikan jawaban bahkan sebelum pertanyaan selesai diajukan.
 Menginterupsi percakapan ataupun aktivitas yang dilakukan orang lain.
 Berlari-lari atau memanjat-manjat secara berlebihan di situasi yang tidak
semestinya.
ada orang dewasa, DSM-5 tidak mencantumkan secara spesifik diagnosis untuk
orang dewasa yang mengalami ADHD. Namun, beberapa gejala yang dapat terlihat
jika orang dewasa mengalami ADHD adalah:
 Mengalami kesulitan mengatasi stres
 Sulit dalam mengerjakan beberapa tugas dalam satu waktu (multitasking)
 Perubahan suasana hati yang berulang
 Impulsif
 Memiliki aktivitas yang berlebihan
 Manajemen waktu yang buruk
 Temperamental dan tidak sabar
 Sulit untuk duduk diam
Tidak ada penyebab pasti mengapa seseorang dapat mengalami ADHD. Namun
terdapat beberapa hal yang berpotensi menyebabkan ADHD, antara lain adalah:
 Faktor keturunan.
 Lahir prematur sebelum 37 minggu.
 Berat badan pada saat lahir rendah.
 Riwayat epilepsi
 Cedera otak
 Merokok dan/atau penyalahgunaan alkohol dan/atau narkotika saat mengandung.
 Masalah pada otak saat masa-masa perkembangan yang krusial.
 Terekspos racun-racun atau zat-zat kimia, seperti timah dan sebagainya.
Berdasarkan DSM-5, anak baru akan didiagnosis mengalami ADHD jika:
 Gejala-gejala mulai muncul paling lama saat usia 12 tahun.
 Gejala-gejala dialami setidaknya selama enam bulan
 Gejala-gejala menganggu kehidupan sosial, akademik, dan pekerjaan anak pada
setidaknya di dua situasi (misalnya, di sekolah dan rumah)
 Gejala-gejala yang dialami tidak muncul karena gangguan mental tertentu.
 Terdapat enam gejala atau lebih dari gejala-gejala tidak dapat memusatkan
perhatian.
 Terdapat enam gejala atau lebih dari gejala-gejala perilaku hiperaktif dan
impulsif.
Pengaruh ADHD terhadap pendidikan:
tidak dapat segera memulai suatu kegiatan,
prestasi kurang,
bekerja terlalu lmbat atau cepat,
melupakan instruksi atau penjelasan,
tidak melakukan tugas,
selalu meninggalkan benda-benda samapai menit terakhir,
selalu bingung,
menangguhkan pekerjaan
motivasi yang kurang,
kesulitan mengerjakan tugas, dan
menghindari tman, berperilaku kacau.
Pengaruh ADHD terhdap perilaku
menuntut,
turut campur dengan orang lain,
mudah frustasi,
kurang mengendalikan diri,
tidak tenang/gelisah,
lebih banyak bicara,
suka menjadi pemimpin, mudah berubah pendiran,
mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan, dan
mudah bingung, mengalami hari-hari baik dan buruk.
Pengaruh ADHD terhadap aspek sosial
mementingkan diri sendiri, egosentris,
cemas, kasar , tidak peka,
tidak dewasa, tertekan,
harga diri rendah,
keras/tenang, membuat keributan,
tidak berfikir panjang,
menarik diri dari kelompok,
sering brperilaku tanpa perasaan, dan
tidak mau menunggu giliran.
ADIKSI GAME,GAWAI, DAN INTERNET

Definisi

Montag dkk (2017) menjelaskan 10gbahwa adiksi internet merupakan payung besar, dan diturunkan
menjadi bentuk yang lebih spesifik berdasarkan pada media yang digunakan (mis : komputer atau
gawai) dan konten penggunaannya (bermain game, bermain media sosial, berbelanja, dsb)

Adiksi game, gawai dan internet (Game, gadget and internet addiction) pada DSM V diklasifikation
dalam gangguan bermain game di internet. Gangguan ini masih dalam usulan karena merupakan
kondisi baru yang membutuhkan penelitian dan studi lanjutan untuk mendapatkan kriteria
diagnostik.

DSM V mendefinisikan gangguan bermain game di internet adalah pola yang berlebihan dan
berkepanjangan dalam bermain game di internet yang berakibat pada munculnya gejala pikiran dan
perilaku, termasuk kehilangan kendali secara cepat selama bermain game, toleransi dan penarikan
diri seperti pada gejala gangguan penyalahgunaan zat. Hal ini didukung oleh Maressa Heck Orzact
(dalam Young, 2017) yang menggambarkan adiksi internet sebagai hilangnya dorongan untuk
mengontrol, sehingga mempengaruhi kehidupannya yang menjadi tidak teratur.

Penyebab

Biologis

O Terdapat beberapa bagian otak (mis: seperti otak kecil, batang otak, gyrus cingulated kanan,
parahippocampus bilateral, dan lobus frontal kanan) yang terlibat dalam perkembangan adiksi
bermain game di internet.

O Individu dengan gangguan adiksi bermain game di internet menunjukkan aktivasi otak yang lebih
rendah, pemrosesan informasi yang kurang efisien dan kontrol dorongan yang lebih rendah

O Individu dengan gangguan adiksi bermain game di internet memiliki kepadatan materi area abu-
abu di otak lebih rendah di area korteks cingulated anterior kiri, korteks cingulated posterior kiri dan
insula kiri.

O Individu dengan gangguan adiksi bermain game di internet memiliki genetik dan kepribadian sifat
yang mirip dengan penderita depresi

Psikologis

O Psikoanalisa :
Penggunaan mekanisme pertahanan ego yang tidak tepat ketika dihadapkan pada permasalahan
kehidupan, yaitu denganmenggunakan internet sebagai obyek pengganti. Misalnya internet untuk
menggantikan ikatan personal yang bermakna, internet untuk penyelesaian masalah perasaan
(emosi) dan mengembangkan toleransi dalam bermain internet untuk mencapai kepuasan.

Individu mengalami regresi karena terhambat dalam memenuhi tugas perkembangan psikososial
dan psikoseksualnya untuk menjadi individu dewasa yang otonom. Hal ini dapat dikarenakan
kesulitan membangun relasi primer dan attachment yang insecure, atau dapat dikarenakan waktu
yang dihabiskan untuk bermain game di internet.

O Kognitif

Davis (2001) memperkenalkan teori perilaku kognitif dari Penggunaan Internet Patologis (PIP),
sebagai pola yang berbeda dari kognisi dan perilakuterkait internet yang berdampak pada kehidupan
yang negatif.

Penggunaan internet berlebihan atau penyalahgunaan fungsi spesifik konten internet (misalnya:
bermain game, perjudian, perdagangan saham, menonton pornografi) akan mengakibatkan
konsekuensi pribadi dan profesional yang negatif.

Kognisi maladaptif dan perilaku dapat muncul pada penggunaan internet yang tidak terkait dengan
konten tertentu. Ketertarikan pada pengalaman daring itu sendiri yang akan mendorong untuk
mengembangkan komunikasi virtual.

O Behavior :

Perilaku adiksi yang muncul, mengacu pada keterlibatan perilaku kompulsif dalam pencarian hadiah
(reward) alami, meskipun menimbulkan konsekuensi yang merugikan (Olsen dalam Young, 2011).

Behavior:

Perilaku adiksi yang muncul, mengacu pada keterlibatan perilaku kompulsif dalam pencarian hadiah
(reward) alami, meskipun menimbulkan konsekuensi yang merugikan (Olsen dalam Young,2011).

Perilaku adiktif terbentuk dengan adanya perilaku kompulsif yang menghindari kebutuhan untuk
menghadapi perasaan atau situasi yang tidak menyenangkan

O Humanistik :

- Ketika individu tidak dapat memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi, seperti harga diri dan
aktualisasi diri, maka akan memilih menggunakan teknologi secara eksklusif (mis : menggunakan
bermain game di internet).

Sosial

o Kegagalan mengembangkan relasi interpersonal dalam situasi tatap muka (face to face)

O Ketrampilan komunikasi yang rendah dan self esteem yang rendah dan perasaan terisolasi
memunculkan permasalahan tambahan, seperti bekerja dalam kelompok, presentasi dan menghadiri
acara social
O Sistem dukungan sosial (social support system) yang terbatas, menimbulkan perasaan kesepian
(loneliness) sehingga mencari dukungan sosial melalui internet o Kecemasan atau perasaan malu
untuk melakukan kontakfisik,mendorong individu mengembangkan relasi virtual untuk menghindari
penolakan

Manifestasi Klinis

Keluhan/gejala klinis yang muncul sbb :

o Gangguan kesehatan, seperti kelelahan, iritasi pada mata, pola makan dan olahraga yang buruk
O Gangguan psikis, seperti self esteem yang rendah, stres, frustasi, cemas, depresi, insomnia, mudah
tersinggung dan marah, pikiran dan emosi negatif, kompulsif

O Gangguan interpersonal, seperti kesepian, malu, relasi sosial terbatas, gagal membangun relasi
sosial yang baru, ketrampilan komunikasi renda

O Gangguan fungsi, seperti tidak produktif, nilai akademis menurun, tidak naik kelas, performa kerja
rendah, terjadi perceraian

O Manajemen waktu, seperti prokastinasi, tidak ada kegiatan yang dapat sesuai jadwal

Penentuan tingkat keparahan kondisi saat ini:

O Tingkat keparahan gangguan bermain game di internet bisa ringan, sedang atau berat, didasarkan
pada tingkat aktivitas normal yang terganggu.

O Individu dengan gangguan bermain game di internet pada tingkat keparahan yang rendah
menunjukkan lebih sedikit gejala dan memiliki lebih sedikit gangguan dalam kehidupannya.

O Individu dengan gangguan bermain game di internet yang memiliki tingkat keparahan tinggi akan
menghabiskan waktu lebih banyak di depan computer dan mengalami kerugian yang lebih besar
pada relasi, peluang karir atau sekolahnya.

Diagnosis banding

1. Adiksi judi online (Gambling online addiction)


2. Adiksi sex online (Cybersex addiction)
3. Gangguan penyalahgunaan zat (substance-related disorder)
4. Gangguan tidur insomnia (Sleep disorder)
5. Gangguan makan (Eating disorder)

Komorbid

Pada Remaja s/d Dewasa Awal ( Usia 12 tahun - 20 tahun ) :

1. Gangguan Depresi Mayor (Major Depressive disorder)


2. Gangguan Kecemasan (Anxiety disorder)
3. Gangguan Bipolar (Bipolar disorder)
4. Gangguan ADHD (Attention-deficit/hyperactivity disorder)
5. Gangguan OCD (Obsessive-compulsive disorder)
6. Gangguan Kecemasan Sosial (Social anxiety disorder)
7. Gangguan penyalahgunaan zat (substance-related disorder)

Intervensi Psikologi Klinis

1. Psikoterapi :

a. Terapi perilaku kognitif perilaku (CBT) individu telah disarankan sebagai mode pengobatan terapi
pilihan untuk penggunaan internet kompulsif (Young, 2007). CBT digunakan untuk mengajar pasien
memantau pikiran mereka dan mengidentifikasi hal-hal yang memicu perasaan dan tindakan adiktif
saat mereka mempelajari keterampilan koping baru dan cara-cara untuk mencegah kekambuhan.
CBTmembutuhkan tigabulan pengobatan atau sekitar 12 sesi mingguan selama satu jam. Tahap awal
terapi adalah perilaku, dengan fokus pada perilaku dan situasi tertentu di mana gangguan kontrol
impuls menyebabkan kesulitan terbesar. Seiring kemajuan terapi, ada lebih banyak fokus pada
asumsi dan distorsi kognitif yang telah berkembang dan efek dari perilaku kompulsif.

Terapi kognitif perilaku (CBT) kelompok terdiri dari 15 sesi, berdurasi 100 menit setiap sesinya.

Sesi 1-3 : melakukan psikoedukasi dan membangun komitment untuk mencapai tujuan terapi

Sesi 4-12 : perkembangan terapi dengan memberikan intervensi psikoterapi, seperti analisis
fungsional dari perilaku adiksi (mis: membuat jurnal harian), ketrampilan pelatihan (mis: strategi
coping, ketrampilan sosial), membangun dan membina komunikasi dan interaksi sosial.

Setelah 6 minggu, akan dilakukan konfrontasi dengan memberikan media dan aplikasi dari internet.
Hal ini bertujuan untuk belajar menghadapi dorongan yang muncul dan tidak tertahankan dari
perilaku adiksi.

Sesi 13-15 : diskusi terkait pencegahan kekambuhan

b. Konseling dengan menggunakan motivasi wawancara (motivational interviewing)

- Tujuan motivasi wawancara adalah untuk meneguhkan komitmen klien dalam melaksanakan
terapi, memunculkan perubahan perilaku dengan membantu eksplorasi dan penyelesaian
ambivalensi, serta untuk mengenali konsekuensi yang berasal dari penggunaan yang berlebihan atau
kompulsi

- Terdiri dari pertanyaan terbuka, memberikan penegasan dan mendengarkan dengan aktif dan
reflektif
• KATA AUTISME BERASAL DARI BAHASA YUNANI AUTOS, YANG BERARTI "SELF".
• ISTILAH INI PERTAMA KALI DIGUNAKAN PADA TAHUN 1906 OLEH PSIKIATER SWISS, EUGEN BLEULER, UNTUK
MENGACU PADA GAYA BERPIKIR YANG ANEH DARI PENDERITA SKIZOFRENIA.
• CARA BERPIKIR AUTISTIK ADALAH KECENDERUNGAN UNTUK MEMANDANG DIRI SENDIRI SEBAGAI PUSAT
ALAM SEMESTA DAN PERCAYA BAHWA KEJADIAN EKSTERNAL MENGACU KE DIRI SENDIRI.
• PADA TAHUN 1943, PSIKIATER LAINNYA, LEO KANNER, MENERAPKAN DIAGNOSIS "AUTISME INFANTIL AWAL
(EARLY INFANTILE AUTISM)" KEPADA SEKELOMPOK ANAK YANG TERGANGGU, YANG TAMPAKNYA TIDAK DAPAT
BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN, SEOLAH-OLAH MEREKA HIDUP DALAM DUNIANYA SENDIRI.
• GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME (AUTISM SPECTRUM DISORDER) DIDEFINISIKAN SEBAGAI KEKURANGAN
YANG PERSISTEN DALAM MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI DAN INTERAL SOSIAL YANG RESIPROKAL DAN
ADANYA POLA PERILAKU, KOMUNIKASI ATAU AKTIVITAS VAN TERBATAS DAN REPETITIF. SIMTOM TERSEBUT
MUNCUL PADA USIA ANAK-ANAK AWAL DAN MENGGANGGU KEBERFUNGSIAN SEHARI-HARI (AMERICAN
PSYCHIATRIC ASSOCIATION, 2013
• DSM-5 MENEMPATKAN AUTISME (SEBELUMNYA DISEBUT GANGGUAN AUTISTIK) KE DALAM KATEGORI
DIAGNOSIS YANG LEBIH LUAS, YANG DISEBUT GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME (AUTISM SPECTRUM
DISORDER/ASD). YANG MELIPUTI BERBAGAI MACAM GANGGUAN TERKAIT AUTISME YANG TINGKAT
KEPARAHANNYA BERVARIASI.
• DSM-5 MENGIDENTIFIKASI ASD BERDASARKAN SERANGKAIAN PERILAKU UMUM YANG MERUPAKAN
KEKURANGAN PERSISTEN DALAM HAL KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL SERTA MINAT YANG
TERBATAS ATAU TERPAKU DAN PERILAKU REPETITIF .
• PARA KLINISI HARUS MENILAI TINGKAT KEPARAHAN ASD SEBAGAI BERAT, SEDANG, ATAU RINGAN.
SEMAKIN PARAH GANGGUANNYA, SEMAKIN BESAR TINGKAT DUKUNGAN YANG DIPERLUKAN.
• AUTISME HAMPIR LIMA KALI LEBIH BANYAK MENYERANG ANAK LAKI-LAKI KETIMBANG ANAK PEREMPUAN
(CDC, 2012). TANDA-TANDA GANGGUAN (KURANGNYA KOMUNIKASI NONVERBAL) MULAI TAMPAK PADA
ANAK USIA SEKITAR 12 SAMPAI 18 BULAN (INGERSOLL, 2011; NORTON, 2012)
• ANAK-ANAK YANG MENDERITA AUTISME SERING KALI DIGAMBARKAN OLEH ORANG TUANYA SEBAGAI
"BAYI YANG BAIK" DI AWAL MASA BALITA. INI BIASANYA BERARTI BAHWA MEREKA TIDAK BANYAK
MENUNTUT.
• NAMUN, SETELAH MEREKA SEMAKIN BESAR, MEREKA MULAI MENOLAK BENTUK AFEKSI FISIK, SEPERTI
PELUKAN, DEKAPAN, DAN CIUMAN.
• PERKEMBANGAN BAHASANYA MULAI TERTINGGAL DI BAWAH STANDAR. TANDA-TANDA PENARIKAN DIRI
SECARA SOSIAL ( SOCIAL DETACHMENT) SERING DIMULAI SELAMA TAHUN PERTAMA KEHIDUPANNYA,
SEPERTI TIDAK MAU MELIHAT WAJAH ORANG LAIN.
• GANGGUAN INI DAPAT DIDIAGNOSIS DENGAN AKURAT PADA USIA SEKITAR 2 ATAU 3 TAHUN.
• TETAPI RATA-RATA ANAK AUTISTIK BELUM MENERIMA DIAGNOSIS SAMPAI USIA SEKITAR 6 TAHUN.
• KETERLAMBATAN DIAGNOSIS INI DAPAT MERUGIKAN, KARENA SEMAKIN CEPAT ANAK YANG MENDERITA
AUTISME DIDIAGNOSIS DAN MALAPETAKA, AKAN SEMAKIN BAIK KONDISINYA SECARA UMUM.
KRITERIA UNTUK GANGGUAN SPECTRUM AUTISME
DSM 5
A. KEKURANGAN YANG PERSISTEN MENYANGKUT KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PADA BERBAGAI KONTEKS, SEPERTI YANG DITUNJUKKAN
OLEH HAL-HAL BERIKUT, YANG TERJADI SAAT INI ATAU TELAH LALU (CONTOH DI BAWAH INI HANYA BERSIFAT ILUSTRATIF):
1. KEKURANGAN DALAM HUBUNGAN TIMBAL BALIK SOSIAL-EMOSIONAL, YANG BERKISAR, CONTOHNYA MULAI DARI PENDEKATAN SOSIAT YANG
ABNARMAL DAN KEGAGALAN MELAKUKAN PERCAKAPAN BOLAK-BALIK YANG NORMAL, BERKURANGNYA BERBAGI MINAT, EMOSI, ATAU DAMPAK
HINGGA GAGAL MEMULAI ATAU MERESPONS INTERAKSI SOSIAL.
2. KEKURANGAN DALAM PERILAKU KONMUNIKANI NONVERBAL YANG DIGUNAKAN UNTUK INTERAKSI SOSIAL, YANG BERKISAR, CONTOHNYA, MULAI
DARI KOMUNIKASI VORBAL DAN NONVERBAL YANG TIDAK TERINTEGRASI DENGAN BAIK; KELAINAN PADA KONTAK MATA DAN BAHASA TUBUH ATAU
KEKURANGAN DALAM MEMAHAMI DAN MENGGUNAKAN GERAK TUBUH (GESTUR: HINGGA HILANGNYA EKSPRESI WAJAH DAN KOMUNIKASI
NONVERBAL.
3. KEKURANGAN DALAM MENGEMBANGKAN, MENJEGA, DAN MEMAHAMI HUBUNGAN, YANG BERKISAR, CONTOHNYA MULAI DARI KESULITAN
MENYESUAIKAN PERILAKU AGAR SESUAI DENGAN BERBAGAI KONTEKS SOSIAL; KESULITAN DALAM BERBAGI PERMAINAN IMAJINATIF ATAU DALAM
BERTEMAN; HINGGA TIDAK ADANYA MINAT TERHADAP TEMAN SEBAYA
B. POLA PERILAKU, MINAT, ATAU AKTIVITAS YANG TERBATAS ATAU REPETITIF SEPERTI YANG DITURJUKKAN OLEH SETIDAKNYA DUA DARI HAL BERIKUT,
YANG TERJADI SAAT INI ATAU TELAH LALU (CONTOH DI BAWAH INI HANYA BERSIFAT ILUSTRATIF)
1. PERGERAKAN MOTORIK, PENGGUNAAN OBJEK, ATAU BICARA YANG REPETITIF ATAU KLISE (MISAINYA, STEREOTIP MOTORIK SEDERHANA,
MENYUSUN MAINAN ATAU MEMBALIKKAN BENDA, EKOLALIA, IDIOSINKRASI DALAM BERBAHASA)
2. DESAKAN AKAN HAL YANG SAMA, SETIA PADA RUTINITAS YANG KAKU, ATAU POLA PERILAKU VERBAL DAN NONVERBAI YANG SUDAH DIRITUALKAN
(MISALNYA, DISTRES YANG EKSTREM ATAS PERUBAHAN KECIL, KESULITAN MELAKUKAN TRANSISI, POLA PIKIR YANG KAKU, RITUAL SALAM, PERLU
MENGAMBIL RUTE YANG SAMA ATAU MAKAN MAKANAN YANG SAMA SETIAP HARI)
3. MINAT YANG SANGAT TERBATAS ATAU TERPAKU DENGAN INTENSITAS ATAU FOKUS YANG TIDAK NORMAL (MISALNYA, IKATAN YANG KUAT ATAU
TERTARIK DENGAN OBJEK YANG TIDAK BIASA, MINAT YANG DIBATASI SECARA BERLEBIHAN).
4. HIPERAKTIVITAS ATAU HIPOREAKTIVITAS TERHADAP INPUT SENSORIS ATAU MINAT YANG TIDAK BIASA DALAM ASPEK SENSORIS LINGKUNGAN
(MISALNYA, PENGABAIAN YANG TAMPAK NYATA PADA RASA SAKIT/SUHU, RESPONS NEGATIF TERHADAP SUARA ATAU TEKSTUR TERTENTU,
MENCIUM ATAU MENYENTUH OBJEK SECARA BERLEBIHAN, DAYA TARIK VISUAL TERHADAP CAHAYA ATAU GERAKAN.
C. SIMTOM ATAU GEJALA HARUS MUNCUL PADA PERIODE PERKEMBANGAN AWAL (TETAPI MUNGKIN TIDAK
AKAN SEPENUHNYA SAMPAI TUNTUTAN SOSIAL MELEBIHI KAPASITAS YANG TERBATAS, ATAU MUNGKIN
DISEMBUNYIKAN DENGAN STRATEGI YANG AKAN DIPELAJAR NANTI).
D. SIMTOM YANG MENYEBABKAN PELEMAHAN YANG SIGNIFIKAN SECARA KLINIS DI BIDANG SOSIAL,
PEKERJAAN, ATAU AREA PENTING LAIN DARI FUNGSI YANG ADA
E. GANGGUAN TERSEBUT TIDAK LEBIH BAIK DIJELASKAN OLEH DISABILITAS INTELEKTUAL (GANGGUAN
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL ATAU KETERLAMBATAN PERTUMBUHAN GLOBAL. DISABILITAS INTELEKTUAL
DAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME SERING TERJADI SECARA BERSAMAAN; UNTUK MEMBUAT DIAGNOSIS
GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME DAN DISABILITAS INTELEKTUAL, KOMUNIKASI SOSIAL HARUS BERADA DI
BAWAH TINGKAT PERTUMBUHAN UMUM YANG DIHARAPKAN.
CIRI-CIRI AUTISME
• MUNGKIN CIRI AUTISME YANG PALING MENONJOL ADALAH KESENDIRIAN ANAK.
• CIRI-CIRI LAIN TERMASUK KEKURANGAN YANG SIGNIFIKAN DALAM KETERAMPILAN SOSIAL, BAHASA, SERTA KOMUNIKAI
DAN PERILAKU RITUALISTIK ATAU STEREOTIP.
• ANAK JUGA MUNGKIN ENGGAN BICARA, ATAU JIKA MEMILIKI KETERAMPILAN BERBAHASA, BIASANYA DIGUNAKAN SECARA
TIDAK LAZIM, SEPERTI PADA EKOLALIA (MENGULANG KEMBALI APA YANG DIDENGAR DENGAN SUARA NADA TINGGI YANG
MONOTON):
• PENGGUNAAN KATA GANTI SECARA TERBALIK (MENGGUNAKAN "KAMU" ATAU "DIA" BUKAN “SAYA): PENGGUNAAN KATA-
KATA YANG HANYA DIIMPLEMENTASIKAN OLEH MEREKA YANG MEMILIKI KEDEKATAN DENGAN ANAK TERSEBUT;
• DAN KECENDERUNGAN UNTUK MENAIKKAN NADA SUARA DI AKHIR KALIMAT, SEOLAH-OLAH MENGAJUKAN PERTANYAAN.
• KOMUNIKASI NONVERBAL JUGA BISA TIDAK TERGANGGU ATAU HILANG. ANAK AUTISTIK MUNGKIN AKAN
MENGHINDARI KONTAK MATA DAN TIDAK MAU MENUNJUKKAN EKSPRESI WAJAH MEREKA JUGA LAMBAT
DALAM MERESPON TERHADAP ORANG DEWASA YANG MENCOBA MENDAPATKAN PERHATIANNYA, ITU
JUGA JIKA MEREKA MAU MERESPONSNYA. MESKIPUN MEREKA TIDAK RESPONSIF TERHADAP ORANG
LAIN, MEREKA MENUNJUKKAN EMOSI YANG KUAT; TERUTAMA EMOSI NEGATIF SEPERTI MARAH, SEDIH,
DAN TAKUT
• SALAH SATU CIRI UTAMA AUTISME ADALAH PERGERAKAN STEREOTIP YANG BERULANG DAN TANPA
RUJUAN-BERULANG-ULANG MEMUTAR BENDA. BERTEPUK TANGAN, ATAU BERAYUN MAJU MUNDUR
DENGAN LENGAN MEMAINKAN KAKI (LECKAM, PRIOR, & ULJAREVIC, 2011)
• BEBERAPA ANAK AUTISTIK MENYAKITI DIRINYA SENDIRI BAHKAN SAMPAI TERIAK KESAKITAN. MEREKA
MUNGKIN MEMBENTURAN KEPALA, MENAMPAR WAJAH, MENGGIGIT TANGAN DAN BAHU, ATAU
MENJAMBAK RAMBUT MEREKA, MEREKA JUGA DAPAT MENJADI MARAH / TANTRUM ATAU PANIK TIBA-
TIBA.
• CIRI LAIN DARI AUTISME ADALAH KEENGGANAN MENERIMA PERUBAHAN LINGKUNGAN-SEBUAH CIRI
YANG DISEBUT "PENJAGAAN BERSAMA" (PRESERVATION OF SAMENESS). JIKA ADA OBJEK YANG DIKENAL
DIGESER SEDIKIT DARI TEMPAT BIASANYA, ANAK AUTISTIK DAPAT MENGAMUK ATAU TERUS MENANGIS
SAMPAI OBJEK TERSEBUT DIKEMBALIKAN KE TEMPAT SEMULA.
• ANAK-ANAK AUTISTIK AKAN MENJAGA UNTUK MAKAN MAKANAN YANG SAMA SETIAP HARINYA. ANAK-
ANAK AUTISTIK TERIKAT DENGAN RITUAL. GURU DARI SEORANG ANAK PEREMPUAN AUTISTIK BERUSIA 5
TAHUN BELAJAR UNTUK MENYAPANYA SETIAP PAGI DENGAN BERKATA, "SELAMAT PAGI LILY, SAYA SANGAT,
SANGAT SENANG BERTEMU ANDA" (DIAMOND. BALDWIN, & DIAMOND, 1963).
• MESKIPUN LILY TIDAK AKAN MERESPONS SALAMNYA, IA AKAN BERTERIAK JIKA GURUNYA
MENGHILANGKAN SATU SAJA KATA SANGAR DARI KALIMAT ITU.
• SEPERTI DONNA WILLIAMS, WANITA YANG PENGALAMAN MASA KECILNYA MENGAWALI BAB INI, ANAK-
ANAK AUTISTIK KALI MEMANDANG ORANG LAIN SEBAGAI ANCAMAN.
• BERCERMIN KEMBALI PADA MASA KECILNYA, SEORANG PEMUDA AUTISTIK YANG SIBUK BICARA
TENTANG KEBUTUHANNYA AKAN HAL YANG SAMA DAN MELAKUKAN PERILAKU YANG BERULANG DAN
STEREOTIP.
• BAGI PEMUDA INI, ORANG LAIN ADALAH ANCAMAN KARENA MEREKA TIDAK SELALU SAMA DAN TERLIHAT
ANEH:
• ANAK-ANAK AUTISTIK TAMPAKNYA TIDAK MEMILIKI KONSEP DIRI YANG BERBEDA, YAITU PERASAAN
BAHWA MEREKA ADALAH INDIVIDU YANG BERBEDA. MESKIPUN MENUNJUKKAN PERILAKU YANG TIDAK
BIASA, MEREKA SERING KALI TERLIHAT CUKUP MENARIK DAN "PINTAR". NAMUN, BILA DIUKUR OLEH
NILAI TES YANG TERSTANDARDISASI, PERKEMBANGAN INTELEKTUAL MEREKA CENDERUNG TERTINGGAL
JAUH DI BAWAH NORMAL (MATSON & SHOEMAKER, 2009). MESKIPUN BEBERAPA ANAK AUTISTIK
MEMILIKI IQ YANG NORMAL, BANYAK YANG TERBUKTI MENGALAMI DISABILITAS INTELEKTUAL (MEFFORD,
BATSHAW, & HOFFMAN, 2012).
• BAHKAN MEREKA YANG TIDAK MENGALAMI GANGGUAN INTELEKTUAL PUN KESULITAN UNTUK
MELAKUKAN AKTIVITAS YANG MEMBUTUHKAN KEMAMPUAN SIMBOLISASI, SEPERTI MENGENALI EMOSI,
IKUT DALAM PERMAINAN SIMBOLIS, DAN MEMECAHKAN MASALAH SECARA KONSEPTUAL. MEREKA JUGA
MENUNJUKKAN KESULITAN DALAM MELAKUKAN TUGAS YANG MELIBATKAN INTERAKSI DENGAN ORANG
LAIN, AKAN TETAPI, HUBUNGAN ANTARA AUTISME DAN KECERDASAN MASIH BELUM JELAS KARENA
SULITNYA MELAKUKAN TES IQ YANG TERSTANDARDISASI PADA ANAK-ANAK INI. PENGUJIAN
MEMBUTUHKAN KERJA SAMA, YAITU KETERAMPILAN YANG SANGAT KURANG DIMILIKI OLEH ANAK-ANAK
AUTISTIK. ITU YANG PALING MUNGKIN DILAKUKAN HANYALAH MENGESTIMASI KEMAMPUAN
INTELEKTUAL MEREKA.
PENYEBAB
SAMPAI SAAT INI BELUM DIKETAHUI PENYEBAB PASTI DARI GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME. NAMUN, KEBANYAKAN
KEMUNGKINAN MENGARAH PADA KOMBINASI FAKTOR GENETIK, NEUROBIOLOGIS, DAN KONDISI LINGKUNGAN AWAL TEMPAT
ANAK TUMBUH.
• GENETIK:
️SEKITAR 40% GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME DISEBABKAN OLEH FAKTOR GENETIK.
️AUTISM GENOME PROJECT MENGIDENTIFIKASI BEBERAPA PENYEBAB GANGGUAN SPEKTRUM AUTIS, YAITU:
✔ADANYA PENGHAPUSAN ATAU DUPLIKASI DARI MATERI GENETIK (15%);
✔ MUTASI SPESIFIK GENETIK (7%) DAN GANGGUAN METABOLISME (2-3%);
✔ 75% SISANYA BELUM TERIDENTIFIKASI.
️LELAKI YANG LEBIH TUA MEMILIKI RISIKO YANG LEBIH BESAR UNTUK MEMILIKI KETURUNAN YANG MENGALAMI GANGGUAN
SPEKTRUM AUTISME DIBANDINGKAN LELAKI YANG LEBIH MUDA.
• NEUROBIOLOGIS:
⚜PERKEMBANGAN ABNORMAL PADA AREA KORTEKS OTAK DAN KONEKSI SARAF YANG BURUK
KHUSUSNYA DI BAGIAN OTAK YANG BERTANGGUNG JAWAB PADA FUNGSI KOMUNIKASI SOSIAL DAN
BAHASA.
⚜UKURAN AMIGDALA YANG LEBIH KECIL.
⚜KURANG AKTIFNYA KEBERFUNGSIAAN AMIGDALA.
⚜AKTIVITAS YANG RENDAH PADA FUSIFORM GYRUS KANAN, YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSES
MENGINTERPRETASIKAN WAJAH MANUSIA DAN PERILAKU SOSIAL.
⚜AKTIVITAS YANG RENDAH PADA KORTEKS PREFRONTAL YANG BERTANGGUNG JAWAB PADA FUNGSI
EKSEKUTIF, SEHINGGA SULIT UNTUK MEMAHAMI INFORMASI SOSIAL YANG PENTING DAN MENYESUAIKAN
PERUBAHAN YANG TERJADI DI LINGKUNGAN.
MANIFESTASI KLINIS
• KELUHAN AWAL MASYARAKAT SAJIAN KEMAMPUAN YANG SEBELUMNYA TELAH IA KUASAI (SEPERTI
MERAWAT DIRI, TOILETING, KEMAMPUAN MOTORIK), KETERLAMBATAN BICARA, KURANGNYA MINAT
SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL YANG TIDAK BIASA (MISALNYA MENARIK TANGAN SESEORANG TANPA
MELIHAT KE MEREKA), POLA BERMAIN YANG GANJIL (MISALNYA MEMBAWA MAINAN KEMANA-MANA
TANPA PERNAH MEMAINKANNYA), POLA KOMUNIKASI YANG TIDAK BIASA (MISALNYA, MENGUCAPKAN
DAN DAPAT MENYEBUTKAN HURUF, NAMUN TIDAK MERESPON KETIKA DIPANGGIL), DAN SEOLAH-OLAH
TULI. ADANYA PERILAKU GANJIL DAN REPETITIF (MISALNYA HANYA MAU MAKAN MAKANAN YANG SAMA
SETIAP HARI, MENONTON VIDEO SECARA BERULANG KALI). KELUHAN-KELUHAN TERSEBUT MUNCUL PADA
USIA 12-24 BULAN. NAMUN, DAPAT MUNCUL LEBIH AWAL YAITU KURANG DARI 12 BULAN DAPAT DILIHAT
PERKEMBANGAN BERADA PADA TINGKAT YANG PARAH. SELAIN ITU, DAPAT MUNCUL KETIKA ANAK
BERUSIA LEBIH DARI 24 BULAN, DENGAN SIMTOM YANG DITUNJUKKAN ANAK LEBIH RINGAN.
DIAGNOSA BANDING
a. SINDROM RETT (RETT SYNDROME);
b. MUTISM SELEKTIF (SELECTIVE MUTISM);
c. GANGGUAN BAAHASA DAN GANGGUAN KOMUNIKASI SOSIAL (LANGUAGE DISORDERS AND SOCIAL
COMMUNICATION DISORDER);
d. DISABILITAS INTELEKTUAL (INTELLECTUAL DISABILITY);
e. GANGGUAN GERAK STEREOTYPE (STEREOTYPIC MOVEMENT DISORDER);
f. GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN/HIPERAKTIVITAS (ATTENTION-DEFICIT/HYPERAC- TIVITY
DISORDER);
g. SKIZOFRENIA (SCHIZOPHRENIA).
KOMORBID

GANGGUAN INTELEKTUAL, GANGGUAN BAHASA STRUKTURAL (STRUCTURAL LANGUAGE DISORDER) TIDAK


MAMPU MEMAHAMI DAN MENYUSUN KALIMAT SESUAI DENGAN TATA BAHASA.
• 70% INDIVIDU PENYANDANG GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME MEMILIKI SATU SIMTOM PSIKIATRI YANG
BUKAN MERUPAKAN BAGIAN DARI KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME.
• 40% INDIVIDU PENYANDANG GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME MUNGKIN MEMILIKI DUA ATAU LEBIH
GANGGUAN MENTAL KOMORBID.
INTERVENSI PSIKOLOGIS KLINIS
1. TERAPI DENGAN PENDEKATAN PERILAKU (BEHAVIORAL) UNTUK MENGURANGI PERILAKU YANG TIDAK
LAZIM, MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SOSIAL PENYANDANG GANGGUAN SPEKTRUM
AUTIS. KEMAMPUAN BARU DAN PESANAN PERILAKU YANG SESUAI DENGAN ATURAN LINGKUNGAN
MELALUI NMODELLING PROMPT, MEMBENTUK DAN PENGUATAN POSITIF.
2. 2. PSIKOEDUKASI KEPADA ORANG TUA, DENGAN MEMBERIKAN PENJELASAN MENGENAI GAMBARAN
KEBERFUNGSIAAN ANAK SAAT INI, MENJELASKAN MENGENAI HAL-HAL APA SAJA YANG DAPAT
DIUPAYAKAN UNTUK MENINGKATKAN KEBERFUNGSIAN ANAK, MENGEDUKASI ORANG TUA AGAR AKTIF
DALAM PROSES TERAPI, DIMANA TERAPI HARUS DILAKUKAN INTENSIF, DIULANGI TERUS MENERUS ,
PERENCANAAN SERTA MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK BELAJAR SECARA TERSTRUKTUR
TERIMA KASIH
Conduct Disorder
Kristina martha M.Psi.,Psi
Pengertian Conduct Disorder

(Kearney, 2003) conduct disorder adalah pola perilaku yang menetap dan ber
ulang, ditunjukkan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai kebenaran
yang dianut oleh masyarakat atau tidak sesuai dengan norma sosial untuk rat
a-rata seusianya. Perilakunya bisa berupa agresi dan kekejaman terhadap or
ang atau hewan, seperti merusak properti, berbohong dan mencuri. Seringkal
i perilaku tersebut ditandai dengan sifat tidak berperasaan, sifat kejam, dan k
urangnya penyelasan.
Kriteria Conduct Disorder Menurut DSM-5

dalam DSM-5, CD ( Conduct Disorder) akan ditentukan berdasarkan adanya tiga dari 15 kriteria yang seharusnya ad
a dalam 12 bulan terakhir, dan salah satunya harus ada dalam 6 bulan terakhir. 15 kriteria perilaku ini dapat dikatego
rikan ke dalam empat subtipe perilaku umum:

agresi terhadap manusia dan hewan, mi


salnya, menindas, memulai perkelahian
1.

fisik, kejam secara fisik kepada orang at


? 3.
penipuan atau pencurian, misalnya, me
mbobol rumah orang lain atau mobil, me
au hewan, memaksa seseorang melaku
nipu, menguntit
kan aktivitas seksual

2. 4.
pelanggaran serius terhadap aturan, mis
perusakan properti, misalnya, pembakar
alnya keluar jam malam yang mana men
an, vandalisme
yimpang dari aturan orang tua dirumah
Faktor yang memicu timbulnya Conduct
Disorder
Faktor Neuropsikologis d
01 Faktor genetik 02 an Sistem Saraf Otonom
03 Faktor Psikologis
Bukti faktor genetik memp Neuropsikologis yang renda
engaruhi conduct disorder h telah terlibat dalam profil Bagian penting dari perkemb
itu beragam, meskipun he masa kanak-kanak anak-an angan anak adalah pertumb
ritabilitas kemungkinan ber ak dengan conduct disorder uhan kesadaran moraldan p
peran. (Lynam & Henry, 2001; Moff erasaan tentang apa yang be
Misalnya, dalam studi ter itt, Lynam, & Silvia, 1994). nar dan salah, dan kemampu
hadap lebih dari 3.000 pas Kekurangan ini termasuk ke an, bahkan keinginan, untuk
angan kembar, pengaruh g terampilan verbal yang buru mematuhi aturan dan norma.
enetik hanya menunjukkan k, kesulitan dengan fungsi e Anak-anak dengan conduct
pada perilaku antisosial m ksekutif (kemampuan untuk disorder tampaknya kurang d
asa kanak-kanak dan men mengantisipasi, merencana alam kesadaran moral ini, da
unjukkan pengaruh keluarg kan, menggunakan pengen n merasa kurang penyesalan
a-lingkungan lebih signifik dalian diri, dan memecahka atas kesalahan mereka (Cim
an. n masalah), dan masalah d bora & McIntosh, 2003)
engan memori.
Faktor yang memicu timbulnya Conduct
Disorder
04 Pengaruh Teman Sebaya 05 Faktor Sosiokultural

Investigasi tentang bagaimana teman Pengangguran, fasilitas pendidikan y


sebaya memengaruhi perilaku agresif ang buruk, kehidupan keluarga yang t
dan antisosial pada anak-anak difokus erganggu, dan subkultur yang menga
kan pada dua area luas: nggap kenakalan dapat diterima meru
1) penerimaan atau penolakan oleh te pakan faktor-faktor yang berperan dal
man sebaya am membentuk conduct disorder pad
2) afiliasi dengan teman sebaya yang a anak (Lahey, Miller, Gordon, et al.,
menyimpang. Penelitian telah men 1999; Loeber & Farrington, 1998).
unjukkan bahwa ditolak oleh teman
sebaya secara kausal terkait denga
n perilaku agresif (Hinshaw & Melni
ck, 1995).
Penanganan
Penanganan anak-anak berperilak Selama proses interfensi ini, pelibatan te
u CD paling bijak dan mengena ad naga professional, keluarga dan lingkun
alah dengan preventif edukatif, yai gan, terutama guru sangatlah penting. P
tu memberikan edukasi penyuluha roses interfensi ini, ditujukan untuk mem
n pada anak-anak secara berkesin antik 3 ranah:
ambungan, baik di rumah, sekolah
kognitif
maupun komunitas anak-anak.
untuk menemukan intr
a-solusi yang diharapk
Berdasarkan hasil penelitia polan an oleh pasien
penanganan yang dilakukan di SL
B-E Prayuwana dan BPRSR lebih Afektif dan respon emosional
mengarah kepada pola behavioral yang mengarah kepada kema
treatment yang lebih mengedepan mpuan adaftif prososial pasein
kan kepada penguatan perilaku po
sitif dan prososial anak melalui pro Psikomotorik
ses pembelajaran bersama denga Psikomotorik untuk meningkatkan a
n melibatkan komponen keluarga, ktifitas produktif dan p
sekolah dan teman sebaya. ositif motorik anak
Daftar Pustaka

Kearney, C.A. (2003). Casebook In Child Behavior Disorder. Second edition. University of Nevad
a, Las Vegas

Alan Kazdin, Child Psychoteraphy: Development and Identifying Effective Treatments. New York:
Guliford. 1988).

Indah Ria Sulisya Rini,” Mengenali Gejala dan Penyebab dari Conduct Disorder”, Psycho Idea, T
ahun 8 No.1, Feb 2010 ISSN 1693-1076, hlm. 1-17, http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PS
YCHOIDEA/article/view/194/191diakses pada 26 April 2018, Pukul: 10. 20 WIB

Cimbora, D. M., & McIntosh, D. N. (2003). Emotional responses to antisocial acts in adolescent
males with conduct disorder: A link to affective morality. Journal of Clinical Child and Adolescent
Psychology, 32, 296–301.
Thank you
LANGUAGE DISORDER
DOSEN: KRISTINA MARTHA M.PSI.,PSI
 Bicara dan bahasa merupakan alat komunikasi
 Komunikasi sendiri merupakan proses encoding (mengirim pesan dalam bentuk yg dapat dipahami) dan proses
decoding (menerima dan memabami pesan)
 Secara umum kelainan bicara dan bahasa adalah hambatan dalam komunikasi verbal yg efektif,sedemikian rupa
sehingga pemahaman akan bahasa yg diucapkan berkurang
 Berbahasa merupakan proses mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan dalam bentuk kata atau
kalimat.
 Proses tersebut bersifat kompleks karena mensyaratkan berfungsinya berbagai organ yang mempengaruhi
mekanisme berbicara, berpikir atau mengolah buah pikiran ke dalam bentuk kata-kata, serta modalitas mental yang
terungkap saat berbicara yang juga ditentukan oleh faktor lingkungan.
UNTUK MENCAPAI KEMAMPUAN BERBAHASA DIPERLUKAN
TERPENUHINYA BEBERAPA ELEMEN BERIKUT:

• Lengkapnya sistem penginderaan


• Lengkapnya sistem syaraf pusat
• Kemampuan mental yang cukup
• Kestabilan emosi
• Pajanan pada bahasa
Apabila sejak masa anak-anak terdapat kekurangan atau ketiadaan setidaknya satu dari elemen di atas, dapat berimbas
pada munculnya beragam gangguan berbahasa (Bogdashina, 2005).
BATASAN KELAINAN BICARA DAN BAHASA

Berdasarkan kategori yg dikemukakan oleh American Speech Language Hearing Associating (dlm Hallahan & kauffman,2006), kelainan bicara digolingkan
sbb:
1. Kelainan komunikasi, meliputi:
a. Kelainan Bicara, yaitu:
 Kelainan suara
 Kelainan artikulasi
 Gangguan kelancaran bicara
b. Kelainan bahasa,yaitu:
 Bentuk bahasa
 Isi bahasa
 Fungsi bahasa

2. Variasi dalam komunikasi, meliputi:


a. Perbedaan komunikasi /dialek
b. Komunikasi tambahan (augmentative communication system)
A. PENYEBAB GANGGUAN BERBAHASA PADA ANAK

Pada anak-anak, gangguan berbahasa atau


berkomunikasi pada umumnya dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Gangguan berbicara yang disebabkan:
• Masalah artikulasi
• Gangguan bersuara
• Masalah kefasihan
• Afasia karena ketidaksempurnaan perkembangan otak
• Keterlambatan berbicara yang dapat dipicu faktor lingkungan, gangguan pendengaran atau gangguan tumbuh
kembang
2. Gangguan pendengaran baik parsial maupun total yang jenisnya antara lain:
• Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan oleh suatu penyakit yang mengganggu fungsi telinga bagian luar dan tengah
sehingga penyandangnya perlu menggunakan alat bantu pendengaran
• Gangguan pendengaran akibat hilangnya sensor syaraf karena kerusakan sel sensorik di dalam telinga yang berfungsi
mengantarkan pesan atau rangsangan suara. Penyandangnya mengalami kendala merespon suara apapun meskipun menggunakan
alat bantu pendengaran
• Gangguan pendengaran kompleks akibat rusaknya fungsi pada telinga bagian luar, tengah dan dalam
• Gangguan pusat pendengaran yang terjadi akibat kerusakan pada syaraf atau jaringan otak.
3. Gangguan akibat kondisi tertentu seperti:
• Kesulitan belajar yang dapat menjadi sebab maupun akibat gangguan bahasa
• Serebral palsy atau lumpuh otak
• Retardasi atau keterbelakangan mental
• Bibir sumbing
KESULITAN YANG DIHADAPI ANAK PADA SAAT BELAJAR BICARA
DAPAT DISEBABKAN OLEH FAKTOR-FAKTOR BERIKUT.

Keterbatasan pendengaran.
Keterlambatan perkembangan jaringan otot organ wicara sehingga anak kesulitan menggerakan otot wicara dengan cepat
untuk menghasilkan suara.
Keterlambatan pemahaman bahasa orang dewasa yang perkataannya panjang dan rumit.
Kurang berinteraksi dengan orang lain.
Terlalu pasif dalam pergaulan sosial.
Terlalu mengandalkan komunikasi nonverbal yang efektif diterapkan di rumah tetapi tidak berterima di masyarakat, anak
akan malas mencoba menggunakan kata-kata.
Kurang dipedulikan orang lain karena dianggap sama sekali tidak mampu bicara atau memahami orang lain.
Ketika ditanya jawabannya sering diwakili orang lain.
Tidak cukup waktu karena orang lain tidak memberinya kesempatan merespon sementara anak membutuhkan waktu
untuk mulai bicara.
Rangsangan terlalu banyak dalam arti bahasa yang diajarkan terlalu banyak, sama halnya dengan melempar banyak
bola pada anak yang sedang belajar menangkap bola.
Terlalu banyak bahasa formal bukan bahasa komunikatif yang diberikan, misalnya tentang angka dan macam-macam
warna yang kurang bermanfaat untuk komunikasi harian.
Terlalu sering bermain sendiri karena yang dihadapi hanya mainan bukan orang lain.
LEBIH JAUH, GANGGUAN BERBAHASA PADA ANAK YANG
DISEBABKAN GANGGUAN PERKEMBANGAN NEUROLINGUISTIK
DAPAT DILIHAT DALAM TABEL BERIKUT YANG DIADAPTASIKAN
DARI LENNEBERG OLEH OBLER & GJERLOW (2000: 68-69):
MENURUT NYIOKIKTJIEN DALAM TIEL (2010) KLASIFIKASI GANGGUAN
KOMUNIKASI DAN BERBAHASA PADA ANAK ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

A. Developmental language disorders (gangguan perkembangan berbahasa)


1. Hanya mengalami gangguan ekspresif dengan reseptif normal, dengan sedikit atau tanpa komorbiditas gangguan
lain yang menyertainya (pure dysphasia development atau expressive language disorder menurut DSM IV)
2. Gangguan campuran antara perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif (mixed receptive-expressive language
disorder DSM IV). Seringkali terjadi adanya deskrepansi (perbedaan) yang bermakna antara skor tes verbal IQ
dengan performasi (non-verbal) IQ, dimana skor verbal IQ mencapai skor yang sangat rendah. Atau non-verbal IQ
(performasi) mencapai skor lebih tinggi daripada tes pemahaman bahasa. Pemahaman bahasa lebih rendah daripada
rata-rata anak seusianya, artinya ada gangguan perkembangan bahasa reseptif (receptive dysphasia).
1 dan 2 di atas dapat terjadi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa dan bicara. Pada anak-anak
dengan gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif di saat masih kecil dalam fase belajar bicara, jumlah
vokabulari yang dimiliki masih jauh tertinggal dari teman-teman sebayanya, sehingga ia juga mengalami gangguan
pemahaman bahasa (semantik) yang menyebabkan rendahnya skor verbal IQ. T
Tetapi pada anak-anak dengan gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif sekalipun saat kecil mengalami
gangguan reseptif juga, tetapi ia mempunyai skor perfomansi IQ yang lebih tinggi daripada skor verbal IQ. Skor
performasi IQ mempunyai skor dalam batas normal hingga tinggi. Pada autisme skor verbal IQ yang rendah disertai
juga dengan skor performasi IQ yang lebih rendah daripada normal.
B. Gangguan bahasa reseptif: diluar definisi dysphasia development, karena pemahaman bahasa lebih jelek daripada bahasa
ekspresif.
1. Kemampuan reseptif dan ekspresif sangat rendah (terlambat atau tertinggal); seringkali diikuti dengan agangguan nonverbal
(mengalami juga keterbelakangan mental). Dalam bentuk yang parah didapatkan asymbolic mental retardation atau “mute
autistic”. Pemahaman bahasa dan bicara sama sekali tak nampak.
2.Verbal-auditory agnosia atau congenital word deafness(bentuk ringan dari phonologic perception problem)
3. Cortical deafness, total auditory agnosia (congenital auditory imperception).
4. Gangguan sensorik pendengaran yang parah.
C. Gangguan semantik-pragmatik
Gangguan bahasa semantik (pengertian) – pragmatik (penggunaan) yang ditunjukkan dengan seringnya memulai bicara
dengan membeo atau echolalia.
D. Gangguan kelancaran bicara, atau gagap.
E. Mutisme selektif (tidak mau bicara dalam situasi atau tempat tertentu)
F. Miskin bahasa karena kurang stimulasi
G. Gangguan artikulasi dan gangguan perkembangan bahasa dan bicara, sering disebabkan karena masalah
seperti dalam pembagian 1 & 2
Gangguan perkembangan bicara dan bahasa juga muncul karena sebab-sebab lain:
1. Child-aphasia (disebabkan karena traumatic, tumor, infeksi)
2. Landau-Kleffner-syndrom (gejala mirip pada pembagian B)
3. Kemunduran perkembangan bahasa dan bicara dengan penyebab tak diketahui dengan atau tanpa epilepsi saat tidur dan
gangguan nosologi yang tak diketahui penyebabnya, sering juga terjadi pada Autism Spectrum Disorder (ASD).
#SELESAI#
Learning
Disorder/Learning
Disability
By Kristina Martha M.Psi.,Psi
Apa saja yang akan dibahas?
01
Definisi
02 03
Penyebab
Kemampuan Learning
Learning
yang terganggu Disorder
Disorder

04
Karakteristik
05
Kriteria Diagnostik
06
Gangguan
Learning Learning Disorder
Belajar Spesifik
Disorder Berdasarkan DSM-5

07
Kesimpulan
01 Definisi Learning Disorder

Kesulitan belajar (learning disability) adalah kondisi


dimana anak-anak dan orang dewasa mengalami
kesulitan dalam tugas yang terkait dengan akademik
dan kognitif.
- Swanson, Cooney, dan McNamara (dalam Siregar & Supena, 2020) -
Learning Disorders mengganggu
kemampuan :
Membaca
Pemahaman
membaca
Menulis
Mengeja
Berhitung
03 Penyebab Learning Disorder

, A B
Faktor Faktor
Internal Eksternal
Neurologis dan genetika Lingkungan
04 Karakteristik Learning Disorder
Kemampuan Defisit proses
Gangguan motorik yang psikologis dan
perhatian buruk masalah pemrosesan
informasi
Kesulitan Kesulitan
Kesulitan bahasa
membaca
bahasa oral tertulis

Defisit
Gangguan keterampilan
kuantitatif sosial
05 Kriteria Diagnostik Learning
Disorder Berdasarkan DSM-5
Kesulitan Kesulitan belajar
menggunakan dimulai saat usia
kemampuan sekolah
akademik
01 02 03 04

Kemampuan Kesulitan belajar


akademik tersebut bukan karena
jauh di bawah gangguan fisik
ekspektasi atau mental
06 Gangguan Belajar Spesifik

Disleksi
Gangguan dalam
membaca
Disgrafi
Gangguan dalam
ekspresi tertulis
Diskalkul
Gangguan dalam
matematika

a a ia
01 02 03
suatu kondisi dimana suatu individu mengalami
1. kesulitan dalam pengolahan bahasa, seperti;
membaca, menulis, mengeja, dan bicara.
Disleksia
HATI – HATI HATI - HATI
1. Sulit mengenal huruf 1. Sulit mengeja
2. Sulit mengenal kata 2. Sulit mengingat angka
3. Kekacauan mengucapkan 3. Belum dapat memegang alat
kata-kata tulis dengan benar
4. Miskin kosakata 4. Tulisannya buruk
5. Sulit mengenal urutan huruf
dan angka
2. Diskalkulia
suatu kondisi dimana suatu individu
mengalami kesulitan berhitung.

● HATI - HATI
1. Sulit belajar mengenai arti jumlah
2. Sulit memisahkan objek
3. Sulit mengenal ukuran
4. Sulit mengingat dan urutan angka
3. Disgrafia suatu kondisi dimana suatu individu
mengalami kesulitan menulis.
Umumnya, dapat muncul seperti; kesulitan
mengeja, tulisan tangan yang buruk, kesulitan
menulis dalam menjabarkan pemikirannya.
CIRI – CIRI
HATI - HATI
1. Kesulitan memegang alat
1. Posisi jari dan badan saat menulis
makan di umur 5-6 tahun
tidak biasa
HATI - HATI 2. Kesulitan mengancing baju
2. Tulisan tangan tidak terbaca
1. Mengeluh saat menulis 3. Kesulitan mengancing retsliting
3. Menghindari tugas menulis
2. Menulis sambil mengeja 4. Kesulitan belajar mengikat
4. Belum bisa menggambar bentuk
3. Menulis kalimat sepatu
sederhana
menggantung 5. Tidak bisa memasukkan
5. Tidak dapat menghubungkan garis
permainan balok
CARA MEMBANTU
1. Gunakan catatan kecil
2. Bangun aktivitas belajar yang menyenangkan
1. DISLEKSIA 3. Gunakan berbagai warna dalam belajar
4. Mengajak teman sebaya untuk berkomunikasi

1. Berlatih dengan sering


2. Memberikan contoh dengan benda nyata
2. DISKALKULIA 3. Bangun aktivitas belajar yang menyenangkan
4. Mengajar dengan penjabaran (step by step)

1. Plan your paper


2. Organize your tought and ideas
3. DISGRAFIA 3. Write your draft
4. Edit your work
5. Producing a final draft
TERIMA KASIH
INDIGO
Anak indigo adalah anak-anak yang menunjukkan seperangkat atribut psikologis yang baru dan
tidak biasa serta sebuah pola tingkah laku yang tidak pernah terdokumentasi sebelumnya. Pola ini
memiliki faktor-faktor unik umum sehingga orang-orang yang berinteraksi dengan anak indigo
disarankan untuk mengubah cara merawat mereka untuk mencapai keseimbangan (Carrol & Tober,
1999 dalam Mangunsong, 2011).

1 . Karakteristik dan Tipe Indigo


Menurut Carrol dan Tober (1999, dalam Mangunsong, 2011), terdapat 10 karakteristik paling
umum dari anak-anak Indigo, yaitu:
a. Datang ke dunia dengan feeling of royalty (dan seringkali bertindak sesuai perasaan tersebut).
Anak merasa dirinya berbeda dan istimewa.
b. Memiliki perasaan “layak untuk berada di sini”, dan terkejut ketika orang lain tidak menyadari
hal tersebut.
c. Perasaan diri berharga bukanlah isu yang besar, bahkan mereka seringkali memberitahu orang
tua mereka mengenai “siapa diri mereka”.
d. Mengalami kesulitan dengan otoritas absolut (otoritas tanpa penjelasan atau pilihan).
e. Tidak akan melakukan hal-hal tertentu, misalnya mengantri adalah hal yang paling sulit bagi
mereka.
f. Merasa frustrasi dengan sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak memerlukan pemikiran
kreatif.
g. Seringkali melihat dengan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, baik di rumah maupun
di sekolah sehingga mereka terlihat sebagai system busters, yaitu tidak nyaman pada sistem
yang ada.
h. Terlihat antisosial, kecuali dengan mereka yang setipe.
i. Tidak akan berespon terhadap disiplin yang didasari rasa bersalah (“Tunggu sampai ayahmu
pulang dan melihat apa yang kau lakukan”).
j. Tidak malu memberitahu apa yang mereka butuhkan.

Nancy Ann Tappe yang diwawancarai oleh Jan Tober (dalam Carroll & Tober, 1999, dalam
Mangunsong, 2011), mengemukakan empat tipe anak indigo, yaitu:

1. Humanis
Indigo humanis akan bekerja dengan masyarakat dan melayani masyarakat. Anak tipe ini adalah
caloncalon dokter, pengacara, guru, salesman, pebisnis, dan politikus. Mereka sangat aktif bahkan
terkadang tampak terlalu ambisius. Mereka juga memiliki pendapat yang kuat. Indigo humanis juga
tidak tahu bagaimana bermain dengan satu mainan, melainkan harus membawa semuanya
walaupun belum tentu disentuh. Jika diminta untuk membersihkan kamar, harus diingatkan
berkali-kali karena mereka mudah teralih, misalnyaketika masuk ke kamar dan membersihkannya
lalu menemukan sebuah buku, maka anak indigo biasanya akan duduk dan membaca karena
mereka sangat suka membaca.
2. Konseptual
Indigo konseptual adalah anak-anak yang lebih fokus pada proyek daripada orang. Mereka akan
menjadi insinyur, arsitek, desainer, astronot, pilot, dan pegawai militer. Anak-anak ini tidak
ceroboh dan seringkali sangat atletis sebagai seorang anak, tetapi mereka memiliki masalah dalam
mengontrol orang lain, terutama ibu atau ayahnya. Indigo tipe ini memiliki kecenderungan adiksi
terutama terhadap obat-obatan terlarang pada masa remaja sehingga orang tua perlu mengawasi,
apalagi jika mulai terlihat menyembunyikan sesuatu.
3. Artis
Indigo tipe artis lebih sensitif dan seringkali berukuran tubuh lebih kecil, walaupun tidak selalu.
Mereka menyukai seni, kreatif, dan akan menjadi guru atau seniman. Antara usia 4 dan 10, mereka
dapat mempelajari 15 macam seni atau kreativitas yang berbeda-beda, melakukannya selama lima
menit lalu meletakkannya. Oleh karena itu, orang tua dari anak tipe indigo ini lebih baik menyewa
saja alat musiknya, daripada membelinya. Ketika usianya telah dewasa, barulah mereka akan
menekuni satu bidang seni tertentu dan menjadi ahli dalam bidangnya.
4. Interdimensional
Indigo interdimensional biasanya lebih besar daripada tipe indigo lainnya. Pada usia satu atau dua
tahun, mereka tidak dapat diberitahu apapun. Mereka akan berkata atau seolah berkata, “Saya
tahu itu. Saya dapat melakukannya. Tinggalkan saya sendirian.” Anak-anak indigo ini yang
menemukan filosofi dan agama baru serta membawanya ke dunia. Mereka kurang dapat masuk ke
dalam lingkungannya.

2. Spiritualitas Anak Indigo


Setiap makhluk hidup memiliki energi vital (chi) yang mengalir masuk dan keluar dari tubuh melalui
nafas dan pori-pori, serta pintu-pintu khusus yang disebut cakra (Effendi, 2001 dalam Sumarlis,
2003 dalam Mangunsong, 2011). Terdapat tujuh cakra yang dimiliki manusia, masing-masing
berputar dalam kecepatan yang berbeda-beda, tergantung hal apa yang menjadi tugasnya. Cakra-
cakra yang ditugaskan dalam hal materi berputar lebih lambat daripada cakra-cakra yang fokusnya
pada hal spiritual. Ketika sinar bergerak lambat, akan dipersepsi sebagai “warna-warna hangat”,
seperti merah, jingga, dan kuning. Semakin cepat sinar tersebut berputar, semakin “dingin” warna
yang dipersepsi. Ungu adalah warna dengan kecepatan tertinggi, serta diasosiasikan sebagai
frekuensi yang paling bersifat spiritual. Setiap masa diyakini memiliki warna dominannya masing-
masing. Hingga pada tahun 1990-an, minat terhadap fenomena spiritual semakin tinggi. Film-film
seperti The Sixth Sense, dan acara televisi seperti Touched by an Angel yang secara terbuka
menceritakan mengenai malaikat, roh-roh, dan kehidupan setelah kematian, banyak bermunculan.
Pers juga mulai mengabarkan mengenai fenomena paranormal. Minat dalam fenomena spiritual
atau supranatural ini diatur oleh cakra keenam, yang disebut dengan ajna, atau the third eye. Cakra
ini berputar pada tiga warna yang berbeda, yaitu putih, ungu, dan yang paling utama adalah indigo.
Anak-anak yang dilahirkan pada pertengahan tahun 1970-an sampai saat ini seringkali disebut anak
Indigo, karena mereka adalah “anak-anak sinar indigo”. Mereka sangat spiritualis, memiliki visi
spiritual dan pengetahuan tentang keberhargaan diri (Virtue, 2001 dalam Mangunsong, 2011).
Cakra ajna ini terletak diantara kedua alis dan membuat anak Indigo memiliki kemampuan indera
keenam atau extrasensory perception (Kusuma, dalam Sumarlis, 2003 dalam Mangunsong, 2011).
Hal-hal spiritual yang biasanya dimiliki atau dialami oleh anak-anak Indigo adalah, sebagai berikut:
1. Kemampuan Melihat Roh atau Makhluk Lain
Pada umumnya anak-anak Indigo mampu melihat makhluk-makhluk yang tidak dapat dilihat oleh
manusia secara umum, seperti malaikat, teman ajaib, atau sosok-sosok yang menyeramkan. Figur-
figur yang dilihat ini tidak seperti fantasi anak-anak luar biasa misalnya tokoh kartun televisi,
melainkan model berbeda yang di luar dunia ini dan tidak ada di televisi ataupun film (Carrol &
Tobber, 2001 dalam Mangunsong, 2011). Salah satu contohnya terjadi pada Greg yang selalu
bercerita bahwa ia melihat malaikat-malaikat yang berwarna-warni. Mereka bahkan dapat berubah
wujud menjadi binatang dan burung, pada saat Greg sendirian di kamar. Ketika Greg pergi bersama
ibunya, di dalam mobil ia berkata, “Lihat, Ma, ada malaikat berwarna coklat di mobil bersama kita”
(Carroll & Tober, 2001 dalam Mangunsong, 2011).
2. Kemampuan Melihat Masa Depan
Kemampuan melihat masa depan merupakan salah satu kemampuan spiritual anak Indigo.
3. Pernah Mengalami Kehidupan di Masa yang Lain
Nancy Ann Tappe (dalam Carroll & Tober, 1999 dalam Mangunsong, 2011) mengatakan bahwa
sebagian anak Indigo baru pertama kali ada di dunia, sebagian lain sudah pernah ke dimensi ketiga,
dan sebagian lainnya datang dari planet lain, yaitu mereka yang termasuk indigo interdimensional.
Mereka mungkin datang bersama karma. Ketika Anda melihat anak Indigo baru dilahirkan sampai 2
tahun, mereka mungkin dapat mengingat masa kehidupan mereka yang lain.
Selain ketiga kemampuan spiritual di atas, anak-anak Indigo umumnya juga memiliki
kemampuan merasakan perasaan yang sebenarnya. Anak Indigo dapat mengetahui perasaan
seseorang yang disembunyikan atau bahkan tidak disadari oleh orang tersebut. Hal ini terjadi pada
anak laki-laku berusia 2,5 tahun yang terus bertanya pada ibunya apakah ibunya marah. Setelah
berusaha menganalisis, memang benar bahwa sang ibu memiliki perasaan kecewa dan kesal yang
telah ia sembunyikan baik-baik. Anakanak Indigo juga dapat berbicara mengenai Tuhan dan
kemanusiaan meskipun usianya masih kecil. Ketika ditanya oleh ibunya mengenai apakah Tuhan
itu, seorang Indigo berusia 4 tahun menjawab. “Tuhan adalah sebuah bola yang sangat besar dan
bersinar serta bermahkota – bola tersebut menyentuh semuanya dan menjadi baik!” (Carroll &
Tober, 2001 dalam Mangunsong, 2011).

3. Identifikasi Anak Indigo


Sumarlis (2003, dalam Mangunsong, 2011) menyebutkan empat hal yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi anak Indigo, yaitu:
 Lapangan Aura
Foto aura dapat digunakan untuk melihat lapangan aura yang mengelilingi anak, anak memiliki
warna indigo (biru tua/nila) atau tidak. Foto dapat dilakukan melalui aura video station.
 Kecerdasan
Tes IQ dengan skala Wechsler dapat digunakan untuk mengetahui kecerdasan anak sebagai salah
satu ciri anak Indigo, yaitu kecerdasan di atas rata-rata. McCloskey (dalam Mangunsong, 2011)
mengatakan bahwa tidak semua anak Indigo tergolong berbakat, tetapi hampir semua memiliki
kecerdasan sangat superior minimal pada satu subtes.
 Prestasi Belajar
McCloskey (dalam Mangunsong, 2011) mengatakan bahwa hasil tes prestasi belajar anak Indigo
melalui tes prestasi belajar yang terstandardisasi minimal berada dalam kategori rata-rata. Namun,
perlu diingat bahwa ketidaksesuaian karakteristik sekolah dapat menyebabkan anak Indigo tidak
berprestasi optimal secara akademis.
 Perilaku
Anak Indigo terkadang tidak berespon terhadap instruksi langsung (McCloskey dalam Mangunsong,
2011) dan bertingkah laku seakan destruktif.
Virtue (2001 dalam Mangungsong, 2011) memberikan 17 karakteristik Indigo, jika seseorang
memiliki minimal 14 diantaranya, kemungkinan besar orang tersebut adalah Indigo. Jika seseorang
memiliki 11-13 diantaranya, kemungkinan besar orang tersebut adalah “Indigo in training”, yaitu
mereka yang sedang dalam pengembangan karakteristik-karakteristik indigo-nya, atau individu
indigo yang dijauhkan dari talenta spiritualnya melalui pengaruh otoritas atau Ritalin. Ketujuh belas
karakteristik tersebut adalah:
1. Berkemauan kuat
2. Lahir pada tahun 1978 atau setelahnya
3. Keras kepala
4. Kreatif, dengan gaya artistic dalam bidang musik, membuat perhiasan, puisi, dan seni.
5. Mudah teradiksi
6. Memiliki “old soul”. Misalnya mereka berusia 13 tahun, seakan 43 tahun
7. Intuitif atau spiritualis, pernah melihat malaikat atau orang mati
8. Isolasionis, melalui bertingkah laku agresif atau introversi yang rapuh
9. Independen dan bangga, meskipun mereka sering meminta uang kepada orang lain
10. Memiliki hasrat mendalam untuk membantu dunia dengan cara yang besar
11. Berada di antara harga diri yang rendah dan perasaan besar (grandiosity) 12. Mudah bosan
13. Mungkin pernah didiagnosa ADD atau ADHD
14. Mudah insomnia/sulit tidur, mimpi buruk, atau tidur tidak enak
15. Memiliki sejarah depresi, atau bahkan percobaan atau keinginan bunuh diri
16. Mencari persahabatan yang dalam, riil, dan abadi
17. Mudah menjalin hubungan dengan tanaman atau binatang

4. Dampak Perkembangan Anak Indigo


Karakteristik-karakteristik unik yang dimiliki anak Indigo membuat mereka berbeda dan sering
dipandang “aneh” oleh orang biasa. Hal inilah yang membuat anak-anak Indigo mengalami masalah
terutama dalam hubungannya dengan orang lain. Tiga masalah yang seringkali terlihat dalam
kehidupan anak Indigo (Gerard dalam Mangunsong, 2011), adalah:
1. Anak indigo menuntut perhatian lebih dan merasa bahwa hidup terlalu berharga untuk dilewati
begitu saja. Biasanya menginginkan hal-hal tertentu terjadi dan seringkali memaksakan situasi
upaya sesuai dengan harapan mereka. Orang tua seringkali jatuh dalam “jebakan” ini dengan
memilih untuk mengikuti keinginan anak mereka daripada menjadi role model atau berbagi
dengan anak. Ketika ini terjadi, maka hampir dapat dipastikan bahwa anak akan mengikuti orang
tuanya kemanapun seakan tidak dapat dilepaskan, dengan kata lain akan terbentuk insecure
attachment.
2. Anak indigo seringkali merasa dikecewakan oleh teman-temannya yang tidak memahami
fenomena indigo. Mereka mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan anak-anak lain.
Mereka sebenarnya mau membantu teman yang kesulitan, tetapi tawaran membantu tersebut
sering ditolak.
3. Anak indigo sering dicap sebagai anak yang mengalami ADHD atau bentuk-bentuk hiperaktivitas
lainnya. Hal ini dapat membuat anak merasa tidak mampu dan tidak menyadari kelebihan-
kelebihan dalam dirinya.
PSIKOLOGI ANAK
KHUSUS
Dr. Aski Marissa, Psikolog
Tujuan
Agar mahasiswa memiliki pengetahuan
mengenai berbagai kondisi khusus pada anak
dan faktor-faktor psikopatologis yang dominan
serta mengenal gejala-gejala yang menyertai
kondisi-kondisi khusus tersebut serta mengenal
penanganannya secara umum
Tahap Perkembangan
PRENATAL
INFANCY
EARLY CHILDHOOD
MIDDLE AND LATE CH.
ADOLESCENT
EARLY ADULTHOOD
MIDDLE ADULTHOOD
LATE ADULTHOOD
Pengertian Normal dan Abnormal
WHO
• Sehat itu adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik,
mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata
berupa absennya penyakit atau keadaan lemah tertentu.
• Abnormal adalah orang yang tingkah lakunya sangat
berbeda dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
ATAU pelanggaran norma sosial.
• Anak yang tidak normal atau abnormal biasa disebut anak
dengan kebutuhan khusus (ABK)
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
• Anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar Biasa (Suran
dan Rizzo, 1979)
 Anak yang secara signifikan berbeda dalam
beberapa dimensi yang penting dari fungsi
kemanusiaannya.
 Secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial
terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan
dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka
yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat,
mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi
mental, gangguan emosional.
• Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi tinggi,
dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa,
karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga
profesional (Suran dan Rizzo, 1979).
Apakah Abnormal ?
1. Secara Statistik

Menggunakan pengukuran statistik dimana


semua variabel yang akan diukur didistribusikan
ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan
bentuk lonceng

KUTUB NEGATIF : KUTUB POSITIF :


Ex. Mental Retardasi Ex. Genius, Berbakat
2. Pelanggaran Norma

• Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan


konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi.
• Mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif
tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada
saat itu. Misalnya homoseksual di Amerika
3. Distress Pribadi

Perilaku dianggap abnormal apabila hal tersebut


menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu. Tetapi tidak semua penderitaan atau kesakitan
merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit
karena disuntik.
4. Disabilitas atau Disfungsi Perilaku

Individu mengalami
ketidakmampuan (kesulitan) untuk
mencapai tujuan karena
abnormalitas yang dideritanya.
Misalnya para penyandang
disabilitas
5. Yang Tidak Diharapkan

• Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu


bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi.
• Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas atau
seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan
keluarganya
• Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan
terjadi.
Menurut Davison & Neale (2001) perilaku abnormal
merupakan pola-pola emosi, pikiran dan perilaku yang
dianggap patologis karena satu atau lebih alasan berikut:
1. Jarang terjadi
2. Bertentangan dengan nilai/norma kelompok
3. Menimbulkan stres pribadi
4. Menunjukan adanya ketidakmampuan (disability)
5. Tidak diharapkan
PENYEBAB TINGKAH
LAKU ABNORMAL
Menurut berfungsinya :

1. Penyebab primer (primary cause)


Kondisi yang tanpa kehadirannya, suatu gangguan
tidak akan muncul.
Misal, virus pada suatu penyakit

2. Penyebab yang menyiapkan (predisposing cause)


Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi
kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dimasa
mendatang.
Contoh anak yang ditolak orang tuanya lebih rentan
terhadap tekanan hidup
Menurut berfungsinya : (Lanjutan)

3. Penyebab pencetus (precipitating cause)


Setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan
mencetuskan gangguan. Contoh kekecewaan pada
suatu peristiwa

4. Penyebab yang menguatkan (reinforcing cause)


Kondisi yang cenderung mempertahankan atau
memperteguh tingkah laku abnormal yang sudah terjadi.
Contoh : perhatian yang berlebihan pada seseorang
yang sakit

5. Sirkulasi faktor-faktor penyebab


Bisa disebabkan oleh serangkaian faktor (bukan tunggal)
Faktor Biologis
Berbagai keadaan biologis atau jasmani yang
dapat menghambat perkembangan maupun
fungsi pribadi dalam kehidupan sehari-hari (terkait
dengan otak dan fungsi sistem syaraf):
a. Gen (membawa sifat keturunan) 
PHENYLKETONURIA --Kelainan genetik Lack
of protein metabolizm Intelectual disability and
or hyperactivity
b. Toksin / drugs
c. Physical illness
d. Neurotransmitter
- Senyawa organik yang membawa sinyal diantara
neuron
- Penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf
dan pengendalian fungsi tubuh.
- Bahasa yang digunakan neuron diotak dalam
berkomunikasi
Neurotransmitter Fungsi Hubungan dengan
perilaku abnormal
Asetilkolin Mengendalikan kontraksi Jumlah yang kurang dari
otot dan pembentukan normal ditemukan pada
ingatan pasien Alzheimer
Dopamin Mengatur kontraksi otot Penggunaan berlebihan
dan proses-proses mental dari dopamin di otak
yang meliputi belajar, berperan dalam
ingatan dan emosi perkembangan skizofrenia
Norepinefrin Proses mental yang terlibat Ketidak seimbangannya
dalam belajar dan ingatan dkaitkan dengan gangguan
mood seperri depresi
serotonin Pengatur kondisi mood, Ketidakteraturan berperan
kepuasan dan tidur dalam depresi dan
gangguan makan
Faktor Psikososial
Trauma pada masa kanak- Deprivasi Parental
kanak

• Ex: Ketika anak • Kurangnya rangsangan


menyaksikan orangtuanya emosi dari orang tua
bertengkar, maka tidak seperti pelukan, pujian,
menutup kemungkinan ia ciuman dll
akan memutuskan untuk
tidak menikah karena ia
menganggap bahwa
pernikahan menimbulkan
penderitaan.
Hubungan orangtua dan
anak yang tidak sehat
Struktur keluarga yang tidak
• Pola asuh yang salah seperti sehat
terlalu mengekang, terlalu
membebaskan, atau contoh • Orangtua yang tidak paham
yang buruk dari orangtua yang dalam mendidik anak, orangtua
kemudian di tiru oleh sang anak yang antisosial seperti pengedar
narkoba/perampok, keluarga
yang tidak akur dan
Stres berat bermasalah, keluarga yang tidak
• Contoh : frustasi, merasa tidak utuh.
di perhatikan, konflik nilai,
tekanan kehidupan modern
Faktor Sosiokultural
• Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau
tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat
menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya
melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti :
• Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi
oleh kekerasan,
• Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi
menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang
dalam peperangan harus membunuh.
• Menjadi korban prasangka dan diskriminasi
berdasarkan penggolongan tertentu seperti
berdasarkan agama, ras, suku dll
PSIKOLOGI ANAK KHUSUS

Dr. Aski Marissa, Psikolog


Abnormalitas dari Sudut Pandang Biologis
Paradigma yang memandang bahwa jawaban
terhadap berbagai pertanyaan dalam abnormalitas
merupakan faktor tubuh manusia

Studi mengenai genetika dilandasi 4 metode dasar :


1. Metode keluarga
Mempelajari disposisi genetik diantara keluarga
Orang tua-anak, saudara sekandung memiliki
kesamaan gen 50 %
2. Metode anak kembar
Lebih besar presentasi kesamaannya pada
monozygotic twins dibandingkan dizygotic twins
Abnormalitas dari Sudut Pandang Biologis
(lanjutan)

3. Metode anak adopsi


Mempelajari anak yang diadopsi dan sepenuhnya
dibesarkan terpisah dari orang tua kandung.
4. Analisis hubungan
Lebih dari sekedar berupaya menunjukkan apakah
suatu gangguan memiliki komponen genetik, tetapi
berupaya juga merinci gen tertentu yang berperan.
Contoh, warna mata pada kromosom tertentu di
lokasi tertentu
Penanganan :

• Menggunakan obat-obatan tertentu, misal


valium untuk menurunkan tegangan.
• Modifikasi /Terapi perilaku
Abnormalitas dari Sudut Pandang Psikoanalisis

Struktur Kepribadian :
1. Id (kebutuhan dasar)
Pleasure principle, primary process
thinking
2. Ego
Reality, Secondary process thinking
(perencanaan & pengambilan
keputusan
3. Superego
Nilai-nilai
Gangguan terjadi jika ?

Bukan semata-mata karena dorongan id yang


tidak tercapai, namun lebih kepada ketakutan
jika mengekspresikan / menyalurkan dorongan
id

Memunculkan.....
Defense Mechanism
1. Represi
2. Pengingkaran (denial)
3. Proyeksi
4. Displacement
5. Rasionalisasi
6. Reaksi formasi
7. Sublimasi (impuls agresif
dan seksual)
Penanganan

1. Asosiasi bebas

2. Analisis mimpi
Abnormalitas dari Sudut Pandang Behavioristik

Paradigma yang memandang perilaku abnormal


sebagai respon yang dipelajari

JB. Watson
Classical Conditioning

Pavlov
Operant Conditioning

• Menekankan pada reinforcement


• 2 kelompok besar, yaitu perilaku
responden dan perilaku operant.
Modelling

• Social learning theory adalah teori


mengenai perilaku belajar manusia yang
pada intinya menganggap belajar
dilakukan secara internal oleh individu
dengan cara melakukan observasi
terhadap perilaku kelompok sosial, tidak
hanya berdasarkan respons akan stimulus
eksternal saja
• Melihat dan meniru perilaku
Penanganan

Terapi perilaku
1. Terapi perilaku kognitif
2. Terapi perilaku kognitif bermain
3. Desensitisasi sistematis
Dsb..
Abnormalitas dari Sudut Pandang Humanistik

Menekankan pada kebebasan


manusia untuk memilih

Paradigma bahwa abnormalitas


diakibatkan karena kurangnya
pencerahan
Penanganan

Client centered therapy

Manusia dapat bertanggung jawab atas dirinya


sendiri sekalipun ketika berada dalam masalah
Abnormalitas dari Sudut Pandang Kognitif

Kognitif berkaitan dengan


sensasi, persepsi,
pengalaman

Abnormalitas terjadi karena


adanya kesalahan dalam
mempersepsikan dan
memberi makna
Penanganan
Terapi kognitif atau terapi kognitif behavior

Aaron Beck
Albert Ellis
Sekarang ini...
• Gangguan pada anak-anak masuk dalam DSM
IV
• Beberapa jurnal mengkhususkan diri pada
anak-anak, misal Journal of Abnormal Child
Psychology, Journal of Clinical Child
Psychology
• Terdapat lapangan studi baru : Developmental
Psychopathology (mempelajari gangguan pada
anak dari perspektif perkembangan)
Mengapa ?

• Banyak psikopatologi yang dialami anak-anak (8 % –


22 % anak-anak mengalami gangguan perilaku,
emosi, dan belajar)
• Gangguan pada anak memiliki efek jangka panjang
• Banyak gangguan pada masa dewasa memiliki akar
dari masa kanak-kanak
• Dengan mempelajari gangguan ketika kanak-kanak,
maka diharapkan dapat dilakukan penanganan sejak
dini
Childhood stressors
• Maladaptive parenting
• Birth of a sibling
• Exposure to poverty
• Starting school
• Parental conflict and divorce
• Child abuse
Proses Asesmen
Proses mengumpulkan dan menginterpretasi informasi dari
berbagai sumber yang digunakan sebagai dasar untuk diagnosis

Tujuan asesmen klinis


• Diagnostic Classification
Untuk mengambil keputusan tritmen yang cocok, untuk
identifikasi gangguan psikologis
• Description
Gambaran kepribadian : interaksi indiv-lingk, kelemahan
(problem) & kelebihan (fungsi adaptif), dimensi kepribadian :
extraversion, stabilitas emosi
• Prediction
Membuat prediksi tentang perilaku manusia, memprediksi bahaya
Proses asesmen klinis
Menggambarkan proses mencari informasi utk mengenali
masalah & memecahkan masalah

Agar efektif, asesmen diatur dalam rangkaian yang sistematis

TAHAP-TAHAP PROSES ASESMEN

Planning Communi -
Collecting Processing
data Cating
assessment assessment
collection Assessment
data data
data
PLANNING FOR ASSESSMENT

• Apa yang ingin diketahui & bagaimana


mengukurnya ?
• Sejauh mana informasi dianggap cukup ?
• Merencanakan aspek-aspek yang akan
diungkap  Case study guide (identitas,
riwayat gangguan, latar belakang keluarga,
dsb)
COLLECTING ASSESSMENT DATA

• Data apa yang ingin diketahui ?


• Bagaimana kita mendapatkannya ?
• Sumber data asesmen:
Interview
Test
Observation
Life records
PROCESSING ASSESSMENT DATA

• Menentukan data apa yang berarti ?


• Transformasi dari data kasar ke interpretasi
• Mengkombinasikan antar data:
Hasil psikotes + penilaian “subjektif” 
memprediksi perilaku
COMMUNICATING ASSESSMENT DATA

• Data harus dapat dikomunikasikan, maka


dibuat laporan asesmen yang komunikatif
> Jelas
> Relevan dengan tujuan
Dimensi Perkembangan
• Fisik
• Emosi
• Sosial
• Inteligensi

Cara pengumpulan data


• Observasi
• Wawancara
• Tes (emosi, kognitif, sosial)
Psikologi Anak Khusus

&

Dr.Aski Marissa, Psikolog


Mata terdiri dari banyak bagian beberapa diantaranya,
kornea, iris, lensa, dan retina. Semua bekerja sama
dalam menangkap image dan cahaya.

Jika tidak bekerja dengan benar, maka penglihatannya


akan terganggu atau justru mengalami kebutaan
baik pada 1 mata atau pada kedua mata.
Klasifikasi blindness berdasarkan
kemampuan daya penglihatan

• Blindness ringan (defective vision/legally


blind/low vision)
Memiliki hambatan dalam penglihatan,
masih dapat melihat sedikit cahaya dan
bayangan dan masih mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan yang menggunakan
fungsi penglihatan.
• Blindness berat (totally blind)
Sama sekali tidak dapat melihat.
Penyebab
1. Pre natal
a. Keturunan
Perkawinan saudara dengan orang yang
memiliki gangguan penglihatan atau orang
tua yang tunanetra, biasanya retinitis
pigmentosa (kemunduran fungsi retina)
b. Pertumbuhan dalam kandungan
Gangguan ketika hamil, misal kekurangan
nutrisi, rubella, TBC, diabetes, toxoplasmosis
Penyebab (lanjutan)
2. Post natal
Saat persalinan terjadi benturan, terinfeksi bakteri,
prematur, mengalami penyakit mata yang
mengakibatkan kerusakan mata, seperti
xeropthalmia (kekurangan vitamin A), catarac (lensa
mata keruh), glaucoma (meningkatnya cairan bola
mata), diabetik retinopathy (diabetes), kecelakaan,
dll
Karakteristik yang biasa muncul

1. Fisik
• Mata juling
• Sering berkedip
• Menyipitkan mata
• Kelopak mata merah
• Mata infeksi
Karakteristik yang biasa
muncul (lanjutan)

• Gerakan mata tak beraturan dan cepat


• Mata selalu berair
• Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata
• Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata
(katarak) atau kornea (bagian bening di depan mata)
terlihat berkabut
Karakteristik yang biasa muncul
(lanjutan)

2. Perilaku
• Menggosok mata secara berlebihan
• Menutup mata sebelah, memiringkan kepala atau
mencondongkan kepala ke depan
• Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan
lain yang sangat memerlukan penggunaan mata
• Berkedip lebih banyak daripada biasanya
Karakteristik yang biasa muncul (lanjutan)

• Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi


• Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan
• Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama
tangan dan mata
• Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan
penglihatan atau memerlukan penglihatan jarak
jauh
Karakteristik yang biasa muncul (lanjutan)

• Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat


dekat
• Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar
• Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang
hari
• Memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih
tidak dapat melihat dengan jelas
Karakteristik yang biasa muncul (lanjutan)

• Mata gatal, panas atau merasa


ingin menggaruk karena gatal
• Banyak mengeluh tentang
ketidakmampuan dalam
melihat
• Merasa pusing atau sakit
kepala
Karakteristik yang biasa muncul (lanjutan)

3. Psikis
• Curiga terhadap orang lain
• Perasaan mudah tersinggung
• Ketergantungan yang berlebihan
Strategi Pembelajaran Bagi Blind Children

Didasarkan pada 2 pemikiran :


1) Upaya memodifikasi lingkungan
agar sesuai dengan kondisi anak
2) Upaya pemanfaatan secara
optimal indera-indera yang
masih berfungsi, untuk
mengimbangi kelemahan
Prinsip Dalam Pembelajaran Blind Children

1. Individual
Perlu diperhatikan perbedaan setiap
anak
2. Kekonkritan / pengalaman nyata
mendapatkan pengalaman secara
nyata dari apa yang dipelajarinya,
pengalaman penginderaan langsung
Prinsip Dalam Pembelajaran
Blind Children (lanjutan)

3. Totalitas
Multi sensory approach, yaitu penggunaan semua
alat indera yang masih berfungsi secara
menyeluruh mengenai suatu objek.
4. Aktivitas mandiri
Membuat anak menjadi mandiri, mengeksplor,
menemukan
KETULIAN (DEAFNESS)
Jenis ketulian
Tuli sebagian (hearing impaired)
Fungsi pendengaran berkurang, namun masih dapat
dimanfaatkan dengan atau tanpa bantuan alat dengar
Tuli total (deaf)
Pendengaran tidak dapat digunakan meskipun
mendapatkan perkerasan bunyi.
• Terdapat dua jenis kondisi yang dimiliki
oleh orang-orang tuli, yaitu sensorineural
hearing loss dan conductive hearing loss
1. Sensorineural hearing loss adalah
keadaan di mana seseorang kehilangan
pendengaran yang bersifat permanen
2. conductive hearing loss adalah keadaan
yang muncul ketika ada halangan atau
gangguan pada bagian telinga luar dan
tengah yang mencegah suara masuk ke
telinga bagian dalam.
Perkembangan pendengaran :
• Usia 0 – 4 bulan kemampuan auditorik terbatas, bersifat
refleks
• Usia 4 – 7 bulan memutar kepala ke arah bunyi, secara
horizontal, belum konsisten
• Usia 7 bulan kepala dapat diputar dengan cepat ke arah
sumber bunyi
• Usia 7 – 9 bulan mengidentifikasi sumber bunyi ke arah
samping dan bawah
• Usia 9 – 15 bulan mencari sumber bunyi dari sebelah bawah
• Usia 16 – 21 bulan mengetahui sumber bunyi dari samping,
atas, dan bawah
• Usia 21 – 24 bulan mampu melokalisir bunyi dari segala arah
dengan cepat
Curiga gangguan pendengaran jika (berkaitan
dengan perkembangan wicara)
• Usia 12 bulan belum dapat mengoceh atau
meniru bunyi
• Usia 18 bulan tidak dapat menyebut 1 kata
yang mempunyai arti
• Usia 24 bulan perbendaharaan kata kurang
dari 10 kata
• Usia 30 bulan belum dapat merangkai 2 kata
Penyebab
• Kelahiran prematur
• Berat lahir rendah
• Ketika lahir, kekurangan oksigen
• Kelainan anatomi pada kepala dan leher
• Pemberian obat dengan dosis yang terlalu
tinggi (Obat penghilang rasa sakit
seperti aspirin, ibuprofen, naproxen,
dan diklofenak
• Kecelakaan
Penyebab
• Keturunan
• Infeksi virus atau bakteri tertentu (Toxoplasma Rubella atau
campak, Herpes, dan Sifilis) pada ibu
• Melahirkan dengan di vacum

Penanganan
• Implantasi koklea
• Penggunaan alat bantu dengar
• Melatih Bahasa Isyarat
COMMUNICATION
DISORDER
Dr.Aski Marissa, Psikolog
Communication Disorder
a.produksi bahasa
(gangguan
phonological)
Communication b.kelancaran berbicara
disorder (gangguan (stuttering)
komunikasi) adalah c. penggunaan bahasa
sebuah istilah untuk komunikasi
diagnose yang (expressive language
menunjukkan disorder)
adanya penghambat d.menangkap apa yang
atau kesulitan pada: orang lain katakan
(mixed expressive-
receptive language
disorder).
Phonological
disorder Terjadi pada saat
anak kesulitan
mengendalikan
kecepatan
ucapannya, atau
lambat dalam belajar
mengartikulasikan
suara tertentu
Menurut DSM IV Phonological disorder
memiliki kriteria

A. Failure to use developmentaly


expected speech sounds that are
appropriate for age and dialect
(e.g., errors in sounds production,
use, representation, or organization
such as, but not limited to,
substitutions of one sounds for
another (use of/t/for target/k/
sound) or omissions of sounds such
as final consonants
B. The difficulties in speech sound
production interfere with
academic or occupational
achievement or with social
communication

C. If Mental Reterdation, a speech-


motor or sensory defocit, or
enviromental deprivation is present,
the speech difficulties are excess of
those usually associated with these
problems
Etiologi - Genetik
Penelitian anatomi dan neuroimaging
menunjukkan bahwa kekurangan dalam
phonological awareness berkaitan dengan
masalah dalam koneksi antara bagian di
dalam otak, bukan tidak berfungsinya salah
satu bagian otak (Lyon et al, 2003).
Otak Penelitian lainnya memberikan indikasi
bahwa performa yang lemah dalam
phonological awareness berhubungan
dengan kurangnya aktivitas otak dalam
bagian lobus temporal kiri. Hal ini
menunjukkan bahwa hambatan fonem
berasal dari kekurangan neurological atau
penyimpangan dalam sistem hemisfer kiri
yang berfungsi mengendalikan kemampuan
memproses fonem (Shaywitz, 2003; Tallal,
2003).
Ear Otitis media (middle
infection ear infection)

Home Ucapan orangtua dan rangsangan


environment bahasa berpengaruh besar terhadap
perkembangan bahasa anak.

Cognitive Mental Retardation


limitation

Neorological
Condition Cerebral Palsy
Treatment

Specialized
preschool

Home-based
parent training
Expressive Language Disorder
Menurut PPDGJ III Pedoman Diagnostik
Gangguan Berbahasa Ekspresif (F80.1):

A. Gangguan perkembangan yang khas,


dimana kemampuan anak dalam
mengekspresikan bahasa dengan
berbicara jelas dibawah rata-rata anak
dalam usia mentalnya, tetapi
pengertian bahasa dalam batas-batas
normal dengan atau tanpa gangguan
artikulasi
B. Meskipun terdapat variasi individual
yang luas dalam perkembangan bahasa
yang normal, tidak adanya kata atau
beberapa kata yang muncul pada usia 2
tahun dan ketidakmampuan dalam
mengerti kata majemuk sederhana pada
usia 3 tahun, dapat diambil sebagai
tanda yang bermakna dari
keterlambatan
C. Kesulitan-kesulitan yang tampak belakangan
termasuk:

Perkembangan Kesulitan dalam memilih dan


kosakata yang mengganti kata-kata yang
terbatas tepat
Penggunaan berlebihan dari
sekelompok kecil kata-kata
Memendekan ucapan umum
yang panjang
Kesalahan kalimat
Kehilangan awalan Salah atau gagal dalam
atau akhiran yang menggunakan aturan bahasa
khas seperti kata penghubung
D. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering
disertai dengan kelambatan atau kelainan
dalam bunyi kata yang dihasilkan

E. Penggunaan bahasa nonverbal (seperti


senyum, dan gerakan tubuh) dan bahasa
“internal” yang tampak dalam imajinasi atau
dalam permainan khayalan harus relatif utuh
dan kemampuan sosial tanpa kata-kata tidak
terganggu
F. Sebagai kompensasi dari
kekurangannya, anak akan berusaha
berkomunikasi dengan menggunakan
demonstrasi, lagak (gesture), mimik
atau bunyi yang non-bahasa
Mixed expressive-receptive
language disorder).

A. The scores obtained from a battery of


standardized individually administered
measures of both receptif and
expresive language development are
substantially below those obtained from Menurut DSM IV
standardized measures of nonverbal
intellectul capacity. Symptoms include
those for Expressive Language
Disorder as well as difficulty
understanding words, sentences, or
specific types of words, such as
spatial terms
B. The difficulties with receptive and
expressive language significantly interfere
with academic or occupational
achievement or social communication

C. Criteria are not met for a


Pervasive Developmental
Disorder

D. If Mental Retardation, a speech-motor or


sensory deficit, or enviromental deprivation
is present, the language difficulties are in
excess of those usually associated with
these problems
Stuttering

Menurut PPDGJ Gagap (stuttering)


(F98.5) memiliki kriteria:

A. Cara berbicara yang ditandai


dengan pengulangan suara atau
perpanjangan suku kata atau kata
atau sering gugup atau terhenti
sehingga mengganggu irama alur
bicara
B. Disritmia ringan dari gangguan ini sering
ditemukan sebagai fase transisi pada usia dini anak
atau sebagai pola bebrbicara yang ringan namun
berkelanjutan pada usia selanjutnya dan pada usia
dewasa harus digolongkan sebagai gangguan
hanya bila keparahannya sangat menggangu
kelancaran berbicara mungkin kondisi ini disertai
gerakan pada wajah dan/atau bagian tubuh
lainnya yang bersamaan waktu pengulangan atau
hambatan alur bicara. Tidak ditemukan gangguan
neorologis yang mendasari
C. Pada beberapa kasus dapat pula
disertai oleh gangguan perkembangan
berbicara atau berbahasa, dalam hal ini
maka harus diberi kode secara terpisah
dibahas kode F80/
Etiologi

Para peneliti meyakini bahwa genetic adalah


faktor yang paling kuat dalam stuttering.
Andrew dkk (1991) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa faktor keturunan
memiliki kontribusi sebesar 71% dalam
penyebab stuttering. Sementara 29% berasal
dari faktor lingkungan. Reinforce, imitasi,
dan stress
Treatment

Treatment yang paling tepat adalah


mengajarkan orangtua bagaimana berbicara
secara perlahan dengan anak yang mengalami
stuttering, gunakan kalimat pendek dan
sederhana, serta hilangkan tekanan kepada
anak terutama yang melalui ucapan.
Cerebral Palsy
Dr. Aski Marissa, Psikolog
Sebagai orangtua, Anda pasti sering membanggakan ‘prestasi’ apa saja yang berhasil diraih oleh anak Anda.
Mulai dari kata pertamanya hingga kapan ia mulai berjalan untuk pertama kali. Rasa-rasanya semua anak pasti
mengalami tahapan demikian dan dapat dengan mudah melewatinya.

Namun, tahukah Anda, bahwa bagi anak penyandang Cerebral Palsy / CP, memulai langkah pertama atau
mengucapkan kata pertama adalah ‘perjuangan’ yang cukup berat?
Apa itu Cerebral Palsy ?
Cerebral Palsy / Lumpuh Otak
• Gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh.
• Disebabkan oleh gangguan perkembangan otak, yang
biasanya terjadi saat anak masih di dalam
kandungan.
• Gangguan perkembangan otak ini juga dapat terjadi
ketika proses persalinan atau dua tahun pertama
setelah kelahiran.
• Permanen
• rubella (campak Jerman),
• cytomegalovirus (virus
Pendarahan waktu hamil herpes),
trauma / infeksi • toksoplasmosis (infeksi
keguguran yg sering disebabkn o/ parasit yg
usia ibu yg sudah lanjut dapat dibawa dlm kotoran
pd waktu melahirkan kucing atau daging yg tidak
anak cukup matang),
• kehamilan yg terkena
paparan radiasi yg berlebih

• Lahir prematur
1/3 dari bayi cp biasanya lahir sebelum usia kehamilan
ibu menginjak 37 minggu, 10% terjadi pd bayi yg lahir
usia kehamilan < 28W,
• HIPOKSIS ISKEMIK ENSEFALOPATI
Saat lahir , bayi dalam keadaan tidak sadar, bahkan
tidak menangis dan justru mengalami kejang hingga
kekurang oksigen ke otak sehingga jaringan otak rusak
• KELAHIRAN YG SULIT .
bayi lahir lama, karena kepala bayi lebih besar dr
panggul ibu
• Penyakit tubercolosis
• ASFIKSIA
• Radang selaput otak
• Head trauma
• kejang berulang
• Keracunan arsen / karbon
-
monoksida
Jenis-Jenis Cerebral Palsy

• Spastik 70-80% (kerusakan di cortex motorik otak


besar)
• Ataksik 6% (kerusakan di otak kecil)
• Diskinetik 6% (kerusakan di ganglia basalis)
• Campuran kerusakan di beberapa tempat
(kombinasi)
Bentuk-bentuk kelainan Spastisitas
1. Spastik Monoplegia
Monoplegia merupakan jenis kondisi
kelumpuhan yang memengaruhi anggota
tubuh terutama salah satu tungkai dan
salah satu lengan

2. Spastik Hemiplegia
Hemiplegia berasal dari dua kata, yakni
“hemi” yang memiliki makna setengah dan
“plegia” yang memiliki arti lumpuh; jika
dikombinasi maka hemiplegia juga dapat
diartikan sebagai kondisi setengah lumpuh
3. Spastik Diplegia
Kondisi ini menimbulkan spastik pada kedua pergelangan
kaki. Pada kaki ditemukan penampakan scissoring posture
dimana kedua kaki bengkok kedalam.
4. Spastik Quadriplegia
Kondisi ini merupakan jenis cerebral palsy yang kronis
dengan ketidakseimbangan motorik ekstrimitas atas dan
bawah, kejang, dan gangguan mental.
CP Ataksik
• Cerebral palsy ataksik adalah kondisi yang memengaruhi seluruh
tubuh sehingga anak memiliki masalah keseimbangan dan
koordinasi.
• Anak tampak memiliki pergerakan yang lambat dan tidak terkendali
serta bentuk otot yang buruk yang membuat mereka sulit duduk
tegap dan berjalan
CP Diskinestik
Jenis ini adalah serebral palsi yang paling umum kedua. Gejalanya meliputi
berikut ini.
 Dystonia, yakni anak melakukan gerakan berulang dan memutar.
 Athetosis, yaitu gerakan menggeliat.
 Chorea, yakni gerakan anak yang tidak terduga dan sulit dikendalikan.
 Sulit menelan dan bicara.
 Postur tubuh yang buruk.
Masalah-masalah yang dihadapi CP
•Beberapa anak yg memiliki CP sedikit pincang atau sulit berjalan.
•Anak yg memiliki bentuk parah dari CP lebih cenderung punya
masalah lain:
- Kejang
- Cacat intelektual
- Gangguan pendengaran
- Gangguan penglihatan → mata juling
- Mengalami kesulitan untuk mengendalikan kandung kemih
sehingga sulit untuk menahan air kencing
- Memiliki respon yang abnormal thdp sentuhan/rasa nyeri
- Gangguan makan pada bayi seperti kesulitan menelan
(disfagia)
Masalah-masalah yang dihadapi CP (Lanjutan)
- Mengeluarkan air liur terus menerus atau “mengences”
- Kelainan pada bentuk tulang, khususnya pada tulang pinggul
dan tulang belakang (skoliosis)
- Mudah mengalami dislokasi / cedera pada sendi
- Mengalami penyakit asam lambung
CIRI BAYI DENGAN KONDISI CP
1. Bayi usia di bawah 6 bulan
• Secara umum, berikut tanda atau gejala cerebral palsy yang muncul pada bayi di bawah 6 bulan.
 Tidak mengangkat kepala ketika Anda menarik tangannya.
 Tubuhnya terkulai lemas.
 Saat dipeluk, tubuhnya menjauhi Anda.
 Saat tubuhnya diangkat, kaki menjadi kaku dan bentuk kakinya bersilang.

2. Bayi di atas 6 bulan


• Untuk bayi di atas 6 bulan, berikut gejala serebral palsi.
 Mengulurkan hanya dengan satu tangan sambil mengepal.
 Sulit mengunyah makanan.

3. Bayi usia di atas 10 bulan


• Sementara itu, pada bayi usia 10 bulan, gejala CP yang mungkin terlihat yaitu berikut.
 Merangkak dengan posisi miring, mendorong pakai satu tangan dan kaki menyeret.
• Menggerakkan bokong dengan kondisi terduduk tanpa merangkak
ASSESMENT

• Dokter melihat adanya keterlambatan dalam


perkembangan bayi seperti terlambat duduk, berjalan,
dan berbicara. Tingkat keparahan penyakit ini baru
bisa diketahui jelas saat anak berusia tiga sampai
empat tahun.
• Untuk memastikan diagnnosis, dokter biasanya akan
melakukan serentetan tes seperti tes darah, CT Scan,
MRI, USG, EMG, dan lain sebagainya.
Terapi Cerebral Palsy
•Gizi
Nutrisi yg adekuat dpt menjaga status gizi normal
•Obat
Pemberian obat membantu dlm mengurangi kekakuan
serta kondisi medis lain sprt gang. tidur, gang. kemih
•Orthotic
Alat bantu dlm aktivitas sehari-hari
•Fisioterapi→ Meningkatkan kemamp. gerak
Terapi Cerebral Palsy (Lanjt)
• Terapi okupasi →membantu pasien menangani kesulitan
dalam beraktivitas, misalnya mandi atau berpakaian.
Terapi ini akan sangat membantu meningkatkan
kepercayaan diri dan kemandirian pasien.
• Terapi bicara → diperuntukkan bagi pasien cerebral
palsy yang mengalami gangguan bicara.
• Psikologis → Motivasi & Support mental kpd pasien &
ortu mengenai kondisi pasien
Pencegahan resiko untuk CP
1. Kesehatan ibu hamil
• Tanpa disadari, paparan zat kimia berbahaya bisa menjadi racun ketika sedang hamil dan secara
signifikan meningkatkan risiko cerebral palsy pada bayi.
• Infeksi yang perlu menjadi perhatian di antaranya sebagai berikut:
 Herpes saat hamil yang ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan.
 Ibu mengalami cedera atau infeksi selama kehamilan.
 Gangguan kehamilan yang membuat janin tidak mendapatkan cukup oksigen di dalam kandungan.
 Ibu yang mengalami infeksi zika (toksoplasmosis) bisa menyebabkan ukuran kepala anak lebih kecil dari
normal (mikrosefali/mikrosefalus) dan bisa menyebabkan cerebral palsy.
 Sementara untuk infeksi parasit toksoplasmosis umum ditemukan dalam makanan yang tidak matang,
atau terpapar sesuatu yang terkontaminasi tanah, juga kotoran kucing.
.
2 Penyakit bayi baru lahir

Selain faktor kesehatan dan kondisi ibu, penyakit yang diderita bayi ketika baru lahir juga bisa
meningkatkan risiko cerebral palsy adalah berikut ini.
 Bakteri meningitis.
 Pendarahan pada otak.
• Kondisi perdarahan otak disebabkan karena bayi mengalami stroke di dalam rahim.
• Sementara itu, infeksi bakteri meningitis menyebabkan peradangan pada selaput yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang

3. Faktor kelahiran
Risiko serebral palsi meningkat karena faktor kelahiran, beberapa di antaranya sebagai berikut.
 Kondisi bayi sungsang.
 Berat badan lahir rendah (BBLR).
 Bayi kembar.
 Bayi lahir prematur.
• Jika bayi lahir prematur di usia kandungan kurang dari 28 minggu, risikonya untuk mengalai cerebral
palsy lebih besar. Semakin awal lahir, semakin besar risikonya terkena serebral palsi.
• Sementara itu, bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5 kiogram (kg) berisiko tinggi terkena CP.
Bahkan, kemungkinan semakin besar ketika berat badan lahir ikut turun.
anak penderita cerebral palsy yang
akhirnya anak ini bisa lepas dari kursi
roda, bisa jalan dengan digandeng
ibunya. Itu sebuah pencapaian yang
banyak sekali,"
INTELECTUAL DISABILITY
(MR)
WHAT’S INTELLECTUAL
DISSABILITY?
“Keterbatasan yang significant dalam berfungsi, baik secara inteletual maupun
perilaku adaptif yang terwujud melalui kemampuan adaptif konseptual, sosial,
dan praktikal.

Menurut American Association of Mental Retardation (AAMR) retardasi mental atau


disabilitas intelektual merupakan suatu bentuk ketidakmampuan atau disabilitas dari
fungsi intelektual di mana kemampuan berperilaku adaptif dan menyesuaikan diri.
• Disabilitas intelektual dikenal sebagai istilah Mental Retarded (MR) /
Tunagrahita
• Sekitar 1 - 3 % penduduk Indonesia menyandang kondisi disabilitas
intelektual.
• Kemampuan bina bantu dirinya rendah sprt berpakaian secara mandiri,
kemandirian makan & minum, komunikasi sehari-hari, ketidakmampuan
orientasi thdp lingkungan (konsep arah jln pulang), ketidakmampuan konsep
waktu & uang, pemahaman aturan sosial & tata krama
 Mengalami keterlambatan mengikuti benda
bergerak dgn mata, bayi tampaknya tidak peduli
thdp lingkungannya
 Memasukkan benda ke mulut
 Kurang perhatian dan konsentrasi
 Keterlambatan berbicara, perhatian terhadap
sekitar, kecepatan berespon
 Prestasi akademik yang rendah
Apa penyebab retardasi mental?
• Sindrom genetik, seperti Down syndrome dan fragile X
syndrome.
• Gangguan saat kehamilan, yaitu hal-hal yang dapat
mengganggu perkembangan otak bayi, seperti konsumsi
alkohol atau obat-obatan, malnutrisi atau infeksi.
• Gangguan saat persalinan, seperti apabila bayi
kekurangan oksigen ketika lahir atau lahir sangat
prematur.
• Penyakit atau cedera saat masih anak-anak,
seperti meningitis, batuk rejan atau campak, trauma
kepala yang parah, hampir tenggelam, malnutrisi, atau
paparan terhadap zat beracun.
• Faktor sosial, seperti stimulasi anak dan daya tanggap
orang dewasa terhadap anak, serta kurangnya
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELECTUAL
DISABILITY

FAKTOR GENETIK SINDROM GEN X YANG RAPUH


DOWN'S SYNDROME

PRENATAL ILLNESSES & ISSUES  JANIN SINDROM ALKOHOL


 IBU MENGALAMI INFEKSI / SAKIT
 LAHIR CACAT

 MENINGITIS : INFEKSI AKUT YG


CHILDHOOD ILLNESSES & INJURIES MENGENAI SELAPUT MENINGEN
 ENSEFALITIS: INFEKSI AKUT YG
MENGENAI JARINGAN OTAK & SELAPUT
OTAK
 MENGALAMI SAKIT SAAT ANAK2 & DI
TREATMEN SECARA TIDAK MEMADAI

ENVIRONMENTAL FACTORS  DIABAIKAN SAAT MASIH BAYI


 MALNUTRITION
 KURANG MATANG / KEDEWASAAN
ORANG TUA → ABUSE
Intelligence Quotient
Umumnya untuk mengetahui tingkat
retardasi dilakukan dengan
pengukuran IQ

Pengukuran IQ
•WISC (Wechsler Intelligence Scale
Children)

•Stanford Binet Intelligence Scale

Skor rata-rata IQ individu pada


umumnya 100

Individu yg mengalami disabilitas


intelektual 85% pd tahap ringan
Mild Intellectual Dissability

IQ antara 53– 69
Educable / moron / pikiran lemah
•Mampu mengembangkan kecakapan sosial, komunikasi
•Mampu berdikari dlm mengurus diri
• Bisa dalam membaca dan menulis
•Lebih mampu mengerjakan pekerjaan praktis
dibandingkan kerja akademik
Moderate Intellectual Dissability

IQ antara 38 – 52
Trainable / imbesil / oligofrenia
(kemunduruan mental) sedang
•Mengurus diri & kecakapan motorik
terlambat, sebagian mereka bahkan
memerlukan supervisi seumur hidup
•Kemajuan sekolah juga terbatas
•Dpt melakukan pekerjaan praktis yg
sederhana, jika pekerjaan terstruktur
secara hati2 & diberikan supervisi yang
baik
Severe Intellectual Profound Intellectual
Dissability Dissability

IQ antara 22 – 37 IQ antara < 22


• Sedikit /tidak mampu •Sedikit /tidak mampu
berkomunikasi dalam bentuk berkomunikasi dalam bentuk
bahasa bahasa
• Butuh bantuan mengurus diri •Butuh bantuan mengurus diri
• Ditemukan mengalami cacat sepanjang hidup
fisik •Ditemukan mengalami cacat fisik
yang parah
•Memiliki masa hidup yg pendek
Klasifikasi Disabilitas intelektual
Mild Moderate Severe Profound

IQ Range 53 - 69 38 - 52 22 - 37 < 22

Kemampuan
untuk merawat Dapat mandiri Butuh bantuan Terbatas Terbatas
diri
Bahasa Bisa Terbatas Dasar / none Dasar / none

Membaca & Bisa Dasar Minimal / none Minimal / none


Menulis
Kemampuan Semi-skilled Unskilled, need Supervised Supervised
utk bekerja supervised basic task basic task

Kemampuan Normal Moderate Sedikit Sedikit


Sosial
Masalah Fisik Jarang Kadang-kadang Pada umumnya Pada umumnya

Kemampuan kelas 6 atau Kelas 2 atau 3 - -


Akademik lebih
UPAYA PENANGGULANGAN

Keluarga Sekolah
• Pertemuan antar orang tua
(mother child group)
• Home based individualized teaching • Fasilitas lebih baik
programmes • Memperluas kesempatan
• Strategi belajar yang tepat
• School based parents workshop
belajar
• Hubungan saudara kandung •Terintegrasi
• Pendekatan secara
individual
• Peningkatan tenaga
guru
INTERVENSI

• Anak diberikan pendidikan inklusif dan pengajaran mengenai


kemampuan-kemampuan yg berguna serta penekanan pada bina
diri.
• Merubah perilaku anak dgn dasar behavior modification
STRATEGI PENYUSUNAN KURIKULUM

Anak tunagrahita ringan Anak tunagrahita menengah


Isi kurikulum (kuantitatif) sama, Isi kurikulum baik kuantitas
namun secara kualitatif sedikit maupun kualitasnya lebih rendah
lebih rendah dibanding anak daripada anak-anak normal,
normal lainnya, Bobot latihan keterampilan
Dapat ditambah dengan disarankan lebih banyak.
berbagai latihan keterampilan.

Anak tunagrahita berat


Orientasi isi pengajaran pada lingkungan di
dekatnya,
Penekanan pada latihan keterampilan,
Terapi integrasi.
ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

DR. ASKI MARISSA, PSIKOLOG


ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Gangguan perkembangan pada anak yang


ditandai dengan rendahnya konsentrasi dan
aktivitas anak yang berlebihan
ADHD

 ADHD di Indonesia belum diketahui secara pasti disebabkan penelitian yang terbatas (lebih
banyak dilakukan di Jakarta)

 dilaporkan yang mengalami ADHD di Jakarta sebesar 4,2%, paling banyak ditemukan pada
anak usia sekolah dan pada anak laki-laki.
 Di Bali laporan mengenai besaran kejadian ADHD hanya bersumber dari laporan kasus di
poliklinik atau pusat terapi tumbuh kembang anak.
 Selama tahun 2012, jumlah pasien ADHD yang berkunjung ke poliklinik Tumbuh Kembang RSUP
Sanglah sebanyak 63 orang.
 Jumlah kunjungan anak ADHD di Pusat Terapi Anak dan Sekolah Kebutuhan Khusus
Pradnyagama Denpasar selama tahun 2012 mencapai 150 anak. Dari 150 anak tersebut
sebanyak 50 anak masih melakukan terapi di Pradnyagama.
Faktor Resiko Penyebab ADHD

 Penyebab pasti terjadinya ADHD belum ditemukan namun


dapat meningkatkan resiko terjadinya ADHD pada anak:
 Di masa kehamilan ibu mengkonsumsi zat-zat berbahaya
seperti misalnya drugs, alkohol, ataupun tembakau/merokok
 Genetik
 Neurologis (abnormal pada fungsi otak)
 Kelahiran prematur
 Berat bayi lahir rendah
Identifikasi ADHD

 Pertama: Kesulitan dalam pemusatan perhatian.


Mudah teralihkan dgn stimuli yg muncul di
lingkungan sekitarnya sehingga tdk dpt bertahan
lama dalam melakukan suatu aktivitas.
 Kedua: Melakukan sesuatu berdasarkan dorongan
dari dalam sehingga berperilaku secara spontan
tanpa berpikir panjang
 Ketiga: tidak mampu mengontrol dan melakukan
koordinasi dalam aktivitas motoriknya, sehingga
tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan
tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus
tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk memusatkan
perhatian.
Apa yang harus dilakukan jika anak
mengalami ADHD?
Treatmen Tambahan lainnya

Dapat melakukan Yoga ataupun Reiki


karena keduanya dapat memberikan efek
manfaat yang sama
PSIKOLOGI ANAK KHUSUS
Di identifikasi pada tahun 1943
Oleh psikiater, Leo Kanner
2 ciri penting, yaitu
suka menyendiri dan tidak suka akan
perubahan
Autism Spectrum Disorders (ASD)
 gangguan perkembangan yang sangat kompleks
pada anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum
anak itu mencapai usia tiga tahun.
 Dapat dikenali melalui beberapa gejala, yakni :
hambatan dalam komunikasi, interaksi sosial dan
organisasi perseptual.
 Simptom-nya dapat bervariasi tingkat
keparahannya. Dari ringan (mild) sampai berat
(severe).
 Prevalensi autisme meningkat dengan sangat
mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Menurut Autism
Research Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada
tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak.

 Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan pada tahun


2005 sudah menjadi 1:160 anak.

 Di Indonesia belum ada data yang


akurat oleh karena belum ada pusat
registrasi untuk autisme. Namun
diperkirakan angka di Indonesia
mendekati angka di atas.

 Autisme lebih banyak terjadi pada


pria daripada wanita, dengan
perbandingan 4:1
FAKTOR PENYEBAB AUTISME
1. Gangguan susunan saraf pusat
Adanya kelainan neuroanatomi (anatomi susunan
saraf pusat) pada beberapa tempat di dalam otak.

Infeksi di saat kehamilan : Ibu terkena herpes, Rubella,


Toxoplasmosis

2. Gangguan sistem saraf pencernaan


Ada hubungan antara gangguan pencernaan dengan
gejala autis (kekurangan enzim sekretin).
LANJUTAN
FAKTOR PENYEBAB AUTISME
3. Peradangan dinding usus
Berdasarkan pemeriksaan endoskopi (peneropongan usus)
sejumlah anak autis yg memiliki pencernaan buruk. Di
duga peradangan disebabkan virus, kemungkinan virus
campak.

4. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun,
gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi
banyak gen. Bisa saja autisme tidak muncul, meski anak
membawa gen autisme.
LANJUTAN
FAKTOR PENYEBAB AUTISME
5. Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada
rambut dan darah ditemukan kandungan logam berat
beracun pada banyak anak autis.
6.Vaksinasi MMR (measles, mumps dan rubella).
- Zat pengawet pada vaksin ini (thimerosal) dianggap
bertanggungjawab menyebabkan autisme
- Namun di bantah oleh pemerintah hingga saat ini
FAMILY STRES
Mempunyai anak autis dapat menimbulkan stres
karena orang tua dihadapkan permasalahan anak
seperti :
Masalah perilaku anak

Masalah kemampuan anak

Masalah pendidikan dan terapi

Masalah biaya yang diperlukan


Masalah hubungan dengan anggota keluarga yang
lain atau kurang adanya dukungan sosial yang
menyebab stres
DIAGNOSIS AUTIS BERDASARKAN DSM IV
Harus ada sedikitnya 6 simptom dari:
A. Interaksi Sosial (minimal 2):
1.Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka,
posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
2.Kesulitan bermain dengan teman sebaya
3.Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
4.Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah

B. Komunikasi Sosial (minimal 1):


1.Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal
2.Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
3.Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip
4.Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi sosial

C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1):


•Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan
berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
•Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
1.Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat
terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda
The Bottom Line
Autism is a developmental disability that affects a
child’s communication, social interaction skills, and
patterns of behavior.
Strengths of Individuals with
Autism:
 Strong visual performance skills
 Ability to learn and follow routines
 Focused attention related to special
interests
 Rote Memorization skills (Menghafal).
 Honest
Bagaimana Intelegensi Anak Autisme
?
 Tingkat intelegensi pd anak autisme
beragam macamnya, dari yang
terendah hingga superior dengan non-
verbal cognitive skills.
 Perkiraan sekitar 50% individu yg
mengalami ASD mengalami
intellectual disability
Deteksi Dini
Usia 0 - 6 Bulan:
- Bayi jarang menangis
- Terlalu sensitif, cepat terusik
- Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
- Tidak ada “babbling”
- Tidak ada senyum di atas 10 minggu
-Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Usia 6 - 12 Bulan:
- Badan dikakukan jika digendong
- Tidak mau bermain sprt ciluk ba (tidak ada respon)
- Tidak mengeluarkan kata
-Tidak tertarik pd boneka namun lebih tertarik pd benda 2
sprt botol, kertas, karet dll
- Suka memperhatikan tgn sendiri / mengelus 2 tgn
- Adanya keterlambatan baik motorik halus maupun kasar
Deteksi Dini (Lanjutan)
Usia 2 - 3 Tahun
- Tidak tertarik utk bersosialisasi dgn anak lain
- Lebih tertarik melihat benda dibandingkan dgn orang
- Kontak mata tidak ada / terbatas
- Kaku bila digendong
Usia 4 - 5 Tahun
- Sering ekolalia (membeo)
- Suka mengeluarkan suara-suara yg aneh
- Marah jika rutinitas diganggu atau seharusnya berubah
- Menyakiti diri sendiri
- Temperamen (tantrum)/ agresif
Instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autisme:
1.Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-
kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada
pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi
berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi
terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal

2.The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme
pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan,
dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.

3.The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari
40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi
kemampuan komunikasi dan sosial mereka

•The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak
usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3
bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
BANTUAN DETEKSI MEDIS
 PENDENGARAN:
Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan Audiogram (frekuensi bunyi) dan Timpanometri
(memeriksa telinga bagian tengah).

 ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG):
Utk memeriksa gelombang otak

 SCREENING METABOLIC:
Memeriksa darah, rambut & feses utk melihat metabolisme
makanan di dlm tubuh & pengaruhnya pd tumbuh kembang anak.

 MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN COMPUTER ASSITED AXIAL


TOMOGRAPHY (CAT SCAN):
Melihat apakah ada kelainan struktur otak

 Pemeriksaan darah untuk melihat kelainan genetik


Beberapa penelitian menemukan adanya autisme pada pola DNA
dalam tubuh
BANTUAN OBSERVASI & WAWANCARA
Observasi
Mengobservasi langsung untuk melihat:
 Interaksi anak dgn orang di lingkungannya
 Melihat emosi anak
 bagaimana cara komunikasi anak
 Kemampuan kognitif anak
Wawancara
Melakukan wawancara dgn pengasuh/ orang tua:
 untuk mendapatkan informasi keseharian anak

Penilaian Fungsional & Penilaian dasar bermain


 7-annya untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi perubahaan PL
 Dpt mengetahui kebiasaan bljr anak & pola interaksi melalui penilaian
permainan

Rancangan intervensi/terapi
TERAPI

Biomedis
Mengatur pola makan dengan cara:
- Tidak minum susu
- Tidak makan makanan mengandung tepung2an
- Tidak memakan makanan yg membuat anak alergi
( Tes rambut, feses & darah)
Metode lovaas (ABA)
- Dikenal dgn metode ABA (Applied Behavior
Analysis)
- Mengajarkan kedisiplinan kpd anak (behavior
modification).
- Kepatuhan dan kontak mata kunci utama metode
ini
TERAPI ( Lanjutan)

Metode Kaufman (Son Rise)


- Membalikkan peranan/ orang tua masuk ke dalam dunia
anak utk mengamati perilaku anak.
- Peran orang tua sangat penting
- Penuh kasih sayang & kesabaran

Okupasi
Memberikan aktivitas kepada anak
CONDUCT
DISORDER
DEFINISI CONDUCT DISORDER

• Conduct disorder adalah suatu gambaran


perilaku berulang dan menetap dimana hak
dasar orang lain atau norma sosial yang
sesuai pada anak seusianya dilanggar,
perilaku tersebut menyebabkan gangguan
dalam fungsi sehari-hari baik di rumah atau
di sekolah (perilaku antisosial).
• DSM-IV-TR mendefinisikan Conduct
Disorder sebagai perilaku dengan
pola berulang dan terus-menerus
yang melanggar hak-hak dasar
orang lain atau norma-norma
sosial atau aturan yang berlaku.
• Tingkat keparahan dari perilaku antisosial ini dibagi menjadi:
1. Ringan (beberapa masalah perilaku dan menimbulkan
bahaya yang sedikit terhadap orang lain).
2. Sedang (masalah perilaku meningkat ke tingkat yang
lebih parah).
3. Berat (banyaknya atau masalah perilaku mereka
menyebabkan efek yang merugikan orang lain).
TANDA-TANDA KHAS DARI
CONDUCT DISORDER :
Gambaran perilaku anak remaja yang mengalami conduct
disorder terdiri dari 4 kelompok antara lain :
• Agresi fisik / mengancam yang diarahkan keorang lain /
binatang
• Merusak barang milik orang lain
• Perilaku tidak jujur, mencuri
• Pelanggaran yang serius terhadap norma sosial yang
sesuai dengan anak / remaja yang seusianya.
DEFINISI CONDUCT DISORDER

• Conduct disorder adalah suatu gambaran


perilaku berulang dan menetap dimana hak
dasar orang lain atau norma sosial yang
sesuai pada anak seusianya dilanggar,
perilaku tersebut menyebabkan gangguan
dalam fungsi sehari-hari baik di rumah atau
di sekolah (perilaku antisosial).
APA TANDA-TANDA ANAK YANG
MENGALAMI CONDUCT DISORDER ?
• Sering berbohong,
• Sering mengancam,
• Sering mengintimidasi/menekan/bulli terhadap teman atau orang lain,
• Sering memulai perkelahian fisik,
• Menggunakan senjata/benda yang menyebabkan bahaya fisik yang serius
bagi orang lain (misalnya, pemukul, batu, botol pecah dll),
• Menyakiti/kejam kepada orang lain atau teman,
• Menyakiti/kejam kepada binatang
• Mencuri dengan terang-terangan (menjambret, merampas)

• Mencuri secara sembunyi-sembunyi misalnya mengambil uang didompet orangtua, mengambil barang ditoko
secara sembunyi-sembunyi, pemalsuan dll

• Secara sengaja menimbulkan kebakaran

• Secara sengaja merusak barang milik orang lain (mencoret-coret dinding, mengores kendaraan dengan
benda tajam dll)

• Membongkar masuk kedalam rumah, bangunan, atau kendaraan orang lain

• Sering memanfaatkan orang lain dengan tujuan mendapat keuntungan atau menghindari kewajiban.

• Sering keluar pada malam hari tanpa tujuan yang jelas / nongkrong, walaupun dilarang orang tua.

• Sering kabur dari rumah.

• Sering membolos dari sekolah.


MASALAH PERILAKU &
PERILAKU ANTISOSIAL
• kenakalan merupakan bagian dari perkembangan yang normal.
• DSM IV menetapkan bahwa kategori harus digunakan hanya
dalam kasus-kasus dimana perilaku tersebut merupakan gejala
dari disfungsi yang mendasari secara langsung daripada menjadi
reaksi langsung terhadap lingkungan sosial. DSM IV
menunjukkan bahwa untuk membuat penilaian perilaku harus
dengan prosedur klinis dengan mempertimbangkan konteks
sosial ekonomi dimana masalah perilaku itu terjadi.
ETNIS DAN KELAS SOSIAL

• Konsistensi sosial menemukan bahwa gangguan perilaku


lebih umum terjadi di kalangan remaja dari golongan
ekonomi kurang mampu.
• Para peneliti banyak membicarakan tentang risiko yang
terkait dengan tumbuh dalam keadaan ekonomi yang kurang
mampu ketika ia menjelajahi konteks budaya. Begitu kelas
sosial dikendalikan, tidak ada lagi perbedaan etnis atau ras
dalam prevalensi gangguan perilaku.
TIPOLOGI DARI PERILAKU
ANTISOSIAL

• Onset Anak vs Onset Remaja


Gangguan pada usia sebelum 10 tahun terkait dengan agresi
terbuka dan kekerasan fisik, dan cenderung disertai dengan
berbagai masalah, seperti defisit neuropsikologi, kurangnya
perhatian, impulsif, dan kinerja sekolah yang buruk. Hal ini
sering terjadi pada anak laki-laki dan diprediksikan perilaku
antisosial ini terganggunya hubungan orangtua dan anak.
• Onset Remaja
Gangguan pada usia remaja menggambarkan diri mereka
yang mencari jati diri, terasing, tak berperasaan dan tidak
terikat terhadap orang lain dan keluarga. Mereka juga lebih
cenderung melakukan tindak kekerasan dan hukuman yang
tidak proporsional karena kejahatan seperti : penyerangan,
perkosaan dan penggunaan senjata mematikan.
MERUSAK / TIDAK MERUSAK
DAN TERBUKA / RAHASIA
• Frick dan koleganya (1993) mengidentifikasikan dua dimensi perilaku
yang berbeda. Dimensi pertama pada perilaku merusak atau tidak
merusak. Dimensi kedua pada perilaku terbuka atau rahasia. Mereka
juga menemukan bahwa ada tipe yang berbeda dalam onset umur.
Mereka yang terlibat dalam perusakan alat-alat properti
menunjukkan onset usia rata-rata 7,5 sementara mereka yang
menunjukkan perilaku pelanggaran status memiliki onset usia rata-
rata 9.
AGRESI PROAKTIF VS AGRESI
REAKTIF

• Reaktif atau pembalasan agresi, adalah reaksi defensif


terhadap ancaman yang dirasakan dan disertai oleh
kemarahan dan permusuhan.
• Proaktif atau instrumental agresi, tanpa alasan, berdarah
dingin, dan umumnya digunakan untuk kepentingan pribadi
atau untuk mempengaruhi dan memaksa orang lain.
• Anak dengan agresi reaktif lebih mungkin berasal dari
keluarga yang melecehkannya secara fisik, menjadi
temperamental, kemampuan hubungan interpersonal yang
rendah, keterampilan pemecahan masalah yang rendah, rasa
bermusuhan dan menolak secara sosial rekan-rekan proaktif
mereka. Anak dengan agresi proaktif menampilkan yang
sebaliknya.
PENGGANGGU

• Diawali dengan tindak bullying yang didapat saat sekolah,


anak menjadi korban dan menderita sakit hati, kecemasan
yang signifikan, masalah somatik, rendah diri, kurangnya
perhatian, dan bahkan dapat bunuh diri. Sedangkan dalam
beberapa kasus ada yang menyebabkan kebodohan sosial
seperti, ketidakmampuan sosialisasi, keterbatasan bicara dan
terasing dari rekan-rekannya.
SIFAT BERPERASAAN ATAU
TIDAK EMOSIONAL DAN
PSIKOPATI REMAJA
• Hare (1996), menemukan bahwa diantara mereka dengan perilaku
antisosial, ada bagian yang menunjukkan ciri-ciri kepribadian
psikopatik. Ciri-ciri ini mencakup perasaan (kurangnya penyesalan,
empati, atau rasa bersalah), ego, pesona dangkal, impulsif, emosi
dangkal, manipulativeness, dan tidak adanya hubungan yang bermakna.
• Psikopat adalah individu yang melakukan tindakan antisosial dan
lainnya, tidak keluar dari kebutuhan , mereka tidak merampok karena
mereka miskin atau menyerang keluar pada orang lain untuk
membela diri, tetapi karena mereka mendapatkan kesenangan dari
berburu atau memanipulasi orang lain.
KOMORBIDITAS DAN
DIAGNOSIS DIFERENSIAL.
• Perilaku antisosial sering terjadi dengan gangguan lainnya.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ODD
(Oppositional Defiant Disorder) adalah kategori diagnostik
yang paling sering dikaitkan dengan CD.
• Komorbiditas remaja dengan ADHD dan CD juga kalangan
yang paling terganggu. Mereka menampilkan tingkat yang
lebih tinggi dari agresi fisik, masalah perilaku yang lebih gigih,
prestasi sekolah yang rendah, dan penolakan lebih dari
rekan-rekan dari tipe "murni" perilaku antisosial.
• Gangguan belajar yang berhubungan dengan CD, terutama
gangguan membaca. Dalam beberapa remaja, masalah
pembelajaran dapat menyebabkan frustrasi, sikap oposisi, dan
perilaku di sekolah dan dengan demikian diagnosis perilaku
antisosial. Remaja dengan ADHD yang menduduki di antara
mereka yang memiliki keduanya melakukan dan gangguan
belajar, dan mungkin tumpang tindih gangguan ini dengan
ADHD yang menyumbang terjadinya kejadian mereka. Sebuah
variabel ketiga yang dapat menjelaskan hubungan ini merugikan
sosial ekonomi. CD juga terjadi dengan penyalahgunaan zat dan
dapat menjadi pelopor untuk itu,
ETIOLOGY
• The Biological Context
Moffit dan Lynam (1994): Temperamen mungkin memiliki pengaruh terhadap
CD.
• tipikal difficult temperament, memberi kecenderungan pada anak untuk memiliki
impulsifitas, kecenderungan cepat marah, dan juga menjadi overaktif.
• Genetis juga dipertimbangkan memiliki keterkaitan dengan CD, namun adanya
peran lingkungan yang membentuk perilaku anak juga tidak dapat disingkirkan.
• Konsumsi bahan-bahan berbahaya yang dapat membahayakan janin, meningkatkan
risiko anak memiliki perilaku agresif 10 tahun kemudian
• Bahan-bahan biokimia (yang terdapat pada tubuh) juga diperkirakan memiliki
hubungan dengan CD:
• Testosterone (pada hewan) menyebabkan perilaku agresif
• Serotonin dan Cortisol (pada manusia)
THE INDIVIDUAL CONTEXT
• Self-Regulation
penting untuk dapat berperilaku sesuai dengan norma dan juga mengontrol
perilaku impulsifnya sejalan dengan perkembangan usia
biasanya anak-anak usia pra-sekolah memiliki dorongan yang kuat untuk
memuaskan perilaku mereka yang agresif dan cenderung untuk menjadi egosentris,
maka diperlukan pengenalan pengendalian emosi diri.
diperlukannya ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak agar dapat terjadinya
internalisasi nilai-nilai orangtua pada anak
• Emotion Regulation
Anak-anak yang dalam keluarganya sering terjadi konflik, memiliki orangtua yang
buruk dalam aspek penanganan perilaku anak-anak
mereka sangat berisiko untuk gagal dalam mengembangkan strategi yang adekuat
untuk dapat mengatasi emosi negatif dan mengatur ekspresi yang mereka
tampilkan
• Prosocial Development: Perspective-Taking, Moral Development, and
Empathy
kemampuan untuk dapat melihat berbagai permasalahan dari sudut pandang yang
lain, merupakan suatu dasar yang penting untuk mengembangkan moral reasoning
dan empati
anak-anak yang dikategorikan “nakal” lebih tidak matang secara kognitif dalam hal
moral reasoning dan anak-anak dengan CD juga lebih tidak merasakan empati
• Social Cognition
• Eron dan Huesmann (1990):
hal yang mendasari perilaku agresi merupakan skema kognitif:
• sebuah panduan untuk menginterpretasikan dan melakukan respon terhadap kejadian-kejadian
yang berasal dari masa lampau dan digunakan sebagai panduan bagi perilaku dimasa mendatang.
• Substance Abuse
National Center on Addiction and Substance Abuse (2004):
• 4 dari 5 anak yang terjerat kasus karena tindakan kriminal memiliki catatan
sejarah pernah mengonsumsi bahan-bahan atau zat-zat terlarang, atau sedang
berada dalam pengaruh alkohol saat mereka melakukan aksinya tersebut
THE FAMILY CONTEXT

• Attachment
Insecure attachment yang dimiliki anak dengan orangtuanya diyakini memiliki
hubungan terhadap masalah perilaku yang dialami anak, seperti membantah dan
melakukan kekerasan
• Family Discord
Perselisihan dalam keluarga merupakan sumber yang sangat potensial untuk
memicu perilaku antisosial pada anak, terutama pada anak laki-laki (Shaw et al.,
1994).
• (Kruttschnitt & Dornfeld, 1993) menyatakan Anak-anak yang mengalami
kekerasan dalam rumahnya juga memulai berperilaku “nakal” pada usia lebih awal
dan melakukan perilaku melanggar yang lebih serius
• Vaden-Kierman dkk (1995) menemukan fakta bahwa anak laki-laki yang tumbuh
tanpa figur seorang ayah dalam rumahnya lebih cenderung untuk memiliki
perilaku agresif dibanding anak laki-laki yang tumbuh dengan kedua orangtua yang
lengkap.
• Stres dalam keluarga juga meningkatkan kecenderungan anak mengalami CD
• Parent Psychopatology

Konsumsi bahan-bahan/zat-zat terlarang oleh orang tua, terutama pada ayah,


diprediksi memiliki pengaruh pada CD yang dialami anak.

Depresi yang dialami ibu juga dihubungkan dengan masalah perilaku pada anak,
sebagaimana juga yang terjadi pada penyimpangan-penyimpangan yang lain
(Cummings & Davies, 1994a)
• Harsh Parenting and the Intergenerational Transmission of Agression
Eron dan Huesmann (1990) melakukan penelitian selama 22 tahun, dengan
mengumpulkan data dari 82 partisipan ketika mereka berumur 8 dan 30 tahun,
sehingga dapat dikoleksi data dari orangtua mereka dan anak yang berumur 8
tahun tersebut.

Keterkaitan terhadap perilaku agresif yang erat sangat jelas terlihat antara
kakek/nenek, orangtua, dan anak-anak. Dipercaya karena adanya modeling.
• Parenting Inconsitency and
Lack of Monitoring
sebuah inkonsistensi campuran antara kekerasan dan juga
kelalaian

Kelalaian dapat terlihat dalam beberapa kejadian yang


melibatkan kurangnya pengawasan orangtua.

kurangnya pengetahuan orangtua mengenai kegiatan anak dan


memberi peringatan kepada anak tempat mana saja yang boleh
dan tidak boleh dikunjungi juga beserta siapa anak boleh
bepergian
• Coercion Theory
Patterson melihatnya sebagai suatu perilaku negatif yang dilakukan seseorang dan
didukung atau diperkuat oleh orang lain

Patterson dkk (1982):


anak-anak dengan perilaku antisosial lebih cenderung untuk diberi reinforcement
positif oleh orangtua mereka, sementara orangtuanya secara tidak langsung
mendapatkan reinforcement negatif.
• Transactional Processes
Campbell (1997):
ibu yang mengalami stres menjadi lebih sulit dan negatif ketika berusaha untuk
melakukan coping pada perilaku anaknya yang impulsive dan tidak patuh.

Dumas, La Freinere dan Serketich:


anak-anak yang berperilaku agresif lebih cenderung untuk melakukan teknik
aversif dalam berperilaku, dan ibu mereka cenderung untuk merespon secara
tidak teratur/”sembarangan” dan gagal untuk membuat pembatasan terhadap
perilaku coercion yang lebih buruk yang dapat dilakukan sang anak.
• A Developmental Perspective on Parenting and Conduct Disorder
memfokuskan pada masalah attachment pada masa-masa awal perkembangan anak,
mulai dari lahir hingga umur dua tahun (Shaw Bell (1993; et al., 2000)).

perawatan yang tidak konsisten dan meragukan, orangtua yang tidak


responsif/cekatan dapat menyebabkan perkembangan dari perilaku anak yang
lekas marah, impulsif, dan juga menjadikan anak memiliki tipikal difficult
• Specificity of Parenting Effects
Kim dkk (2003):
dari sampel 897 anak-anak amerika keturunan Afrika dan membedakan mereka
dalam dua kelompok, yang berumur 10 dan 12.

anak-anak yang mengalami CD dan Depresi menerima perawatan yang lebih tidak
memadai dari orangtuanya dibandingkan dengan anak-anak yang hanya mengalami
depresi.
THE SOCIAL CONTEXT
• pada anak usia pra-sekolah, dipercaya berhubungan dengan peer
rejection/penolakan oleh kawan sebaya.
• saat anak yang berperilaku agresif mungkin dikucilkan/ditolak oleh rekan-
rekannya yang berperilaku prososial, mereka condong untuk diterima di
kelompok teman sebaya yang antisosial yang dapat mentolerir atau memaklumi
masalah perilaku yang dialami.
• Menyebabkan anak menjadi lebih nyaman menghabiskan waktu dengan
kelompoknya tersebut
THE CULTURAL CONTEXT

• The Neighborhood
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang erat dengan kemiskinan dan
kekerasan lebih cenderung untuk mengembangkan perilaku antisosial dan CD
(Osofsky, 1995).
• Secara jelas, budaya geng pada daerah pelosok kota menyediakan alternative bagi
para pemuda yang mungkin berpikir harus bergabung untuk dapat “selamat”.
• Peneliti mengumpulkan data dari 294 anak laki-laki amerika ketrurunan afrika
dan juga yang berasal dari Amerika Latin, yang dipantau perkembangannya setiap
tahun selama 6 tahun.
• Hasilnya menunjukkan bahwa pengasuhan yang baik oleh orangtua dapat
menurunkan tingkat efek dari disorganisasi komunitas.
• Ethnicity
Pada anak-anak Amerika keturunan Afrika versus anak-anak Amerika keturunan
Eropa, ditemukan anak-anak Amerika keturunan Afrika lebih banyak yang tinggal
di kawasan yang terpisah (secara sosial), yang dicirikan dengan tingginya angka
kejahatan, kurangnya sumber-sumber penghidupan yang layak, dan juga
kemiskinan.
• School Environment
Ketika anak merasa dikucilkan di sekolahnya, baik oleh guru maupun oleh teman-
temannya, anak akan cenderung untuk meningkatkan perilakunya yang negatif dan
juga memiliki harapan juga kepercayaan yang rendah terhadap diri mereka sendiri
yang pada akhirnya membatasi diri mereka untuk dapat melakukan tindakan yang
prososial.
• Media Influences
studi laboratorium menunjukkan bahwa meningkatnya tontonan terhadap hal-hal
yang bersifat agresif dapat meningkatkan terjadinya perilaku agresif yang lebih
lanjut.

Anak-anak yang sering menonton adegan kekerasan di televisi pada saat sekolah
dasar akan lebih sering terlibat dalam hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas
dan kekerasan seperti orang dewasa.
• Sex Role Socialization
Cohen dkk (1996):
masculine socialization pada perkembangan perilaku agresi pria.
• Mereka menjelaskan bahwa etik maskulin bagi orang Amerika Selatan sebagai
suatu “culture of honor”/”budaya kehormatan” yang mengharuskan seorang pria
agar dapat menggunakan kekuatan fisiknya untuk mempertahankan dirinya dari
berbagai cercaan terhadap reputasi yang mereka terima.
• Diinterpretasikan sebagai hasil social learning
INTERVENTION
• Behavioral Approach: parent Management Training

• dikembangkan oleh Patterson, berdasarkan model dari hubungan maladaptive


orangtua-anak sebagai pusat dari penyebab/etiologi CD

• penggunaan reinforcement positif untuk perilaku prososial yang muncul dan


penggunaan hukuman ringan seperti kursi “time-out”.
• Multisystemic Therapy

• Treatment yang dilakukan bersifat untuk individual dan flexible, menawarkan


berbagai jenis intervensi tergantung dari kebutuhan-kebutuhan khusus yang
dimiliki anak.

• Terapis menerapkan suatu model yang aktif, praktis, dan berfokus pada
pendekatan memberi solusi.
PREVENTION

• Kombinasi dari pelatihan manajemen keluarga untuk orangtua dan pelatihan


kemampuan pemecahan masalah interpersonal untuk anak-anak memiliki
dampak yang baik bagi pencegahan perilaku agresi untuk anak usia TK dan usia
sekolah yang berisiko
• Prevention of school Violence

• Salah satunya adalah dengan cara mencegah bullying yang terjadi di sekolah yang
dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi perkembangan anak di sekolah (U.S.
Department of Education 2002).

• Keuntungan dari program tersebut adalah bahwa guru lebih dilatih untuk
mengimplementasikan dan dapat menyediakan penguatan pada saat pembelajaran
di kelas maupun ketika di lapangan bermain saat jam sekolah.

Anda mungkin juga menyukai