1. Pengertian
2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
4. Periode Tumbuh Kembang Anak
5. Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan
6. STIMULASI TUMBUH KEMBANG BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
7. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
1. DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN
a. Pengukuran Berat Badan/BB
b. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
8. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK
d. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
e. Tes Daya Dengar (TDD)
f. Tes Daya Lihat (TDL)
9. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERILAKU EMOSIONAL
g. Deteksi Dini Masalah Perilaku Emosional
h. Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah
10. DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) .
Gangguan tersebut dapat muncul sebelum lahir atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti cedera, trauma,
faktor keturunan, komplikasi kehamilan, bayi lahir prematur, hingga faktor medis lainnya.
Jika tidak ditangani dengan tepat, gangguan ini dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya, bahkan mungkin menetap hingga dewasa.
Ada beberapa jenis gangguan tumbuh kembang yang terjadi pada anak. Nah, penting bagi orang tua untuk
mengetahui masalah pertumbuhan dan perkembangan anak yang paling umum terjadi. Berikut penjelasannya.
Adapun tanda-tanda yang dapat ditunjukkan anak dengan gangguan bahasa dan bicara adalah sebagai berikut:
Belum bisa mengucapkan satu kata, misalnya Mama atau Papa, di usia 1 tahun.
Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia
20 bulan.
Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.
Perhatian atau respon yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak
selalu memberi respon.
Kurangnya joint attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada
usia 20 bulan.
Sejumlah penyebab gangguan tumbuh kembang anak ini, di antaranya paparan lebih dari satu bahasa, kelainan
otot yang mengatur cara bicara (disartria), kehilangan pendengaran, hingga gangguan spektrum autisme.
2. Gangguan Motorik
Kemampuan motorik adalah keterampilan untuk menggerakkan anggota tubuh yang melibatkan tulang dan
otot-otot. Keterampilan ini terbagi menjadi dua, yakni motorik kasar dan halus.
Kemampuan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang melibatkan pergerakan otot-otot besar seperti tungkai
kaki, lengan, dan otot-otot seluruh tubuh. Keterampilan motorik kasar membuat anak dapat melakukan
berbagai aktivitas seperti duduk, merangkak, berjalan, berlari, berdiri, melempar dan menangkap bola, hingga
melompat.
Sementara itu, kemampuan motorik halus adalah gerakan yang dilakukan anak dengan melibatkan otot-otot
kecil dalam tubuh, misalnya tangan, jari, dan pergelangan tangan.
Jika gangguan motorik terjadi pada anak, maka ini dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti ataksia (cacat
koordinasi otot), cerebral palsy (lumpuh otak), masalah pada penglihatan, miopati, dan spina bifida.
Kasus gangguan tumbuh kembang anak dalam aspek motorik dapat ditandai sebagai berikut:
Di usia 3-4 bulan, si Kecil belum terlihat berusaha memegang benda, belum bisa menopang kepalanya
dengan baik, dan tidak memasukkan benda ke mulut di usia 3-4 bulan.
Pada usia 7 bulan, ototnya kaku atau sangat terkulai, tidak aktif meraih benda, sulit memasukkan
benda ke mulut, atau tidak bisa duduk tanpa bantuan.
Di usia 1 tahun, anak belum bisa merangkak atau menyeret satu sisi tubuh saat merangkak.
Anak usia 2 tahun belum bisa berjalan, berjalan hanya dengan jari kaki, atau tidak bisa mendorong
mainan beroda.
3. Gangguan Belajar
Bila anak Mama kesulitan memahami materi pelajaran tertentu meskipun sudah diajari berulang-ulang, bisa
jadi ia sebenarnya mengalami gangguan belajar.
Gangguan belajar adalah gangguan tumbuh kembang anak yang umumnya berkaitan dengan akademis.
Contoh, anak yang kesulitan menulis atau menyebutkan huruf terbalik saat membaca, anak kesulitan
membedakan kanan kiri, anak kesulitan menulis mungkin dapat menandakan adanya gangguan belajar.
Beberapa kondisi yang termasuk ke dalam gangguan belajar yaitu disleksia (kesulitan membaca), diskalkulia
(kesulitan menghitung), dan disgrafia (kesulitan menulis).
4. Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif adalah gangguan tumbuh kembang pada anak yang memengaruhi proses berpikir,
mengingat, serta menyerap informasi, sehingga bisa menyebabkan si Kecil mengalami kesulitan dengan
ingatan, persepsi, dan belajar.
Di usia 1 tahun, anak belum dapat menunjuk benda atau gambar, tidak mencari objek yang
disembunyikan, dan tidak fokus melihat suatu objek.
Anak usia 2 tahun tidak mengetahui fungsi benda yang umum digunakan, misalnya sikat gigi, sisir,
atau sendok. Ia juga tidak bisa mengikuti instruksi sederhana atau tidak bisa meniru tindakan.
Gangguan kognitif pada anak dapat terjadi karena kurangnya asupan nutrisi yang seimbang hingga kondisi
tertentu seperti cacat genetik dan masalah medis.
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh saluran
pencernaan dan sistem imunitas. Terlebih pada masa pertumbuhan, anak lebih rentan terkena berbagai infeksi,
seperti demam, batuk, pilek (ISPA) yang dapat berefek panjang hingga berpotensi mengganggu tumbuh
kembang anak.
5. Autism Spectrum Disorder
Autism spectrum disorder adalah gangguan neurobehavioral (saraf dan perilaku) yang memengaruhi cara anak
berinteraksi, bersosialisasi, berbahasa, berekspresi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan tumbuh
kembang ini dapat ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
Suka menyendiri.
Menunjukkan reaksi yang tak biasa terhadap bau, rasa, suara, atau tampilan.
Baca Juga: Kenali Penyebab dan Gejala ADHD pada Anak Usia Dini
Bayi usia 3 bulan tidak tersenyum atau tidak memperhatikan wajah orang lain.
Bayi usia 7 bulan tidak menunjukkan ketertarikan pada orang tua, tidak merasa terhibur saat diajak
main, tidak tertawa atau menjerit.
Gangguan sosial emosional dapat terjadi akibat kurang perhatiannya orang tua terhadap anak, masalah
pengasuhan, hingga kemampuan kognitif yang tertunda.
7. Gangguan Intelektual
Gangguan intelektual tidak sama dengan gangguan belajar. Jenis gangguan ini berkaitan dengan IQ, di mana
seorang anak memiliki kapasitas yang rendah untuk bernalar, belajar, dan menerapkan keterampilan.
Ciri utama gangguan intelektual adalah memiliki IQ yang lebih rendah dari rata-rata sehingga mempengaruhi
kehidupannya sehari-hari. Kondisi tersebut bisa terjadi bersama dengan gangguan perkembangan lainnya.
8. Gangguan Fisik
Gangguan tumbuh kembang anak juga dapat memengaruhi fisik si Kecil, Ma. Kondisi ini bisa tampak jelas,
seperti perbedaan fisik yang mengharuskan anak menggunakan kursi roda ataupun kondisi yang tidak terlihat,
misalnya perubahan struktur otak.
Contoh gangguan fisik pada perkembangan anak adalah cerebral palsy, distrofi otot (kelainan otot), dan spina
bifida (cacat tabung saraf).
Bahkan 3 bulan sejak masa perencanaan kehamilan, Mama sangat disarankan untuk mendapatkan suplementasi
beberapa jenis vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat, zat besi, kalsium, vitamin D, DHA, dan iodin.
Sederet vitamin dan mineral tersebut memegang kunci penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan tubuh dan
perkembangan otak si Kecil di dalam kandungan.
Apabila merasa ragu, Mama dapat berkonsultasi dulu ke dokter kandungan untuk mendapatkan informasi lebih
lengkap tentang suplemen apa saja yang diperlukan dan seberapa besar dosis hariannya.
Nah, di antara zat penting tersebut, ibu hamil paling sering kekurangan zat besi. Bila kekurangan zat penting
tersebut, maka bayi berisiko mengalami perkembangan yang terhambat, gangguan kongenital, dan gangguan
kognitif.
Setelah usia 6 bulan barulah si Kecil membutuhkan nutrisi tambahan dari MPASI. Meski begitu, Mama perlu
melanjutkan pemberian ASI hingga usianya 2 tahun.
Menurut penelitian, si Kecil yang mendapatkan ASI akan tumbuh menjadi anak yang lebih matang, asertif, dan
mampu memperlihatkan progresivitas (kemampuan berpikir maju secara psikologis) yang lebih tinggi daripada
anak yang tidak mendapatkan ASI.
Selain itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga memaparkan hasil penelitian bahwa anak yang
mendapatkan ASI dalam periode waktu 6 bulan atau lebih memiliki IQ yang lebih tinggi sehingga secara
signifikan mempengaruhi perkembangan kognitif si Kecil di masa depan.
Bahkan, bayi yang terlahir secara prematur dan mendapatkan ASI eksklusif memiliki IQ 8.3 poin lebih tinggi
daripada bayi prematur yang mendapatkan asupan nutrisi dari susu formula.
Penting untuk diingat bahwa asupan nutrisi yang baik dan seimbang selama 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) adalah pondasi yang kuat untuk mencegah gangguan kognitif, motorik, dan sosio-emosional
anak hingga dewasa kelak. Untuk mencapai potensi penuh anak Indonesia, maka sangat penting memberikan
asupan nutrisi bergizi seimbang.
Selain karbohidrat dan lemak, makanan yang mengandung protein hewani juga harus diberikan. Protein dalam
pangan hewani berfungsi sebagai pembangun sel-sel tubuh yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan anak, memperbaiki serta mengganti jaringan tubuh yang rusak atau mati, juga membantu
pembentukan antibodi yang berperan melawan penyakit.
Berikutnya, berikan makanan yang mengandung vitamin dan mineral, seperti seng, zat besi, kalsium, asam
folat, serta vitamin seperti vitamin A, C, D, E, B6, B12, yang cukup dan seimbang sehingga kebutuhan gizi
anak terpenuhi.
Selain itu, beberapa jenis nutrien untuk mendukung perkembangan imunitas (sistem kekebalan tubuh) dan
kognitif juga diperlukan. Misalnya, prebiotik FOS:GOS dan asam lemak rantai panjang seperti omega-3,
omega-6, dan DHA. Prebiotik FOS:GOS memiliki peran untuk menunjang pertumbuhan bakteri baik seperti
Bifidobacteria sedangkan asam lemak rantai panjang berperan penting dalam sistem imun anak. Daya tahan
tubuh yang kuat akan meningkatkan perkembangan sistem kognitif yang optimal.
Selain dari menu makanan setiap hari, Mama bisa bantu cukupi asupan nutrisi si Kecil dengan memberikan
Nutrilon Royal 3 sebagai Bekalnya untuk Menang.
Susu Nutrilon Royal 3 diformulasikan dengan formula ACTIDUOBIO+, yaitu perpaduan FOS:GOS rasio 1:9
paling tinggi dan teruji klinis bantu optimalkan imun serta daya tangkap anak jika diimbangi dengan stimulasi
yang tepat. Nutrilon Royal 3 juga dilengkapi dengan Omega 3 & 6 serta zat besi dan DHA untuk mendukung
tumbuh kembang si Kecil.
Mereka juga mempelajari keterampilan yang mereka butuhkan untuk belajar dan menjalin hubungan, seperti
kepercayaan diri, empati, resiliensi, menghadapi dan memecahkan masalah, hingga cara berkomunikasi.
Berikut adalah beberapa permainan dan stimulasi untuk anak usia dini:
Nyanyikan lagu anak-anak berbahasa inggris yang melibatkan gerakan dan sentuhan. Misalnya, “Head
Shoulders Knees and Toes”, “Are You Sleeping”, atau “Itsy bitsy Spider”
Bacakan buku-buku edukatif dan interaktif, misalkan buku ensiklopedia pop-up dan lift-the-flap.
Mama juga bisa membacakan sebuah kata sambil menunjukkan gambarnya, kemudian minta anak
untuk mengulangi ucapan Mama bersama-sama, atau mengajukan pertanyaan seperti “Apa yang
terjadi selanjutnya?”
Dorong anak untuk suka menggambar dan mencoret-coret, untuk melatih imajinasi dan keterampilan
motorik halusnya. Menggambar dan mewarnai juga bisa membantu anak mengenal dan menghafal
nama-nama warna.
Permainan sensori (sensory play), seperti bermain dengan pasir kinestetik, clay, atau bermain dengan
air untuk membiasakan anak mengeksplor tekstur dan sensasi baru.
Ajak anak bermain peran dengan bantuan alat peraga sederhana seperti syal tua, tas tangan, atau
pakaian.
Jadi, demi mengasah kemampuan bicara dan berbahasanya, sering-seringlah mengajak anak ngobrol tentang
berbagai topik. Mengajak ngobrol anak juga membantunya mengasah rasa ingin tahu dan merangsang anak
untuk berinisiatif memunculkan ide baru.
Namun, perlu diingat, Ma. Kontrol dokter ini berbeda dengan kunjungan ke dokter ketika bayi memang sakit,
cedera, atau terluka, ya. Ini tujuannya adalah untuk memastikan apakah si Kecil bertumbuh ke arah yang
positif sesuai usianya atau tidak.
Umumnya, dokter akan memeriksa seperti apa pertumbuhan berat, tinggi atau panjang badannya, serta lingkar
kepalanya. Pemeriksaan lain mungkin juga diperlukan sesuai kebutuhan.
Jadwal kontrol setiap anak bisa sedikit berbeda, tetapi American Academy of Pediatrics (AAP)
merekomendasikan bayi mendapatkan pemeriksaan fisik pertama pada saat lahir dan 3 hingga 5 hari setelah
lahir. Kemudian, kontrol lanjutan diperlukan secara rutin pada usia 1, 2, 4, 6, 9, 12, 15, 18, dan 24 bulan.
Lalu, apa saja pemeriksaan fisik yang akan dilakukan oleh dokter di bulan ini?
Perut, dokter akan menekan lembut perut si Kecil untuk merasakan sesuatu yang tidak biasa.
Pinggul, kaki, lengan, punggung, dan tulang belakang untuk memastikan bayi bergerak, tumbuh, dan
berkembang secara normal.
Leher dan ketiak, dengan lembut menekan kelenjar getah bening yang terletak di sana.
Lingkar kepala.
Warna dan nada kulit untuk mengecek ruam atau tanda lahir.
Pada kunjungan rutin ini, dokter juga akan mengecek sampai mana kelengkapan vaksin si Kecil. Jika ada
imunisasi yang perlu didapat di bulan ini, dokter biasanya akan menyertakannya di akhir sesi kontrol dan akan
menjadwalkan imunisasi selanjutnya.