Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Pendidikan Jasmani Terhadap Perkembangan

Karakter dan Perilaku Anak Usia Dini Dan Sekolah Dasar

Dermawan Zain

Universitas Negeri Yogyakarta

Zaenwawan990@gmail.com

Abstrak : Pembinaan karakter dan perilaku harusnya dimulai dari usia dini, dalam hal
tersebut pendidikan. Pendidikan merupakan hal penting yang diajarkan kepada masyarakat
dan pada usia dini seseorang menerima berbagai macam informasi yang akan berpengaruh
pada tumbuh kembangnya. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu sektor penting pada
perkembangan karakter dan perilaku serta akan berpengaruh pada pembetukan karakter anak
anak sejak dini dimana merupakan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan
pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal kognitif, afektif , dan
psikomotor melalui aktivitas jasmani. Perilaku yang didapatkan melalui program sekolah
tidak hanya sebatas dilingkup tersebut faktor dari luar sekolah juga berpangruh terhadap
perkembangan karakter dan perilaku anak terutama anak usia dini dan sekolah dasar. Usia
dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan
serta perkembangan kehidupan manusia mengalami masa-masa perkembangan motorik dan
keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia 5-8 tahun, anak mulai berurusan dengan
kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah
tempat (locomotor), gerak statis di tempat (nonlocomotor) dan gerak memakai anggota badan
(manipulative) serta proses berpikir ( Cognitive ).

Kata Kunci : Pendidikan Jasmani, Usia Dini, Taekwondo, Karakter dan Perilaku, Olahraga

Pendahuluan

Olahraga merupakan satu dari sekiannya banyaknya aktivitas menuju hidup sehat.
Banyak maanfaat yang didapatkan ketika berolahraga, salah satunya yaitu memperpanjang
usia harapan hidup, memperlancarkan aliran darah ke seluruh tubuh, serta membentuk tubuh
yang sehat dan jiwa yang kuat. Satu dari sekian cabang olahraga yang populer yaitu olahraga
seni beladiri. Olahraga beladiri atau biasa disebut “seni beladiri” ini sangat penting bagi
manusia. Salah satunya yaitu untuk melindungi diri dari ancaman atau bahaya di sekitar
lingkungan. Di zaman sekarang seni beladiri tidak hanya digunakan untuk melindungi diri,
namun juga digunakan untuk melatih kepribadian, karakter, maupun perilaku.
Olahraga akan meningkatkan energi dan menambah serotonin dalam otak”, Menurut
David Atkinson, direktur dari Cooper Venture Development Program, salah satu divisi dari
Cooper Aerobic Center di Dallas, Amerika Serikat. Serotonin adalah hormon di otak yang
berfungsi sebagai modulator kapasitas kerja otak yang mencakup pengatur stabilitas emosi,
pemahaman dan nafsu makan. Orang yang melakukan olahraga dengan jumlah cukup akan
menemukan produktivitas mereka meningkat. Produktivitas seseorang tidak hanya berarti
orang tersebut dapat memberikan kualitas kerja yang baik, namun ia juga dapat memberikan
kontribusi untuk suasana yang bahagia.

Dengan berolahraga maka akan meningkatkan hubungan seseorang dengan orang lain.
Jika hal itu dilakukan bersama keluarga, maka seseorang merasakan lebih dekat dengan
mereka. Hal ini juga berlaku jika berolahraga bersama dengan teman-teman. Selain itu,
sangat mungkin bahwa seseorang mendapatkan teman-teman baru melalui berolahraga.
Dengan lingkungan yang mendukung maka perilaku serta karakter dari seseorang akan
mengikuti ke arah yang lebih positif. Menurut pandangan Suharjana dalam Darmiyati Zuchdi
(2011:28) yang dimaksud karakter adalah sebuah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
menjadi ciri khas seseorang yang menjadi kebiasaan yang ditampilkan dalam kehidupan
bermasyarakat.

Sedang orang yang memiliki karakter baik menurut Effendie Tanumiharja dalam
Darmiyati Zuchdi (2011:507) adalah orang yang mampu mengendalikan diri, memiliki
antusiasme, fleksibel, rasa humor, memiliki integritas tinggi, selalu merasa bersyukur, berhati
tabah, bekerja keras, memiliki cinta kasih tanpa diskriminasi, rendah hati, bijaksana, dan adil.

Pendidikan jasmani akan berpengaruh pada pembetukan karakter anak anak sejak dini
dimana merupakan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya
yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal kognitif, afektif , dan psikomotor
melalui aktivitas jasmani. Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh berbagai macam
pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian, kerjasama,
keterampilan, dsb. Aktivitas jasmani untuk pendidikan jasmani ini dapat melalui olahraga
atau non olahraga.
Metode
Penelitian ini menggunakan deskripsi kualitatif dan observasi pada dojang didaerah
yogyakarta dengan maksud penelitian ini dapat menjelaskan segala sesuatu yang sedang
berlangsung dan menginterpretasikan kondisi yang ada serta yang sedang berlangsung.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi melalui kajian pustaka dari situs
web dan buku serta journal yang memiliki keterkaitan tentang olahraga, seni beladiri secara
umum, taekwondo, perilaku dan karakter anak, pendidikan jasmani, serta pengamatan
terhadap perilaku perubahan yang terjadi sebelum mengikuti kegiatan taekwondo dan setelah
mengikuti kegiatan taekwondo pada dojang Ambarketawang.

Hasil dan Pembahasan

Olahraga di indonesia sudah mulai berkembang pesat dan beragam, tetapi Angka
partisipasi olahraga di Indonesia masih sangat rendah. Data Badan Pusat Statistik
menunjukkan bahwa pada 2015, jumlah yang rutin berolahraga belum mencapai sepertiga
dari total penduduk, hanya 27,61 persen penduduk Indonesia yang melakukan olahraga
minimal sekali dalam seminggu. Hal ini berarti dari 100 penduduk Indonesia berumur 10
tahun ke atas, hanya sekitar 28 orang yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan olahraga,
sedangkan 72 orang lainnya tidak rutin berolahraga. Fenomena ini menunjukkan bahwa
partisipasi masyarakat Indonesia dalam berolahraga secara umum relatif masih rendah.
Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat olahraga merupakan salah satu kegiatan yang
menunjang kesehatan. Masih rendahnya partisipasi olahraga mengindikasikan bahwa
masyarakat belum sepenuhnya menyadari pola hidup sehat melalui olahraga.

Grafik 1.1 Partisipasi orang indonesia terhadap olahraga.


Hasil Susenas MSBP 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk melakukan
olahraga dengan intensitas tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Persentase penduduk yang
melakukan olahraga rata-rata 31-60 menit dalam sehari sebesar 50,14 persen dan 10-30 menit
sebesar 34,02 persen. Selanjutnya dari sisi frekuensi berolah raga, sebesar 66,68 persen
penduduk berumur 10 Tahun ke atas berolah raga setidaknya satu hari dalam seminggu.
Sementara itu, penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga selama 2-4 hari dalam seminggu
sebesar 24,92 persen. Hanya sekitar 5 persen penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga
hampir setiap hari. Adapun intensitas berolahraga yaitu berapa menit dalam sehari seseorang
melakukan olahraga.

Penyelenggaraan keolahragaan di Indonesia diatur dalam Undang - Undang


Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). Setiap warga negara
diberi hak yang sama untuk melakukan kegiatan olahraga, memperoleh pelayanan dalam
kegiatan olahraga, memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga yang sesuai dengan
bakat dan minatnya. Selanjutnya, semua unsur yaitu orang tua, masyarakat, dan pemerintah
berkewajiban untuk berperan serta dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan keolahragaan.

Sedangkan UUD 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32,
mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan
nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan untuk
menghadapi tantangan dan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Di Indonesia, program sekolah sehat dibingkai dalam suatu program yang disebut
jasmani, olahraga, dan kesehatan dan profesi sebagai guru pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan. Keyakinan dan cara pandang yang benar perlu diramu dengan pola interaksi yang
benar antara guru dengan siswa, proses belajar mengajar yang harmonis, dan pencarian serta
penerapan ilmu pendukung. Gordon, L., dkk. dalam Spengler, J.O. (2012) melaporkan hasil
penelitiannya, bahwa partisipasi dalam pendidikan jasmani menyebabkan peningkatan secara
keseluruhan dalam aktivitas yang moderat menuju partisipasi dalam aktivitas jasmani yang
kuat dan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan mengurangi resiko obesitas. Oleh
karena itu, selain memotivasi dan membantu siswa untuk meningkatkan kompetensi, guru
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai penggerak harus mengatur pola dan
memberikan peluang untuk kegiatan di luar jam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga,
dan kesehatan.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari pendidikan jasmani bagi anak-anak usia
sekolah dasar. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai kesatuan utuh, mahluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya
(Mahendra, 2007). Dengan demikian aktivitas jasmani dapat menjadikan otot lebih lentur dan
kuat, tulang lebih padat, dan darah bersikulasi lebih lancar. Dampak lebih lanjut dari kondisi
tersebut adalah meningkatnya kebugaran dan status kesehatan. Secara mental, aktivitas
jasmani dapat menjadikan anak lebih ceria, rilek, dan tenang sehingga terbebas stress. Secara
sosial, aktivitas jasmani dapat menjadi salah satu cara untuk mengenal dunia luar lebih jauh,
termasuk di dalamnya bersosialisasi dengan teman sebaya. Dengan demikian, aktivitas
jasmani dapat bermanfaat secara jasmani, mental, dan sosial sehingga berpengaruh pula
terhadap kegiatan belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Perilaku yang didapatkan
melalui program sekolah tidak hanya sebatas dilingkup tersebut faktor dari luar sekolah juga
berpangruh terhadap perkembangan karakter dan perilaku anak Dengan demikian, anak
merasa diperhatikan, sehingga semakin termotivasi untuk melakukan aktivitas jasmani.
Masyarakat juga harus turut serta dalam pemberian kesempatan bagi anak anak untuk
melakukan aktivitas jasmani.

Dalam perkembangan motorik dan keterampilan, anak-anak usia SD mengalami


masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia 5-8 tahun,
anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar
seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (nonlocomotor)
dan gerak memakai anggota badan (manipulative). Pada usia di atasnya, anak-anak mulai
matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulatif lanjutan, hingga
kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk
pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olah raga, pentahapan pencapaian
keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir SD,
misalnya senam, loncat indah, dan renang.

Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam rentang
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai
periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir
perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah the Golden
Ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan
penjelasan tentang periode keemasan pada masa usia dini. Pada masa ini semua potensi anak
berkembang dan pembetukan karakter serta perilaku memiliki banyak faktor. Seperti grafik
1.2 berikut.

Grafik 1.2 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter (Kemdiknas, 2011)

Menurut David Shield dan Brenda Bredemeir adalah empat kebajikan dimana
seseorang yang mempunyai karakter bagus akan mampu menampilkan compassion (rasa
belas kasih), fairness (keadilan), sportsmanship (ketangkasan) dan integritas. Hal inilah yang
berpengaruh pada pola perilaku serta karkter pada anak usia dini dan sekolah dasar dimana
anak saat melakukan pendidikan jasmani tersebut diajarkan nilai nilai moral seperti belas
kasih dan tanggung jawab serta mental yang kuat dalam berolahraga seperti seni beladiri
yang akan berpengaruh ke jenjang pendidikan dan umur hingga dewasa .

Pendidikan jasmani tidak dilakukan hanya pada ruang lingkup sekolah tetapi juga luar
sekolah, Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada dojang taekwondo
ambarketawang dimana anak usia dini dan sekolah dasar sudah diikutkan ke dojang
taekwondo oleh orang tuanya untuk menambah pengalaman serta skill untuk olah tubuh serta
merubah karakter anak yang cenderung takut untuk melakukan hal hal seperti bertanya dan
mengungkapkan ekspresi didepan peserta lain.
Dari 10 anak yang terdiri dari 2 perempuan sekolah dasar kelas 1 dan 3 dan 8 laki
laki yang terdiri dari 3 pra sekolah serta 5 sekolah dasar dari 2 orang kelas 3, 2 orang kelas 1
dan pra usia dini ada 3 orang yang semuanya merupakan peserta taekwondo baru
menunjukkan karakter yang masih takut akan melakukan sesuatu contoh fakta yang ada pada
lapangan saat dilakukannya pengamatan ialah ada seorang anak perempuan yang takut
bertanya untuk buang air kecil sehingga dari ekspresinya menunjukkan wajah kesakitan. Ini
menunjukkan bahwa dari segi mental anak masih belum berkembang dan peserta
menunjukkan perilaku yang susah diatur oleh sabeum ( pelatih taekwondo ) seperti berlarian
atau melakukan gerak yang tidak sesuai saat dilatih.

Pengamatan dilakukan selama satu bulan dari tgl 1 Desember sampai 29 Desember
2018 dengan 4 kali pertemua X 2 jam setiap pertemuan menunjukkan perubahan tingkah laku
dan karakter pada anak dimana saat awal bergabung dengan dojang taekwondo
ambarketawang masih menunjukkan keraguan menjadi pribadi yang lebih penurut kepada
sabeumnya dan lebih bisa mengekspresikan dirinya. Metode pelatihan yang dilakukan oleh
sabeum ialah gerakan taekwondo dasar karena peserta mengawali sabuk putih yang
merupakan sabuk tingkat awal, tetapi akhir gerakan yang dihasilkan harus menggunakan
teriakan untuk melatih mental sekaligus dari melatih sisi motorik peserta dari gerakan yang
dilakukan. Adapun teknik-teknik dasar Taekwondo yang harus dikuasai oleh seorang
Taekwondoin salah satunya yaitu tekhnik dasar tendangan Ap Chagi merupakan tendangan
ke arah depan menggunakan bantalan kaki (Ap Chuk) dan telapak kak dan Yeop jireugi –
Teknik gerakan pukulan ini adalah ke samping sambil tubuh posisinya menghadap ke depan
secara lurus. Jireugi sendiri memiliki makna memukul dan Chagi ( menendang )

Disaat melatih metode yang digunakan sabeum adalah memberikan pengarahan


kepada peserta mengenai gerakan gerakan yang dilakukan dan mengajarkan jangan takut
salah karena akan dibenarkan sekaligus melatih mental siswa, sabeum tidak akan memarahi
atau bersikap otoriter serta sikap yang terbuka kepada murid yang diajarkan. Yang ternyata
hal ini berpengaruh perilaku anak dari usia dini menunjukkan tindakan yang lebih positif
seperti penurut saat latihan dan siswa sekolah dasar menunjukkan karakter yang lebih berani
berekspresi dalam segi berteriak saat melakukan gerakan dibanding dengan pertemuan
pertama. Karena pada awal pelatihan semua peserta masih menunjukkan sikap malu saat
berteriak karena ada banyak orang di dojang. Sabeum dengan metodenya selalu
mengingatkan atau merepetisi gerakan gerakan yang dilakukan oleh muridnya dan memberi
informasi mengenai fungsi dari gerakan yang dilakukan dan selalu mengingatkan untuk
berteriak saat akhir gerakan. Karena sering dilakukannya repetisi maka informasi tersebut
akan tertanam pada fungsi kognitif pada anak yang mana akan terjadi pembiasaan pada pola
perilaku yang tadinya malu untuk berteriak menjadi berani untuk mengeluarkan suaranya.

Seperti yang di kemukakan oleh Trudeau & Shepherd, (2005) menyatakan bahwa
program pendidikan jasmani yang berkualitas dapat membantu dalam memelihara kondisi
tubuh yang sudah positif dan lebih meningkatkan aktivitas jasmani. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan jasmani berperan dalam penanaman perilaku hidup aktif
kepada para siswa dan aktivitas jasmani merupakan salah satu bentuk perilaku yang hendak
dicapai dan sekaligus merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan di dalam pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Pengamatan yang dilakukan tadi merupakan pendidikan jasmani yang dilakukan pada
lingkungan luar sekolah untuk meningkatkan aktivitas jasmani anak anak usia dini dan
sekolah dasar dimana anak anak tersebut lebih aktif dalam berperilaku dan menunjukan
karakter yang baik karena fungsi kognitif dan motorik yang didapatkan pada dojang tersebut.

Contoh penelitian mengenai sisi kognitif pada taekwondo oleh jurnal Cognition
improvement in Taekwondo novices over 40. Results from the SEKWONDO Study Gaby
Pons van Dijk 1*, Marjolein Huijts 1,2 and Jan Lodder 1. Menunjukkan bahwa pelatihan
Taekwondo 1 jam mingguan untuk Durasi 15 bulan meningkatkan beberapa aspek kognisi di
peserta lebih dari 40, khususnya kecepatan kognitif yang berkaitan dengan hambatan
meningkat, serta dalam pemrosesan informasi. Salah satu bagian dari Taekwondo adalah
perdebatan, di mana selain taktik, kecepatan dan teknik adalah elemen penting. Kami
menyertakan berbagai macam teknik yang berhubungan dengan perdebatan dalam program
kami (meskipun tidak pernah dengan kontak fisik aktual) yang difokuskan untuk
mendapatkan yang terkontrol kecepatan motor dan waktu reaksi motor refleks, serta tepat
waktu penghambatan gerakan (Martinez dan Caraway, 1982). Aspek pelatihan lain, yang
melibatkan RT dan penghambatan, adalah latihan meninju dan menendang menggunakan
bantalan, di mana seseorang harus menguasai kontrol motor dan kecepatan motor. Latihan
semacam itu juga dapat merangsang koordinasi motorik. Kami tidak menemukan studi lain
tentang efek Taekwondo pada fungsi kognitif pada orang di atas 40. Satu studi terbaru di 15
peserta pria berlatih karate, seni bela diri yang keras menyerupai Taekwondo, tidak
menemukan peningkatan dalam reaksi RT1 waktu (Chateau-Degat et al., 2010; Pons van Dijk
et al., di bawah pengajuan)
Kesimpulan

Olahraga merupakan yang penting untuk mengolah tubuh serta memberikan


kesehatan jiwa dan raga serta merupakan sebuah bidang yang diajarkan untuk melatih
compassion (rasa belas kasih), fairness (keadilan), sportsmanship (ketangkasan) dan
integritas. Olahraga yang diajarkan mempunyai nama lain pendidikan jasmani dan tidak
dilakukan hanya pada ruang lingkup sekolah tetapi juga luar sekolah,. Pendidikan Jasmani
merupaka salah satu sektor penting yang harus diajarkan kepada anak usia dini karena Usia
dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan
serta perkembangan kehidupan manusia mengalami masa-masa perkembangan motorik dan
keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia 5-8 tahun, anak mulai berurusan dengan
kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah
tempat (locomotor), gerak statis di tempat (nonlocomotor) dan gerak memakai anggota badan
(manipulative) serta proses berpikir ( Cognitive ). Usia dini merupakan periode awal yang
paling penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan
manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam
kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang
menjadi penciri masa usia dini adalah the Golden Ages atau periode keemasan. program
pendidikan jasmani yang berkualitas dapat membantu dalam memelihara kondisi tubuh yang
sudah positif dan lebih meningkatkan aktivitas jasmani seperti dengan dilakukannya latihan
rutin pola karakter anak akan menyesuaikan dengan ajaran yang diberikan karena
dilakukannya pengulangan sehingga tertanam pada kognitif anak dalam perkembangannya.

DAFTAR PUSTAKA
Gaby Pons van Dijk 1*, M. H. (November, 2013). Cognition improvement in Taekwondo novices over
40. Results from the SEKWONDO Study. Frontiers in Aging Neuroscience, 4.

Hariadi. (1 juni 2014). PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Medan, 13 - 26.

Hariadi, N. ( November 2016). ANALISIS GERAKAN TENDANGAN AP CHAGI PADA TAEKWONDOIN


JUNIOR PUTRA KABUPATEN LOMBOK TIMUR. Journal of Physical Education, Health and
Sport.

Olahraga, K. P. (2015). Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan. Badan Pusat
Statistik.
Pramono, M. (Agustus 2013). DASAR DASAR FILOSOFIS ILMU OLAHRAGA ( Suatu Pengantar ). Jurnal
Filsafat.

Sulistiono, A. A. (02 Juni 2014). BASIC AND SECONDARY EDUCATION STUDENTS PHYSICAL FITNESS IN
WEST JAVA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Utama, A. B. ( April 2011). PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK MELALUI AKTIVITAS BERMAIN DALAM
PENDIDIKAN JASMANI. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia.

Widodo. (02 Juni 2014). STRATEGIES FOR INCREASING PHYSICAL ACTIVITY FOR ELEMENTARY
SCHOOL STUDENTS BEYOND SUBJECT MATTER OF PHYSICAL, SPORT, AND HEALTH
EDUCATION IN INDONESIA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

widodo. (2011). Panduan Penilaian Kemampuan Dasar Motorik untuk Siswa SD Kelas 1-3 (Usia 6-9
tahun). Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Anda mungkin juga menyukai