Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KESEHATAN OLAHRAGA

OLAHRAGA PADA ANAK

Dosen Pengampu:

Dr. Pudia M. Indika, M.Kes., AIFO

Anggun Permata SariS.Si, M.Pd., AIFO

Oleh:

Rafif Agil ( 19089083 )

JURUSAN KESEHATAN REKREASI

PRODI ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama didalam pelaksanaan pembangunan
nasional, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh.
Manusia yang tangguh adalah manusia yang mampu berjuang demi kemajuan dan
pembangunan bangsanya. Bangsa dibangun dari kualitas sumber daya manusia yang
memperoleh pendidikan baik dalam bentuk formal, nonformal, maupun informal.
Pemerintah menyadari pentingnya pendidikan untuk menjadikan bangsa hidup lebih
maju dan berubah kearah yang lebih baik. Masyarakat menyadari pula pentingnya
pendidikan, tidak sebagai barang mewah namun menjadi kebutuhan pokok.
Masyarakat sadar bahwa pendidikan itu diperlukan bukan hanya untuk kepentingan
orang lain tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu agar memiliki hidup
yang lebih baik.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan melalui pengalaman
gerak yang mendorong kemampuan fisik, keterampilan motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan sosial-emosional dan spiritual.
Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang
cukup pesat adalah kemampuan motorik kasar. Pertumbuhan motorik kasar itu
merupakan perubahan yang menunjukan perkembangan yang pesat mulai anak
sampai dewasa. Perkembangan itu sendiri merupakan bagian aspek yang satu sama
lain saling mempengaruhi. Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar
untuk terampil menggerakan anggota tubuh. Gerak motorik kasar adalah kemampuan
yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.
B. Rumusan Masalah
1. Pendidikan Jasmani
2. Pembinaaan Olahraga Diusia Dini
3. Anak Usia Dini
4. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Jasmani
5. Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif
6. .  Pengembangan Cabang Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak Usia Dini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan di sekolah dari tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Pelaksanaan merupakan penyeimbang untuk
mencegah kebosanan pada anak di sekolah. Samsudin (2008) mengatakan bahwa
pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif dan kecerdasan
emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan seluruh ranah jasmani, kognitif dan afektif setiap siswa. Konsep
pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan, artinya
pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program
sekolah sebagai alat untuk kesibukan anak. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian
penting dari pendidikan.
Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai suatu kesatuan utuh,
makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu
bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak
manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara
gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya seperti hubungan dari perkembangan
tubuh atau fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan
fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah
yang menjadikannya unik.

B. Pembinaan Olahraga Usia Dini

Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan salah satu upaya untuk


meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani dan meningkatkan prestasi olah raga
yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional, sehingga akan dapat
membentuk watak dan kepribadian yang baik, disiplin dan sportivitas yang tinggi
(Depdikbud, 1997). Oleh karena itu upaya peningkatan prestasi olahraga perlu terus
dilakukan secara terpogram dan berkelanjutan melalui pemanduan bakat, pembibitan,
pendidikan dan pelatihan olah raga.

C. Anak Usia Dini

Ditinjau dari sisi usia kronologis, anak usia dini adalah kelompok manusia yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun menurut kesepakatan UNESCO; Sedangkan
berdasarkan UU Sisdiknas N0. 20 Tahun 2003 rentang anak usia dini adalah 0-6
tahun. Perbedaan rentang usia antara UNESCO dan UU. RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas adalah terletak pada prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak
di mana usia anak 6-8 tahun merupakan usia transisi dari masa anak-anak yang
dependen ke masa anak-anak yang independen, baik dari segi fisik, mental, sosial,
emosional maupun intelektual.

D.    Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Jasmani


Pertumbuhan dan perkembangan memiliki pengertian yang berbeda.
Pertumbuhan mempunyai pengertian bertambahnya volume/ukuran organ
tubuh, sedang perkembangan adalah semakin meningkatnya fungsi organ-
organ tubuh. Pengalaman yang diperoleh masa kanak-kanak tidak akan hilang dan
akan berpengaruh terhadap tingkah laku saat usia telah dewasa. Sebagai contoh,
anak yang dilatih belajar keras sejak kecil, gigih meraih cita-cita, nanti setelah
dewasa akan menjadi orang yang gigih, ulet, dan menjadi pekerja keras. Demikian
juga sebaliknya, masa anak-anak dididik dengan kemanjaan, segalanya serba
mudah dan enak, maka setelah dewasa sulit menjadi orang yang mandiri dan
selalu bergantung pada orang lain. Menurut Eliyawati (2005:18),
karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitannya dengan aktifitas
belajar di antaranya adalah bersifat unik, egosentris, aktif dan energik,
eksploratif dan berjiwa bertualang, ekspresi perilakunya relatif spontan, kaya dan
senang dengan fantasi/daya kayal, mudah frustasi, kurang pertimbangan,
daya perhatiannya pendek, gairah untuk belajar dan banyak belajar dari
pengalaman dan semakin menunjukkan minat terhadap teman.
Tumbuh kembang menekankan pada 4 aspek kemampuan dasar anak yang perlu
mendapatkan rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,
kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi)
dan kemandirian.
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil bisa diidentifikasikan
dalam beberapa hal. Sifat-sifat perkembangan fisik yang dapat diamati adalah
sebagai berikut:
1. Terjadi perkembangan otot-otot besar cukup cepat pada 2 tahun terakhir masa
anak kecil. Hal ini memungkinkan anak melakukan berbagai gerakan yang lebih
leluasa yang kemudian bisa dilakukannya bermacam-macam ketrampilan gerak
dasar. Beberapa macam gerak dasar misalnya: berlari, meloncat, berjengket,
melempar, menangkap, dan memukul berkembang secara bersamaan tetapi
dengan irama perkembangan yang berlainan. Ada yang lebih cepat dikuasai dan
ada yang baru dikuasai kemudian.
2. Dengan berkembangnya otot-otot besar, terjadi pulalah perkembangan kekuatan
yang cukup cepat, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Antara usia 3
sampai 6 tahun terjadi peningkatan kekuatan sampai mencapai lebih kurang 65%.
3. Pertumbuhan kaki dan tangan secara proporsional lebih cepat
dibanding pertumbuhan bagian tubuh yang lain, menghasilkan peningkatan
daya ungkit yang lebih besar di dalam melakukan gerakan yang melibatkan tangan
dan kaki. Daya ungkit yang makin besar akan meningkatkan kecepatan dalam
bergerak. Hal ini sangat menunjang terbentuknya bermacam-macam ketrampilan
gerak dasar.
4. Terjadi peningkatan koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh yang
cukup cepat. Koordinasi gerak yang meningkat dan disertai dengan daya
ungkit kaki dan tangan yang makin besar, menjadikan anak makin
mampu menggunakan kekuatannya di dalam melakukan aktivitas fisik.
Sedangkan meningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan pula
keleluasaan rentangan gerak dalam melakukan gerakan ketrampilan.
5. Meningkatnya kemungkinan dan kesempatan melakukan berbagai
macam aktivitas gerak fisik bisa merangsang perkembangan pengenalan
konsepkonsep dasar objek, ruang, gaya, waktu dan sebab-akibat. Melalui
gerakan fisik anak kecil mulai mengenali konsep dasar objek yang berada di
luar dirinya.
Guru Penjasorkes harus pandai berkreasi membuat permainan untuk
tujuan mengembangkan panca indera. Hal ini penting karena indera adalah ujung
tobak seseorang dalam menerima rangsang (stimulus), kesalahan
memahami rangsangan maka akan salah juga dalam memberi tanggapan
(respon). Aktivitas olahraga untuk mengembangkan fantasi/imajinasi, misalnya
dengan lomba lari estafet membentuk gambar tertentu
dengan puzzel, menggambar dengan cara estafet, lomba lari estafet dengan
membentuk bentuk tertentu, misalnya rumah, meja, sandaran papan tulis dengan
alat bantu potongan pipa atau potongan balok, dan sebagainya.
Guru Penjasorkes harus pandai berkreasi membuat permainan untuk
tujuan mengembangkan panca indera. Hal ini penting karena indera adalah ujung
tobak seseorang dalam menerima rangsang (stimulus), kesalahan
memahami rangsangan maka akan salah juga dalam memberi tanggapan
(respon). Aktivitas olahraga untuk mengembangkan fantasi/imajinasi, misalnya
dengan lomba lari estafet membentuk gamb artertentu
dengan puzzel, menggambar dengan cara estafet, lomba lari estafet dengan
membentuk bentuk tertentu, misalnya rumah, meja, sandaran papan tulis dengan
alat bantu potongan pipa atau potongan balok, dan sebagainya.

E.   Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif


Evaluasi gerak ini bertujuan untuk memberi makna dari hasil yang
telah diraih oleh individu.  Dalam mengevaluasi keterampilan individu,
nampaknya tidak harus selalu diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka)
semata, tetapi dapat juga diberikan dalam bentuk uraikan (kualitatif).  Hal ini
dilakukan apabila angka yang muncul dalam penilaian akan berdampak
psikologis yang dapat membuat individu menjadi tidak menyukai
perlakuan yang diberikan oleh evaluator (orang yang mengevaluasi).
Maka dari itu pelaksanaan evaluasi harus bersifat fleksibel dan akan
selalu bergantung pada kebutuhan pengambil keputusan.  Khususnya
untuk mengevaluasi anak usia dini, pendekatan kualitatif lebih tepat dilakukan
agar hasilnya tidak mengganggu pada proses pertumbuhan dan
perkembangannya ke depan.  Karena disinyalir kondisi mereka lebih
sensitif dalam setiap langkahnya, untuk itu perlu kehati-hatian dalam mengambil
sebuah keputusannya.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan evaluasi gerak adalah proses dan hasil. 
F. Pengembangan Cabang Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak Usia Dini
Setelah anak berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis
olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi.
Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam
konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal,
sebaiknya tunggu sampai anak berusia 8 atau 9 tahun. Dalam olahraga kompetitif, pemain
bukan hanya berusaha mencapai targetnya tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai
target mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan
agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses.
Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai anak adalah menerapkan sebaik
mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan.
Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi
target bagi setiap anak, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam
pertandingan. Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam
melakukan latihan olahraga. Setelah mereka beranjak dewasa baru lah diberikan latihan-
latihan sesuai dengan proporsinya. Peranan Olahraga usia dini sebagai pembentuk dasar
dalam membina atlit usia lanjut, dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi Olahraga
Nasional maupun Internasional.

G. Perkembangan Dan Pematangan Tulang Anak


Tulang merupakan jaringan tubuh kaku terdiri dari sel keras yang berlimpah, dan
komponen utamanya adalah kolagen dan kalsium fosfat. Fungsi tulang ini
yaitunya untuk mendukung, menyokong, dan memberi bentuk pada tubuh serta
mampu menahan keseluruhan tubuh sehingga kita bisa duduk dan berdiri
dengan posisi yang tegap,
Tulang manusia akan berubah dari waktu ke waktu, jika asupan gizi kurang,
pertumbuhan tulang akan terganggu. Tak hanya asupan gizi, latihan fisik seperti
melakukan kegiatan olahraga ketika anak masih usia dini, juga akan memengaruhi
tumbuh kembang tulangnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Usia dini adalah usia yang paling baik untuk memacu tumbuh kembang anak agar
pertumbuhan dan perkembangannya menjadi optimal. Tumbuh kembang menekankan
pada 4 aspek kemampuan dasar anak yang perlu mendapatkan rangsangan yaitu:
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,kemampuan bicara dan berbahasa,
serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi) dan kemandirian.

Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan
olahraga. Setelah mereka beranjak dewasa barulah diberikan latihan-latihan sesuai
dengan proporsinya.Peranan olahraga usia dini sebagai pembentuk dasar dalam
membina atlit usia lanjut, dan Evaluasi gerak  ini bertujuan untuk memberi makna
dari hasil yang telah  diraih  oleh individu. 
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/oka%20wahyudi/Downloads/12344-30733-1-PB.pdf

http://repository.upi.edu/23249/4/S_KOR_1104563_Chapter1.pdf

http://multazam-einstein.blogspot.com/2012/12/makalah-olahraga-anak-usia-dini.html

http://menssana.ppj.unp.ac.id/index.php/jm/article/view/75/62

https://books.google.com/books/about/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN_ANAK_DAN_RE
MAJA.html?hl=id&id=xGb5DwAAQBAJ

Anda mungkin juga menyukai