Anda di halaman 1dari 6

Kesehatan dan Gangguan Mental, Selasa 10.00 - 13.

50
Anggota Kelompok
1. Hanif Hidayat - 1801621170
2. Faris Hakim - 1801621105
3. Muhammad Irfan Pratama - 1801621179

Gangguan Anak dan Gangguan Makan

A. Gangguan Pada Anak

1. Gangguan Perkembangan Berbicara dan Berbahasa

Gangguan atau keterlambatan perkembangan berbahasa adalah suatu


keterbatasan atau keterlambatan anak dalam mengucap atau menggunakan
simbol-simbol bahasa untuk melakukan komunikasi secara verbal sesuai
dengan kelompok usia, jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasan anak
(Hartanto F, 2011).

Gangguan berbicara dan berbahasa pada anak dapat disebabkan oleh:

a. Terdapat gangguan pada sistem organ pendengarannya


b. Terdapat gangguan pada saraf otak, misal: gangguan mental, atau
gangguan bahasa spesifik lainnya.
c. Penderita Autisme
d. Gangguan Perilaku
e. Adanya gangguan pada sistem atau organ mulut
f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan secara umum,
g. Kurangnya stimulasi bicara pada anak,
h. Adanya permasalahan psikososial pada anak ataupun maupun
penyebab lainnya.

2. Gangguan Perkembangan Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku


pada diri seseorang, namun perubahan tingkah laku tersebut tidak hanya
karena adanya proses belajar namun dapat disebabkan oleh proses alamiah
atau keadaan pada diri seseorang. sedangkan kesulitan dapat diartikan sebagai
kondisi yang menjadi hambatan suatu tujuan dapat tercapai. Sehingga
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu hambatan atau gangguan yang
dialami oleh anak dalam kegiatan belajar sehingga menghambat tercapainya
suatu tujuan belajar dan menghambat meningkatnya taraf belajar seseorang.
Kesulitan belajar tersebut disebabkan dari beberapa faktor, baik faktor internal
dalam diri individu itu sendiri maupun faktor eksternal seperti lingkungan,
sosial, budaya dan fasilitas belajar.

Kesulitan belajar dikelompokan menjadi dua yaitu kesulitan belajar yang


berhubungan dengan perkembangan (development learning disabilities)
meliputi kesulitan karena adanya gangguan motorik dan kesulitan belajar
akademik (academic learning disabilities)

1. Kesulitan belajar perkembangan, kesulitan perkembangan meliputi:


A. Gangguan Perkembangan Motorik (Gerak)

Meliputi gangguan motorik kasar, motorik halus, penghayatan


tubuh, pemahaman keruangan dan lateralisasi.

B. Gangguan Perkembangan (Penginderaan) Sensorik.

Meliputi gangguan penglihatan, pendengaran, perabaan,


penciuman dan pengecap.

C. Gangguan Perkembangan Perseptual ( Pemahaman)

Meliputi gangguan persepsi auditoris (kesulitan memahami


objek yang didengar), gangguan persepsi visul (kesulitan
memahami objek yang dilihat), gangguan persepsi visual
motorik (kesulitan memahami objek yang bergerak atau
digerakan), gangguan ingatan jangka panjang dan jangka
pendek, gangguan pemahaman konsep, gangguan pemahaman
konsep ruang.

D. Gangguan Perkembangan Perilaku Gangguan pengendalian diri


sendiri pada anak

meliputi ADD (Attention Deficit Disorder) atau gangguan


perhatian, dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) atau gangguan perhatian yang disertal hiperaktivitas

2. Kesulitan Belajar Akademik, kesulitan akademik meliputi:

A. Disleksia atau Kesulitan Membaca Merupakan kesulitan untuk


memaknai simbol, huruf dan angka melalui persepsi auditoris dan
visual.
B. Disgrafia atau Kesulitan Menulis Merupakan kesulitan ada proses
menggambar simbol-simbol bunyi menjadi simbol huruf atau angka.
kesulitan menulis timbul melalui beberapa tahap, yaitu: mengeja,
menulis permulaan, dan menulis lanjutan/ ekspresif/ komposisi.
C. Diskalkulia atau Kesulitan Berhitung Merupakan kesulitan dalam
menggunakan simbol untuk berpikir yang berkaitan dengan jumlah
atau kuantitas. Tahapan kesulitan berhitung meliputi 1) kesulitan dasar
berhitung, terdiri dari mengelompokan, membandingkan,
mengurutkan, menyimbolkan dan mengkonservasikan; 2) kemampuan
dalam menentukan nilai tempat; 3) kemampuan dalam melakukan
operasi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan
pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam; 4) kemampuan
memahami konsep perkalian dan pembagian; 5) kemampuan
menjumlah dan mengurang bilangan bulat.

3. Gangguan Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan


jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf dan otot yang terkoordinasi.
Pengendalian tersebut berasal dari per- kembangan refleksi dan kegiatan masa
yang ada pada waktu lahir. Kondisi ketidakberdayaan pada anak akan berubah
secara cepat, selama empat tahun atau lima tahun pertama kehidupan
pascalahir anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan-gerakan
tersebut melibatkan bagian badan yang luas, seperti tengkurap, duduk,
merangkak, berdiri merambat, berjalan, berlari, melompat, dan meloncat.
Perkembangan motorik kasar anak dapat diketahui melalui pemantauan yang
cermat.

Kemampuan motorik kasar akan berkembang dengan baik apabila ada


perhatian orang tua dan latihan yang baik. Kebebasan bergerak yang diberikan
pada anak pada masa pertumbuhan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya. Secara umum perkembangan motorik
dibagi menjadi dua, yakni motorik kasar dan motorik halus. Motorik Kasar
merupakan aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar,
sedangkan motorik halus mencakup keterampilan otot-otot kecil.

Keterlambatan yang terjadi bisa bersifat fungsional atau ada kerusakan pada
susunan pusat saraf, seperti cerebral palsy, perdarahan otak, asfiksia, benturan
kepala yang berat, serta adanya kelainan sumsum tulang belakang dan
gangguan saraf tepi. Ada beberapa gejala yang merupakan pertanda terjadinya
gangguan pada perkembamgam motorik kasar anak, di antaranya terlalu kaku
atau lemah, ukuran kepala bayi abnormal, pernah kejang, melakukan gerakan
aneh, terlambat bicara, dan proses persalinan tidak mulus.

4. Gangguan Perkembangan Pervasif

Gangguan pervasif ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi sosial


yang timbal-balik dan dalam pola komunikasi, serta minat dan aktivitas yang
terbatas, stereotipik, berulang. Kelainan kualitatif ini merepresentasikan
gambaran yang pervasif dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi,
meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya.

Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang muncul sebelum


usia 3 tahun dan ditandai dengan hendaya perkembangan pada tiga aspek:
interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas atau terulang. Autisme
biasanya tidak jela ada periode perkembangan yang normal sebelumnya, tetapi
bila ada maka kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3
tahun sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejala-gejalanya
dapat didiagnosis pada semua kelompok umur.

B. Gangguan Makan

Menurut American Psychiatric Association, gangguan makan (eating


disorders) merupakan kondisi dimana perilaku terkait makan yang dilakukan secara
berulang-ulang sehingga mengarah kepada kondisi yang tidak sehat, baik secara
fisiologis maupun psikologis. Gangguan makan biasanya terjadi berbarengan dengan
gangguan-gangguan yang lain seperti mood disorder, kecemasan, obsesif-kompulsif,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, banyak para peneliti menyatakan bahwa
gangguan ini juga disebabkan oleh aspek emosional dan sosial selain dari dua aspek
sebelumnya. Gangguan makan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu anoreksia nervosa,
bulimia nervosa, dan binge eating.

1. Anoreksia Nervosa

Anoreksia nervosa ditandai dengan kelaparan diri dan penurunan berat


badan yang mengakibatkan berat badan rendah dibandingkan tinggi badan dan
usia. Perilaku diet pada penderita anoreksia nervosa didorong oleh rasa takut
yang kuat akan bertambahnya berat badan atau menjadi gemuk. Misalnya,
restriktif dimana mereka mungkin hanya mengonsumsi sedikit makanan
rendah kalori dan berolahraga berlebihan. Beberapa orang dengan anoreksia
nervosa juga kadang-kadang makan berlebihan dan atau buang air besar
dengan muntah atau penyalahgunaan obat pencahar.

2. Bulimia Nervosa

Penderita bulimia nervosa biasanya melakukan diet bergantian, atau


hanya mengonsumsi “makanan aman” rendah kalori dengan makan berlebihan
pada makanan berkalori tinggi “terlarang”. Makan berlebihan terjadi
setidaknya setiap minggu dan biasanya diikuti oleh apa yang disebut "perilaku
kompensasi" untuk mencegah penambahan berat badan. Ini bisa termasuk
puasa, muntah, penyalahgunaan obat pencahar, atau olahraga kompulsif.
Seperti pada anoreksia nervosa, penderita bulimia nervosa terlalu sibuk
memikirkan makanan, berat badan, atau bentuk tubuh yang berdampak
negatif, dan secara tidak proporsional berdampak pada harga diri mereka.

3. Binge Eating Disorder

Penderita gangguan makan berlebihan mengalami episode makan


berlebihan di mana mereka mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam
waktu singkat, mengalami rasa kehilangan kendali atas makannya, dan
tertekan oleh perilaku makan berlebihan tersebut. Diagnosis gangguan makan
berlebihan memerlukan frekuensi makan berlebihan (setidaknya sekali
seminggu selama tiga bulan), terkait dengan rasa kurang kendali dan dengan
tiga atau lebih ciri berikut:

➔ Makan lebih cepat dari biasanya.


➔ Makan sampai kenyang tidak nyaman.
➔ Mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak saat tidak merasa lapar.
➔ Makan sendirian karena merasa malu dengan banyaknya makan.
➔ Merasa jijik pada diri sendiri, depresi, atau sangat bersalah setelah
makan berlebihan.
Daftar Pustaka

American Psychiatric Association. (Februari, 2023). Eating Disorder.

National Eating Disorder Association. 2022. Statistics and research on eating disorder.
https://www.nationaleatingdisorders.org/statistics-research-eating-disorders

Anda mungkin juga menyukai