Oleh
Nama : Lasemi
NIM/NPM : 220102021
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa (PLB)
Mata Kuliah : Perkembanagan ABK
Dosen Mata Kuliah : Setiawan Gema Budi,S.Pd.,M.Pd.
JAWAB:
Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang tumbuh dan
berkembang dengan berbagai perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Istilah
anak-anak dengan kebutuhan khusus tidak mengacu pada sebutan untuk anak-anak
penyandang cacat, tetapi mengacu pada layanan khusus yang dibutuhkan anak-anak
dengan kebutuhan khusus.
1) Tunanetra
Tunanetra merupakan seorang anak berkebutuhan khusus yang memiliki
masalah dalam penglihatannya, baik total atau sebagian penglihatan saja.
Seorang anak berkebutuhan khusus tunanetra harus mendapatkan pendidikan
kebutuhan khusus sejak dini terutama bagi anak yang sejak lahir terlah
memiliki kondisi ini.
2)Tunarungu
Tunarungu merupakan seorang anak berkebutuhan khusus yang memiliki
masalah dalam fungsi pendengarannya, dimana bisa sebagian atau kehilangan
seluruh fungsi pendengaran.
Biasanya anak berkebutuhan khusus tunarungu akan kesulitan dalam
berkomunikasi termasuk dalam bersosialisasi dengan orang lain dan
lingkungannya.
3)Tunalaras
Tunalaras merupakan seorang anak berkebutuhan khusus yang memiliki
masalah dalam beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dan sekitarnya.
Umumnya seorang anak berkebutuhan khusus tunalaras memiliki kesulitan
berkomunikasi dan memiliki emosi yang tidak stabil dan kerap tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan dan sekitarnya.
4) Tunadaksa
Tunadaksa merupakan seorang anak berkebutuhan khusus yang memiliki
masalah atau kelainan pada alat gerak tubuhnya, dimana dapat memiliki kondisi
yang berupa cacat permanen sejak lahir.
Maka dari itu seorang anak berkebutuhan khusus tunadaksa membutuhkan
seorang pendamping dan pendidikan khusus untuk dapat melatih gerak
tubuhnya.
https://haloedukasi.com/anak-berkebutuhan-khusus
1) Tunanetra
2) Tunarungu
3) Tunalaras
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan
bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain.
4) Tunadaksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Tuna grahita ini masih dibagi menjadi dua, yakni tuna grahita biasa dan tuna
grahita down sindrom atau down syndrome.
Down syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon
Down. Ciri-cirinya tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung
yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan
mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi
nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu
pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit
ini dikenal dengan istilah yang sama.
6) Cerebral palsy
7) Gifted
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak
autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi
sosial dan tingkah lakunya. Bedanya, gangguan pada anak Asperger lebih
ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah High-
fuctioning autism.
Adapun hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger
adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak
Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak
asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan
berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan
memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Sumber:
https://simomot.com/2016/09/01/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus-ciri-
ciri-dan-terapinya/
Benita , MM, QWP®
Financial and Health Advisor. Partnership with AXA Financial Indonesia
Area DKI Jakarta
500+ koneksi
1. Terapi bermain
Kedengarannya memang aneh, terapi kok bermain? Ya, terapi bermain ini jangan
dianggap sepele. Karena dengan terapi bermain, cara belajar ABK bisa tertolong.
Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi
social. Seorang pendidik/terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan
teknik-teknik tertentu.
2. Terapi perkembangan
Dikutip dari PAUD Jateng, ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah
dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang
dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi
inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
4. Terapi perilaku
Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki
perilakunya,
6. Terapi wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-
verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
7. Terapi biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh organisasi bernama DAN (Defeat Autism Now).
Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan
riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan
metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak.
Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses
(tinja), dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak
menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami
kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari
dalam tubuh sendiri (biomedis).
9. Terapi sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS (Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan ketrampilan komunikasi.
Untuk terapi ini biasanya menggunakan alat musik pukul, seperti drum, perkusi, tambur,
maupun jimbe. Namun, umumnya terapi musik untuk ABK ini menggunakan musik
drum.
Adapun salah satu sekolah musik yang membuka terapi musik drum adalah Gilang
Ramadhan Studio Band di Solo Grand Mall (SGM) Solo.
Musik drum ini sangat baik untuk terapi ABK karena energi yang dikeluarkan sangat
banyak. Dengan bermain drum ini anak-anak akan bisa belajar berkonsentrasi dengan
waktu yang lama.
Selain itu, manfaat dari terapi bermain drum ini adalah ABK bisa melatih koordinasi
gerak tangan dan kaki.
12. Hydrotheraphy
Hydrotherapy adalah metode terapi dengan media air. Hydrotherapy bermanfaat untuk
semua anak dengan kondisi Cerebral Palsy, baik bagi tipe Cerebral Palsy maupun tipe
ketegangan otot rendah,sedang maupun tinggi.
https://id.linkedin.com/pulse/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus-ciri-ciri-dan-benita
2. Layanan Intervensi
Layanan intervensi dimaksudkan untuk menangani hambatan belajar dan hambatan
perkembangan, agar mereka dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu target
layanan intervensi adalah perkembangan optimal yang harus dicapai oleh seorang anak
yang mengalami hambatan perkembangan dan hambatan belajar, sebagai akibat
ketunaan.
3. Layanan Kompensatoris
Layanan kompensatoris dimaksudakan untuk memfasilitasi anak yang mengalami
hambatan pada aspek tertentu (kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, hambatan
perkembangan kognitif, motorik serta emosi dan tingkah laku), dialihkan kepada fungsi
lain yang memungkinkan dapat menggantikan fungsi yang hilang.
Misalnya kehilangan fungsi penglihatan, dikompensasikan ke fungsi perabaan (menulis
dengan huruf Braille), kehilangan fungsi pendengaran dikompensasikan ke fungsi
penglihatan (berbicara dengan bahasa isyarat).