Anda di halaman 1dari 8

KEJANG DEMAM PADA ANAK

Posted on July 17, 2009 by The Children Indonesia

Kejang Demam adalah keadaan yang paling dikawatirkan para orang tua saat anak mengalami
demam yang tinggi. Kejang karena demam terebut seringkali terjadi pada usia anak tertentu.
Kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 5%.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari
380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala). Menurut
Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi
atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam
tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah
kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa
demam.

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami
demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak
akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak
tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap
dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir
kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :

1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) : kejang menyeluruh yang


berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam.
2. Complex febrile seizures / complex partial seizures (Kejang Demam Kompleks) : kejang
fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau
berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:

Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama


Riwayat kejang demam dalam keluarga
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
Riwayat demam yang sering
Kejang pertama adalah complex febrile seizure

Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat
kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada
masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam
pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi (kekambuhan), dan kira kira 9 %
anak mengalami recurensi 3 kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini,
cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat kejang,
riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi. Jika kejang terjadi segera setelah
demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi kembali
kejang demam. Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan
1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan 3 faktor risiko.

Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran
kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang kadang demam yang tidak
begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.

PENGARUH PADA TUBUH SAAT KEJANG TERJADI

Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan
anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai
usia 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang
ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejang
demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya
untuk menghentikan kejang secepat mungkin

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10% 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium
melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya
dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di
luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan
infeksi saluran pernafasan lainnya.

Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun
untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali
tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20
detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,
inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan,
apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.
PENANGANAN DAN TINDAKAN YNG HARUS DILAKUKAN

Saat anak mengalami Kejang Demam, hal hal penting yang harus kita lakukan antara lain :

Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.
Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau
tajam
Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir
keluar dari mulut
Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya sendiri.
Segera datangi rumah sakit atau dokter, terutama bila kejang terjadi saat pertama kali

Referensi

1. Committee on Quality Improvement and Subcommittee on Febrile Seizures. Practice


Parameter: Long-term Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics
1999;103:1307-1309Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the Child With Simple
Febrile Seizures. Pediatrics 1999; 103:e 86
2. Moyer VA. Evidence based management of seizures associated with fever. BMJ
2001;323:1111
3. Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures.
Practice parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile
seizure. AAP Policy 1996; 97:769-775
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/abstract/pediatrics;97/5/769
4. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004.
www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf

Supported by
CLINIC FOR CHILDREN

Yudhasmara Foundation

JL Taman Bendungan Asahan 5 Jakarta Indonesia 102010

phone : 62(021) 70081995 5703646

http://childrenclinic.wordpress.com/

Clinical and Editor in Chief :


DR WIDODO JUDARWANTO

http://feverclinic.wordpress.com/2009/07/17/kejang-demam-pada-anak/

Kejang demam anak serta askep kejang demam pada anak

Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak
anak yang berusia dibawah 5 tahun, gejalagejala yang timbul dapat bermacammacam
tergantung dibagian otak mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi pada anak
adalah kejang umum .
Insidensi kejang demam di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa barat
mencapai 2 4 % sedangkan di negaranegara Asia jumlah penderitanya lebih tinggi lagi.
Sekitar 20 % diantara jumlah penderita mengalami kejang kompleks yang harus ditangani secara
lebih teliti.
Faktor resiko utama yang umum menimpa anak balita usia 3 bulan sampai 5 tahun ini adalah
demam tinggi. Bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga, campak,
cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1 0C pun bisa mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan
sebesar 10 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak
akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut
berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak terjadi
kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang
pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi
atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang mengakibatkan obstruksi pada jalan
nafas.

A. PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas
neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas
380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat
perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa
kejang.

(askep ini ada di blog.ilmukeperawatan.com)

B. ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam
yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial (fokal, lokal)
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
? Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setiap
kejang sama.
? Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
? Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari
udara, parestesia.
? Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
? Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
? Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecapngecapkan bibir, mngunyah,
gerakan menongkel yang berulangulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
? Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)
a. Kejang absens
? Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
? Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
? Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
? Kedutankedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
? Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan kedutan
sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
? Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
? Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
? Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang
tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
? Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
? Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
? Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
? Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala
menunduk, atau jatuh ke tanah.
? Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

E. KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu
selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama
juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang
? Semua pakaian ketat dibuka
? Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
? Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan
intubasi atau trakeostomi.
? Penhisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
? Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika.
Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam
sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4 tahun.
? Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
? Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
? Kejang demam yang mempunyai ciri :
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan
mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf yang
sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan.

http://blog.ilmukeperawatan.com/kejang-demam-anak-serta-askep-kejang-demam-pada-
anak.html

WAWANCARA
1. Pengertian
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1. Wawancara terpimpin (guided Interview) yang juga dikenal dengan istilah wawancara
berstruktur atau wawancara sistematis.
2. Wawancara tidak terpimpin (unguided Interview) yang sering dikenal dengan wawancara
sederhana atau wawancara tidak sistematis ataupun wawancara bebas.

2. Mempersiapkan Wawancara
Sebelum melaksanakan wawancara, perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2. Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut.
Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan wawancara.
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk berstruktur atau bentuk
terbuka
4. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c) di atas, yakni membuat
pertanyaan yang berstruktur atau yang bebas
5. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara.

D. PENGAMATAN
1. Pengertian
Pengamatan merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang sedang dijadikan sasaran pengamatan / observasi. Observasi sevagai alat evaluasi banyak
digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

http://www.beranda-jiwa.info/makalah-evaluasi-hasil-belajar/

nability to speech due to central nervous system dysfunction, in a less severe from often referred
to as dyslogia (L Nikcolosi 1989 6 & 87)
Dyslogia adalah ketidakmampuan berbicara yang disebabkan adanya kerusakan pada susunan
syaraf pusat, bisa dari ringan hingga berat derajat keparahannya (L Nicolosi 1989 ; 6 & 87)
Dyslogia is devective speech associated with mental impairment (LE Travis,1971 ; 11)
Dyslogia adalah ketidak sempurnaan bicara yang disebabkan karena kerusakan mental (LE
Travis, 1979 ; 11)
Dari kedua pendapat kedua ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Dyslogia adalah
ganggua dan bicara yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau disfungsi susunan syaraf pusat,
yang mengakibatkan gangguan pada perkembangan mental intelektual.

http://books.google.co.id/books?
id=L3vv160kUgwC&pg=PA141&lpg=PA141&dq=speech+pathology:dyslogia+is&source=bl&o
ts=RtR9P9ZMb6&sig=hmu1jsW0WzMMecqBKb0H7Gx_4zg&hl=id&ei=W9cITZeEJYG-
vgOTr7ysDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBYQ6AEwAA#v=onepag
e&q&f=false

Sara M. Stinchfield

Anda mungkin juga menyukai