Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

GANGGUAN BICARA DAN BAHASA

Disusun oleh:
Tasya Lianda Sari, S.Ked 04054822022111
Yuriza Martanisa, S.Ked 04084822124086

Pembimbing:
dr. Rismarini, SpA(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Topik
SPEECH AND LANGUAGE DELAY

Oleh
Tasya Lianda Sari, S.Ked 04054822022111
Yuriza Martanisa, S.Ked 04084822124086

Pembimbing
dr. Rismarini, SpA(K)

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya / Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 19
April – 23 Mei 2021

Palembang, April 2021


Pembimbing,

dr. Rismarini, SpA(K)

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan topik
“Gangguan Bicara dan Bahasa”. Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Rismarini, SpA(K) selaku
pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Laporan
kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRI-RSUP Dr. Moh. Hoesin
Palembang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini, sehingga
laporan kasus ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini,
semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, April 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan........................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan..........................................................................................1
BAB II Status Pasien........................................................................................2
BAB III Tinjauan Pustaka................................................................................18
3.1. Perkembangan Bicara dan Bahasa....................................................18
3.2. Gangguan Bicara dan Bahasa...........................................................18
3.2.1 Definisi.........................................................................................18
3.2.2 Epidemiologi................................................................................19
3.2.3 Etiologi.........................................................................................20
3.2.4 Manifestasi Klinis........................................................................24
3.2.5 Diagnosis dan Algoritma Penegakan Diagnosis..........................27
3.2.6 Diagnosis Banding, tatalaksana, dan prognosis...........................30
3.2.7 Pencegahan..................................................................................33
3.28 SKDI.............................................................................................34
BAB IV Analisis Kasus....................................................................................36
Daftar Pustaka...................................................................................................38

4
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering


ditemukan pada anak adalah keterlambatan bicara. 1 Dikatakan sebuah
keterlambatan apabila ketika seorang anak tidak dapat mencapai tahap
perkembangan normal pada usia yang diharapkan. Salah satu penelitian
menyebutkan bahwa keterlambatan bicara dan bahasa yang tidak ditatalaksana
akan menetap pada 40-60% anak dan berisiko lebih tinggi untuk memiliki
masalah sosial, emosional, perilaku, dan kognitif dimasa yang akan mendatang
dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki keterlambatan bicara.2
Berdasarkan data dari WHO tahun 2015, gangguan perkembangan pada
sektor bicara dan bahasa pada anak yaitu sebesar 4-5%. Angka kejadian
keterlambatan bicara yang dilaporkan pada anak adalah sebesar 0,9% terjadi
pada anak dibawah usia 5 tahun dan 1,94% pada anak yang berusia 5-14 tahun. 3
Berdasarkan data yang diperoleh dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia),
keterlambatan bicara dialami sebesar 5-8% anak usia prasekolah. Pada penelitian
yang dilakukan di Departemen Rehabilitas Medik RSCM, terdapat 10,13% anak
terdiagnosis terlambat bicara dan Bahasa.1
Penyebab keterlambatan bicara pada anak dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti adanya gangguan pendengaran, kelainan organ bicara,
retradasi mental, kelainan genetik atau kromosom, kelainan organik,
keterlambatan fungsional, serta faktor dari lingkungan seperti status ekonomi
sosial, sikap orang tua, dan pola asuh orang tua.4 Perkembangan bicara dan
bahasa pada anak sangatlah penting. Oleh karena itu, penulisan laporan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk mendiagnosis keterlambatan
bicara pada anak serta melakukan tatalaksana yang cepat dan tepat.

5
BAB II
STATUS PEDIATRIK

A. IDENTIFIKASI
Nama : An. FZP
Tanggal Lahir : Palembang, 11 Februari 2020
Umur : 1 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. H.B.R. Motik omp. Kelapa Indah Blok F-23
Nama Ayah : Tn. RA
Pekerjaan :
Pendidikan : S1
Nama Ibu : Ny. HMM
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2

B. ANAMNESIS
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien pada hari Senin, 26
April 2021 di poliklinik tumbuh kembang dan pediatrik sosial
RSMH.
Keluhan Utama : Baru bisa bicara Ca-ca
Keluhan Tambahan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengeluh anaknya belum bisa berbicara dengan jelas.
Anak baru bisa mengatakan “ca-ca” dari usia 11 bulan. Perkataan ca-
ca tidak spesifik jika menginginkan sesuatu. Anak sudah bisa berjalan
dan berlari. Jika diperintah dengan menunjuk, anak merespon. Saat
dipanggil namanya anak menoleh. Gerakan berulang tidak ada,
gangguan tidur tidak ada, kesulitan menyusu menurut ibu tidak ada,
namun …

6
Riwayat kejang tidak ada, riwayat trauma tidak ada, anak belum
mendapat imunisasi BCG karena kondisi pandemi covid-19. Riwayat
berobat sebelumnya tidak ada.

Jika menginginkan sesuatu, pasien menunjuk dan mengeluarkan


suara seperti “aa..aa”. Orang tua baru sadar anaknya terlambat bicara
saat usia 1 tahun. Pasien belum bisa membentuk suatu kalimat. Jika
diputarkan lagu yang memiliki gerakan, pasien bisa menirukan
gerakannya namun tidak ikut bernyanyi dan tidak bisa mengucapkan
lirik atau kata-katanya. Sekarang, pasien hanya bisa babbling
“ma...ma, ba..ba” pertama kali pada usia 12 bulan, terkadang hanya
isyarat dan hanya menjerit-jerit. Pasien jika diminta untuk menirukan
suatu kata pasien tidak mengikuti. Pasien belum bisa memanggil
orang tuanya dengan sebutan ibu atau ummi. Pasien jika mendengar
suara pesawat langsung keluar.
Pasien makan masih disuapi oleh ibunya, belum bisa menggosok
gigi sendiri, dan belum bisa memakai maupun melepas baju sendiri.
Pasien bisa berlari, melompat, naik dan turun tangga, serta melempar
bola. Pasien juga bisa menyusun balok >6 secara vertikal, bisa
menendang bola dan mencoret-coret. Pasien berteriak bila marah atau
saat tidak suka. Pasien sering menangis seperti merengek-rengek
selama ±5 menit, kadang setiap hari, namun tidak terus menerus hanya
sekali-sekali. Pasien jika bertemu teman hanya saling pandang saja,
lalu pasien main sendiri. Pasien bisa bermain pura-pura seperti main
kuda-kudaan. Pasien susah menoleh bila dipanggil namanya, jika
hanya dipanggil sekali pasien tidak menoleh, namun jika dipanggil
berkali-kali pasien menoleh karena pasien sibuk sendiri.
Pasien diasuh oleh ibunya sendiri. Sejak usia 7 bulan, pasien
bermain atau menonton game di HP dan usia 1 tahun menonton TV
dengan durasi gabungan +10 jam per hari, terkadang pasien hanya
bermain hp dan menonton TV dari bangun tidur pagi hingga tidur
malam atau dari pagi hingga sore. Pasien lebih sering bermain HP

7
dibandingkan menonton TV. Pasien dibawa berobat ke klinik di
Talang Kelapa dan konsul ke Rumah Sakit Umum Ar-Rasyid dan
dicurigai mengalami speech delay atau keterlambatan bicara. Lalu,
pasien dirujuk ke poliklinik Anak divisi Tumbuh Kembang RSMH
Palembang.

Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit


1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Hamil 34 minggu
Partus : G2P2A0, normal pervaginam
Tempat : Di Rumah Sakit Siti Hawa Padang
Ditolong oleh : dokter Sp.OG
Tanggal : 11 Februari 2020
BB : 2400 gram
PB : 47 cm
Lingkar kepala :-
IMT : 8,15 kg/cm2
Lila :-

Kehamilan: Ibu rutin kontrol kehamilan setiap bulan ke Sp.OG. Riwayat


darah tinggi, kencing manis, hipertensi, asma, stress saat hamil, konsumsi
obat kejang saat hamil disangkal. Obat yang dikonsumsi selama hamil
hanya obat maag serta mengkonsumsi vitamin. Riwayat merokok dan
minum alkohol saat hamil disangkal. Memelihara hewan berbulu seperti
kucing (-)
Kesan: Riwayat prenatal baik.

Persalinan : Bayi laki-laki lahir dari ibu G2P2A0 hamil 34 minggu lahir
secara spontan pervaginam ditolong oleh dokter spesialis obgyn. Anak
lahir langsung menangis. Berat badan lahir 2400 gram, panjang badan

8
lahir 47 cm, lingkar kepala tidak diketahui, APGAR score tidak diketahui.
Injeksi vitamin K (-).
Kesan : Neonatus cukup bulan dan baik.

2. Riwayat Makanan
Umur Makanan Frekuensi

0-6 bulan ASI  ±7-8 kali/hari


6-12 bulan  Menu utama: bubur nasi dengan  1 piring kecil, 1
lauk kali makan, 3x
sehari

 Snack: biskuit promina  ½ - 1 keping 


sekitar 2x/hari
 Buah seperti pisang  1x/hari

 ASI + susu formula


Kesan: Asupan menu utama dan asupan susu cukup

3. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar Ulangan
Umur Umur Umur Umur
BCG -
DPT 1 2 bulan DPT 2 3 bulan DPT 3 4 bulan
Hepatiti 2 bulan Hepatitis 3 bulan Hepatiti 4 bulan
s B1 B2 s B3
Hib 1 2 bulan Hib 2 3 bulan Hib 3 4 bulan
Polio 0 1 bulan Polio 1 2 bulan Polio 2 3 bulan
Campak 9 bulan Polio 3 4 bulan

Kesan : Imunisasi dasar dan PPI tidak lengkap

4. Riwayat Perkembangan
Gigi pertama : 6 bulan Berdiri : 9 bulan
Berbalik : 3 bulan Berjalan : 11 bulan
Tengkurap : 6 bulan Berlari : 1 tahun
Merangkak : 1 tahun Berbicara : 1 tahun (babbling “ca-ca”)
Duduk : 1 tahun Belum bisa mengucapkan kata hingga

9
sekarang
Kesan : Terdapat keterlambatan bicara

5. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Tidak ada

6. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Tante (adik kandung ayah pasien) dan kakak kandung pasien memiliki
gejala yang sama.

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah bekerja sebagai PNS dan ibu tidak bekerja, menanggung 1 orang
anak. Tinggal di rumah sendiri yang dihuni 3 orang. Pasien memiliki
hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota keluarganya, namun
pasien lebih banyak sibuk sendiri karena lebih banyak bermain HP,
sehingga waktu berinteraksi atau bermain dengan orang tua sangat sedikit.
Pola asuh anak dirumah dilakukan oleh ibu, dibantu ayah bila sedang
dirumah. Keuangan cukup dan sisa pendapatan dapat ditabung.
Kesan: Keadaan sosio-ekonomi menengah atau cukup.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan hari kamis, 7 Januari 2021 di poliklinik tumbuh kembang anak
RSMH.
Pemeriksaan Fisis Umum
Keadaan Umum : Tampak Sehat
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 8,7 kg
Tinggi Badan : 77 cm
Lingkar Kepala : 44 cm
Status Gizi
BB/U : -2 SD < Z < 0 (Normoweight)
TB/U : 0 < Z < 2 SD (Normal stature)

10
BB/TB : Z = -1 SD (Gizi Baik)
Lingkar Kepala : -2 SD < Z < - 1 SD (normosefali)
Tekanan Darah : mmHg
Nadi : 110 x/menit, regular, isi dan tegangan
cukup
Pernapasan : 24 x/menit, regular
Suhu : 36,5℃

D. Pemeriksaan Fisik Khusus


Kepala : Normosefali, wajah dismorfik (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-) ,
refleks cahaya (+/+), ukuran pupil
(3mm/3mm)
Telinga : Simetris, Low set ear (-), nyeri tekan
tragus(-)
Hidung : Hidung luar tampak normal, deviasi
septum nasal (-), mukosa edema (-), sekret
purulent (-)
Mulut : Bibir kering (-), tonsil T1-T1
Lidah : tongue tie (+), atropi papil (-)
Thoraks : Barel chest (-), Pectus excavatum (-), pectus
carinatum (-)
COR : Bunyi jantung I, II normal
Pulmo : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, lemas
Palpasi : Nyeri (-), hepar dan lien tidak teraba (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genital : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik

11
Pengamatan Aktivitas
Kontak mata : Adekuat
Bahasa Planet : Tidak ada
Gerak repetitif : Tidak ada
Hiperaktif : Tidak ada
Respon terhadap suara : (+)
Respon bila dipanggil : (+) langsung menoleh
Saat bermain : Pasien tampak bermain dengan tenang.
Pasien menoleh jika dipanggil namanya dan
berespon terhadap suara yang menurut pasien
menarik. Pasien mengerti apa yang
disampaikan namun tidak bisa bicara dan
hanya merespon dengan kata “ca-ca”. Jika
menginginkan sesuatu juga mengatakan “ca-
ca” dan menarik tangan orang tuanya dengan
menunjuk barang yang diinginkan. Pasien
dapat berjalan normal, tremor (-).

12
STATUS ANTROPOMETRI

LK = 44 cm, Usia: 1 tahun 2 bulan ( -2 SD < Z < - 1 SD)  Interpretasi :


Normosefali

BB = 8,7 kg, Usia: 1 tahun 2 bulan ( -2 SD < Z < 0)  Interpretasi:


Normoweight

13
TB = 77 cm, Usia: 1 tahun 2 bulan ( 0 < Z < 2 SD) Interpretasi: Normal
sature

BB = 8,7 kg, TB = 77 cm (Z = -1 SD)  Interpretasi: Gizi Baik

14
SKRINING PERKEMBANGAN
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

Nilai “Ya”= 9  Interpretasi : Sesuai Umur (Puji keberhasilan orang


tua/pengasuh. Lanjutkan stimulasi sesuai umur. Jadwalkan kunjungan
berikutnya.

15
SKRINING PERKEMBANGAN
Denver II
Annisa dan Tiara MI
7 Jan 2021 23 Okt 2018

F N
F N
P N
P N
P N
P N
P N
P N
P N
P N
P N
P N
P N
P N
P N P
N
P N P N
P N
P N

P N

P N

P N
P N
P N

F C
F C
F C
F C
F C
F D
F D
F D
F D P
N
F D
P N
F D
P N
F D
P N
F D
P N
F D N N
F D P N
P N
P N
P N
P N V
P N

P N

P N
V
P N

P N
V

16
― Personal sosial : Normal
― Adaptif – Motorik Halus : Normal
― Bahasa : 5C, 10D
― Motorik Kasar : Normal
Kesan: Pasien mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.

17
M-CHAT-R

Skor = 0  Interpretasi: Anak mengalami risiko rendah SD. Tidak perlu tindakan
lain kecuali gejala atau kecurigaan ASD mencolok.

18
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Konsultasi ke bagian THT untuk melakukan tes fungsi pendengaran
BERA
- Konsultasi ke Rehab Medik untuk terapi wicara
- Cek darah perifer lengkap TIBC, ferritin

F. DAFTAR ABNORMALITAS
- Data Anamnesis
 Belum bisa berbicara dengan jelas
 Menunjuk sesuatu yang diinginkan dan mengeluarkan suara yang tidak
jelas
 Pasien tidak bisa membuat kalimat
 Pasien hanya bisa babbling “ca-ca”
 Pasien belum bisa memanggil orang tuanya
 Pasien makan disuapi dan belum bisa memakai maupun melepas baju
sendiri dan menggosak gigi sendiri
 Pasien menoleh jika dipanggil namanya
 Pasien memiliki durasi gabungan screen time ±10 jam per hari sejak
usia 7 bulan baik itu bermain game di hp ataupun menonton TV

- Data Pemeriksaan Fisik


 Pengamatan aktivitas saat bermain secara langsung:
Pasien tampak bermain dengan tenang. Pasien susah menoleh jika
dipanggil dan berespon terhadap suara yang menurut pasien menarik.
Pasien mengerti apa yang disampaikan namun tidak bisa bicara
sehingga jika tidak setuju hanya menangis. Jika menginginkan sesuatu
pasien hanya membuat bahasa isyarat seperti menarik tangan orang
tuanya dan menunjuk barang yang diinginkan. Pasien dapat berjalan
normal, tremor (-).

G. DIAGNOSIS BANDING

19
- Speech delay et causa kurang stimulasi et causa paparan gadget (screen
time)
- Speech delay et causa gangguan pendengaran
- Speech delay et cause Autism Spectrum Disorder

H. DIAGNOSIS
Speech delay et causa kurang stimulasi dan tongue tie

I. TERAPI
- Berhentikan paparan gadget (screen time)
- Stimulasi anak dengan mengajak anak bicara
- Konsultasi ke Rehab Medik untuk terapi wicara

J. EDUKASI
- Menjelaskan tentang keadaan dan masalah yang dialami pasien kepada
keluarga
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa pengobatan bersifat jangka panjang
sehingga memerlukan kerjasama dengan keluarga
- Menjelaskan kepada keluarga untuk terus melatih dan menstimulasi
terutama mengajak pasien berbicara.
- Menjelaskan kepada keluarga untuk memberhentikan paparan gadget
(screen time) pada anak.
- Menjelaskan kepada keluarga dampak gangguan bicara pada anak

K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

L. INITIAL PLAN

20
Initial Plan Diagnosis
- Subyektif
Mencari etiologi yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak
- Obyektif
 Pemeriksaan pendengaran obyektif (BERA)
 Konsultasi ke rehab medic untuk terapi wicara
 Cek darah perifer lengkap, Fe dan TIBC

Initial Plan Monitoring


- Memonitoring kondisi pasien sebelum dan setelah terapi. Hal yang perlu
dimonitoring berupa perbaikan klinis pasien terhadap terapi.

Initial Plan Edukasi


- Memberitahu kepada orang tua untuk melatih dan menstimulasi anaknya
berbicara saat di rumah.
- Memberi tahu orang tua untuk mengurangi faktor risiko seperti paparan
screen time yang berlebih pada anak.
- Memberitahu kepada orangtua untuk selalu memantau perkembangan fisis
dan psikis anak, sehingga anak selalu diperhatikan dalam perkembangan
dan pertumbuhannya.
- Memberitahu orang tua untuk kontrol ke poli tumbuh kembang sesuai
jadwal yang ditentukan.

21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Perkembangan Bicara dan Bahasa


Pola normal perkembangan bicara dan bahasa pada anak yang normal
dapat dilihat pada Table 1.8
Tabel 1. Pola normal perkembangan bicara dan bahasa anak
Usia Pencapaian

1-6 bulan Berkata "ooh", "aah", "coo", dalam merespon suara / bunyi-bunyian.
6-9 bulan Bergumam
10-11 bulan Menirukan suara seperti "mama", "dada", tanpa arti.
12 bulan Mengatakan "mama", "dada", dengan arti. Sering menirukan 2 sampai 3
suku kata.
13-15 bulan Perbendaharaan 4-7 kata, hanya <20% ucapan anak yang dimengerti orang
lain.
16-18 bulan Perbendaharaan 10 kata, beberapa echolalia, 20-25% ucapan anak yang
dimengerti orang lain.
19-21 bulan Perbendaharaan 20 kata, 50% ucapan anak yang dimengerti orang lain.
22-24 bulan Perbendaharaan > 50 kata, frase 2 kata, 60-70% ucapan anak yang
dimengerti orang lain.
2-2, 5 tahun Perbendaharaan 400 kata, menyebutkan nama, frase 2-3 kata, penggunaan kata
ganti, hilangnya echolalia, 75% ucapan anak yang dimengerti orang lain.
2, 5-3 tahun Penggunaan bentuk jamak (plural), mampu menyebutkan jenis kelamin dan
usia, menghitung 3 objek dengan benar, penggunaan 3 sampai 5 kata dalam
kalimat, 80-90% ucapan anak yang dimengerti orang lain.
3-4 tahun Penggunaan 3 sampai 6 kata dalam kalimat, menanyakan pertanyaan, melakukan
percakapan, bercerita, mengungkapkan pengalaman, hampir seluruh ucapan anak
dimengerti orang lain.
4-5 tahun Penggunaan 6 sampai 8 kata dalam kalimat, menyebutkan 4 warna,
menghitung 1-10 dengan benar
Sumber: Shetty P, 2012

3.2. Gangguan Bicara dan Bahasa


3.2.1 Definisi

Bahasa adalah pengolahan secara konseptual dari komunikasi yang


meliputi pemahaman dan pengekspresian informasi, perasaan, ide, dan
pikiran. Berbicara adalah produk verbal dari bahasa dengan ekspresi
artikulasi verbal.9
Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas
kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan
ekspresif (berbicara). Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti

22
apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah
kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis,
memberi tanda) atau auditorik.10
Gangguan bahasa adalah gangguan yang mencakup kemampuan
untuk mengartikan atau mengungkapkan informasi melalui simbol-simbol
yang dapat dimengerti.11
Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara,
kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata,
biasanya akibat cedera otak),serta keterlambatan dalam bicara atau
bahasa.12
Keterlambatan bicara adalah istilah yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan hambatan pada kemampuan bicara, dan perkembangan
bahasa pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan
lainnya.9

3.2.2. Epidemiologi
Gangguan berbicara dan berbahasa adalah masalah yang sangat
umum pada anak usia 3-5 tahun. Prevalensi gangguan bicara berupa
keterlambatan bahasa dengan kosakata ekspresif kurang dari 50 kata
atau tidak adanya kombinasi kata, diperkirakan terjadi pada 15% anak
usia 24-29 bulan. Prevalensi gangguan berbicara dan berbahasa
bervariasai antara 1% - 32% pada populasi normal, dipengaruhi
berbagai faktor seperti usia anak, dan metode yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis. Prevalensi bicara pada anak prasekolah 3%-
15%.13
Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun di
Amerika Serikat berkisar antara 2,3-19%. Keterlambatan bicara 1,5
kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Di Klinik khusus
Tumbuh Kembang, RS Harapan Kita Jakarta (2008-2009), pasien yang
datang dengan keluhan utama keterlambatan bicara sebagian besar
(69,6%) terdiagnosis pada usia antara 13-36 bulan, lebih banyak
(71,2%) pada anak laki-laki. Kemungkinan anak mengalami

23
keterlambatan bicara dan bahasa meningkat jika ada riwayat
keterlambatan bahasa, membaca, menulis, dan kesulitan belajar pada
keluarga. Faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan orang tua juga
menjadi faktor terjadinya keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
Studi kohort di Inggris yang melibatkan 18.000 anak menemukan
bahwa anak dengan tingkat sosio-ekonomi rendah memiliki risiko
keterlambatan bicara dan bahasa 2 kali lipat. Di Indonesia, disebutkan
prevalensi keterlambatan bicara pada anak adalah antara 5%–10%
pada anak sekolah.9

3.2.3. Etiologi
Kemampuan dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor
intrinsik (anak) dan faktor ekstrinsik (psikososial). Faktor intrinsik
ialah kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ
yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu,
faktor ekstrinsik dapat berupa stimulus yang ada di sekeliling anak,
misalnya perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak.
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara
adalah sebagai berikut13-15:
1) Faktor Intrinsik
a. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan penyebab paling umum dari
keterlambatan bicara,tercatat lebih dari 50% dari kasus.
Seorang anak retardasi mental menunjukkan keterlambatan
bahasa menyeluruh, keterlambatan pemahaman pendengaran
dan keterlambatan motorik. Secara umum, semakin parah
keterbelakangan mental, semakin lambat kemampuan
komunikasi bicaranya. Pada 30%-40% anak-anak dengan
retardasi mental, penyebabnya tidak dapat ditentukan.
Penyebab retardasi mental diantaranya cacat genetik, infeksi
intrauterin, insufisiensi plasenta, obat saat ibu hamil, trauma

24
pada sistem saraf pusat, hipoksia, kernikterus, hipotiroidisme,
keracunan, meningitisatau ensefalitis, dan gangguan metabolik.
b. Gangguan pendengaran
Fungsi pendengaran dalam beberapa tahun pertama kehidupan
sangat penting untuk perkembangan bahasa dan bicara.
Gangguan pendengaran pada tahap awal perkembangan dapat
menyebabkan keterlambatan bicara yang berat. Gangguan
pendengaran dapat berupa gangguan konduktif atau gangguan
sensorineural. Tuli konduktif umumnya disebabkan oleh otitis
media denganefusi. Gangguan pendengaran tersebut adalah
intermiten dan rata-rata dari 15dB sampai 20dB. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan
pendengaran konduktif yang berhubungan dengan cairan pada
telinga tengah selama beberapa tahun pertama kehidupan
berisiko mengalami keterlambatan bicara.
Gangguan konduktif juga dapat disebabkan oleh kelainan
struktur telinga tengah dan atresia dari canalis auditoris
eksterna. Gangguan pendengaran sensorineural dapat
disebabkan oleh infeksi intrauterin, kernikterus, obat ototosik,
meningitis bakteri, hipoksia, perdarahan intrakranial, sindrom
tertentu (misalnya, sindrom Pendred, sindrom Waardenburg,
sindrom Usher) dan kelainan kromosom (misalnya, sindrom
trisomi). Kehilangan pendengaran sensorineural biasanya
paling parah dalamfrekuensi yang lebih tinggi.
c. Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang
terjadi sebelum anak mencapai usia 36 bulan. Autisme ditandai
dengan keterlambatan perkembangan bahasa, penyimpangan
kemampuan untuk berinteraksi, perilaku ritualistik,dan
kompulsif, serta aktivitas motoric stereotip yang berulang.
Berbagai kelainan bicara telah dijelaskan, seperti ekolalia dan
pembalikan kata ganti. Anak-anak autis pada umumnya gagal

25
untuk melakukan kontak mata, merespon senyum, menanggapi
jika dipeluk,atau menggunakan gerakan untuk berkomunikasi.
Autisme tiga sampai empat kali lebih sering terjadi pada anak
laki-laki daripada anak perempuan.
d. Mutisme selektif
Mutasi selektif adalah suatu kondisi dimana anak-anak tidak
berbicara karena mereka tidak mau. Biasanya, anak-anak
dengan mutasi selektif akan berbicara ketika mereka sendiri,
dengan teman-teman mereka,dan kadang-kadang dengan orang
tua mereka. Namun,mereka tidak berbicara di sekolah, dalam
situasi umum,atau dengan orang asing. Kondisi tersebut terjadi
lebih sering pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Secara signifikan anak-anak dengan mutisme selektif juga
memiliki defisit artikulatoris atau bahasa. Anakdengan
mutisme selekti fbiasanya memanifestasikan gejala lain dari
penyesuaian yang buruk, seperti kurang memiliki teman sebaya
atau terlalu bergantung pada orang tua mereka. Umumnya,
anak-anak ini negativistik, pemalu, penakut,dan menarik diri.
Gangguan tersebut bisabertahan selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun
e. Cerebral palsy
Keterlambatan bicara umumnya dialami oleh anak dengan
cerbral palsy. Keterlambatan bicara terjadi paling sering pada
orang-orang dengan tipe athetoid cerebral palsy. Selain itu
juga dapat disertai atau dikombinasi oleh faktor-faktor
penyebab lain, diantaranya: gangguan pendengaran, kelemahan
atau kekakuan otot-otot lidah, disertai keterbelakangan mental
atau cacat padakorteks serebral.
f. Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan
mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing
(palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau

26
kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan
menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”,
”n”, dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula
mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z”, dan ”th”.
Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan
resonansi berupa rinolalia aperta, yaitu terjadi suara hidung
pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
2) Faktor ekstrinsik (Psikososial)
Dalam keadaaan ini anak tidak mendapatkan rangsangan yang
cukup dari lingkungannya. Anak tidak mendapatkan cukup waktu
dan kesempatan berbicara dengan orangtuanya. Hasil penelitian
menunjukkan stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa yaituketerlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana
anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami
kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat
lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi
juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.
Berbagai macam deprivasi psikososial yang mengakibatkan
keterlambatan bicara adalah
a. Lingkungan yang Sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi keterampilannya
melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang
(tidak ada yang ditiru) maka akan menghambat kemampuan
bicara dan bahasa pada anak.
b. Anak Kembar
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang
lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal.
Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan
bicara yang buruk karena biasanya mempunyai perilaku
yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling
meniru pada keadaan kemampuan bicara yang sama–sama
belum bagus.

27
c. Bilingualisme
Pemakaian 2 bahasa dapatmenyebabkan keterlambatan
bicara, namun keadaan ini bersifat sementara. Smith
meneliti pada kelompok anak dengan lingkungan
bilingualism tampak mempunyai perbendaharaan yang
kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali
pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.
d. Teknik Pengajaran yang Salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering
menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan
bahasa pada anak sebabperkembangan mereka terjadi
karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
e. Pola menonton televisi
Menonton televisi pada anak-anak usia batita merupakan
faktor yang membuat anak lebih menjadi pendengar pasif.
Pada saat nonton televisi, anak akan lebih berperan sebagai
pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan
memproses informasi yang masuk.Akibatnya, dalam jangka
waktu tertentu,yang mana seharusnya otak mendapat
banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk kemudian
memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih
banyak memberikan stimulasi adalah televisi, maka sel-sel
otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan
terhambat perkembangannya.

3.2.4. Manifestasi Klinis


Pada anak terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan pada
perkembangan bahasa. Berikut merupakan kriteria kecurigaan adanya
gangguan perkembangan bahasa menurut Aram DM11:
1) Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta
kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.

28
2) Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan
namanya sendiri.
3) Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-
kata jangan, dada dan sebagainya.
4) Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.
5) Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya
duduk, kemari, berdiri)
6) Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh.
7) Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan terdiri
dari 2 buah kata.
8) Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang
sangat sedikit.
9) Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarga.
10)Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat
sederhana.
11)Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat-
kalimat sederhana.
12)Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang diluar
keluarganya.
13)Pada usia 31/2 tahun selalu gagal menyebut kata akhir (ca untuk cat, ba
untuk ban, dll)
14)Setelah usia 4 tahun tidak lancar baerbicara .
15)Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.
16)Pada usia berapa saja terhadap hipernasalitas dan hiponatalitas, sangat
keras dan tidak dapat didengar serta terus menerus memperdengarkan
suara serak.

29
Menurut DSM-IV, specific language impairment (SLI) dibedakan
menjadi11:
1) Gangguan Bahasa Ekspresif
Perkembangan bahasa ekspresif berada dibawah ukuran standar
perkembangan bahasa ekspresif dan kapasitas non verbal. Gejala
meliputi : perbendaharaan kata-kata terbatas, kesulitan membuat
kalimat, sulit mengingat kata-kata atau membuat kalimat panjang dan
kompleks.
2) Gangguan Bahasa reseptif , ekspresif campuran
Perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif berada dibawah ukuran
standar
kapasitas intelektual nonverbal. Gejala berupa gangguan bahasa
ekspresif dan kesulitan memahami kata-kata atau jenis kata-kata
berurutan.
3) Gangguan Fonologi
Gagal menggunakan suara-suara yang sesuai dengan umur dan dialek,
misalnya:kesalahan dalam memproduksi kata-kata menggunakan atau
mengorganisasikan kata-kata, menggantikan satu suara dengan yang
lain atau menghilangkan suara.
4) Gagap
Gangguan pada kelancaran dan waktu bicara yang tak sesuai dengan
umur anak.
5) Gangguan komunikasi yang tak tergolongkan
Misalnya gangguan suara (karena kelainan pita suara, kualitas, nada
atau suara).

Kriteria diagnosis gangguan bahasa menururt DSM-5 adalah15:


A. Kesulitan yang menetap untuk memperoleh dan menggunakan
bahasa pada berbagai modalitas (misalnya secara wicara, tertulis,
bahasa isyarat, atau lainnya) karena adanya kekurangan dalam
pemahaman atau produksi yang meliputi sebagai berikut:
1) Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata)

30
2) Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk menyusun
kata dan akhiran kata secara bersama-sama untuk membentuk
kalimat berdasarkan aturan tata bahasa dan morfologi)
3) Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk menggunakan
kosakata dan menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau
menggambarkan suatu topik atau serangkaian kejadian atau
untuk melakukan percakapan)
B. Kemampuan berbahasa secara bermakna dan terukur berada di
bawah yang diharapkan untuk usia yang sesuai, menyebabkan
keterbatasan fungsional pada komunikasi efektif, partisipasi social,
pencapaian akademik, atau performa dalam pekerjaan, secara
individual atau dalam kombinasi.
C. Awitan gejala adalah pada periode perkembangan awal
D. Kesulitan ini tidak disebabkan oleh gangguan pendengaran atau
gangguan sensoris lainnya, disfungsi motorik, atau kondisi medis
atau neurologis lainnya dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh
disabilitas intelektual (gangguan perkembangan intelektual) atau
keterlambatan perkembangan menyeluruh.

3.2.5. Diagnosis
Keterlambatan bicara dapat didiagnosis melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Awalnya pada
anamneis harus berfokus kepada identifikasi penyebab dari
keterlambatan bicara, baik itu karena riwayat gangguan saat kehamilan
dan kelahiran, perkembangan yang terhambat ataupun adanya riwayat
keluarga yang mengalami keluhan serupa.16
Aspek antenatal yang berdampak pada pendengaran bayi bau lahir
harus ditanyakan yaitu adanya infeksi TORCH intrauterine dan
paparan obat-obatan saat hamil. Aspek yang penting juga adalah
riwayat perinatal yaitu premature, hipoksa, trauma lahir, dan neonatal
jaundice. Screening pendengaran bayi baru lahir juga harus ditanya

31
kan. Kesehatan ibu saat hamil berguna terutama untuk menyingkirkan
adanya kemungkinan kondisi hipotiroid.16
Penting juga untuk mengetahui riwayat keluarga yang mengalami
kehilangan pendengaran dan keterlambatan bicara termasuk adanya
kemungkinan kosanguinitas yang dapat mengarah ke kondisi
metabolik. Pada anak dengan keluarga yang menggunakan bahasa
lebih dari satu harus ditanyakan lebih lanjut.16
Pemeriksaan fisik harus secara global, mengamati kebiasaan anak,
menggunakan otoskop untuk memeriksa telinga anak berguna untuk
mengetahui kondisi seperti OME. Pemeriksaan neurologi dan seluruh
aspek perkembangan lain juga penting untuk mengetahui kemungkinan
adanya global development delay.16
Tidak terdapat pemeriksaan penunjang rutin yang diindikasikan
untuk keterlambatan bicara. Ketika keterlambatan bicara adalah bagian
dari gangguan fungsi kognitif atau gangguan fisik maka dapat
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan genetik,
pemeriksaan kromosom (pada anak yang kemungkinan mengalami
sindrom tertentu), pemeriksaan neuroimaging, EEG, dan pemeriksaan
lainnya sesuai indikasi.15

32
Algoritma penegakan diagnosis gangguan bahasa pada anak11:

Gambar 1. Algoritma penegakan diagnosis gangguan bicara dan bahasa.11

33
3.2.6. Diagnosis Banding, Tatalaksana, dan Prognosis
Beberapa diagnosis banding dari keterlambatan bicara dan bahasa
dapat dilihat pada Tabel 2.17
Tabel 2. Gangguan bicara dan bahasa pada anak, gambaran klinis,
terapi, dan prognosis.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakpada a

Kelainan Temuan Klinis Terapi dan Prognosis

Primer
Perkembangan  Anak terlambat berbicara.  Intervensi terapi wicara dianggap
bicara dan  Anak memiliki pemahaman, efektif. Terapi yang dilakukan
bahasa yang kecerdasan, pendengaran, emosi, dan langsung oleh orangtua di bawah
terlambat keterampilan artikulasi yang normal. bimbingan seorang klinisi sama
efektifnya dengan terapi oleh
klinisi. Intervensi yang berlangsung
lebih dari delapan minggu mungkin
lebih efektif daripada yang
berlangsung kurang dari delapan
minggu.
 Prognosis sangat baik. Anak-anak
biasanya dapat berbicara normal
pada usia masuk sekolah.
Gangguan bahasa  Anak terlambat berbicara.  Intervensi aktif diperlukan karena
ekspresif  Anak memiliki pemahaman, gangguan ini tidak dapat dikoreksi
kecerdasan, pendengaran, emosi, dan sendiri.
keterampilan artikulasi yang normal.  Intervensi terapi wicara-bahasa
 Gangguan bahasa ekspresif sulit dianggap efektif.
dibedakan pada usia dini daripada  Terapi yang dilakukan langsung
gangguan perkembangan bicara dan oleh orangtua di bawah bimbingan
bahasa yang lebih umum. seorang klinisi sama efektifnya dengan
terapi oleh klinisi. Intervensi yang
berlangsung lebih dari delapan
minggu mungkin lebih efektif
daripada yang berlangsung kurang
dari delapan minggu.
Gangguan bahasa  Bicara terlambat dan jarang, tidak  Pengaruh terapi wicara-bahasa jauh
reseptif menggunakan tatanan bahasa yang baik lebih kecil daripada kelompok lain.
dan tidak jelas dalam artikulasi. Terapi orangtua di bawah bimbingan
 Anak mungkin tidak melihat atau seorang klinisi adalah sama
menoleh benda atau orang yang di efektifnya dengan terapi oleh
tunjuk oleh orang tua (menunjukkan klinisi. Intervensi yang berlangsung
defisit dalam pemahaman). lebih dari delapan minggu mungkin
 Anak-anak memiliki respon yang lebih efektif daripada yang
normal terhadap rangsangan pendengaran berlangsung kurang dari delapan
nonverbal. minggu.
 Sangat jarang bagi anak-anak ini
untuk mengembangkan kapasitas
bahasa lisan.

34
Sekunder
Autism spectrum  Anak memiliki berbagai kelainan  Anak sebaiknya dirujuk untuk
disorder bicara, termasuk keterlambatan evaluasi perkembangan.
bicara (terutama jika dengan  Intervensi dini yang intensif
keterbatasan intelektual), echolalia dengan fokus meningkatkan
(mengulangi frase), kesulitan memulai kemampuan komunikasi dapat
dan mempertahankan percakapan, memberi manfaat.
susunan kata yang terbalik, dan regresi
berbicara dan bahasa.
 Anak-anak memiliki gangguan
komunikasi, gangguan interaksi sosial,
d a n perilaku repetitif.
Cerebral palsy  Keterlambatan bicara pada anak  Terapi wicara-bahasa dapat
dengan cerebral palsy disebabkan mencakup memperkenalkan sistem
kesulitan dalam koordinasi atau komunikasi augmentatif dan alternatif,
spastisitas otot lidah, gangguan seperti grafikdan simbol,
pendengaran, keterbatasan meningkatkan bentuk alami dari
intelektual, atau gangguan di korteks komunikasi.
serebral.  Sebuah tinjauan Cochrane tidak
menemukan bukti kuat efek
positif dari terapi wicara-bahasa,
tetapi menemukan tren positif
terhadap peningkatan keterampilan
komunikasi.
Apraxia  Apraxia adalah masalah fisik di mana  Banyak teknik terapi wicara-
anak mengalami kesulitan membuat bahasa yang telah digunakan.
suara dalam urutan yang benar,  Sebuah tinjauan Cochrane
sehingga sulit untuk dipahami oleh menyimpulkan bahwa tidak ada
orang lain. bukti penelitian level tinggi yang
 Anak dapat berkomunikasi dengan secara definitif menganjurkan
gestur (menunjukkan motivasi untuk pendekatan tertentu untuk praktek
berkomunikasi, tetapi kurangnya klinis.
kemampuan bicara).
Disartria  Disartria adalah masalah fisik di mana  Studi observasional menyarankan
anak memiliki kesulitan berbicara mulai bahwa untuk beberapa anak, terapi
dari yang ringan, dengan artikulasi wicara- bahasa memberikan
sedikit cadel dan suara bernada rendah, perubahan positif dalam kejelasan
sampai yang lebih parah dengan berbicara.
ketidakmampuan untuk menghasilkan  Sebuah tinjauan Cochrane tidak
kata- kata yang dapat dipahami orang menemukan bukti kuat tentang
lain. efektivitas terapi wicara-bahasa untuk
 Anak dapat berkomunikasi dengan meningkatkan kemampuan bicara
gestur (menunjukkan motivasi untuk anak dengan disartria yang
berkomunikasi, tetapi kurangnya diperoleh sebelum usia tiga tahun.
kemampuan bicara).
Gangguan  Bicara dan bahasa sering secara  Anak-anak dengan gangguan
pendengaran bertahap terpengaruh, dengan penurunan pendengaran harus dirujuk ke ahli
setelah anak ketepatan artikulasi dan kurangnya audiologi. Audiolog, sebagai bagian
berbicara dan kemajuan dalam penguasaan kosa kata. dari tim interdisipliner profesional,
berbahasa  Orang tua sering mengeluhkan anak akan melakukan evaluasi dan
sulit mendengarkan, kemampuan anak menyarankan program intervensi
dalam berbicara lebih baik daripada yang paling tepat.
mendengarkan.  Intervensi awal yang berpusat pada
keluarga membantu keterampilan
bicara, bahasa, dan perkembangan
kognitif.

35
 Anak dengan gangguan
pendengaran yang diintervensi
secara dini mungkin dapat
mengembangkan bahasa setara
dengan lawan bicaranya.
Gangguan  Bicara terlambat  Anak-anak dengan gangguan
pendengaran  Anak mungkin memiliki distorsi pendengaran harus dirujuk ke ahli
sebelum onset intonasi, kecepatan, irama, dan audiologi. Audiolog, sebagai bagian
berbicara kenyaringan suara. dari tim interdisipliner profesional,
 Anak mungkin tidak melihat atau akan melakukan evaluasi dan
menoleh ke benda atau orang yang menyarankan program intervensi
ditunjuk oleh orang tua (menunjukkan yang paling tepat.
defisit dalam pemahaman).  Intervensi awal yang berpusat pada
 Anak-anak memiliki keterampilan keluarga membantu keterampilan
komunikasi visual normal. bicara, bahasa, dan perkembangan
kognitif.
 Anak dengan gangguan
pendengaran yang diintervensi
secara dini mungkin dapat
mengembangkan bahasa setara
dengan lawan bicaranya.
Keterbatasan  Bicara terlambat  Anak perlu dirujuk untuk evaluasi
intelektual  Penggunaan gesture terlambat, dan perkembangan, termasuk
keterlambatan secara umum semua rujukanke pusat perkembangan
aspek dalam milestone. anak tingkat tersier, yang dapat
 Anak mungkin tidak melihat atau memberikan evaluasi interdisipliner
menoleh ke benda atau orang yang (termasuk terapi wicara-bahasa dan
ditunjuk oleh orang tua (menunjukkan audiologi). Rujukan harus mencakup
defisit dalam pemahaman). konsultasi dengan ahli genetika
medis untuk membantu dalam
mendiagnosis penyebab
keterbatasan intelektual.
Mutism selektif  Anak dengan mutism selektif  Anak harus dirujuk ke ahli patologi
menunjukkan kegagalan yang konsisten wicara-bahasa untuk evaluasi, dan
dalam situasi sosial yang spesifik terapi perilaku dan kognitif,
(misal: di sekolah).  Intervensi gabungan termasuk
modifikasi perilaku, partisipasi
keluarga, keterlibatan sekolah, dan
pada kasus yang berat, dapat
diberikan pengobatan dengan
fluoxetine.
Sumber: McLaughlin MR, 2011.
Target utama terapi keterlambatan bicara adalah mengajarkan anak
strategi untuk memahami secara komprehensif bahasa yang diucapkan
orang lain dan menghasilkan sikap komunikasi yang baik, serta membantu
orang tua mempelajari cara mendorong keterampilan komunikasi anak.
Studi Wallace mendukung adanya efektivitas terapi bicara (speech-
language therapy), terutama pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif
primer.18 Anak-anak yang memiliki gangguan bicara dan bahasa harus
sesegera mungkin dirujuk ke ahli patologi bicara dan bahasa sebelum usia

36
perkembangan bahasa, yaitu 2- 3 tahun. Periode 36 bulan pertama
kehidupan adalah periode kritis perkembangan bahasa. Kecepatan
perkembangan bahasa selama periode ini tidak pernah diulang pada waktu
lain di kehidupan. Intervensi dini sangat penting, risiko gangguan bicara
dan bahasa permanen meningkat dibandingkan dengan teman seusianya
yang normal.19
Prognosis anak-anak usia 2 tahun dengan keterlambatan bahasa
ekspresif, 2-5 kali lebih berisiko gangguan bahasa menetap pada akhir pra-
sekolah sampai sekolah dasar dibandingkan anak tanpa keterlambatan
bahasa ekspresif.20 Gangguan perhatian dan kesulitan berinteraksi sosial
lebih sering terjadi pada anak dengan gangguan bicara dan bahasa yang
menetap sampai melewati usia 5,5 tahun. Anak dengan gangguan bicara
dan bahasa pada usia 7,5 sampai 13 tahun terbukti memiliki gangguan
keterampilan menulis, kesulitan pengejaan, dan penggunaan tanda baca
dibandingkan anak-anak tanpa gangguan bicara dan bahasa.17

3.2.7. Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebegai bentuk
pencegahan keterlambatan bicara pada anak, antara lain:21
1) Stimulasi perkembangan bicara dan bahasa dapat dilakukan sejak
dini.
Contoh kegiatannya adalah membaca dengan suara jelas, mangajak
bayi dan anak bercakap – cakap, memberi respon terhadap ocehan
bayi dengan kata – kata sederhana, menjawab pertanyaan, atau
bernyanyi. Gawai dan televisi bukan metode stimulasi yang baik.
2) Pahami tahap perkembangan normal pada anak.
Salah satu sumber acuan adalah buku kesehatan anak yang memuat
data kelahiran , berat badan, dan rekam imunisasi yang diberikan
segera setelah anak lahir. Rata – rata buku itu memuat panduan
perkembangan normal dan stimulasi pada anak.
3) Lakukan pemeriksaan deteksi dini gangguan perkembangan secara
berkala di fasilitas kesehatan.

37
Deteksi ini dapat dilakukan pada hari ketiga setelah bayi
lahir.Kenali tanda bahaya gangguan perkembangan bicara dan
bahasa pada anak. Tidak beruara sama sekali sampai usia 6 bulan,
tidak mengoceh babbling sampai usia 12 bulan, tidak ada satu kata
yang bukan mengoceh atau meniru ucapan orang lain pada usia 16
bulan, tidak mampu menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan
terhadap benda pada usia 20 bulan, kurang mampu berbagi
perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan,
tidak mampu membuat frase yang bermakna setelah usia 24 bulan,
orangtua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan,
sering mengulang ucapan orang pada usia 30 bulan, respon yang
tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, hilangnya kemampuan
bicara yang sebelumnya telah tercapai.

3.2.8. SKDI
Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter
Indonesia, tingkat kemampuan dokter umum terhadap gangguan
perkembangan khas berbicara dan berbahasa yaitu 1. Tingkat
kemampuan 1 artinya harus dapat mengenali dan menjelaskan.
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik
penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya
menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter
juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.22
Penilaian kemampuan berbicara dan berbahasa, termasuk penilaian
afasia memiliki tingkat keterampilan 3. Tingkat kemampuan 3 artinya
pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi.
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial
keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut

38
pada alat peraga dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured
Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of
Technical Skills (OSATS).22

39
BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang anak laki-laki usia 2 tahun 2 bulan datang ke Poliklinik Tumbuh


Kembang RSMH pada tanggal 7 Januari 2021 dengan keluhan keterlambatan
bicara. Hasil aloanamnesis didapatkan:
 Belum bisa bicara
 Menunjuk sesuatu yang diinginkan dan mengeluarkan suara yang tidak
jelas
 Pasien tidak bisa membuat kalimat
 Pasien hanya bisa babbling “ma..ma, ba..ba” dan terkadang hanya
bahasa isyarat dan menjerit-jerit
 Pasien belum bisa memanggil orang tuanya dengan sebutan ibu atau
umi
 Pasien makan disuapi dan belum bisa memakai maupun melepas baju
sendiri dan menggosak gigi sendiri
 Pasien bisa menyusun balok >6 secara vertikal, bisa menendang bola,
dan mencoret-coret
 Pasien bisa bermain pura-pura seperti kuda-kudaan
 Pasien susah menoleh jika dipanggil namanya
 Pasien memiliki durasi gabungan screen time ±10 jam sejak usia 7
bulan baik itu bermain game di hp ataupun menonton TV
Dari hasil anamnesis, dicurigai anak mengalami keterlambatan bicara.
Pada anak usia 26 bulan, seharusnya pasien sudah memiliki banyak
perbendaharaan kata setiap bulannya, dapat menggunakan 1-2 kata pertanyaan,
dapat menggabungkan dua kata bersama, serta dapat menunjuk beberapa bagian
tubuhnya jika diminta. Keterlambatan bicaa dapat dijumpai pada anak dengan
autism spectrum disorder, gangguan pendengaran, retardasi mental, dan anak
yang kurang distimulasi. Dinilai dari anamnesis, kemungkinan autism spectrum
disorder disingkirkan karena tidak terdapat gerakan repetitif pada pasien, pasien

40
masih tertarik dengan anak lain, pasien tidak terganggu dengan suara yang bising,
dan pasien juga tampak tenang.
Pasien merespon ketika dipanggil namanya namun harus dipanggil berulang
kali, pasien akan keluar jika mendengar suara pesawat, dan pasien juga akan
menari jika mendengarkan lagu yang memiliki gerakan sehingga kemungkinan
gangguan pendengaran dari anamnesis dapat disingkirkan karena pasien masih
dapat merespon suara yang menurut pasien menarik. Sejak usia 7 bulan pasien
sering main game dan menonton di HP serta menonton TV dan diketahui durasi
screen time pasien perhari ±10 jam. Hal ini bisa menjadi faktor risiko
keterlambatan bicara pada pasien karena paparan screen time yang berlebihan
pada usianya. Berdasarkan Canadian pediatric society dan WHO, screen time
untuk anak usia kurang dari 2 tahun tidak direkomendasikan, dan untuk anak usia
2 sampai 5 tahun, screen time rutin atau reguler dibatasi hingga kurang dari 1 jam
per hari.
Pada anamnesis tentang riwayat makan, didapatkan menu utama pasien
adalah makanan keluarga dengan tambahan snack, buah serta susu. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan makan pada pasien. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan antropometri dengan kesan status gizi menurut
kriteria WHO, gizi baik.
Hasil pemeriksaan Denver II didapatkan keterlambatan pada aspek bicara
dan bahasa, tidak terdapat keterlambatan pada aspek personal sosial, motorik
halus, dan motorik kasar. Hasil anamnesis juga memenuhi seluruh kriteria DSM V
untuk language disorder (gangguan bahasa) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami keterlambatan bicara. Pada pengamatan langsung didapatkan
kontak mata adekuat dan pasien bermain dengan tenang.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan M-CHAT dikarenakan terdapat
masalah komunikasi pada tes Denver II. Hasil M-CHAT didapatkan nilai 0 yaitu
risiko rendah ASD sehingga tidak diperlukan tindakan lain karena pasien tidak
memilik gejala yang mengarah ke ASD dan diagnosis banding ASD dapat
disingkirkan.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah, U. 2017. Keterlambatan Bicara dan


Implikasinya dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Hikmah: Jurnal
Pendidikan Islam, 281-297.
2. Rohmah, M., Astikasari, N. D., & Weto, I. 2018.
Analisis Pola Asuh Orantua dengan Keterlambatan Bicara pada Anak Usia 3-
5 Tahun. Oksitosin,Kebidanan, 32-34.
3. Nur, H., Tairas, M. M., & Hendriani, W. 2018.The
experience of hope for mother with speech-language delay children. Journal
of Educational,Health, and Community Psychology, 7, 104-117.
4. Ayib, Nur Muhammad. Pengaruh Bermain
Edukatif Dengan Media Flashcard Terhadap Perkembangan Bahasa
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Negeri Pembina Wates Kulonprogo.
Naskah Publikasi
5. Sari, S. N., Memy, Y. D., & Ghanie, A. 2015.
Angka Kejadian Delayed Speech Disertai Gangguan Pendengaran pada Anak
yang Menjalani Pemeriksaan Pendengaran di Bagian Neurootologi IKTHT-
KL SUP Dr.Moh. Hoesin. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 121-127.
6. Syamsuardi. 2015. Speech Delay and Its Affecting
Factors( Case Study in a Child with Initial Aq) . Journal OF Education, 6 (32).
Hal. 68-71.
7. Hasanah N & Sugito. 2020. Analisis Pola Asuh
Orang Tua terhadap Keterlambatan Bicara pada Anak Usia Dini. Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 4(2). Hal.913-22.
8. Shetty P. 2012. Speech and language delay in
children: A review and the role of a pediatric dentist. J Indian Soc
Pedodontics and Preventive Dentistry 2012;30(2):103-8.
9. Hartanto WS. Deteksi Keterlambatan Bicara dan
Bahasa pada Anak. CDK-266. 2018;45(7):545–9.
10. R M. Permasalahan Perkembangan Bahasa dan
Komunikasi Anak. J Pendidik Sekol Dasar. 2015;1(2).

42
11. Divisi Pediatri Sosial. Gangguan Bicara dan Bahasa
pada Anak. In: Panduan Praktis Klinis Departemen Kesehatan Anak RSMH.
Palembang; 2016. p. 3–7.
12. Masitoh. Gangguan Bahasa dalam Perkembangan
Bicara Anak. J Elsa. 2019;17(1).
13. Dewanti A, Widjaja JA, Tjandrajani A, Burhany A.
Karakteristik Keterlambatan Bicara di Klinik Khusus Tumbuh Kembang
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Tahun 2008 - 2009. Sari Pediatr.
2016;14(4):230–4.
14. Safitri A. Hubungan Pola Menonton Televisi
dengan Keterlambatan Bicara Studi pada Anak Usia 1-3 Tahun di Semarang.
Universitas Diponegoro; 2016.
15. Simms MD. Language Development and
Communication Disorders. In: Kliegman RM, ST Geme J, Blum NJ, Shah
SS, Tasker RC, Wilson KM, et al., editors. Nelson Textbook of Pediatrics.
21st ed. Canada: Elsevier; 2020. p. 1651–87.
16. Wooles N, Swann J, Hoskinson E. Speech and
language delay in children: a case to learn from. Br J Gen Pract.
2018;68(666):47–8.
17. McLaughlin MR. 2011. Speech and language delay
in children. Am Fam Physician 2011; 83(10):1183-8.
18. Wallace IF, Berkman ND, Watson LR, Beasley TC,
Wood CT, Cullen K, et al. 2015. Screening for speech and language delay in
children 5 years old and younger: A systematic review. Pediatrics
2015;136(2):1-15
19. Vameghi R, Bakhtiar M, Shirinbayan P,
Hatamizadeh N, Biglarian A. 2015. Delayed referral in children with speech
and language disorders for rehabilitation services. Iranian Rehabil J.
2015;13(1):16-21
20. Dale PS. 2017. Early identification of language
delay. Encyclopedia on Early Childhood Development [Internet]. Available

43
from: http://www.child-encyclopedia.com/sites/default/files/textes-
experts/en/622/early-identification-of-language-delay.pdf
21. Sambo CM. 2017. Mencegah Terlambat Bicara
pada Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
22. Konsil Kedokteran Indonesia. 2019. Standar
Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia

44

Anda mungkin juga menyukai