Oleh:
Pembimbing:
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Oleh:
Pembimbing
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang, Periode
20 Juni 2022 – 10 September 2022.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan YME, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “AUTISM SPECTRUM DISORDER”. Laporan kasus ini
merupakan salah satu syarat mengikuti ujian pada Kepaniteraan Klinik
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya-
RSUP Dr. Mohammad HoesinPalembang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
Definisi .........................................................................................................18
Epidemiologi ................................................................................................18
Etiologi .........................................................................................................19
Patofisiologi .................................................................................................23
Tatalaksana ...................................................................................................28
Komplikasi ...................................................................................................29
Prognosis ......................................................................................................30
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
STATUS PEDIATRIK
A. IDENTIFIKASI
Nama : An. NS
Tanggal Lahir : 19/5/2019
Umur : 3 tahun 1 bulan
Anak ke- : lima dari lima bersaudara
Agama : Islam
Alamat : Kayu Agung
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu dan ayah pasien pada
hari Jumat, 27 Mei 2022 di poliklinik tumbuh kembang dan perkembangan sosial
di RSMH.
1. Keluhan utama : Orang tua mengeluhkan anak belum bisa berbicara.
2. Keluhan tambahan :
6
3. Riwayat penyakit sekarang
Kurang lebih saat usia dua tahun kemampuan bicara anak tidak lancar.
Anak berbicara menggunakan bahasa yang tidak jelas seperti bahasa planet (
na-na na-na) terkadang dapat menyebutkan mama papa. Anak tidak menoleh
ketika dipanggil. Anak lebih suka main sendiri, tidak mau berinteraksi dengan
teman dan kurang kontak mata. Anak suka mengambil batu-batu kecil lalu
dibongkar dan dikumpulkan lagi. Anak sering memanjat meja yg tinggi tanpa
rasa takut. Apabila menginginkan sesuatu anak akan menarik tangan. Kurang
lebih satu bulan terakhir ini anak suka membenturkan kepalake dinding dan
memukul ketelinganya dengan kedua tangan. Anak suka berlari-lari tanpa
arah dan membongkar lemari dan lainnya.
Tempat : RS KA
Tanggal : 19/05/2019
BB : 2,9 kg
PB : 50 cm
7
Riwayat Kehamilan :
Usia ibu saat hamil adalah 40 tahun, usia gestasi 36 minggu. Ibu rutin
kontrol kehamilan ke Bidan Desa. Kontrol kehamilan dilakukan ibu pada usia
kehamilan 3 bulan, 6 bulan, 7 bulan, dan 8 bulan ke Bidan. Riwayat darah
tinggi, diabetes, demam tinggi, infeksi, dan kejang saat hamil disangkal.
Riwayat merokok dan minum alkohol saat hamil disangkal.
Riwayat Persalinan :
Bayi laki-laki lahir dari ibu G7P5A2 hamil 36 minggu lahir secara sectio
caesarea ditolong oleh dokter. Riwayat persalinan dengan plasenta previa.
Riwayat pecah ketuban sebelum waktunya disangkal dan warna ketuban
jernih. Anak lahir langsung menangis. Riwayat sianosis, ikterus, dan sesak
napas disangkal. Pasien lahir dengan berat badan 2900 gram, panjang badan
lahir 50 cm.
b. Riwayat makanan
8
5. Riwayat imunisasi
Imunisasi Dasar
Vaksin Umur Vaksin Umur Vaksin Umur
Hep B1 0 bulan Hep 2 bulan Hep B3 3 bulan
B2
Polio 1 1 bulan Polio 2 2 bulan Polio 3 4 bulan
BCG 1 bulan
DPT 1 2 bulan DPT 2 3 bulan DPT 3 4 bulan
Hib 1 2 bulan Hib 2 3 bulan Hib 3 4 bulan
Campak Belum
dilakukan
6. Riwayat keluarga
Pasien tidak memiliki keluarga yang memiliki gangguan perkembangan.
7. Riwayat perkembangan
Pada 10 bulan yang lalu pasien pernah di rawat di Rumah sakit selama tiga
hari karenademam tinggi terus menerus disertai diare.
9
9. Riwayat sosial ekonomi
Ayah bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga dengantotal penghasilan
sebesar Rp 2.000.000,- Pengasuhan anak sejak awal dilakukan oleh kedua orang
tua.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan : 14 Kg
Tinggi badan : 93 cm
Status gizi
BB/U : -2 SD<Z<0 SD (normoweight)
2. Pemeriksaan Khusus
Kepala : Normocephaly (+), skar (-), edema (-), dismorfik
(-),eritema (-)
10
Mata : Simetris, refleks cahaya (+/+)
Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : Simetris, low set ear (-), sikatrik (-/-)
Hidung : Hidung luar tampak normal
Mulut : Sianosis (-)
Gigi : dalam batas normal
Leher : Simetris
Thorax : Barrel chest (-), pectus excavatum (-),
pectus carinatum (-)
Pulmo
a. Auskultasi
Vesikuler : +/+
Wheezing : Tidak ada
Ronkhi : Tidak ada
b. Perkusi : Sonor
murmur (-)
Abdomen
11
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
3. Pengamatan Aktivitas
Kontak mata : Tidak ada
Respon suara : Tidak ada
Respon bila dipanggil : Tidak ada
Gerakan repetitif : Tidak ada
Gerakan sterotipik : Tidak ada
4. Status Neurologis
a. Fungsi Motorik
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5555 5555 5555 5555
Tonus eutonia eutonia eutonia Eutonia
Refleks fisiologis normal normal normal normal
Refleks patologis - - - -
(Babinski)
12
d. Refleks perkembangan
1) Palmar grasp (-)
2) Plantar grasp (-)
3) Refleks Moro (-)
5. Status antropometri
13
Kesan: 0<Z<1 SD (gizi baik)
14
Kesan: 0 SD<Z<1 SD (normal)
15
D. Skrining Perkembangan
1. Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)
Interpretasi:
- Skor 4 “Ya” yang menunjukkan kemungkinan adanya penyimpangan
pada aspek motorik halus, bicara dan bahasa serta kemandirian.
16
2. Denver Developmental Screening Test
Interpretasi:
- Personal-sosial : 9 delayed dan 2 caution
- Motorik kasar: normal
- Motorik halus : 6 delayed dan 2 caution
- Bahasa 16 delayed dan 4 caution
- Kesan : global developmental delayed pada perkembangan motorik kasar,
motorik halus, dan personal-sosial.
17
3. M-Chat-R
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Berra
2. Tes fungsi pengelihatan
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. EEG
5. MRI
F. Daftar Abnormalitas
1. Gangguan motorik halus
2. Gangguan perkembangan sosial
3. Gangguan bahasa
4. Suspek Gangguan pendengaran
18
G. Diagnosis Banding
1. Gangguan pendengaran
2. ADHD
3. Mental retardasi
H. Diagnosis
Global developmental delay et causa Autism Spectrum Disorder
I. Tatalaksana
1. Pemeriksaan Anjuran
a. MRI/CT Scan Kepala
b. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran (BERA, OAE, atau AABR)
c. Pemeriksaan Fungsi Pengelihatan
d. Pemeriksaan darah lengkap
2. Terapi farmakologis
Risperidone 2 x 0,1
mg
J. Prognosis
1. Ad vitam: dubia ad bonam
2. Ad sanationam: dubia ad bonam
3. Ad functionam: dubia ad bonam
19
K. Initial Plan
- Subyektif
Mencari etiologi yang menyebabkan terjadinya ASD
- Obyektif
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologi,
pemeriksaan pra-skrining dan skrining perkembangan, disarankan untuk
dilakukan tata laksana multi disiplin. Dilakukan fisioterapi, terapi okupasi, dan
terapi wicara ke bagian rehab medik. Kemudian disarankan kebagian THT-KL
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai kemungkinan adanya
gangguan dengar, serta disarankan ke bagian mata apabila anak mengalami
gangguan fungsi pengelihatan.
20
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
Autism Spectrum Disorder (ASD) atau juga dikenal sebagai autism berasal
dari bahasa yunani yaitu “Auto” yang berarti sendiri atau hidup dalam dunianya
sendiri2. ASD dapat didefinisikan sebagai gangguan perkembangan otak dan
gangguan pervasive yang bersifat genetik dan heterogen di tandai dengan
terganggunya interaksi sosial, keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan
dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial,
gangguan dalam perasaan sensoris, serta tingkah laku yang berulang-ulang.
Gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan
dunia fantasinya sendiri : berbicara, tertawa, menangis dan marah - marah sendiri.
3,4
3.1.2 Epidemiologi
21
3.1.3 Etiologi
Usia Gejala-Gejala
0-6 bulan • Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
• Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
• Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
• Tidak “babbling” (mengoceh)
• Tidak ditemukan senyum sosial di atas umur 3 bulan 9
• Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
6-12 bulan • Sulit bila digendong
• Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
1-2 tahun • Kaku bila di gendong
• Tidak mau bermain permainan sederhana (“cilukba”)
• Tidak mengeluarkan kata
• Memperhatikan tangannya sendiri
• Terdapat keterlambatan dan perkembangan motorik kasar
dan halus
• Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
2-3 tahun • Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
• Melihat orang sebagai “benda”
• Kontak mata terbatas
• Tertarik pada benda tertentu
25
Tipe-tipe Autisme
Berdasarkan perilaku
Tipe-tipe autisme berdasarkan perilakunya dibedakan menjadi:
1. Aloof adalah anak autis yang berusaha menarik diri dari kontak sosial dengan
orang lain dan lebih suka menyendiri
2. Passive adalah anak autis yang hanya menerima kontak sosial tapi tidak berusaha
untuk menanggapinya
3. Active but odd adalah anak autis yang melakukan pendekatan tapi hanya bersifat
satu sisi saja dan bersifat aneh
Berdasarkan tingkat kecerdasan
Tipe-tipe autisme berdasarkan tingkat kecerdasannya dibedakan menjadi:
1. Low functioning (IQ rendah)
Anak autis tipe low functioning tidak dapat mengenal huruf dan membaca.
Tuntutan yang paling penting adalah kemandirian yang bersifat basic life skills,
misalnya cara menggunakan sabun, menggosok gigi dan sebagainya.
2. High functioning (IQ tinggi)
Anak autis tipe high functioning memiliki komunikasi yang baik, pintar, sangat
senang dan berminat pada satu bidang, tetapi kurang berinteraksi sosial (tidak bisa
bersosialisasi).
Berdasarkan munculnya gangguan
Tipe-tipe autisme berdasarkan munculnya gangguan dibedakan menjadi:
1. Autisme klasik adalah autisme yang disebabkan kerusakan saraf sejak lahir.
Kerusakan saraf disebabkan oleh virus rubella (dalam kandungan) atau terkena
logam berat (merkuri dan timbal).
2. Autisme regresif adalah autisme yang muncul saat anak berusia antara 12-24
bulan. Perkembangan anak sebelumnya relatif normal, namun setelah usia dua
tahun kemampuan anak menjadi merosot.
3.1.5 Penegakkan Diagnosis
Diagnosis Autism Spectrum Disorder ditegakkan terutama dari hasil
anamnesis yang seringkali berupa gangguan dalam mencapai perkembangan sesuai
usia anak didukung oleh pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan penunjang.
26
menjadi tiga berdasarkan tingkat severity (kepelikannya), yaitu dijelaskan dalam
tabel 1.2. berikut ini7
Table 2. Tingkatan ASD berdasar DSM V
27
dukungan di tempat; sehingga tampak jelas oleh
keterbatasan mengawali pengamat yang biasa dan
interaksi sosial; respon mengganggu keberfungsian
yang sedikit atau abnormal pada konteks yang beragam.
terhadap ajakan Kesulitan merubah perhatian
bersosialisasi dari pihak dan tindakan.
lain. Sebagai contoh,
seseorang yang berbicara
kalimat sederhana, yang
interaksinya terbatas atau
sempit pada minat tertentu,
dan yang tampak jelas
keganjilan komunikasi
nonverbal.
28
dengan orang lain, dan
yang memiliki cara-cara
yang ganjil dan gagal
dalam berteman.
b) Perilaku yang terbatas, pola perilaku yang repetitive, ketertarikan, atau aktifitas
yang termanifestasi minimal dua dari perilaku berikut:
2) Perhatian yang berlebihan pada kesamaan, rutinitas yang kaku atau pola
perilaku verbal atau non-verbal yang diritualkan, contohnya stress ekstrim pada
suatu perubahan yang kecil, kesulitan pada saat adanya proses perubahan, pola
pikir yang kaku.
3) Kelekatan dan pembatasan diri yang tinggi pada suatu ketertarikan yang
abnormal. Contoh: kelekatan yang kuat atau preokupasi pada objek-objek yang
tidak biasa, pembatasan yang berlebihan atau perseverative interest.
29
4) Hiperaktivitas/hipoaktivitas pada input sensori atau ketertarikan yang tidak
biasa pada aspek sensori pada lingkungan. Contoh: sikap tidak peduli pada rasa
sakit atau temperature udara, respon yang berlawanan pada suara atau teksture
tertentu, penciuman yang berlebihan atau sentuhan dari objek, kekaguman
visual pada cahaya atau gerakan.
Dalam Gejala autisme biasanya timbul sebelum anak berusia 3 tahun. Pada
sebagian anak gejala sudah ada sejak lahir yang akan tampak makin jelas setelah
anak mencapai 3 tahun.
1. Ganggguan dalam bidang komunikasi verball maupun non verbal
- Terlambat bicara
- Meracau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain
- Bicara tidak dipakai untuk komunikasi
- Meniru atau membeo (echolalia)
- Pandai meniru nyanyian, nada maupun kata-kata tanpa mengerti artinya
- Sebagian (20%) anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa
- Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan untuknya
30
- Tidak ada usaha interaksi dengan orang lain, asyik main sendiri
- Bila didekati untu diajak main menjauh
Gejala di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak, tergantung pada
berat atau ringannya keadaan autisnya.
• Anak tidak menjalin interaksi sosial yang memadai seperti kontak mata
kurang atau tidak ada, tidak mau bermain dengan teman.
a. Skizofrenia
kebanyakan anak dengan skizofrenia secara umum tampak normal pada
saat bayi sampai sekitar usia 2-3 tahun. Gangguan baru muncul berupa
halusinasi dan waham, gejala ini tidak terdapat pada autisme. Biasanya
anak dengan skizofrenia tidak terdapat retardasi mental
b. Retardasi Mental
Keterampilan sosial dan komunikasi baik verbal maupun non verbal pada
anak retardasi mental sesuai dengan usia mental mereka. Tes intelegensi
biasanya menunjukkan suatu penurunan yang menyeluruh dari berbagai
tes, berbeda dengan autisme hasil tesnya beraneka ragam. Walaupun
demikian anak dengan taraf retardasi mental yang berat dapat juga
mengalami gangguan dalam interaksi sosial dan kemampuan
berkomunikasi
d. Sindrom Asperger
Walaupun ada defisiensi kualitatif dalam fungsi interaksi sosial yang
timbal balik, tetapi tidak ada hambatan umum dalam perkembangan
bahasa; selain itu intelegensianya baik
33
e. Gangguan penglihatan
Karena memang tidak dapat melihat maka juga tidak akan mengamati
dengan pandangan terpaku terhadap sesuatu dan dapat merespon
sentuhan sensorik yang lain
f. Gangguan pendengaran
g. Gangguan hipekinetik
h. ADHD
i. Sindroma Rett
Merupakan penyakit otak yang progresif tetapi khusus mengenai anak
perempuan. Perkembangan anak sampai umur lima bulan normal, namun
setelah itu mengalami kemunduran lingkar kepala. Sejak umur lima bulan
juga mengalami penurunan dalam kecepatan pertumbuhan. Umumnya
kemunduran berlangsung cepat dan sangat parah
j. Fragile X
Mempunyai tanda fisik berupa lengkung langit-langit yang tinggi, masalah
dengan sumbu gigi dan mata juling. Telinga sering menonjol dan letaknya
lebih rendah dari semestinya
Ditangani oleh satu tim kerja yang terpadu yang terdiri dari: tenaga pendidik, tenaga
medis (psikiater, dokter anak), psikolog. Ahli terapi wicara, fisioterafis dan perawat.
Berbagai jenis terapi yang harus di jalankan secara terpadu tersebut, sesuai dengan
keadaan dan keperluan anak, mencakup:
1. Terapi medikamentosa
- Thioridazine dosis 0,5-3 mg / kg/ hari dibagi menjdi 2-3 dosis. Dapat
menurunkan agresifitas dan agitasi.
2. Terapi nonmedikamentosa 6
- Terapi perilaku
- Terapi bicara
Terapi bicara perlu dilakukan sejak dini dengan intentif bersama dengan
terapi lain
- Terapi okupasi
Terapi okupasi diperlukan untuk melatih motorik halus dan keterampilan agar
anak dapat melakukan gerakan memegang, menggunting, menulis dengan
terkontrol dan teratur.
35
- Sensori integrasi Sensori pengorgnisasian informasi melalui semua sensori
yang ada (gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan, pengelihatan,
pendengaran, body awareness dan gravitasi) untuk mengasilkan respon yang
bermakna.
- Terapi diet Terapi diet bebas glutein dan casein bersifat individual. Dapat
dipertimbangkan bila dengan diet tersebut ada penurunan hiperaktifitas.
3.1.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
Dilaporkan, kasus An. NS/ laki-laki/3 tahun 1 bulan dengan global
developmental delayed et. causa autisme. Saat anak datang dilakukan anamnesis
pada ibu pasien dengan keluhan belum bisa bicara lancar. Anak berbicara dengan
bahasa yang tidak dapat dimengerti. Anak tidak menoleh ketika dipanggil. Anak
lebih suka main sendiri, tidak mau berinteraksi dengan teman dan kurang kontak
mata. Anak suka mengambil batu-batu kecil lalu dibongkar dan dikumpulkan lagi.
Anak sering memanjat meja yg tinggi tanpa rasa takut. Apabila menginginkan
sesuatu anak akan menarik tangan. Kurang lebih satu bulan terakhir ini anak suka
membenturkan kepalake dinding dan memukul ketelinganya dengan kedua
tangan. Anak suka berlari-lari tanpa arah dan membongkar lemari dan lainnya.
Setelah anamnesis, dilakukan KPSP dan pemeriksaan fisik untuk memeriksa
keterlambatan perkembangan pada anak.
Skrining KPSP
Berdasarkan pemeriksaan KPSP (kuisioner pra skrining perkembangan)
pada anak usia 36 bulan didapatkan hasil 4 ya dan 6 tidak. Kesan : kemungkinan
ada penyimpangan pada An. NS Penyimpangan perkembangan pada aspek
motorik halus, bicara dan bahasa serta kemandirian. Rujuk ke spesialis anak.
Skrining CHAT
Pada pemeriksaan CHAT jawaban tidak pada pertanyaan didapatkan skor
15 dengan kesan resiko tinggi menderita autis, rujuk ke spesialis anak konsultan
tumbuh kembang.
Skrining Denver II
Berdasarkan pemeriksaan Denver II didapatkan :
• Personal sosial : 9D + 2C
• Bahasa : 16D + 4C
• Motorik kasar : Normal
• Motorik halus : 6D + 2C
Berdasarkan hasil Denver II maka anak ini mengalami keterlambatan di 3
37
aspek yaitu personal sosial, bahasa, dan motorik kasar.
Selain itu, diagnosis diperkuat dengan kriteria gangguan autistic menurut
ICD-10 dan DSM V, dimana hasilnya didapatkan anak ini memiliki 2 gejala
interaksi social timbal balik, 4 gejala gangguan komunikasi dan 2 gejala gangguan
prilaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa An. NS mengalami global
development delaye et Austism spectrum disorder. Diagnosis GDD ditegakkan
karena anak mengalami keterlambatan perkembangan pada 3 domain
perkembangan yaitu domain motorik halus, bahasa dan bicara, dan personal-
sosial.
Untuk menyingkirkan diagnosis bandign, maka perlu untuk melakukan
pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BERA) untuk menyingkirkan
diagnosis seperti gangguan pendengaran. Tatalaksana yang dapat diberikan pada
kondisi autism spectrum disorder pada kasus yaitu tatalaksana bersifat suportif
dan simptomatis. Pelaksanaan fisioterapi harus dimulai dan dilakukan secara
intensif. Selain itu, anak autisme membutuhkan terapi bicara serta terapi okupasi
dan perilaku. Deteksi gangguan perkembangan harus dideteksi sedini mungkin
agar tatalaksana segera dilakukan. Pada kasus ini anak telah dijadwalkan untuk
melakukan tes fungsi pendengaran yaitu tes BERA.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Altyan MF dan DL. Global Developmental Delayed ec Autisme. Sumatera Selatan; 2018.
2. Afrina R. Autism Spectrum Disorder. 2020.
3. Agus Aprian. Autisme. 2020.
4. Ririn Subagio. Autism in RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang. 2021;
5. ali EM, Al- Adwan F eid ziad, Al-Naimat YM. Autism Spectrum Disorder (ASD); Symptoms, Causes,
Diagnosis, Intervention, and Counseling Needs of the Families in Jordan. Modern Applied Science. 2019
Apr 30;13(5):48.
6. Roane HS, Fisher WW, Carr JE. Applied Behavior Analysis as Treatment for Autism Spectrum Disorder.
Journal of Pediatrics. 2016 Aug 1;175:27–32.
7. Suswanto Heru Purnomo. Identifikasi Dan Asesmen Anak Autis. Bandung; 2017.
8. Nugraheni SA. Menguak Belantara Autisme. Journal of Pediatric . 2012;
9. Institute of Mental Health N. Autism Spectrum Disorder. spanish; 2021.
40